Abstrak
Kampung Holtekamp merupakan kawasan
pesisir yang masuk dalam wilayah
administratif yang menjadi sasaran wisata
pesisir dan budidaya perikanan berbasis
masyarakat, termasuk budidaya ikan nila.
Permasalahan yang dihadapi pembudidaya
ikan di Holtekamp adalah kualitas air dan
perlunya sumber air untuk pengelolaan
tambak. Metode pengamatan kualitas air
menggunakan metode kualitatif studi
pustaka. Air tambak memiliki kisaran pH
antara 6,7 hingga 8,2. oksigen terlarut (DO)
berkisar antara 6,9 mg/L hingga 13,9 mg/L.
Nilai total amoniak (NH3) selama sebulan
mengalami peningkatan berkisar antara 1,14
mg/L menjadi 1,73 mg/L. Kemudian
kecerahan kolam selama sebulan berkisar
antara 7 sampai 17,5 cm. Sedangkan suhu
di tambak berkisar antara 20,7°C hingga
35,2°C. Salinitas memiliki nilai 0 ‰ hingga
0,4 ‰. Hasil berdasarkan panjang, bobot
ikan dan kualitas air di kolam budidaya ikan
nila nirwana menunjukkan bahwa
pertumbuhan benih ikan dan beberapa
parameter kualitas air seperti DO, amoniak,
kecerahan, dan suhu di dalam kolam
tergolong kurang bagus.
Kata kunci : kualitas air, pertumbuhan, ikan
nila nirwana
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Kualitas air
Menurut PP No.82 Tahun 2001 pada
tanggal 14 desember 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran, yang menjelaskan bahwa
apabila suatu perairan telah memenuhi baku
mutu yang telah ditentukan sesuai
peruntukannya maka perairan tersebut
memiliki kualitas baik dan dapat digunakan
sesuai peruntukannya. Seperti melakukan
pembudidayaan. Untuk mengetahui kondisi
perairan sesuai dengan peruntukannya
harus diukur menggunakan alat uji dan
metode yang sesuai. Kualitas air
menunjukkan sifat air dan kandungan
organisme, zat, atau komponen lain yang
terkandung dalam air.
Beberapa faktor fisik yang menjadi
parameter kualitas air dalam budidaya ikan
air tawar diantaranya suhu, kecerahan air,
dan kecepatan air (Marlina dan Rakhmawati,
2016). Ada juga faktor kimia yang
mempengaruhi kualitas air pH (power of
Hydrogen), DO (Dissolve Oxygen),
ammonia, nitrat. Sedangkan faktor biologi
dipengaruhi oleh organisme baik mikro
maupun makro yang masuk ke dalam air
misalnya bakteri. Semua hal ini sangat
mempengaruhi kualitas air sehingga para
pembudidaya harus mengatur kualitas air
agar yang kita budidaya tidak terganggu
pertumbuhannya. Kualitas air merupakan
kondisi yang harus dikendalikan karena
sebagai salah satu faktor utama dan penting
dalam pengelolaan sumberdaya perairan.
Pemantauan kualitas air sangat
penting untuk memastikan air memiliki
kualitas yang baik sesuai yang baik dengan
peruntukannya. Tujuan utama upaya
pemantauan terhadap kualitas suatu
perairan adalah mengetahui nilai kualitas air
dalam bentuk parameter kimia, fisik, dan
biologi. Membandingkan nilai kualitas air
dengan baku mutu sesuai dengan
peruntukannya.
pH (derajat keasaman)
pH atau derajat keasaman adalah
logaritma negatif dan konsentrasi ion-ion
hidrogen yang terlepas dalam suatu zat cair
yang kemudian dapat menggambarkan
keasaman atau kebasaan air. pH dinyatakan
dalam angka dari 1-14. pH perairan adalah
satu faktor kimia yang cukup penting dalam
mengontrol kestabilan atau keseimbangan
perairan (Simanjuntak,2009). Sebagian
besar organisme akuatik sensitif terhadap
perubahan pH, dan lebih menyukai pH netral
yaitu antara 7-8,5.
DO (Oksigen terlarut)
Temperatur (suhu)
Adalah kapasitas panas yang
terkandung dalam suatu benda (Sutisna dan
Sutarmanto, 2015). Temperatur akan
mempengaruhi proses biokimia di dalam
suatu perairan baik mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung. Menurut
Tatangindatu et al. (2013) suhu yang baik
untuk menunjang pertumbuhan ikan yang
optimal dalam budidaya ikan air tawar seperti
ikan nila dan ikan mas adalah 28 derajat
celcius. Tingginya temperatur akan dapat
menyebabkan kematian ikan karena terlalu
panas suhu didalam air.
Metode Penelitian
Suhu
Suhu air kolam sangat
mempengaruhi aktivitas dan nafsu makan
ikan budidaya. Suhu optimum untuk ikan
budidaya adalah 28-32°C. Dibawah suhu
25°C, aktivitas gerak dan nafsu makan ikan
mulai menurun. Diatas 35°C, ikan budidaya
akan mengalami stress dan kesulitan nafas
karena konsumsi oksigen ikan meningkat,
sedangkan daya larut oksigen di air
menurun. Semakin tinggi suhu kolam, akan
mempercepat reaksi amonium menjadi
amonia. Amonia lebih beracun dibanding
dengan ammonium. Hal lain yang dapat
membuat perubahan suhu di suatu perairan
dikarenakan adanya pengaruh penyerapan
dan pelepasan panas dari teriknya matahari.
Suhu yang berubah-ubah dapat
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton
dan organisme yang ada di perairan.
Salinitas
Perubahan salinitas yang besar dapat
mempengaruhi organisme di dalamnya
(Davis, 1955). Pasang surut sebagai salah
satu kekuatan angin yang dapat
mempengaruhi salinitas. salinitas ditentukan
berdasarkan banyaknya garam-garam yang
larut dalam air. Parameter kimia tersebut
dipengaruhi oleh curah hujan dan
penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu
daerah. spesies ikan nila mampu
beradaptasi pada media bersalinitas tinggi,
karena kemampuan osmoregulasinya cukup
baik. Nilai laju pertumbuhan harian rata-rata
ikan nila merah semakin meningkat dengan
meningginya kadar salinitas. tekanan
osmotic tubuh ikan nila merah atau disebut
isoosmotik. Salinitas di dalam tambak tidak
terlalu tinggi dikarenakan cuaca yang tidak
menentu dan tidak dilakukan penggantian
atau pemasukan air ke dalam tambak.
Pemberian Pakan
Faktor pakan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pertumbuhan
ikan. Untuk merangsang pertumbuhan ikan
yang optimal, diperlukan jumlah dan mutu
makanan yang tersedia dalam keadaan
cukup serta sesuai dengan kondisi perairan.
Diharapkan dengan pemberian makanan.
tambahan tersebut akan dapat meningkatkan
produksi ikan peliharaan sampai 3 (tiga) kali
lipat dibandingkan dengan ikan yang tidak
diberikan makanan tambahan. tingkat
efisiensi penggunaan pakan nila ditentukan
oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang
diberikan. Dilihat dari pertumbuhan ikan nila
nirwana menunjukkan bahwa pakan yang
diberikan sudah sesuai untuk kebutuhan ikan
namun faktor lain yang menyebabkan ikan
tidak mau makan adalah kondisi lingkungan
yaitu kualitas dan tinggi tambak yang tidak
optimum sehingga mengganggu
pertumbuhan ikan.
Penutup