Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PEMBENIHAN UDANG


(LOBSTER)

Disusun Oleh :
Nama : Darei Mochamad Syapei
Nim : 3201808028

PEOGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan mata kuliah “Teknik Pembenihan Udang”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia. Laporan ini merupakan salah satu mata kuliah di
program studi budidaya perikanan di Politeknik Negeri Pontianak .
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan laporan
ini.

Pontianak, …. Juli 2020

Penulis

i
Daftar isi
1.PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Batasan Masalah............................................................................................1
1.3. Tujuan............................................................................................................1
1.4. Manfaat..........................................................................................................2
2.TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Biologi Lobster Air Tawar.................................................................................3
2.1.1 Klasifikasi Lobster Air Tawar.................................................................3
2.1.2. Morfologi Lobster Air Tawar.................................................................3
2.1.3. Habitat dan Penyebaran..........................................................................4
2.2. Persiapan wadah............................................................................................4
2.3.Persiapan induk..............................................................................................5
2.4. Pemijahan......................................................................................................5
2.5. Pengeraman...................................................................................................6
2.6. Pemeliharaan Larva.......................................................................................6
2.7. Panen Benih...................................................................................................6
3. METODOLOGI.................................................................................................7
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................7
3.1.1. Alat :.......................................................................................................7
3.1.2. Bahan :....................................................................................................7
3.2. Prosedur Kerja...............................................................................................7
4. HASIL dan PEMBAHASAN............................................................................9
4.1. Hasil...............................................................................................................9
4.1.1.Persiapan Wadah.....................................................................................9
4.1.2. Seleksi Induk..........................................................................................9
4.2. Pembahasaan...............................................................................................10
4.2.1. Persiapan wadah...................................................................................10
4.2.2. Seleksi induk.........................................................................................10
4.2.3. Pemijahan.............................................................................................11
4.2.4. Pengeraman telur..................................................................................11
4.2.5. Pemeliharaan larva...............................................................................12
4.2.6 . Panen benih..........................................................................................12
5. PENUTUP.........................................................................................................13

ii
5.1. Kesimpulan..................................................................................................13
5.2. Saran............................................................................................................13
Daftar Pustaka......................................................................................................14

iii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia Lobster Air tawar ini sudah cukup diketahui oleh masyarakat
Indonesia akan tetapi masih banyak yang tidak tahu kalua Lobster air tawar ini
sudah bisa di budidayakan di Indonesia, harga lobster air tawar ini juga sangat
tinggi maka dari itu untuk usaha budidaya lobster sangat menguntungkan karena
harga Lobster perkilo adalah kisaran Rp. 150.000-. sampai Rp.200.000-.
Lobster air tawar (LAT) jenis Cherax quadicarinatus, red claw atau lobster
capit merah merupakan komoditas yang diintroduksi dari Australia (Patoka et al.
2018) yang mempunyai keunggulan dari segi biologis, mudah bereproduksi dan
beradaptasi, dan secara teknis mudah dibudidayakan dengan harga yang relatif
tinggi/mahal. Budidaya LAT merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan
sebagai makanan, jaminan keberlanjutan produksi dibutuhkan benih yang dapat
disuplai dari pembenihan LAT (Ghanawil & Saoud, 2012). Sistem pembenihan
LAT dapat dilakukan secara intensif (Parnes & Sagi 2002). Komoditas tersebut
dapat dibenihkan dan mudah dibudidayakan, tidak mudah terserang penyakit,
bersifat omnivora, tidak membutuhkan suhu terlalu dingin, dapat tumbuh sampai
ukuran panjang badan 35 cm 500 gram, dapat mencapai ukuran komsumsi (> 90
gr/ekor) dalam waktu 6 bulan pemeliharaan (Yusnaini, 2004).
1.2. Batasan Masalah
A. Persiapan Wadah
B. Persiapan Induk
C. Pemijahan
D. Pengeraman
E. Pemeliharaan larva
F. Panen Benih
1.3. Tujuan
Tujuan dari praktiku ini adalah untuk mengimplentasikan hasil dari teori
yang sudah di pelajari selama perkuliahan berlansung, serta mahasiswa dapat
melakukan pembenihan lobster .

1
1.4. Manfaat
Adapun Manfaat dari praktikum ini adalah :
A. Mahasiswa bisa melakukan persiapan wadah dengan baik
B. Mahasiswa dapat melakukan seleksi ionduk dengan baik
C. Mahasiswa dapat melakukan pemijahan lobster dengan baik.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Lobster Air Tawar


2.1.1 Klasifikasi Lobster Air Tawar
Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), Cherax diklasifikasikan sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Klas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Parastacidae
Genus : Cherax
Specie : Cherax quadricarinatus
2.1.2. Morfologi Lobster Air Tawar
Martosudarmo & Ranoemihardjo (1980) mengemukakan bahwa tubuh
udang secara morfologi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalothoraks
(bagian kepala dan dada) dan bagian abdomen (perut/badan), demikian juga tubuh
Cherax. Layaknya krustasea yang lain, Cherax memiliki kerangka luar dan tidak
memiliki kerangka dalam. Sefalotoraks terdiri atas sepasang antena, sepasang
antenulla, sepasang maksila, mandibula, maksilipedia dan 4 pasang kaki jalan
(pereipoda) sedangkan abdomen terdiri atas 6 pasang kaki renang (pleopoda), 2
pasang ekor samping (uropoda) dan satu buah telson. Penutup sefalothoraks
tersusun dari zat tanduk atau kitin yang tebal dan disebut karapas. Zat tanduk ini
merupakan nitrogen polisakarida (C8 H13O5 N) x yang disekresikan oleh
epidermis dan dapat mengelupas (moulted ) pada interval waktu tertentu. Fungsi
karapas adalah untuk melindungi organ-organ bagian dalam seperti insang, alat
pencernaan termasuk organ hepatopankreas, jantung dan organ reproduksi.

3
Gambar 1. Morfologi Lobster Air Tawar
Selanjutnya Martosudarmo & Ranoemihardjo (1980) menerangkan bahwa
tubuh Cherax terdiri atas segmensegmen atau ruas-ruas, namun segmentasi ini
tidak terlihat dari luar karena tertutup oleh karapas. Masingmasing segmen
memiliki anggota badan dengan fungsi bermacam-macam. Anggota badan
tersebut mulai dari ruas badan terdepan hingga ruas badan terakhir terdiri atas:
tangkai mata, antenulla, antena, mandibula, maksila, maksiliped, periopoda,
pleopoda, dan uropoda. Secara garis besar struktur tubuh Cherax tidak terlalu
berbeda dengan struktur tubuh udang jenis lainnya
2.1.3. Habitat dan Penyebaran
Habitat dan penyebaran Francois (1960) mengemukakan bahwa jenis
lobster air tawar terdiri atas famili Astacidae yang terdapat di belahan bumi utara,
dan famili Parastacidae di belahan bumi bagian selatan. Riek (1968) menyatakan
bahwa famili Parastacidae yang terdiri atas 14 genus tersebar di belahan bumi
selatan, yaitu Madagaskar, Tasmania, Australia, produksi Cherax mendapatkan
status legal di Australia banyak ahli akuakultur yang antusias untuk meneliti
potensi jenis udang liar ini untuk dibudidayakan. Genus Cherax ini kemudian
banyak dipelajari dari berbagai aspek, bahkan Australia telah mengekspornya
sejak 20 tahun terakhir dengan label perdagangan ’spiny lobster’ dan harganya
cukup baik. Tanpa disadari, penyebaran genus Cherax asal Australia ini kini
meluas ke seluruh negara, dan permintaan pasar akan jenis udang ini sangatlah
tinggi.
2.2. Persiapan wadah
Aquarium pemijahan dapat dibuat dalam ukuran 80 x 40 x 40 cm (p x l x
t), atau 100 x 50 x 40cm. Luas dari ruang aquarium ini sangat tergantung dengan

4
ukuran dan jumlah indukan yang ada di dalamnya. Ruangan yang terlalu padat
mem-buat lobster tersebut rentan terhadap kaniblisme dan perkelahian.Untuk
ukuran aquarium 80 x 40 x 40 cm dapat memuat 8 ekor lobster ukuran
4” sedang untuk 5“ sebaiknya hanya di isi 6 ekor dan 6” sebaiknya hanya diisi
3 ekor saja.
Aquarium pengeraman; Dalam mengoptimalkan lahan yang sempit maka
aquarium pengeraman sekat dengan luas sekitar 15cm, sehingga bentuk aquarium
tersebut seperti accu. Hal ini akan memudahkan kita dalam memantau telur yang
sudah mendekati masa penetasan. Masa pengeraman telur oleh induk
lobster membutuhkan waktu sekitar 30-40 hari.
2.3.Persiapan induk
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-
5 jika penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air
tawar betina adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3.
Berdasarkan capitnya, calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar
buku pertama (tangkai capit) dan calon induk betina memiliki ukuran capit yang
sama atau 1,5 kali buku pertama.Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh
calon induk jantan lebih cerah dibandingkan dengan warna dasar tubuh
calon induk betina, jika wadah dan perlakuan yang diberikan dalam
pemeliharaannnya sama. Jika perbandingan ini dilakukan dalam lingkungan
pemeliharaan yang berbeda, kecerahan dan tingkat ketajaman dari warna
dasar itu akan berbeda pula. Warnam pigmen dalam cangkang tubuh sangat
dipengaruhi oleh warna air, jenis pakan, dan kandungan dasar pigmen yang
dimiliki oleh setiap spesies ikan.
2.4. Pemijahan
Hingga saat ini pemijahan lobster ini masih dilakukan secara alami.
Artinya, bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan
dipersiapkan oleh manusia, tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan
dan betina tergantung pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan
perilaku setiap pasangan untuk melaksanakan reproduksi, sehingga waktunya
tidak dapat ditentukan secara pasti . Sementara itu, induk jantan dan betina
yang digunakan dalam pemijahan alami secara individu berukuran 16-18cm

5
dengan perbandingan jantan dan betina 1:1 per aquarium .Lobster akan
melakukan pemijahan pada suhu air diatas 23-29o C dan optimum 27o C,
minimal cahaya yang diperlukan dengan terang 12 jam dan gelap 12 jam,
kebutuhan kondisi seperti ini tidak terlalu sulit bagi wilayah Indinesia
(Jones, 2000).
2.5. Pengeraman
Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak terlepas
dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan wadah dan
melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan personal
yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada tiga
tahapan kejadian alamiah yaitu : ( Jones, 2000).
1. Yakni perkembangan embrio dalam telur (pre-larva)
2. Perkembangan larva saat diasuh (larva) dan
3. Saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva).
2.6. Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva bertujuan untuk memelihara larva yang baru menetas
(nauplisoma) hingga menjadi lobster muda yang berukuran sekitar 7-10 cm.
Kegiatan pemeliharaan larva biasanya mempunyai tingkat kesulitan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Pada fase larva, lobster sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan, baik suhu dan salinitas maupun jenis,
kuantitas, dan kualitas pakan yang diberikan (Kanna, 2006)
2.7. Panen Benih
Pemanenan benih dilakukan untuk mendapatkan benih yang bisa dijual kepada
pembudidaya lain. Benih yang bisa dipanen dan dijual adalah benih yang sudah
berumur 70 hari dengan panjang tubuh sekitar 5 cm (Bachtiar, 2006)

6
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1. Alat :
A. Akuarium
B. Potongan paralon 3/4 inch 5 cm dan 1 inch 4 cm
C. Aerator
D. Seser
E. Ember
F. Timbangan digital
G. Pengaris
H. Senter
I. Kaca pembesar
J. Alat penguji kualitas air (pH meter, Thermometer, Refraktometer, Do
meter)
3.1.2. Bahan :
A. Induk udang lobster air tawar ( 3:5 ) 12 Jantan 20 ekor Betina
B. Pakan Induk (Cacing , pellet yang sesuai)
C. Pakan Benih ( Cacing )
3.2. Prosedur Kerja
A. Sebelum pembenihan dilakukan hal yang pertama yang di siapkan adalah
persiapan wadah akuarium yang berukuran 60cm x 50cm x 50 cm yang
telah diberikan paralon 3/4 inch untuk media pembenihan.
B. Ukuran lobster yang akan digunakan sebagai indukan sebaiknya yang
berukuran di atas 4 inch (10cm), atau berumur diatas 5-6 bulan dengan
berat sekitar 50-70 gram karena lobster yang di gunakan kali ini memiliki
jumlah anakan yang banyak.
C. Pemijahan lobster air tawar dilakukan secara alami. Pada pemijahan yang
dilakukan secara masal biasanya perbandingan jantan dan betina 3 : 5 .
proses perkawinan induk biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang
pagi dimana induk betina yang memijah tampak bergerak aktif mendekati
jantan.

7
D. Induk betina yang sudah bertelur segera dipindahkan ke akuarium
pengeraman , pemindahan ini dilakukan agar telur-telur tidak dimakan
oleh induk jantan dan betina yang belum bertelur.
E. Pengeraman dan penetasan telur.
 Minggu kedua , setelah 14 hari kawin atau 4 hari setelah keluar telur
yang pertama, semua telur akan keluar dengan warna kuning telur
menjadi orange.
 Minggu ketiga mulai terlihat 2 bintik hitam pada telur. Bintik hitam
tersebut merupakan embrio.
 Minggu keempat, capit, sungut dan kakinya mulai tumbuh . namun
embrio lobster tersebut masih mengandung kuning telur. Pada fase ini
lobster masih belum bias mandiri jika pada fase ini telur rontok pada
induknya kemungkinan besar embrio tersebut akan mati. Setelah
anakan yang cadangan kuning telurnya telah habis dalam waktu dekat
akan lepas dari induknya.
 Minggu kelima hampir seluruh kuning telur sudah habis, dengan
demikian cadangan makanan untuk embrio sudah habis. Ketika itu,
embrio mulai terlepas satu persatu dari induknya untuk mencari
makanan sendiri.
F. Pemberian pakan , lobster adalah jenis hewan omnivora atau pemakan
segala , sebaiknya anakan lobster diberi cacing sutra. Bisa juga cacing
beku atau pellet cacing saat pembesaran, sedangkan untuk indukan lebih
cocok diberi cacing tanah.
G. Setelah ukuran benih sudah cukup maka di lakukan pemanenan benih .

8
4. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Persiapan Wadah
Adapun hasil dari praktikum ini untuk persiapan wadah dapat di lihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
No Keterangan Hasil
.
1. Jenis wadah Aquarium
2. Ukuran wadah 60 x 30 x 50 cm
3. Alat Paralon 3/4 inch
4.1.2. Seleksi Induk
Adapun hasil dari seleksi induk pada praktikum ini dapat di lihat pada
Table 2 .
Tabel 2.
No Keterangan Hasil
.
1. Asal induk Anjungan (masyarakat)
2. Umur induk ±1 tahun
3. Ciri – ciri induk Induk jantan :
1. Berat 135,88
2. Panjang 12 cm
3. Terdapat tanda merah pada
kedua capit induk jantan .
4. Kedua capit berukuran 2-3 kali
lebih besar dari ruas pertama.
5. Jenis kelamin terdapat di
bagian kaki kelima , terdapat
benjolan.
6. Warna terlihat cerah.
Indukan Betina :
1. Berat 74,68
2. Panjang 14 cm
3. Tidak memiliki tanda merah
pada capit.
4. Ukuran capit sama atau 1,5
kali ruas pertama.
5. Jenis kelamin terletak pada
kaki ketiga.
6. Warna terlihat gelap.

9
4.2. Pembahasaan
4.2.1. Persiapan wadah
Adapaun persiapan wadah yang dilakukan pada praktikum pembenihan
lobster air tawar ini adalah mempersiapkan akuarium yang berukuran 60cm
x30cm x50cm setelah itu perlakuan yang dilakukan adalah pengurasan air –
penyikatan – di bilas – pengeringan - peletakan paralon – pengisian air . sebelum
itu paralon tersebut di potong sepanjang 5cm , untuk ukuran paralon adalah 3/4
inch. Hal ini sesuai dengan pendapat (Patasik, 2007) yang menyatakan ukuran
akuarium yang digunakan dapat berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm berbentuk
kotak atau persegi empat panjang dan menggunakan kaca bening dengan
ketebalan 8-12 mm. maka dari itu untuk ukuran wadah yang kami gunakan sudah
cukup ideal untuk media pembenihan lobster air tawar.
4.2.2. Seleksi induk
Seleksi induk yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan cara
mengamati ciri-ciri induk jantan dan betina yaitu melihat perbedaan induk jantan
dan betina seperti ukuran capit pada induk jantan lebih besar dari ukuran capit
betina, letak kelamin yang berbeda yaitu pada kaki ke lima pada induk jantan dan
pada kaki ke tiga pada induk betina , serta warna induk jantan terlihat lebih cerah
kebanding induk betina yang terlihat lebih gela dan melakukan pengukuraan berat
badan serta pajang tubuh induk. Pada induk jantan berat 135,88 dan panjang 10
cm sedangkan pada induk betina berat 74,68 dan panjang 14cm. Hal ini
sependapat dengan pendapat (Sukmajaya dan Suharjo, 2003) yang menyatakan
Secara umum, tujuan memperoleh calon induk adalah untuk mendapatkan bahan
yang dapat dijadikan sebagai induk, baik jantan maupun betina, yang akan
digunakan dalam memproduksi benih. Karena itu, teknik yang paling tepat untuk
digunakan adalah pengambilan calon induk hasil penangkapan dari habitat alam
atau seleksi hasil budidaya. Pelaksanaannya meliputi seleksi jenis kelamin yang
disesuaikan dengan umur, ukuran panjang, total tertinggi, dan tingkat kondisi
gonad. Disamping itu, beberapa hal yang perlu dilaksanakan dalam seleksi untuk
memperoleh calon induk adalah jenis wadah dan ukurannya, tingkat kepadatan

10
tebar, jenis dan kandungan protein dalam pakan, serta sistem pemeliharaan dan
pengelolaannya.
Maka dari itu untuk seleksi induk yang telah di lakukan pada praktikum ini
sudah di lakukan dengan baik kerena sudah dilakukan pengamatan pada induk
seperti mengukur panjang dan berat tubuh induk , melihat cici sekunder pada
induk lobster .
4.2.3. Pemijahan
Pada praktikum ini pemijahan tidak dilakukan tapi pemijahan yang baik di
nyatakan dengan pendapat (Sukmajaya dan Suharjo, 2003) yang menyatakan
Hingga saat ini, pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami.
Artinya, bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan dipersiapkan
oleh manusia, tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan dan betina sangat
tergantung pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan perilaku setiap
pasangan untuk melaksanakan reproduksi, sehingga waktunya tidak dapat
ditentukan secara pasti. Ada dua teknik yang dapat digukanan untuk melakukan
pemijahan alami lobster air tawar, yakni pemijahan secara masal dan pemijahan
secara pasangan individu. Dan Pemijahan secara individu menggunakan induk
jantan dan induk bertina yang berukuran 16-18 cm dengan perbandingan jantan
dan betina 1 : 1 per wadah. Wadah untuk pemijahan secara individu dapat berupa
akuarium dengan ukuran 0,5 x 0,4 x 0,3 m.
4.2.4. Pengeraman telur.
Pada praktikum ini pengeraman tidak dilakukan tapi pengeraman yang
baik di nyatakan dengan pendapat (Sukmajaya dan Suharjo, 2003) berpendapat,
strategi yang perlu dilaksanakan dalam proses pengeraman dan penetasan telur
adalah sebagai berikut.
A. Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk
yang tidak mengandung telur dan induk jantan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang
menyebabkan gangguan fisik.
B. Pakan yang diberikan relatif sedikit
C. Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu
air harus rendah. Dikarenakan agar lingkungan lebih nyaman karena pada

11
fase embrio, nauplius, dan protozoa, juvenil memiliki karateristik
sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan suhu air.
D. Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya saling ganggu jika pelaksanaan
pengeraman hingga penetasan telur dilakukan secara masal dalam satu
wadah
4.2.5. Pemeliharaan larva
Pada praktikum ini pemeliharaan larva tidak dilakukan tapi pemeliharaan
larva yang baik di nyatakan dengan pendapat (Bachtiar, 2006) berpendapat enih
yang baru menetas dipelihara dalam kolam penetasan 10 hari. Selanjutnya benih
dipindahkan ke kolam pembesaran benih (pendederan) untuk dipelihara selama 2
bulan. Dan dilanjutan dengan pendapat (Kanna, 2006) yang berpendapat
Pemeliharaan larva bertujuan untuk memelihara larva yang baru menetas
(nauplisoma) hingga menjadi lobster muda yang berukuran sekitar 7-10 cm.
Kegiatan pemeliharaan larva biasanya mempunyai tingkat kesulitan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Pada fase larva, lobster sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan, baik suhu dan salinitas maupun jenis,
kuantitas, dan kualitas pakan yang diberikan
4.2.6 . Panen benih
Pada praktikum ini pemeliharaan larva tidak dilakukan tapi teknik panen
yang baik di nyatakan dengan pendapat (Lukito dan Prayugo ,2007) yang
menyatakan pemanenan pada aquarium :
A. Jika akuarium dilengkapi saluran pembuangan di dasar akuarium, buka
saluran tersebut hingga air berkurang. Jika tidak ada saluran
pembuangannya, pengurasan dilakukan dengan pompa air yang
dihubungkan dengan selang plastik ¼ inchi.
B. Jika ketinggian air telah mencapai 1-2 cm, tutup kembali saluran
pembuangan atau hentikan penyedotan dengan pompa air.
C. Angkat tempat persembunyian beserta dengan benih yang menempel.
D. Untuk menghindari benih yang berjatuhan, pengangkatan tempat
persembunyian harus menggunakan scoop net .

12
E. Masukkan benih beserta tempat persembunyian ke dalam ember yang
telah diisi air, dimana kualitas dan parameter air yang digunakan harus
sama dengan air dalam akuarium agar benih tidak stress.
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan praktikum teknik
pembenihan lobster air tawar ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan wadah yang digunakan merupakan aquarium yang berukuran
60cm x 30cm x 50cm sudah dilakukan dengan baik.
2. Seleksi induk yang dikalukan dengan melakukan pengamatan dan
pengukuran berat dan panjang tubuh induk lobster sudah dilakukan dengan
baik .
3. Adapun kegiatan yang belum bisa dilakuka dikarenakan pemijahan lobster
ini memakan waktu yang lama adalah pemijahan , pengeraman telur,
pemeliharaan larva , panen benih .
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum teknik pembenihan
lobster air tawar ini adalah :
1. Dengan waktu yang diberikan sangat singat pada praktikum ini sebaiknya
pemijahan tetap dilakukan guna mendapatkan hasil pada praktikum
pembenihan lobster air tawar.
2. Untuk teknik pemijahanya sebaiknya menugunakan pemijahan secara
masal agar dapat mempercepat waktu dan hasil dari pembenihan cukup
banyak.

13
Daftar Pustaka
Bachtiar, Y. 2006. Usaha Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah.
Agromedia Pustaka. Jakarta.60 Hal

Francois, D.I. 1960. Freshwater Crayfish. Aust. Mus. Mag. 13 (7): 217—220.

Kanna, Iskandar. 2006. Lobster (Penangkapan, Pembenihan, Pembesaran).


Kanisius. Yogyakarta.

Lukito,A., & Prayugo, S. (2007). Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta:
Penebar Swadaya. Coldiron, D. (2010). Crayfish

Martosudarmo, B. dan B.S. Ranoemihardjo. 1980. Biologi Udang Penaeid. In


Pedoman Pembenihan Udang Penaeid. Ditjen Perikanan Jakarta. p. 1—21.

Parnes, P. & Sagi, A. (2002). Intensification of redclaw crayfish Cherax


quadricarinatus culture I. Hatchery and nursery system. Aquacultural
Engineering 26, 251-262

Patoka, J., Wardiatno, Y., Mashar, A., Yonvitner, Wowor, D., Takdir, M.,
Purnamasari, L., Petrtyl, M., Kalous, L., Jerikho, R., Kouba, A & Bláha, M.
(2018).

Patasik, S. 2004. Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Redclaw crayfish, Cherax quadricarinatus (von Martens, 1868),widespread


throughout Indonesia. BioInvasions Records, 7(2) , 185– 189.

Riek, E.F. 1968. The Australian Freshwater Crayfish (Crustacea: Decapoda:


Parastacidae), with Description of New Species. Australian Journal Zoology.
17(3): 855— 918.

Sukmajaya, Y dan Suharjo, 2003. Mengenal lebih Dekat Lobster Air


Tawar, Komoditas Perikanan Prospektif.Agromedia Pustaka
Utama.Sukabumi.

Yusnaini, (2004). Laporan Budidaya Lobster Air Tawar, Lembaga Penelitian


Universitas Halu oleo, Kendari.

14
Dokumentasi

15
16

Anda mungkin juga menyukai