Anda di halaman 1dari 11

Budidaya Skeletonema sp.

Sebagai Pakan Alami Bagi Larva Ikan


dan Udang

Dimas Wahyu Pratama

1904111823

BDP A

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taala, yang telah memberikan


kemudahan kepada saya untuk menyelesaikan tugas makalah “ Budidaya
Skeletonema sp. Sebagai Pakan Alami Bagi Larva Ikan dan Udang “. Paper ini dibuat
untuk memenuhi tugas yang diberikan. Dan untuk memberikan wawasan tambahan
bagi saya selaku mahasiswa. Sehingga wawasan yang didapatkan akan berguna di
masa depan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Sukendi M, Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Budidaya Pakan Alami yang telah memberikan tugas ini serta
arahan dan saran sehingga paper ini dapat diselesaikan.
Saya sadar bahwa paper ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mohonkan kritik dan saran yang membangun agar paper ini semakin dilengkapi
dengan informasi yang valid dan update kedepannya.

Pekanbaru, 05 Desember 2021

Dimas Wahyu Pratama


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha budidaya ikan dan udang membutuhkan benih. Untuk memenuhi
kebutuhan akan benih tersebut, tentunya dibutuhkan proses produksi benih yang baik
dan juga tersedia dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, pemeliharaan larva
ikan maupun udang harus diperhatikan. Karena tahap kritis atau kerentanan ikan
budidaya adalah pada stadia larva hingga benih, dikarenakan tubuh ikan tersebut
masih rentan terhadap penyakit atau lingkungan sekitar (suhu, pH, dan oksigen
terlarut) serta membutuhkan kualitas dan kuantitas yang baik dari makanan yang
dikonsumsi oleh ikan budidaya, sehingga dibutuhkan lingkungan yang dapat
direkayasa agar mengurangi efek negatif yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
(panjang dan berat) ikan. Pertumbuhan ikan dapat di pengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas pakan, oleh dari itu dibutuhkan pemberian pakan yang optimal[ CITATION
Ida18 \l 1033 ]. Begitu pula dengan udang, untuk dapat menghasilkan udang yang
berkualitas, tentu dibutuhkan benur yang berkualitas pula. Untuk dapat memenuhi hal
itu pemberian pakan alami yang berkualitas sangat diperlukan [ CITATION Pur12 \l
1033 ].
Diantara pakan alami yang digunakan dalam pemeliharaan larva ikan dan udang
adalah Skeletonema sp. Menurut [ CITATION Sup13 \l 1033 ] penggunaan
Skeletonema costatum sebagai pakan alami bagi larva ikan dan udang sering
dilakukan karena memiliki gizi yang tinggi dan memiliki enzim autolysis sendiri
sehingga mudah dicerna oleh larva yang tidak dimiliki oleh pakan buatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana klasifikasi dan morfologi Skeletonema sp. ?
2. Bagaimana sifat pertumbuhan Skeletonema sp. ?
3. Apa kandungan gizi dari Skeletonema sp.?
4. Bagaimana cara budidaya Skeletonema sp.?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi Skeletonema sp.
2. Mengetahui sifat pertumbuhan Skeletonema sp.
3. Mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam Skeletonema sp.
4. Mengetahui dan memahami cara budidaya Skeletonema sp.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1.Klasifikasi dan Morfologi Skeletonema sp.


Menurut Tomas C. R (1997) dalam [ CITATION Amb18 \l 1033 ], klasifikasi
Skeletonema costatum adalah sebagai berikut:
Divisi : Chromophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Biddulphiales
Famili : Thalassiosiraceae
Genus : Skeletonema
Spesies : Skeletonema costatum.
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) dalam [ CITATION Arm13 \l
1033 ] Skeletonema costatum adalah diatom yang merupakan alga unisel filamentik
yang selnya berbentuk kotak yang terdiri atas epitheca (bagian yang lebih besar) dan
hypotheca (bagian yang lebih kecil) yang bertangkup menjadi satu. Spesies ini
tergolong pennate diatom yang berkembang biak secara isogami. Bagian hypotheca-
nya berlubang-lubang yang polanya khas dan indah yang tersusun atas silicon oksida
(SiO2) dengan diameter sel 4 – 15 mikron. Setiap sel diatom dipenuhi sitoplasma.
Warna sel hijau kecoklatan dan pada setiap sel memiliki frustula yang menghasilkan
skeletal eksternal. Karotenoid dan diatomin merupakan pigmen yang dominan pada
jenis ini.

2.2.Pola Pertumbuhan Skeletonema sp.


Pola pertumbuhan Skeletonema sp menunjukkan pola pertumbuhan
logaritmik. Pola pertumbuhan ini dimulai dari fase log atau eksponensial, fase
penurunan laju pertumbuhan, fase stationer dan fase kematian [ CITATION Set06 \l
1033 ]. Perkembangan skeletonema terdapat 2 cara, yaitu seksual dan aseksual.
Secara aseksual protoplasma akan terbelah menjadi dua yaitu epiteka dan hipoteka,
yang kemudian akan membentuk epiteka dan hipoteka baru dengan ukuran yang lebih
kecil. Adapun secara seksual akan terjadi apabila ukuran sel telah mencapai 17 μ
melalui pembentukan axospora.

2.3.Kandungan Gizi Skeletonema sp.


Skeletonema costatum memiliki kandungan protein berkisar antara 21,63-
32,05%. Dan juga memiliki kandungan lemak, kasar Omega3 (ω3) HUFA (Highly
Unsaturated Fatty Acid) yang cukup tinggi. Sehingga cocok untuk digunakan sebagai
pakan alami bagi ikan maupun udang [ CITATION Amb18 \l 1033 ].
Menurut penelitian [ CITATION Sup13 \l 1033 ] pada salinitas yang terbaik
untuk Skeletonema costatum 15 ppt, nutrisi yang terkandung dari nilai rata_rata hasil
pengamatan dengan 3 kali pengulangan adalah lemak kasar 2,02%, protein 22,29%,
serat kasar 1,01%, kadar air 8,89%, kadar abu 56,82%, BETN 8,96%.
Grahame (1987) dalam [ CITATION Jun15 \l 1033 ] menyebutkan bahwa
Skeletonema costatum memiliki kadar protein 59%, lemak 8%, dan karbohidrat 33%.

2.4. Budidaya Skeletonema sp.

Secara umum, pada kultur mikroalga dibutuhkan berbagai macam senyawa


anorganik baik sebagai hara makro (N, P, K, S, Na, Si, dan Ca) maupun hara mikro
(Fe, Zn, Cu, Mg, Mo, Co, B, dan lain-lain). Faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga antara lain cahaya, temperatur,
salinitas, tekanan osmose, dan pH air, yang bisa jadi memacu atau menghambat
pertumbuhan. Kondisi optimum untuk pertumbuhan Skeletonema costatum adalah
pada temperatur 20-25ºC, salinitas 17-25 ppt, pH 7-8, serta kadar Vitamin B 12
minimum 5 – 13,8 molekul / μ m³ [ CITATION Arm13 \l 1033 ].
Untuk tatacara kultur akan mengacu pada penelitian [ CITATION Azm20 \l
1033 ] dan [ CITATION Fit17 \l 1033 ] dan [ CITATION Fau15 \l 1033 ] , sebagai
berikut :

2.4.1.Persiapan Wadah
Sterilisasi wadah dilakukan dengan menggunakan sabun dan dibilas dengan
air bersih dan sterilisasi kering dilakukan untuk peralatan gelas dengan menggunakan
oven pada suhu 150 C selama 15 menit. Bahan sterilisasi yaitu air dilakukan dengan
menggunakan filter mekanis dan klorinasi dengan dosis 60 ppm selama 24 jam dan
pemberian Na-thiosulfat dengan dosis 30 ppm.

2.4.2.Media Kultur
Media kultur yang digunakan dalam budidaya pakan alami S. costatum dapat
dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan skala budidaya dan volume media:
1. Skala Laboratorium (2 Liter),
2. Skala semi massal (80 Liter) dan,
3. Skala massal (2 Ton).
Salinitas air yang digunakan dalam pakan budidaya S. costatum sebesar 26 ppt.
Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal, kualitas air yang dikehendaki adalah DO
7,3-7,4 ppm, salinitas 27-30 ppt, suhu dibawah 300C.

2.4.3.Pupuk
Pupuk yang diberikan pada kultur pakan hidup S. costatum memiliki
perbedaan antara skala laboratorium dengan skala semi massal dan massal.
Komposisi pupuk untuk budidaya skala laboratorium adalah KNO3 (100 ppm),
NaH2PO4 (10 ppm), Na2SIO3 (10 ppm), Na2EDTA (5 ppm), FeCL3 (1 ppm), Vitamin
B12 (0,001 ppm).
Untuk kultur skala semi massal dan massal, dosis pupuk yang digunakan
adalah UREA (15 ppm), TSP (15 ppm), Na2SIO3 (10 ppm), NPK (15 ppm), FeCL3 (1
ppm), dan Vitamin B12 (0,001 ppm).

2.4.4.Seleksi Benih
Benih yang digunakan dalam budidaya pakan alami S. costatum berasal dari
budidaya skala massal yang kemudian digunakan sebagai inokulan awal, baik untuk
skala laboratorium maupun semi massal. Kepadatan awal bibit S. costatum adalah
sebesar 10.000 sel ml-1.

2.4.5.Maintenance
Pertumbuhan sel S. costatum diamati setiap 3 jam. Budaya kepadatan awal
ditandai dengan fase lag dimana S. costatum masih mengalami adaptasi fisiologis
terhadap lingkungan. Fase eksponensial terjadi pada 21 jam setelah penebaran bibit.

2.4.6.Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan menyaring S. costatum dengan plankton net
dengan ukuran mata jaring 60 nm dan kemudian dibilas dengan air tawar lalu
dikeringkan selama 3-4 hari lalu dihaluskan. Kunci keberhasilan kultur algae adalah
mempertahankannya pada tahap eksponensial. Cara mempertahankan kultur agar
tetap eksponensial antara lain:
1. Memindahkan bibit yang masih dalam tahap eksponensial ke dalam skala
yang lebih besar (batch culture).
2. Memelihara kultur dalam volume yang besar dan dipanen secara berkala,
diikuti dengan penambahan air bersih dan pupuk (continuous culture).
BAB 3

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Penggunaan Skeletonema sp. sebagai pakan alami sangat banyak. Selain


memiliki nilai gizi yang tinggi, cara kulturnya pun mudah. Sehingga untuk
mendukung usaha para petani ikan dan udang yang membutuhkan benih yang baik.
Tentunya harus diberikan pakan yang berkualitas baik pula. Untuk memenuhi hal
tersebut, tata cara kultur pakan alami yang baik sangat disarankan.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, D. P., Yudiati, E., Supriyantini, E., & Maslukah, L. (2018). Pola
Pertumbuhan, Biomassa dan Kandungan Protein Kasar pada Kultur Mikroalga
Skeletonema costatum Skala Massal dengan Konsentrasi Kalium Nitrat
(KNO3) yang Berbeda. Buletin Oseanografi Marina, 7(2), 75-80.
Armanda, D. T. (2013). Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema
costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara pada Medium f/2 dan Medium
Conway. Bioma, 2(1), 49-63.
Azmi, K. A., Arsad, S., & Sari, L. A. (2020). The Effect of Commercial Nutrients
toIincrease The Population of Skeletonema costatum on Laboratory and Mass
Scales. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 441 012039.
Fauziah, & Hatta, M. (2015). Pengaruh Pemberian Kascing (Bekas Cacing) Dengan
Dosis Berbeda dalam Kultur Skeletonema costatum. Acta Aquatica, 11-17.
Fitriani, Fendi, & Rochmady. (2017). Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik
(NPK+Silikat) dengan Dosis Berbeda terhadap Kepadatan Skeletonema
costatum pada Pembenihan Udang Windu. Akuatikisle: Jurnal Akuakultur,
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 1(1), 11-18.
Idawati, Defira, C. N., & Mellisa, S. (2018). Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin
(Pangasius sp). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah,
3(1), 14-22.
Junda, M., Kurnia, N., & Mis'am, Y. (2015). Pengaruh Pemberian Skeletonema
costatum dengan Kepadatan Berbeda terhadap Sintasan Artemia Salina.
Jurnal Bionature, 16(1), 21-27.
Purba, C. Y. (2012). Performa Pertumbuhan, Kelulushidupan, dan Kandungan Gizi
Larva Udang Vanamei (Litopenaeus vanamei) Melalui Pemberian Pakan
Artemia yang Diperkaya dengan Sel Diatom. Journal Of Aquaculture
Management and Technology, 1(1), 102-115.
Setyaningsih, I., Panggabean, L. M., Riyanto, B., & Nugraheny, N. (2006). Potensi
Antibakteri Diatom Laut Skeletonema costatum terhadap Bakteri Vibrio sp.
Buletin Teknologi Hasil Perikanan, 9(1), 61-71.
Supriyantini, E. (2013). Pengaruh Salinitas terhadap Kandungan Nutrisi Skeletonema
costatum. Buletin Oseanografi Marina, 2, 51-57.

Anda mungkin juga menyukai