Jaring Apung
Disusun oleh :
Zenia Aulia Nengsih 205080407113030
Syifa Amelia (205080401113020)
Ridlo Ardian (205080407113020)
Arden Iqbal Prasetya ( 205080400113012 )
BAB I ....................................................................................................................3
PENDAHULUAN ................................................................................................3
1.1 Latar belakang ................................…........................................................…3
1.2 Tujuan..........................................................................................................…3
BAB II....................................................................................................................3
2.1Kerambah Jaring Apung (KJA)………………………………………………………….3
2.2Pengertian Kerambah Jaring Apung (KJA)………………………………….4
BAB IV……………………………………………………………………………12.
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………12
4.2Saran……………………………………………………………………………12
Daftar pustaka .................................….....................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan protein hewani dapat diperoleh dari hewan/ternak di daratan maupun
protein hewani yang berasal dari perairan. .Selama ini, pemenuhan kebutuhan terhadap
protein asal ikan berasal dari usaha penangkapan di alam. Sebagaimana diketahui,
penangkapan yang dilakukan secara terus menerus akan berdampak terhadap terancamnya
kelestarian sumberdaya ikan. Salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk
menekan upaya penangkapan dan memenuhi kebutuhan protein asal ikan adalah melalui
upaya budidaya. Dalam budidaya ikan, kita bisa melakukannya dalam beberapa media, salah
satunya adalah sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan keramba jaring apung
bisa dilakukan baik di sungai yang dalam, danau, di atas kolam terpal, hingga laut. Budidaya
ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya pembesaran ikan yang efisien
dan efektif. Dengan luasan media yang sempit, kita bisa melipatgandakan hasil panen ikan.
Pola yang dipakai adalah mengintensifkan pola budidaya ikan tersebut, yang memang
akhirnya akan berdampak pada biaya tinggi namun bisa didapatkan keuntungan yang lebih
tinggi pula.Teknologi budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) telah lama
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Budidaya dengan sistem keramba jaring apung mulai
dikembangkan di perairan pesisir dan perairan danau.
1.2 Tujuan
Tujuan nya yak untuk menjadi pembelajaran mahasiswa mengenai budidaya ikan di keramba
jaring apung. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari secara langsung kegiatan
keramba jaring apung untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan keterampilan
mahasiswa mengenai cara budidaya ikan di keramba jaring apung, dan dapat memberikan
solusi mengenai masalah-masalah yang dihadapi pembudidaya ikan di keramba jaring apung
berdasarkan teori ilmu yang didapat mahasiswa di bangku kuliah serta sebagai bentuk
pengabdian sebuah institusi Perguruan Tinggi kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerambah Jaring Apung (KJA)
3
2.2 Pengertian Kerambah Jaring Apung (KJA)
Kerambah jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring yang di bentuk
segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan
kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha
pemeliharaan ikan dalam KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Ikan
yang dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan tebster).
KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional
menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).
Kegiatan budidaya ikan sistem KJA di Danau Toba telah dilakukan oleh masyarakat sejak
tahun 1986, namun perkembangan KJA dengan pesat terjadi sejak tahun 1998 melalui
budidaya kerambah jaring apung intensif berkepadatan ikan yang tinggi (Rismawati, 2010).
Pada tahun 2006 Jumlah KJA yang beroperasi diperairan Danau Toba terdata sebanyak
5.233 unit.
Kemudian survey yang dilakukan Dinas Perikanan Provinsi Sumatera
Utara tahun 2008, di dapatkan bahwa KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba sebanyak
7.012 unit, yang terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara sebanyak 1.780 unit dan
KJA milik masyarakat sebanyak 5.232 unit. Usaha budi daya ikan dengan keramba jaring
apung (KJA) sudah lama berkembang, Baik oleh masyarakat setempat maupun oleh industry
pengolahan skala internasional.
Bahkan hasilnya telah diekspor, ke AS maupun Uni Eropa, bahkan sejak lama sektor
perikanan telah mendukung kemajuan sektor pariwisata di danau yang menjadi trade mark
bagi pariwisata di Sumatera Utara.
Kerambah jaring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan dalam kurungan yang
terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :
1. kurung tancap; bentuk kurungan ikan yang peletakannya menggunakan tiang-
tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.
3. kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan diletakan
pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat / jangkar.
4. Keramba jaring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu rangka dengan
disukung oleh pengapung-pengapung. (Nikijuluw V.P.H, 1992).
Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknik kerambah jaring apung (KJA)
lebih efisien dari segi biaya dari pada teknik tambak di kawasan danau atau perairan tertutup
yang sifatnya permanen dan rentan terhadap konflik kepemilikan lahan atau tanah.Selain itu
keramba jaring apung termasuk alat produksi yang fleksibel, karena bila tidak berproduksi
kerambah dapat didaratkan untuk menjaga keamanan dan pemeliharaannya.
Kerambah jaring apung merupakan bentuk / system kurungan yang banyak sekali di pakai
dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaannya, (Beveridge
4
1987, Christensen, 1989) di karenakan system keramba ini memiliki nilai yang ekonomis
(murah) dan merupakan cara yang sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air,
maka banyak sekali kegunaannya yaitu : Sebagai sarana penyimpanan sementara, Sebagai
tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi, tempat penyimpanan dan transportasi
ikan umpan, wadah organisme air untuk memonitor kualitas lingkungan, sarana pemeliharaan
untuk tujuan “Re – Stocking“ (Ahmad et al, 1991).Sejauh ini kerambah jaring apung
merupakan yang paling baik untuk budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain
seperti kurung tancap (Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari
segi- segi: pengelolaan mudah diterapkan, tingkat kualitas ikan peliharaan, pemanfaatan
sumber daya maupun nilai ekonomisnya (Nikijuluw V.P.H, 1992).
BAB III
PEMBAHASAN
8. Pemanenan
Tahap pemanenan dimulai dengan mempersiapkan seluruh komponen yang diperlukan
seperti kantong plastik, karet, tabung oksigen, tangguk dan timbangan. Pemanenan dilakukan
dengan cara mempersempit daerah berenang ikan yakni dengan mengangkat dan menggulung
jaring apung kesatu sisi. Sehingga, ikan-ikan berkumpul pada satu titik dan mudah untuk
diambil dengan tangguk dan ditimbang. Kemudian, di kemas atau packing didalam kantong
plastik yang sudah dipersiapkan sesuai dengan takaran berat ikan per kantong plastik yakni
10 Kg ikan. Serta, dalam pengemasan jangan lupa ikan-ikan diberi asupan oksigen agar dapat
tetap hidup (segar) hingga ketangan konsumen. Pemanenan ikan baru dapat dilakukan apabila
ikan tersebut sudah berukuran besar.
9. Harga ikan
Pembudidaya ikan di Desa Sungai Paku menjual ikannya dalam keadaan hidup dan Segar.
Harga jual ikan Nila di pembudidaya ikan ke pedagang pengumpul adalah Rp.23.000/kg
sedangkan untuk ikan Baung sebesar Rp. 33.000/kg.
10. Pemasaran ikan
9
Pemasaran ikan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan ini dilakukan setelah pamanenan ikan
lalu jual kepada pedagang pengumpul dengan keadaan hidup dan masih segar. Hasil budidaya
ikan di Desa Sungai Paku dipasarkan ke Desa Lipatkain, Kampar , Bangkinang dan
Kuansing.
11. Investasi
Investasi yag ditanaman terdiri dari modal tetap dan modal kerja. Investasi yang
ditanamkan oleh pembudidaya di Desa Sungai Paku berbeda-beda, hal ini tergantung
pada besarnya usaha tersebut.
12. Modal Tetap
Modal tetap merupakan sejumlah biaya yang ditanamkan untuk pembelian (pengadaan
aktiva) atau barang-barang (peralatan) yang tidak habis dalam satu kali proses produksi akan
tetapi dapat digunakan berulang kali untuk jangka waktu yang lama.
Modal tetap yang ditanamkan pembudidaya ikan Di Desa Sungai Paku terdiri dari biaya
pembuatan keramba, sarana pendukung yang terdiri dari (ember, tangguk, Keranjang dan tali)
dan Sampan.
3.4 Kelebihan dan Kekurangan Keramba Jaring Apung
Kelebihan
4. Menjaga Lingkungan
Pembukaan lahan di daratan mengalami banyak kendala dan masalah. Selain dikarenakan
pertambahan jumlah penduduk yang mengharuskan pertambahan hunian baru juga daerah
layak guna untuk budidaya semakin berkurang. Selain itu pembukaan lahan juga dapat
menyebabkan kerusakan lahan yang lainnya misalnya saja lahan mangrove yang semakin
rusak, pencemaran lingkungan akibat budidaya tambak intensif yang menghasilkan limbah
namun tidak dapat mengolah limbah dengan baik dan benar dan penggunaan tambak jika
telah tercemar virus atau penyakit tidak dapat digunakan dalam waktu cepat karena proses
sterelisasi. Adanya KJA dapat mengurangi masalah-masalah tersebut.
Kekurangan
2. Tambahan Pakan
Menyatunya sistem budidaya dengan perairan umum menyebabkan pakan yang digunakan
acapkali bercampur atau bahkan menyebar ke perairan umum. Bukan hanya itu, terkadang
ikan yang berada diluar KJA mendekat menuju KJA hanya untuk menghisap-hisap pakan
yang ada. Sehingga seringkali kebutuhan pakan dipasok dari pakan alami dan pakan buatan
untuk mengurangi tambahan biaya pakan.
3. Pemantauan dan Perawatan Rutin
Diawal telah disebutkan membutuhkan modal yang tinggi. Hal ini juga dikarenakan
pemantauan dan perawatan yang harus dilakukan. Bayangkan saja KJA berada di 500 meter
dari daratan. Berada ditengah lautan tentunya akan menyulitkan pembudidaya. Maka dari itu
kapal kecil digunakan untuk transportasi. Namun kebutuhan transportasi membutuhkan
tambahan biaya. Kemudian perkara mengenai perawatan rutin KJA yang tidak mudah
seringkali menyulitkan pembudidaya pemula. Jaring yang berada di tengah perairan umum
rawan rusak akibat desakan ikan yang mengira lingkungannya besar dan dapat keluar, usaha
ikan di luar KJA yang mencoba menerobos masuk KJA demi pakan yang diberikan atau
lumut dan karang lautan yang menempel di jaring-jaring KJA.
11
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Dari total pembahasan yang telah kami lakukan kami menyimpulkan bahwa cara budidaya
dengan menggunakan keramba jaring apung sangat intensif khususnya bagi yang ingin
mendapatkan keuntungan yang besar, namun cara budidaya ini juga memiliki kekurangan
yaitu tidak tahan lama dalam pemakaiannya.
4.2 SARAN
Disini penulis menginginkan, Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung ini agar semakin
berkembang dan maju dengan memanfaatkan segala potensi yang terkandung di daerah
tersebut dengan memperbaiki segala kekurangan yang ada serta lebih meningkatkan kualitas
dan quantitas ikan yang dihasilkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13