Anda di halaman 1dari 33

CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) IKAN MAS

Disusun Sebagai Tugas Makalah


Pengelolaan Kesehatan Ikan

Disusun oleh :
Kelompok 1 / Perikanan Akuakultur

Sartika Yusriyah 230110170016


Aulya Khoerussyfa Sabaniya 230110170028
Jodi Darmawan 230110170032
Aldha Rachmawati 230110170101
M. Khoirrurijal A 230110170129
Amrul Ihsan 230110170153
Zaqi Rachman Shidqi 230110170156
Zulfahana Amatulloh 230110170163
Muchammad Sururi 230110170168
Firas Andhika Putra 230110170171

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyang, puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pengelolaan Kesehatan Ikan
dengan judul “Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) Ikan Mas” tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas makalah ini terdapat
kelemahan dan kekurangan dalam segi materi yang menunjangnya. Maka dari itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan sebagi acuan untuk menciptakan
tulisan yang lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Besar harapan kami, makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menunjang nilai mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ikan.

Jatinangor, November 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iiiii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................. 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Budidaya Ramah Lingkungan ......................................... 3
2.2 Pengertian CBIB ................................................................................ 4
2.3 Biologi Ikan Mas ............................................................................... 5
2.4 Habitat Ikan Mas ................................................................................ 6
2.5 Sistem Budidaya Ikan Mas Ramah Lingkungan................................ 6
2.6 Penerapan CBIB Pada Ikan Mas ........................................................ 7
2.7 Permasalahan CBIB Pada Ikan Mas ................................................ 15
2.8 Review Jurnal CBIB Ikan Mas ........................................................ 19
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 28
3.2 Saran ................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

ii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Ikan Mas .............................................................................................. 5


2. Standar Proses Produksi Benih Ikan Mas di Kolam. ................................. 10
3. Standar Proses Produksi Benih Ikan Mas di Sawah. .................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya ikan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting
pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang
ketersediaan pangan nasional, menciptakan pendapatan dan lapangan kerja.
Budidaya ikan juga berperan dalam upaya mengurangi beban sumber daya laut.
Selain itu, budidaya ikan dianggap sebagai sektor penting untuk mendukung
perkembangan ekonomi pedesaan. Salah satu budidaya ikan yang dikembangkan
saat ini adalah budidaya ikan nilem.
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu spesies ikan air tawar
yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih potensi
pasar yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Kementrian Perikanan dan
Kelautan, dinyatakan bahwa produksi ikan mas di Indomesia mencapai berturut-
turut dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah 267.100, 280.400,
300.000, 325.000 dan 350.000 ton (Subiyakto, 2014). Disamping itu ikan
merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi gizi masyarakat Indonesia
(Sutanmuda, 2007).. Selanjutnya juga dikatakan mas merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar, di Indonesia telah dibudidayakan sejak tahun 1920. Budidaya
ikan mas dilakukan di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, maupun
dalam keramba di perairan umum.
Banyak kendala yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan budidaya
ikan mas dimana kendala utama yang perlu diperhatikan adalah munculnya
serangan penyakit. Umumnya penyakit yang sering ditemukan menyerang ikan
mas dapat disebabkan oleh parasit, bakteri, virus maupun jamur (Anshery, 2008).
Selanjutnya dikatakan bahwa penyakit tersebut dapat menyebabkan kerugian
hingga 80% bahkan dapat mencapai 100% pada stadia benih (Mahasri, 2007).
Salah satu penyakit yang sering menyerang pada ikan Mas adalah Myxobolusis
yang disebabkan oleh Myxobolus koi. Umumnya penyakit ini ditemukan pada
benih ikan Cyprinidae dan dapat menimbulkan kerugian hingga 100% (Mahasri,

1
2

2013). Tahun 2002 telah terjadi kematian masal ikan mas di daerah Sleman dan
Kulon Progo yang disebabkan oleh parasit Myxobolus sp dan Henneguya (Titis,
dkk, 2009) sehingga kerugian yang dialami pembudidaya ikan cukup besar.
Myxobolus sp juga ditemukan di daerah Ngrajek kabupaten Magelang pada tahun
2006 dengan prevalensi mencapai 91%, (Obing, 2006). Kemudian di kolam ikan
mas koi di Blitar prevalensi mencapai 86% pada tahun 2010 (Anugrahi, 2010).
Indonesia sebagai Negara yang secara signifikan menjadi penghasil
perikanan budidaya didunia sehingga perlu dikawal dengan petunjuk dan sistem
yang kuat agar secara efisien dapat menghasilkan ikan yang berkualitas dalam
skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha yang tinggi.
Indonesia memiliki potensi lahan budidaya air tawar ± 2,2 juta ha. Angka ini
benar-benar menjadi peluang besar untuk masyarakat pembudidaya ikan air tawar
dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi budidaya (Dirjen Perikanan
Budidaya,2014). Akan tetapi seringkali dalam mengembangkan suatu usaha
budidaya sering mendapati masalah krusial terutama jaminan bebas penyakit,
bebas cemaran sehingga perlu dikawal oleh sistem jaminan mutu melalui cara
budidaya ikan yang baik (CBIB) dan cara perbenihan ikan yang baik (CPIB).
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses budidaya Ikan
mas (Cyprinus carpio) dengan penerapan CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik)
guna meningkatkan kuantitas serta kualitas ikan yang dihasilkan memumulai dari
pembenihan hingga pembesaran.
1.3 Manfaat
Diharapkan dari makalah ini pembaca dapat mengetahui cara budidaya
ikan nilem mulai dari pembenihan hingga pembesaran yang efektif dan efisien
serta memiliki nilai kuantitas dan kualtitas yang tinggi dalam produksinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Budidaya Ramah Lingkungan


Budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik
di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit).
Akuakultur berasal dari bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan; culture =
budidaya) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi budidaya
perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena itu, akuakultur dapat didefinisikan
menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas
perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah
kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan
(growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan
(Effendi 2004)
Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki serta dalam rangka
menghadapi tantangan global termasuk di bidang perikanan maka visi
pembangunan perikanan budidaya adalah: perikanan budidaya sebagai salah satu
sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang diwujudkan melalui system budidaya
yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Untuk mencapai visi tersebut,
maka misi yang akan dilaksanakan adalah;
(1) Pembangunan perikanan secara bertanggung jawab dan ramah lingkungan;
(2) Orientasi pembangunan perikanan budidaya berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi;
(3) Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani ikan;
(4) Penyediaan bahan pangan, bahan baku industry dan peningkatan ekspor;
(5) Penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha;
(6) Penciptaan kualitas sumber daya manusia;
(7) Pencipataan iklim usaha yang kondusif;
(8) Pengembangan kelembagaan dan pembangunan kapasitas;
(9) Pemulihan dan perlindungan sumberdaya dan lingkungan.

3
4

Sejalan dengan visi dan misi tersebut di atas, maka tujuan pengembangan
sistem pembudidayaan ikan adalah: a. Meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan; 9 b. Meningkatkan mutu produksi
dan produktifitas usaha perikanan budidaya untuk penyediaan bahan baku
industry perikanan dalam negeri, meningkatkan ekspor hasil perikanan budidaya
dan memenuhi kebutuhan konsumsi ikan masya-rakat; c. Meningkatkan upaya
perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya. Peningkatan
teknologi budidaya perikanan menjadi penting dalam pencapaian tujuan tersebut
di atas. Upaya ini dilakukan dengan memperhatikan potensi sumberdaya lahan,
pemahaman terhadap faktor kelayakan budidaya, tingkatan teknologi budidaya
dan pemanfaatan plasma nutfah ikan budidaya (Sukadi 2002).
2.2 Pengertian CBIB
Perkembangan teknologi budidaya semi intensif dan intensif yang banyak
digunakan aquaculturist sekala besar dengan tujuan mendongkrak hasil produksi
budidaya disinyalir memberi kontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Guna
mengurangi dampak negatif tersebut pemerintah melalui Kementerian Kelautan
dan Perikanan menyikapi dengan menerapkan program-program pembangunan
perikanan berkelanjutan, salah satunya melalui implementasi Cara Budidaya Ikan
yang Baik (CBIB) sebagai penjabaran/implementasi dari Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
CBIB merupakan program yang digalakkan oleh pemerintah, dalam hal ini
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
dalam rangka menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan budidaya. Program –
program tersebut merupakan penjabaran/implementasi dari Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan.
Pada tahun 2012 CBIB mulai disinergikan dengan FAO Guidelines dan
ASEAN Shrimp GAP Standard guna menjamin sistem mutu nasional agar secara
dinamis dapat berdaya saing pada pasar regional, nasional dan internasional.
CBIB dalam konsep budidaya udang memiliki empat aspek prinsip dasar yaitu :
5

aspek teknis, aspek manajemen, aspek keamanan pangan, dan aspek lingkungan
(DJPB 2016).
2.3 Biologi Ikan Mas
Ikan Mas di Indonesia berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang
kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting (Suseno,
2000). Ikan Mas awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Budidaya ikan Mas
diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada
pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat sudah menggunakan kakaban
untuk pelekatan telur ikan Mas yang terbuat dari ijuk pada tahun 1860, sehingga
budidaya ikan Mas kolam di daerah Galuh disimpulkan sudah berkembang
berpuluh-puluh tahun sebelumnya (Ardiwinata, 1981). Penyebaran ikan Mas di
daerah Jawa lainnya, terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah
terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari Kementrian Pertanian (Kemakmuran)
saat itu. Kemudian setelah dari Jawa, ikan Mas kemudian dikembangkan ke
Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892, berikutnya dikembangkan di Tondano
(Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun
1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935.
Berikut merupakan klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984):
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas


6

Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan sedikit pipih


kesamping (compresed). Mulut ikan Mas terletak diujung tengah (terminal),
bentuk mulut biasa dan mempunyai gigi kerongkongan (pharynreal teath)
sebanyak tiga baris berbentuk geraham, dan mempunyai sungut dua pasang. sirip
punggung dengan jari-jari keras berjumlah 17-22 serta sirip dada dengan jumlah
15 jari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan
permulaan sirip perut yang hanya ada satu dengan jumlah jari-jari keras antara 7-
9. Ikan Mas mempunyai sisik yang relatif besar dengan tipe cycloid, mempunyai
garis rusuk yang lengkap pada pertengahan sirip ekor dengan jumlah antara 35-39
(Saanin, 1984).
2.4 Habitat Ikan Mas
Ikan Mas hidup pada kolam-kolam air tawar, danau-danau serta perairan
umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini sangat peka terhadap perubahan
kualitas lingkungan. Ikan Mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan
tawar yang tidak terlalu dalam dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan Mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut
dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas kadang
ditemukan di perairan payau atau muara yang bersalinitas 25-30 ppt (Huet 1971).
2.5 Sistem Budidaya Ikan Mas Ramah Lingkungan
Pemberian pakan yang dilakukan di dalam budidaya terutama KJA
biasanya secara terus menerus selama ikan mau makan, dan dihentikan hanya jika
ikan telah benar-benar kenyang (Garno 2002). Menurut Kusdiarti (2011)
Sebanyak 30% pakan akan terbuang dan pakan yang dimanfaatkan oleh ikan
sebanyak 25-30% akan terbuang dalam bentuk feses.
Dampak yang yang timbul adalah danau mengalami penurunan kualitas air
yang ditandai dengan sedimetasi yang tinggi serta eutrofikasi. Penurunan kualitas
perairan bisa dilihat dengan terjadinya eutrofikasi akibat limbah kegiatan
budidaya dalam keadaan berlebih yang dapat menyebabkan ledakan pertumbuhan
perifiton pada jaring yang juga mampu menurunkan kualitas perairan (Kusdiarti
2011). Kemampuan ikan nilem memanfaatkan perifiton sebagai pakan alami
(Wicaksono 2005) dan bersifat biocleaning agent (Mulyasaari 2010), menjadikan
7

ikan ini tepat untuk digunakan dalam sistem IMTA yang dibudidayakan secara
polikultur. Pemanfaatan plankton yang tumbuh pada media budidaya terhadap
kualitas air dan pertumbuhan dari ikan nilem dapat dioptimalkan dengan
menggunakan padat tebar yang berbeda (Nurkarina 2013).
IMTA merupakan budidaya yang menggunakan komoditas dengan
tingkatan trofik yang berbeda yaitu memanfaatkan organisme trofik rendah yang
fungsinya disesuaikan terhadap limbah dari organisme tingkat trofik tinggi
(Chopin 2006 dalam Nurkarina 2013). Budidaya polikultur terpadu dan sinergis
saat ini banyak diteliti dan dikaji karena dapat meningkatkan kulitas air
(Murrachman et al 2010). Penelitian yang dilakukan menggunakan komoditas
ikan nilem sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas pada budidaya ikan
mas yang dilakukan secara polikultur.
Membaiknya kualitas air dan tingginya pertumbuhan ikan mas karena
limbah yang dihasilkan dari aktivitas budidaya dapat dimanfaatkan oleh ikan
nilem sebagai pakan dan juga resirkulasi air yang semakin membaik karena
adanya pemanfaatan perifiton pada jaring oleh ikan nilem. Menurut Wicaksana
(2005) peningkatan padat penebaran dapat diikuti dengan pertumbuhan yang
maksimal serta peningkatan hasil selama kualitas air tetap baik dan jumlah pakan
yang mendukung
2.6 Penerapan CBIB Pada Ikan Mas
Penerapan CBIB ikan mas menurut SNI: 01-6137-199, yaitu Produksi
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneau) strain Sinyonya kelas benih sebar
sebagai berikut:
1. Persyaratan Produksi
1.1 Pra Produksi
1.1.1 Lokasi Kolam dan Sawah
a) Kawasan: bebas banjir dan bebas pengaruh bahan pencemar
b) Jenis Tanah: Tanah liat berasih
c) Air: Tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan minimal
baku mutu budidaya.
d) Ketinggian lahan: 0m-1000m di atas permukaan laut.
8

1.1.2 Sumber Air


a) Jernih tidak tercemar
b) Tersedia sepanjang tahun
c) Suplai pemasukan dan pembuangan air: Pipa PVC, bis atau saluran
tembok kedap air atau tanah.
1.1.3 Wadah
a) Produksi Larva: Wadah pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan
larva berupa hapa, bak dan kolam.
b) Produksi kebul (pendederan I): kolam tanah ukuran minimal 500 𝑚2
c) Produksi putihan, belo dan sangkal (pendederan II, III, dan IV): kolam
tanah ukuran minimal 500𝑚2 , sawah dan karamba jaring apung,
dengan mata jaring 0,5cm - 1,0 cm.
1.1.4 Induk
Induk ikan sesuai dengan SNI-01-6136-1999
1.1.5 Bahan
a) Pakan : pelet (pakan buatan) kandungan protein minimal 30%, lemak
6% - 8% (bobot kering).
b) Pupuk : organik (pupuk kandang).
c) Bahan kimia dan obat-obatan : biru metilena, kalium permanganat,
organo fosfat, formalin, kapur tohor (CaO) dan oksitetrasiklina (bila
diperlukan).
1.1.6 Peralatan
a) Produksi larva : kakaban, hapa, pengukur kualitas air dan peralatan
lapangan (timbangan, waring, ember, lambit).
b) Produksi kebul, putihan, belo dan sangkal : pengukur kualitas air,
peralatan lapangan (waring, ember, cangkul).
1.2 Proses Produksi
1.2.1 Produksi Larva (pemijahan dan penetasan telur)
a) Kualitas Air media pemijahan dan penetasan telur
1. Suhu : 25 ℃ - 30 ℃
2. Nilai pH : 6,5 - 8,5
9

3. Debit air untuk penetasan telur : 0,5 liter/detik


4. Oksigen terlarut : minimal 5 mg/l.
5. Ketinggian air : 50 cm - 70 cm.
b) Penggunaan Bahan
1. Penggunaan bahan kimia : kalium permanganat 2mg/l-4 mg/l, biru
metilena 1mg/l–3 mg/l.
2. Penggunaan obat-obatan : oksitetrasiklina 5mg/l-10 mg/l (bila
diperlukan)
c) Padat Tebar
1. Induk untuk pemijahan : 2 kg induk betina/4 𝑚2 .
2. Telur untuk penetasan : 10.000 butir- 20.000 butir/ 𝑚2 kakaban.
d) Waktu
1. Penetasan telur : 45 jam pada suhu 25°C
2. Pemeliharaan larva : 4 har
1.2.2 Produksi kebul, putihan, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV)
a) Kualitas dan kuantitas air media di kolam
1) Suhu optimum : 28℃
2) Nilai pH : 6,5 - 8,5
3) Debit air : (0,4 - 0,7) liter/detik, untuk luas kolam 500 𝑚2
4) Oksigen terlarut minimal : 5 mg/l
5) Ketinggian air : 50 cm - 70 cm
6) Kecerahan sechi disk : 25 cm.
b) Kualitas dan kuantitas air media di sawah
1) Suhu optimum : 28°C
2) Nilai pH : 6,5 - 8,5
3) Debit air : (0,4 - 0,7) liter/detik
4) Oksigen terlarut minimal : 5 mg/l.
5) Tinggi air di pelataran : 10 cm - 20 cm
c) Kualitas air media di jaring apung
1) Suhu : 25oC - 30oC
2) Nilai pH : 6,5 - 8,5
10

3) Ketinggian air : 1 m - 1,5 m


4) Kedalaman air : minimal 5 m dari dasar jaring pada saat surut
terendah.
5) Kecerahan : > 3 meter

Gambar 2. Standar Proses Produksi Benih Ikan Mas Sinyonya pada Setiap Tingkatan
Pemeliharaan di Kolam.

Gambar 3. Standar Proses Produksi Benih Ikan Mas Sinyonya pada Setiap Tingkatan
Pemeliharaan di Sawah.
1.3 Pemanenan
1.3.1 Sintasan
a) Sintasan larva : 70 % - 80 %
b) Sintasan benih di kolam : lihat Tabel 1.
c) Sintasan benih di sawah : lihat Tabel 2.
1.3.2 Ukuran panjang total dan bobot yang dipanen
a) Larva : sesuai SNI 01-6136-1999
b) Kebul : sesuai SNI 01-6136-1999
11

c) Putihan : sesuai SNI 01-6136-1999


d) Belo : sesuai SNI 01-6136-1999
e) Sangkal : sesuai SNI 01-6136-1999
2. Persyaratan Produksi
2.1 Pra Produksi
2.1.1 Lokasi Karamba jaring apung
a) Lokasi : waduk, danau.
b) Air : tidak tercemar dan memenuhi syarat minimal baku mutu
budidaya.
c) Kedalaman air : minimal 5 m dari dasar jaring pada saat surut
terendah.
d) Luas areal pemasangan jaring : maksimal 10% dari luas potensial
dan jumlah luas jaring maksimal 10% dari luas areal pemasangan
jaring.
2.1.2 Lokasi Kolam
a) Kawasan perkolaman : bebas banjir dan bebas pengaruh
pencemaran.
b) Tanah dasar : tanah liat berlumpur.
c) Keasaman (pH) tanah : lebih dari 5.
d) Sumber air : tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.
2.1.3 Wadah pemeliharaan di karamba jaring apung
a) Kerangka
1) Bahan : kayu tahan air, bambu atau besi yang dicat anti karat
2) Ukuran : (7 x 7) m2
3) Bentuk : empat persegi.
b) Pelampung
1) Bahan : styrofoam, drum plastik
2) Bentuk : silindris
3) Ukuran : volume 120 liter
4) Jumlah : minimal 8 buah/unit rakit
c) Tali Jangkar
12

1) Bahan : polietilena (PE)


2) Panjang : 1,5 kali kedalaman perairan maksimal
3) Jumlah : 4 utas/unit jaring apung
4) Diameter : minimal 1,5 cm
d) Jangkar
1) Bahan : besi, blok beton, batu
2) Bentuk : jangkar, segi empat
3) Berat : 40 kilogram/buah
4) Jumlah : 4 buah/unit jaring apung
e) Jaring
1) Bahan : polietilena, PE 210 D/18
2) Ukuran mata jaring : 1 inci
3) Warna : hijau, hitam
4) Ukuran jaring : (7 x 7 x 3,5) 𝑚3
f) Waring
1) Bahan : nilon
2) Ukuran mata waring : 1 cm
3) Warna : hijau, hitam
4) Ukuran waring : (3 x 3 x 1,5) 𝑚3
2.1.4 Wadah Kolam Air Tenang
1) Konstruksi : tanah atau tembok
2) Luas : minimal 500 m2
3) Kedalaman kolam :1,0 m - 1,2 m
4) Kolam dapat dikeringkan
2.1.5 Wadah kolam air deras
1) Konstruksi : bak permanen
2) Luas : minimal 12 m2/ unit
3) Kedalaman air : 1,0 m - 1,5 m
4) Pintu air: 2 (dua) buah per petak untuk pemasukan dan pengeluaran
5) Debit air : minimal 30 liter per detik per unit
2.1.6 Benih
13

Benih yang digunakan adalah benih ikan mas strain Sinyonya ukuran
sangkal keturunan pertama dari induk dasar
2.1.7 Bahan (pakan, pupuk, bahan kimia dan obat-obatan)
1) Pakan : pelet (pakan buatan), kandungan protein 30% - 35%, lemak 6 % -
8 % (bobot kering).
2) Pupuk : organik (pupuk kandang).
3) Bahan kimia dan obat-obatan : formalin, kalium permanganat,
kloramfenikol, oksitetrasiklina dan kapur.
2.1.8 Peralatan
a) Jaring apung : lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air,
peralatanlapangan (timbangan, hapa/waring, ember, alat panen).
b) Kolam air tenang : pengukur kualitas air, peralatan lapangan
(hapa/waring, ember, cangkul).
c) Kolam air deras : pengukur kualitas air, peralatan lapangan
(hapa/waring, ember).
2.2 Proses Produksi
2.2.1 Kolam air tenang
a) Kualitas Air
1) Suhu : 25 0C - 30°C
2) Nilai pH : 6,5 - 8,5
3) Oksigen terlarut : lebih dari 5 mg/liter
4) Ammoniak (NH3) : kurang dari 0,02 mg/liter
5) Kecerahan sechi disk : lebih dari 30 cm
b) Penggunaan bahan
1) Pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian : lihat Tabel 1)
2) Obat-obatan dan bahan kimia: antibiotika (jika diperlukan,
kloramfenikol/oksitetrasiklina dengan dosis 5 mg/l-10 mg/l), kalium
permanganat 1 mg/l3 mg/l, formalin 25 ppm dengan cara perendaman
selama 24 jam. Kapur tohor 50 g/m2 disebar di dasar kolam.
3) Pupuk organik : kotoran ayam (dosis 500 g/m2).
2.2.2 Kolam Air Deras
14

a) Kualitas air
1) Suhu : 25 °C - 30°C
2) pH : 6,5 - 8,5
3) Oksigen terlarut : lebih dari 5 mg/l
4) Ammoniak (NH3) : kurang dari 0,01 mg/l
5) Kecerahan sechi disk : lebih dari 0,30 m
b) Penggunaan bahan
1) Pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian : lihat Tabel 1)
Obat-obatan dan bahan kimia : antibiotika (jika diperlukan, kloramfenikol/
oksitetrasiklina dengan dosis 5 mg/l-10 mg/l), kalium permanganat 1 mg/l3 mg/l,
formalin 25 ppm dengan cara perendaman selama 24 jam.
2.3 Penanganan Hasil
Peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil mudah dibersihkan dan
didisinfeksi (bila perlu) serta selalu dijaga dalam keadaan bersih. (2) Ikan mati
segera didinginkan dan diupayakan suhunya mendekati 0⁰C diseluruh bagian. (3)
Proses penanganan seperti pemilihan, penimbangan, pencucian, pembilasan, dll
dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk. (4) Berdasarkan
persyaratan yang berlaku, bahan tambahan dan kimia yang dilarang tidak
digunakan pada ikan, yang diangkut dalam kondisi mati atau hidup.
2.4 Pengangkutan
(1) Peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan
selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll).
(2) Pengangkutan dalam kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi sekitar
(seperti udara, tanah, air, oil, bahan kimia, dll) dan kontaminasi silang.
(3) Suhu produk selama pengangkutan mendekati suhu cair es (0⁰C) pada seluruh
bagian produk.
(4) Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan
kerusakan fisik atau kontaminasi.
2.4 Pembuangan Limbah
Limbah (cair, padat dan berbahaya) dikelola (dikumpulkan & dibuang)
dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi.
15

2.5 Pencatatan
(1) Dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan
baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri).
(2) Penyimpanan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi
atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan.
(3) Penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan
limbah cair) sesuai kebutuhan (lihat poin 6).
(4) Penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada
keamanan pangan produk perikanan.
(5) Rekaman panen disimpan dengan baik.
(6) Catatan/Rekaman pengangkutan ikan disimpan dengan baik.
2.6 Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan (atas bahaya keamanan pangan) dilakukan sebagai
kegiatan yang rutin & terkendali. Tindakan perbaikan dilakukan dengan tepat &
segera sesuai masalah yang ditemukan.
2.7 Pelatihan
Pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih (pelatihan, seminar,
workshop, sosialisasi, dsb) dalam mencegah dan mengendalikan bahaya
keamanan pangan dalam perikanan budidaya.
2.8 Kebersihan Pekerja
Pekerja yang menangani ikan dalam kondisi sehat. Agar tidak ada agen
biologi yang menyebabkan penyakit.
2.7 Permasalahan CBIB Pada Ikan Mas
1. Organisasi
Pengorganisasian ini lebih ditekankan pada penataan sumberdaya manusia,
unit kerja, dan metode-metode dalam Implementasi Program Cara Budidaya Ikan
yang Baik bagi Masyarakat Pembudidaya Ikan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur. Pada aspek organisasi analisis yang dilakukan pada
organisasi pelaksana atau yang mengimplementasikan program dan aspek
ssumberdaya yakni manusia, dana, sarana dan prasarana. Program Cara Budidaya
Ikan yang Baik ini memiliki tujuan yaitu memperkenalkan cara penerapan
16

budidaya ikan yang baik bagi masyarakat pembudidaya ikan sehingga


menghasilkan produk perikanan yang terjamin keamanan pangan dan terbebas
dari pencemaran bahan kimia yang berdampak pada penurunan kualitas mutu
suatu produk perikanan .
Penerapan program cara budidaya ikan yang baik yang dilaksanakan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaaang Mongodow Timur sudah
berjalan sesuai prosedur akan tetapi untuk pelaksanaan dilapangan masih kurang
efektif mengingat kurangnya auditor Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Kurangnya auditor CBIB di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur ini menjadi
salah satu kendala yang di hadapi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur untuk mendukung program ini. Sampai saat ini tidak
ada penambahan auditor untuk Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan
Kabupaten/Kota Lainnya
Organisasi atau dinas ataupun auditor melakukan kegiatan sosialisasi,
sosialisasi ini dilaksanakan 3 kali dalam setahun itupun kalau dananya mencukupi
dan pelaksanaannya juga tidak menentu di Kabupaten/kota mana pelaksananya
dan sepenuhnya dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara.
Permasalahan Penerapan program cara budidaya ikan yang baik yang
dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaaang Mongodow
Timur ada;ah sebagai beriktu
a. Sudah berjalan sesuai prosedur akan tetapi untuk pelaksanaan
dilapangan masih kurang efektif mengingat kurangnya auditor Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur.
b. Kurangnya auditor CBIB di Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur ini menjadi salah satu kendala yang di hadapi oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur untuk mendukung program ini.
Sampai saat ini tidak ada penambahan auditor untuk Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur dan Kabupaten/Kota Lainnya. Selain dari segi dana juga akan
mempengaruhi,
c. Keterbatasan dana atau biaya dll.
17

2. Interpretasi
Pada aspek interpretasi analisis yang dilakukan yaitu bagaimana
pemahaman dari Unsur Kepala Seksi Produksi Budidaya Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, unsur petugas auditor CBIB Provinsi dan
Unsur auditor Kabupaten Bolaang Mongondow yang selaku Kepala Bidang
Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur dengan Implementasi Program Cara Budidaya Ikan yang Baik
Bagi Masyarakat Pembudidaya Ikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Program Cara Budidaya Ikan yang Baik merupakan salah satu program
pemerintah yang bertujuan untuk menjamin keamanan pangan hasil pembudidaya
ikan dengan melakukan kegiatan-kegiatan berupa pemberian bantuan sarana
prasarana penunjang program seperti bantuan benih, pakan ikan dan peralatan
budidaya lainnya, melakukan koordinasi dengan Dinas Kelauatan dan Perikanan
Kab/Kota yang tekait. Kenyataan yang ada masih banyak pembudidaya ikan yang
belum menerapkan CBIB sesuai prosedur yang diajurkan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan, serta bantuan-bantuan yang diberikan tidak di manfaatkan dengan
baik. Dasar keputusan Program Cara Budidaya Ikan yang baik, yaitu KEP.
02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik.
Kendala yang ada pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dalam
pelaksanaan program cara budidaya ikan yang baik bagi masyarakat pembudidaya
ikan air tawar yaitu pertama, kurannya sumberdaya manusia dalam hal ini auditor
cbib. Jumlah auditor dari tahun 2015 sampai saat ini hanya 1 orang auditor.
Seharusnya jumlah auditor harus melebihi 1 orang sehingga pelaksanaan program
tersebut berjalan dengan baik. Tapi kenyataannya auditor Kabupaten Bolaang
Mongondow hanya berjumlah 1 orang itu pun auditor tersebut bertugas sebagai
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bolaang
Mongondow dan sewaktu-waktu bisa di pindah tugaskan ke instansi lain atau
bidang lain. Selain itu jika dikaitkan dengan salah satu permasalahan yag
dikemukan dalam aspek organisasi yaitu keterbatasan dana dan anggaran
pembinaan dan pendampingan tentu saja tidak mencukupi jika dituntun untuk
18

setiap hari harus turun kelokasi pembudidaya dan juga harus meninggalkan
tanggungjawab dikantor sebagai kepala bidang.
Kendala yang kedua yaitu masyarakat dalam hal ini yaitu kesadaran
masyarakat pembudidaya ikan untuk mau berkembang sudah sangat sedikit sekali.
Diantara sebagian besar pembudidaya ikan hanya sebagian kecil yang ingin
mengembangkan usaha budidaya mereka dan sebagian kecil juga hanya sebagai
usaha sampingan tetapi tidak mau mengembangkan usahanya. Selain itu kendala
lain juga yaitu budaya yang ada mmasih diterapkan oleh masyarakat pembudidaya
yaitu masih menggunakan cara-cara lama atau masih menggunakan pengetahuan
secara turuntemurun dari kakek buyut mereka sehingga banyak hasil produk yang
tidak menjamin keamanan pangannya. Untuk merubah kebiasaan tersebut tidak
semudah yang diharapkan seperti contoh kebiasan-kebiasaan seperti pra produksi
tata letak dan desain kolam, karena selama ini tata letak kolam budidaya
3. Aplikasi
Aspek aplikasi ini lebih difokuskan pada petunjuk pelaksanaan/ dasar
kebijakan, standar operasional prosedur, dan pengawasan yang semuanya
didasarkan pada data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan
penggunaan dokumen
Dari berbagai kegiatan yang dilakukan, kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan program cara budidaya ikan yang baik ini bahwa sulitnya merubah
kebiasan-kebiasaan masyarakat pembudidaya ikan yang masih menggunakan cara
turun-temurun dari kakek buyut mereka. Banyak pembudidaya ikan yang tidak
tahu tentang cara budidaya ikan yang baik yang dimana dalam hal ini
pembudidaya yang masih mengikuti cara turun-menurun, lokasi unit budidaya
yang berada pada lingkungan yang tidak sesuai dimana memiliki resiko keamanan
pangan dari bahaya kimiawi, biologis seperti lokasi tersebut memiliki sejarah
banjir Hal ini menjadi masalah besar bagi pembudidaya ketika musim penghujan,
kemungkinan besar terjadi banjir atau longsor yang disebabkan oleh air hujan dan
terkontaminasi dengan tanah yang berkemungkinan mengandung zat kimia karena
lokasi budidaya cukup rendah dan belum ada antisipasi terhadap bencana juga
tindakan pencegahan ketika terjadi kontaminasi. Dalam keadaan seperti ini
19

pembudidaya harus waspada karena bisa saja ikan yang ada di kolam mati dan
terbawa arus banjir sehingga pembudidaya bisa gagal panen.
Kendala kedua yaitu tingkat kesadaran masyarakat pembudidaya tentang
pentingnya keamanan pangan yang berpengaruh terhadap tuntunan jaminan
kemanan mutu hasil perikanan sangatlah minim. Kesadaran pembudidaya
sangatlah penting untuk mendukung pelaksanaan program ini karena dengan
kesadaran masyarakat pembudidaya ikan tentang cara budidaya ikan yang baik
dimana upaya pencegahan yang harus diperhatikan dan dilakukan sejak pra
produksi sampai pendistribusian untuk mendapatkan hasil perikanan yang
bermutu dan aman bagi kesehatan manusia. Contohnya pembudidaya
menggunakan peralatan panen seperti jaring, kantong, pompa, keranjang,bak,
peti/kota yang tidak dirancang dan dibuat dengan baik dan peralatan tersebut
disimpan di tempat yang tidak higenis sehingga kualitas ikan menjadi tidak baik
untuk dikonsumsi.
Kendala lain juga, pembudidaya masih belum melakukan pencatatan atau
rekaman perkembangan kegiatan usaha budidaya seperti pembenihan,
pembesaran, panen, penanganan dan pendistribusian hasil. Pembudidaya
sebenarnya harus menerapkan pencatatan yang menjamin penelusuran kembali
produk pembudidayaan ikan. Pencatatan ini dilakukan pada setiap tahap
pembudidayaan yaitu mulai dari proses pra produksi , produksi sampai dengan
hasil panen. Selain itu juga pencatatan dilakukan juga terhadap peralatan yang
dipakai pada saat pembudidayaan ikan sampai panen. Yang bertanggungjawab
dalam pencatatan merupakan anggota kelompok yang sudah pernah mengikuti
pelatihan atau yang sudah berkomponen dalam bidang budidaya.
2.8 Review Jurnal CBIB Ikan Mas
Judul Jurnal: Implementasi Program Cara Budidaya Ikan yang Baik Bagi
Masyarakat Pembudidaya Ikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Resume Jurnal:
Pendahuluan
Perikanan budidaya adalah usaha pemeliharaan dan pengembangbiakan
ikan atau organisme air lainnya. Indonesia sebagai Negara yang secara signifikan
20

menjadi penghasil perikanan budidaya didunia sehingga perlu dikawal dengan


petunjuk dan sistem yang kuat agar secara efisien dapat menghasilkan ikan yang
berkualitas dalam skala usaha masyarakat dengan tingkat kepastian iklim usaha
yang tinggi. Akan tetapi seringkali dalam mengembangkan suatu usaha budidaya
sering mendapati masalah krusial terutama jaminan bebas penyakit, bebas
cemaran sehingga perlu dikawal oleh sistem jaminan mutu melalui cara budidaya
ikan yang baik (CBIB) dan cara perbenihan ikan yang baik (CPIB).
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang terletak di Provinsi Sulawesi
Utara, merupakan salah satu daerah yang membudidayakan ikan air tawar dengan
komoditas unggul ikan nila dan ikan mas. Berdasarkan data awal yang di dapat
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara menyatakan
bahwa sebagian besar masyarakat pembudidaya ikan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur masih melakukan kegiatan pembudidaya dengan sistem
longyam. Sistem longyam ini adalah sistem usaha tani terpadu dengan
memelihara ikan sekaligus ayam. Sistem longyam ini sangat beresiko pada ikan
untuk berkemungkinan terkena penyakit sehingga mutu suatu produk perikanan
tidak terjamin untuk dikonsumsi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengeluarkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP.02/MEN/2007 tentang cara budidaya ikan yang baik dengan maksud untuk
mengatur kegiatan pembudidayaan ikan bagi pembudidaya agar menerapkan cara
budidaya ikan yang baik seperti memberikan acuan secara teknis sebagai
persyaratan yang harus diperhatikan dengan baik dan benar bagi Auditor cbib,
kelompok budidaya ikan dan pelaku usaha lainnya.
Tujuan yang ingin dicapai dari terbentuknya kepmen ini yaitu untuk:
1. menjamin keamanan pangan hasil pembudidaya ikan.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara budidaya ikan yang baik
3. Menjadikan masyarakat pembudidaya yang sadar akan penerapan cara
budidaya ikan yang baik dapat memberikan manfaat yang besar.
4. Meningkatkan daya saingan produk perikanan yang bersertifikat.
21

Berdasarkan keputusan menteri kelautan dan perikanan nomor


Kep.02/MEN/2007, Kementerian Kelautan dan Perikanan Repbulik Indonesia,
telah mengadakan program di bidang perikanan budidaya bagi masyarakat dalam
rangka menjamin keamanan pangan hasil perikanan yakni program cara budidaya
ikan yang baik bagi masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui dinas kelautan
dan perikanan provinsi dan kabupaten/kota. kegiatan ini berupa pembina dan
pendamping ke kelompok pembudidaya ikan. Selain itu Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara menunjang sarana dan prasarana
program tersebut dengan pemberian paket bantuan hibah kepada masyarakat
pembudidaya. Program ini mulai dilaksanakan pada tahun 2007 dengan
melibatkan masyarakat pembudidaya ikan yang dibentuk dalam pokdakan atau
kelompok pembudidaya ikan dan kelompok mandiri. Program cara budidaya ikan
yang baik ini merupakan penjabaran/implementasi dari peraturan menteri kelautan
dan perikanan no. PER.19/MEN/2010 tentang pengendalian sistem jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan (yang merupakan revisi dari peraturan menteri
kelautan dan perikanan nomor PER.01/NEN/2007 tentang pengendalian sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, sebagaimana telah diubah dengan
peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor PER.04/MEN/2008).
Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pemberian sosialisasi
kepada masyarakat pembudidaya ikan dengan harapan pemberian sosialisasi ini
dapat membantu pembudidaya dalam proses memperbaiki cara budidaya ikan
menjadi lebih baik dan benar. Hal ini dilakukan karena mengingat cara
pembudidayaan yang mereka gunakan untuk membudidaya masih tergolong
tradisional sehingga ada kemungkinan hasil produk perikanan yang masyarakat
hasilkan tidak bisa menjamin keamanan pangan suatu produk.
Untuk itu Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
memberikan sosialisasi terkait cara budidaya ikan yang baik secara teknis dengan
harapan masyarakat bisa menerapkan program cara budidaya ikan yang baik
untuk meningkatkan kualitas dan mutu ikan. Berdasarkan hasil penelitian awal
yang diperoleh, Implementasi Program Cara Budidaya Ikan yang Baik bagi
22

Masyarakat Pembudidaya ikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur belum


berjalan dengan baik. Masalah yang diperoleh yaitu minimnya tingkat
pengetahuan masyarakat pembudidaya ikan tentang bagaimana cara
membudidayakan ikan dengan baik sehingga dapat menghasilkan suatu produk
perikanan yang baik. Permasalahan selanjutnya yaitu kurangnya dana yang ada
pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolang Mongondow Timur.
Upaya pengelolaan terhadap potensi perikanan budidaya melalui Program CBIB
belum dijalankan secara optimal.
Program CBIB yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengelolah
akan potensi tersebut sampai saat ini di rasa masih kurang dalam upaya
pengembangan yang ada demi kesejahteraan masyarakat khususnya pembudidaya
ikan. Pelaksanaan Penerapan program cara budidaya ikan yang baik ini
merupakan suatu kegiatan yang mengajarkan tentang bagaimana cara budidaya
ikan yang baik sehingga menghasilkan produk yang baik. Sebagian besar
kelompok ada yang sudah mengikuti prosedur penerapan cara budidaya ikan yang
baik dan masih ada juga kelompok masyarakat pembudiaya ikan yang masih
belum sepenuhnya melakukan penerapan CBIB seperti kelompok yang ada di
Kab. Bolaang Mongondow Timur yang masih sangat kurang tingkat
pengetahuannya tentang cara budidaya ikan yang baik sehingga tingkat produksi
ikan air tawar sangat minim persentasinya. Kegiatan budidaya ikan yang ada di
Kab. Bolaang Mongondow Timur bisa dibilang masih belum mengikuti prosedur
CBIB dimana di kolam yang di pakai untuk menbudidayakan tidak di pasangi
pagar, pasokan air kurang bersih, tempat pembuangan limbah bertepat pada
wadah kolam, binatang peliharaan masih berkeliaran diarea budidaya.
Dengan keadaan kolam yang tidak sesuai dengan prosedur penerapan
CBIB maka hasil produksi dari pembudidaya ikan air tawar ini tidak akan
menjamin keamanan pangan, hasil panen juga tidak berkualitas. Namun
penerapan CBIB ini tentu tidak akan berjalan dengan baik jika tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci
yang disebut dengan Implementasi tidak berjalan dengan baik. Peran implementor
sebagai pelaksana sangat penting untuk dapat berjalannya program CBIB ini.
23

Dinas Kelautan & Perikanan sebagai penyelenggara pemerintahan daerah


dalam melakukan fungsinya perlu untuk mengelolah semaksimal dan seoptimal
mungkin terhadap potensi di bidang perikanan budidaya yang ada di Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur melalui program CBIB ini guna memberikan
dampak yang baik bagi daerah dan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat. Kiranya Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dapat lebih memperhatikan
lagi Implementasi Program Cara Budidaya Ikan yang Baik bagi Masyarakat
Pembudidaya Ikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur agar terlaksana
dengan baik dan dapat mencapai tujuan program-program tersebut. Berdasarkan
permasalahan yang ada maka, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai permasalahan tersebut.
Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.
B. Objek dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini tentang Implementasi Program Cara Budidaya Ikan
yang Baik bagi masyarakat pembudidaya ikan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan pembudidaya ikan. lokasi penelitian di Unit Perbenihan Rakyat
(UPR) dan Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan) di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini merupakan semua pihak yang berkepntingan
dan terkait dengan penelitian ini.
D. Fokus Penelitian
penelitian ini adalah Implementasi Program Cara Budidaya Ikan yang
Baik bagi Masyarakat Pembudidaya Ikan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur.
E. Data hasil
Data hasil penelitian didapatkan melalui 2 sumber data yaitu:
24

1. Data Primer Data primer dapat diperoleh dari wawancara langsung


dengan kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara, Kepala Seksi Produksi Dinas Kelautan dan Perikanan
Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Auditor CBIB Dinas Kelautan dan Perikanan
Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Kab. Boltim
selaku Auditor CBIB,Ketua dan Anggota Kelompok Pembudidaya Ikan.
2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kab. Bolaang Mongondow Timur berupa data-data, dokumen, bahan bacaan serat
bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi (pengamatan),
interview (wawancara), Pedoman Wawancara, dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif. Data-data yang
diperoleh dari berbagai sumber yaitu observasi, wawancara yang ditulis dalam
catatan lapangan, serta berbagai sumber resmi setelah dibaca, dipelajari, dan
ditelaah, kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
mengadakan reduksi data, menyusun dalam satuan-satuan, mengkategorisasikan,
mengadakan pemeriksaan keabsahan data, penafsiran dan kesimpulan. peneliti
menggunakan teknik analisa data seperti yang dikemukakan oleh Lexy J.
Moleong (2011:249) adalah sebagai berikut 1. Pemrosesan Satuan, 2.
Kategorisasi, 3. Penafsiran Data.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Organisasi
Penerapan program cara budidaya ikan yang baik yang dilaksanakan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bolaaang Mongodow Timur sudah
berjalan sesuai prosedur akan tetapi untuk pelaksanaan dilapangan masih kurang
efektif mengingat kurangnya auditor Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Kurangnya auditor CBIB di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur ini menjadi
salah satu kendala yang di hadapi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
25

Bolaang Mongondow Timur untuk mendukung program ini. Sampai saat ini tidak
ada penambahan auditor untuk Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan
Kabupaten/Kota Lainnya. Selain itu untuk dana yang digunakan oleh auditor
sebagian besar masih menggunakan dana dari provinsi. Ada juga dana yang
disediakan tetapi masih sangat minim hanya bisa digunakan untuk perjalanan ke
beberapa desa saja. Biaya sekali jalan hanya Rp. 300.000 perharinya dan biasanya
perjalanan dilakukan selama 3 hari. Kalau melihat kenyataannya 3 hari itu tidak
cukup untuk melakukan pembinaan, pendampingan dan pengawasan terhadap
kelompok pembudidaya ikan yang berlokasi jauh dan medan perjalanannya
berdampak pada kecelakan. Pelaksanaan sosialisasi/kegiatan cara budidaya ikan
yang baik di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dilaksanakan sepenuhnya
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan
sosialisasi ini dilaksanakan 3 kali dalam setahun itupun kalau dananya mencukupi
dan pelaksanaannya juga tidak menentu di Kabupaten/kota mana pelaksananya.
Berdasarkan wawancara kegiatan sosialisasi penerapan cara budidaya ikan yang
baik dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Utara hanya 1 kali pada tahun 2017 dan sosialisasi itu diikuti oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan masyarakat
pembudidaya ikan serta masyarakat lainnya.
2. Interprestasi
Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa interprestasi para
implementor mengenai program cara budidaya ikan yang baik bagi masyarakat
pembudidaya ikan air tawar di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sejalan
dengan tujuan pelaksanaan program ini yaitu memperkenalkan cara penerapan
budidaya ikan yang baik sehingga menghasilkan produk perikanan yang terjamin
keamanan pangan dan terbebas dari pencemaran bahan kimia yang berdampak
pada penurunan kualitas.
Kendala yang ada pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dalam
pelaksanaan program cara budidaya ikan yang baik bagi masyarakat pembudidaya
ikan air tawar yaitu pertama, kurannya sumberdaya manusia dalam hal ini auditor
cbib.
26

Kendala yang kedua yaitu masyarakat dalam hal ini yaitu kesadaran
masyarakat pembudidaya ikan untuk mau berkembang sudah sangat sedikit sekali.
Kesimpulan Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Implementasi Program Cara Budidaya Ikan yang Baik bagi masyarakat
pembudidaya ikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur ialah sebagai
berikut:
1. Peran dari instansi tersebut ternyata belum maksimal. Tidak menetapnya
petugas auditor pada satu kecamatan sehingga tugas pembinaan,
pendampingan dan pengawasan yang dilakukan tidak maksimal. Hal ini
diakibatkan oleh kurangnya sumber daya petugas fasilitator dan auditor
CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik) Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur.
2. Pemahaman petugas auditor CBIB (cara Budidaya Ikan yang Baik) yang
memahami bahwa program ini sangat penting dan memberikan motivasi
bagi mereka dalam melakukan sosialisasi, pembinaan, pendampingan dan
pengawasan. Berbeda dengan kenyataan yang ada bahwa pembinaan,
pendampingan dan pengawasan sangat jarang dan tidak rutin dilakukan
dan kuranngnya loyalitas dari tim auditor kab/kota dalam melaksanakan
tugasnya juga mempengaruhi pelaksanaan program
3. Petugas auditor CBIB (Cara budidaya ikan yang baik) yang belum
melaksanakan tugas pembinaan, pendampingan dan pengawasan secara
rutin, sehingga masyarakat pembudidaya ikan belum dapat menerapkan
cara budidaya ikan sesuai prosedur pedoman CBIB. Tingkat kesadaran
masyarakat pembudidaya ikan akan terjaminan keamanan pangan suatu
produk hasil perikanan masih sangat kurang pemahamannya sehingga
masyarakat pembudidaya banyak mengalami kegagalan dalam budidaya
ikan.
Dari berbagai kegiatan yang dilakukan, kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan program cara budidaya ikan yang baik ini bahwa sulitnya merubah
kebiasan-kebiasaan masyarakat pembudidaya ikan yang masih menggunakan cara
27

turun-temurun dari kakek buyut mereka. Banyak pembudidaya ikan yang tidak
tahu tentang cara budidaya ikan yang baik yang dimana dalam hal ini
pembudidaya yang masih mengikuti cara turun-menurun.
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Proses budidaya Ikan mas (Cyprinus carpio) dengan penerapan CBIB
dibagi beberapa tahap yaitu tahap pra produksi yang meliputi Peralatan, Bahan,
Induk, Wadah, Sumber Air, Lokasi Kolam dan Sawah lalu persiapan produksi
yang meliputi Produksi kebul, putihan, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan
IV), Produksi Larva (pemijahan dan penetasan telur), dan yang terakhir adalah
persiapan pemanenan yang meliputi Ukuran panjang total dan bobot yang dipanen
dan Sintasan.
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penguraian isi makalah ini
masih jauh dari nilai kesempurnaan sebuah makalah, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun atau memotivasi penulis guna untuk penyempurnaan penyusunan
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, Odjoh. (1981). Pemeliharaan Ikan Jilid II. Sumur Bandung.


Bandung.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). 2015. National Residue Control
Plan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
Huet, M. (1971). Textbook of Fish Culture : Breeding and Cultivation of
Fish. Translated by Henry Kahn. Fishing News (Books) Ltd,
Inggris. P. 41 – 44.
Mulyasari, D.T. Soelistyowati, A.H. Kristanto, dan I.I. Kusmini. 2010.
Karakteristik Genetik Enam Populasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
di Jawa Barat. Jurnal Riset Akuakultur 5 (2): 175-182.
Putri A.K., Zahidah, S.A. Harahap. 2016. Peningkatan Produksi Ikan Mas
(Cyprinus Carpio L) Menggunakan Sistem Budidaya Polikultur Bersama
Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti) Di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal
Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1. Hlm : 146-156.
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Cipta.
Badung. Viii + 508 h.
Subagja, J., R. Gustiano., dan Winarlin. 2007. Teknologi Reproduksi Ikan Nilem
(Osteochilus hasselti C.V) : Pematangan Gonad, Penanganan Telur dan
Penyediaan Calon Induk. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII.
hal 187 – 194.
Sukadi, M. F 2002. Peningkatan teknologi budidaya perikanan. Jurnal ikhtiologi
Indonesia Vol.2, No. 2, Tahun 2002. Hal 61-66.
Suseno, D. (2000). Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar
Swadaya. Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai