Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Suhu Terhadap Variabilitas Fisika-Kimia di Perairan Teluk Riau

Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Affdhal Abdi Kapri, Chandra Joei Koenawan, Yales Veva Jaya

affdhalabdikapri@gmail.com

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultasn Ilmu Kelautan dan Perikanan,


Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Teluk merupakan perairan laut yang menjorok ke daratan, teluk juga termasuk
bagian dari pesisir pantai karena masih terpengaruh oleh siklus pasang surut air
laut. Penelitian dilakukan di perairan Teluk Riau dengan melakukan pengamatan
langsung pada perairan dan di analisis dengan melihat hubungan Suhu terhadap
parameter variabilitas Fisika-Kimia, serta tingkat korelasi dari masing-masing
parameter. Data diukur pada 30 titik sampel yang tersebar pada perairan Teluk
Riau dengan pengukuran dilakukan pada saat pasang dan surut. Hasil dari
penelitian yaitu, kondisi Suhu 28,25-30,130C dengan rata-rata suhu 28,850C.
Kondisi Salinitas 24,50-32,000/00 dengan rata-rata salinitas 30,250/00, Oksigen
terlarut (DO) 7,95-9,78 mg/l dengan DO rata-rata 9,08 mg/l dan Derajat keasaman
(pH) 6,94-8,33 dengan pH rata-rata 7,71. Korelasi antara Suhu terhadap Salinitas
dan Oksigen terlarut (DO) memiliki hubungan yang berlawanan arah, korelasi
Suhu terhadap Derajat keasaman (pH) memiliki hubungan yang searah. Pada
perairan Teluk Riau memiliki jenis pasang surut semi Diurnal dimana terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut selama satu hari. Pengaruh Suhu terhadap
Variabilitas Fisika-Kimia di Perairan Teluk Riau memiliki hubungan yang cukup
dimana Suhu memiliki pengaruh terhadap perubahan Salinitas dan Oksigen
terlarut (DO)

Kata kunci: Variabilitas, Parameter Fisika, Parameter Kimia, Pasang Surut

PENDAHULUAN

Perairan Teluk Riau merupakan bagian dari pesisir pantai yang menjorok ke
daratan dan masih terpengaruh oleh aktivitas pasang surut. Teluk Riau memiliki
beberapa sungai-sungai kecil, muara sungai, dan badan air yang terpisah dari laut
oleh penghalang pantai (barrier beach) yang merupakan contoh dari sistem
perairan estuari. Pada lapisan permukaan (surface layer) penyebaran suhu
ditentukan oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah jumlah panas
matahari yang diterima oleh laut (Effendi, R, 2003). Parameter Oseanografi yang
1
diperhatikan yaitu suhu permukaan laut, salinitas, oksigen terlarut (DO) dan
derajat keasaman (pH) yang merupakan indikator penting dalam menentukan
kualitas perairan dan tingkat pencemaran pada perairan (Putra et al., 2016).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi suhu, salinitas, oksigen
terlarut dan derajat keasaman, lalu di lihat tingkat korelasi suhu dengan parameter
lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, kita akan dapat melihat tingkat
korelasi suhu terhadap paramater salinitas, oksigen terlarut dan derajat keasaman,
apakah memiliki korelasi yang tinggi atau tidak ada hubungan sama sekali.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Survey, yaitu


pengamatan secara langsung terahadap varibel yang akan diteliti. Adapun data
yang akan diukur dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan
No Jenis data Sumber data

1 Suhu Survei dan pengamatan langsung

2 Salinitas Survei dan pengamatan langsung

3 Oksigen terlarut (DO) Survei dan pengamatan langsung

4 Derajat keasaman (pH) Survei dan pengamatan langsung

Titik sampling ditentukan dengan menggunakan metode acak dengan jumlah


titik sebanyak 30 titik yang tersebar pada perairan. Metode acak merupakan
sistem yang memberikan kesempatan yang sama dari masing-masing titik
sampling (equal chance). Cara ini dianggap obyektif karena netral, sampling
disebut probability sampling, yaitu setiap titik mempunyai probabilitas
(kemungkinan) yang sama untuk dipilih.
Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi SPSS vs.22 dengan melihat
tingkat korelasi Suhu terhadap parameter Fisika-Kimia di perairan. Korelasi
adalah hubungan antara dua variabel, misalnya variabel X dan variabel Y.
Variabel X adalah variabel yang sudah diketahui dan dapat digunakan untuk
menafsirkan variabel Y. Kuat dan tidaknya hubungan antara variabel X dan Y
dapat dinyatakan dengan fungsi linear (paling tidak mendekati), di ukur dengan
suatu nilai Koefisien Korelasi. Dari hasil perhitungan korelasi, maka dapat dilihat
tingkat hubungan antar variabel, berdasarkan Patokan tingkat hubungan korelasi.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 2.

2
Tabel 2. Patokan tingkat hubungan korelasi

< 0,20 hubungan dianggap tidak ada

0,20 - 0,40 hubungan ada tapi rendah

> 0,40 -0,70 hubungan cukup

> 0,70 - 0,90 hubungan tinggi

> 0,90 - 1 hubungan sangat tinggi / sempurna

Sumber : Sarwono, J (2006)

HASIL
Parameter Fisika-Kimia Perairan
Suhu perairan Teluk Riau berkisar antara 28,50C – 300C dengan rata-rata Suhu
28,850C dimana tingkat suhu terendah mencapai 28,50C dan tingkat suhu tertinggi
mencapai 300C. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.51 Tahun 2004 (Kepmen LH No.51 Tahun 2004) kondisi suhu normal untuk
biota laut 28-320C, dengan demikian kondisi suhu pada perairan teluk dengan
demikian kondisi suhu pada perairan teluk riau masih termasuk dalam kondisi
normal dan mampu untuk mendukung kehidupan organisme didalamnya. Untuk
lebih jelasnya, hasil pengukuran suhu dapat disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil pengukuran Suhu di perairan


Pada perairan Teluk Riau setelah dilakukan pengukuran, kondisi salinitas yaitu
antara 24,50-32 0/00 dengan rata-rata Salinitas 30,25 0/00 dimana tingkat terendah
24,50 0/00 dan tingkat tertinggi 32 0/00. Menurut Kepmen LH No.51 Tahun 2004
bahwa untuk tingkat salinitas normal bagi biota laut yaitu antara 33-340/00, dengan
demikian pada perairan teluk riau memiliki tingkat salinitas yang kurang baik, hal
ini dikarenakan masukan dari aliran sungai yang berlebih dan tingkat curah hujan
yang tinggi sehingga terjadi penurunan tingkat salinitas pada permukaan perairan
laut.

3
Menurut Effendi, R (2003), nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari
0,5 ‰, perairan payau antara 0,5 ‰ - 30 ‰, dan perairan laut 30 ‰ – 40 ‰. Pada
perairan hipersaline, nilai salinitas mencapai kisaran 40 ‰ – 80 ‰. Pada perairan
pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai.
Untuk lebih detail hasil pengukuran Salinitas dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Hasil pengukuran Salinitas di Perairan

Oksigen terlarut (DO) di perairan teluk riau berkisar antara 7,95-9,78 mg/l
dengan tingkat rata-rata 9,08 mg/l dimana tingkat terendah DO yaitu 7,95mg/l dan
tingkat tertinggi 9,78mg/l. Berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 2004
menyatakan tingkat Oksigen terlarut termasuk normal untuk dapat mendukung
kehidupan biota laut yaitu antara >5 mg/l, dengan demikian kondisi DO di
perairan teluk riau masih tergolong normal dan mampu mendukung kehidupan
biota laut yang ada didalam perairan. Hasil pengukuran Oksigen terlarut disajikan
pada gambar 3.

Gambar 3. Hasil pengukuran Oksigen terlarut di perairan


Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) di perairan teluk riau yaitu antara
6,94-8,33 dengan rata-rata 7,71 dimana tingkat terendah 6,94 dan tingkat tertinggi
8,33. Berdasarkan penelitian terdahulu (Azizah, 2017) pada perairan Teluk Riau
memiliki tingkat pH berkisar antara 7,08-7,36. Perubahan pH mungkin
disebabkan berubahnya siklus pasang surut yang menyebabkan bertambahnya

4
volume perairan permukaan dari aliran muara sungai yang ada disekitar perairan
Teluk Riau.
Berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 2004 untuk kondisi pH yang dapat
mendukung kehidupan Biota laut yaitu antara 7-8,5. Sementara dari hasil
pengukuran pada perairan memiliki kisaran pH antara 6,94-8,33 dengan demikian
Derajat keasaman pada perairan teluk riau masih termasuk dalam kondisi normal
dan belum termasuk dalam kategori tercemar. Hasil pengukuran pH dapat
disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil pengukuran Derajat keasaman di perairan

Korelasi Suhu terhadap Variabilitas Fisika-Kimia


Hasil analisis korelasi antara Suhu terhadap perubahan Salinitas disajikan pada
tabel 3.
Tabel 3. Korelasi Suhu terhadap Salinitas
Correlations

Suhu Salinitas
Pearson Correlation 1 -0,697

Suhu Sig. (2-tailed) 0

N 30 30
Pearson Correlation -0,697 1

Salinitas Sig. (2-tailed) 0


N 30 30

Tingkat korelasi Suhu Terhadap perubahan Salinitas yaitu berkisar 0,679


dimana suhu dan salinitas memiliki hubungan yang cukup namun negatif (-) yang
artinya, suhu memiliki hubungan berlawanan dimana ketika suhu naik akan
menyebabkan tingkat salinitas menurun. Menurut hasil olah data yang dilakukan
oleh Maulana, E. (2010) di Selat Ombai bahwa kondisi suhu permukaan 290C dan
mengalami penurunan hingga 100C pada kedalaman 300m. sedangkan pada
5
salinitas mengalami peningkatan sedikit dari 33,940/00 dan semakin meningkat
seiring dengan kedalaman perairan 34,890/00.
Korelasi antara suhu terhadap oksigen terlarut dapat dilihat pada Tabel 4,
dimana nilai korelasinya yaitu 0,376 negatif (-). Dengan demikian Suhu memiliki
hubungan dengan perubahan Oksigen terlarut namun agak lemah, berdasarkan
perhitungan hasil korelasi, suhu dan oksigen terlarut memiliki hubungan yang
berlawanan arah, namun kadar oksigen terlarut di permukaan umumnya lebih
tinggi karena adanya proses difusi antara air dan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis (Gemilang et al., 2017).
Oleh sebab itu korelasi suhu terhadap oksigen terlarut pada permukaan perairan
memiliki hubungan yang searah, dimana ketika suhu naik maka oksigen terlarut
akan meningkat. Namun beda halnya pada lapisan termoklin hingga darsar
perairan, dimana kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin
rendahnya suhu dan akan berkurang seiring meningkatnya salinitas. dengan
demikian peningkatan suhu pada perairan akan menyebabkan penurunan kadar
oksigen terlarut yang ada pada perairan (Agustiningsih, D. 2012).
Tabel 4. Korelasi Suhu terhadap Oksigen terlarut (DO)
Correlations
Oksigen
Suhu
terlarut (DO)
Pearson Correlation 1 -,376*

Suhu Sig. (2-tailed) 0,041

N 30 30

Pearson Correlation -,376* 1


Oksigen terlarut
Sig. (2-tailed) 0,041
(DO)
N 30 30

Hubungan antara Suhu terhadap perubahan pH dapat dilihat pada tabel 5,


dimana hubungan antara kedua variabel 0,035 positif (+) atau tidak memiliki
hubungan. Berdasarkan uji pengaruh antara variabel-variabel dalam SPSS, bahwa
nilai SIG (Significance) antar variabel yaitu 0,856 dengan kata lain nilai SIG lebih
tinggi dari 0,05 maka antar variabel tidak saling berpengaruh (Budiwati et al.,
2010).
Tabel 5. Korelasi antara Suhu terhadap Derajat keasaman (pH)
Correlations
Derajat keasaman
Suhu
(pH)
Pearson Correlation 1 0,035
Suhu
Sig. (2-tailed) 0,856

6
Correlations
Derajat keasaman
Suhu
(pH)
N 30 30
Pearson Correlation 0,035 1
Derajat
Sig. (2-tailed) 0,856
keasaman (pH)
N 30 30

Walaupun antara Suhu dengan pH tidak memiliki hubungan, namun perubahan


Suhu dan pH bisa dinyatakan searah, hal ini dapat kita lihat pada tabel 6, dimana
nilai korelasinya positif (+). Ketika Suhu mengalami peningkatan maka pH juga
akan meningkat.
Menurut hasil pembahasan oleh Rukminasari et al. (2014), bahwa variasi suhu
harian maupun tahunan merupakan hasil dari radiasi matahari dan penguapan.
Selain itu pula dengan kondisi suhu pada pH 8 yang didapatkan tersebut tergolong
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan alga (Sumawidjadja, 1974).
Luning (1990) juga menyatakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan alga di
daerah tropis berkisar antara 150C-300C.

KESIMPULAN

Pengaruh Suhu terhadap perubahan Salinitas di perairan Teluk Riau memiliki


hubungan yang cukup namun saling berlawanan arah, dimana ketika kondisi Suhu
mengalami peningkatan maka kondisi Salinitas akan mengalami penurunan.
Korelasi suhu dengan Oksigen terlarut memiliki hubungan yang cukup namun
saling berlawanan arah, ketika suhu mengalami peningkatan akan menyebabkan
kandungan oksigen terlarut yang ada pada perairan akan mengalami penurunan.
Korelasi antara Suhu dengan Derajat keasaman (pH) memiliki hubungan yang
positif namun sangat lemah atau hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali,
namun dari arah perubahannya maka suhu dengan pH memiliki perubahan yang
searah dimana ketika suhu naik maka pH juga akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, D., 2012. Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal
dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. [Tesis]. Universitas
Diponegoro

Akhlak, M.A., Supriharyono., Agus, H., 2015. Hubungan Variabel Suhu


Permukaan Laut, Klorofil-a dan Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine yang
didaratkan di TPI Bajomulyo Juwana. Ilmu Kelautan dan Perikanan 4(4) :
128-135

7
Arisandi, R.C., Jumarang, M.I., Apriansyah., 2017. Variabilitas Suhu dan
Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur. Prisma Fisika 5(3) : 131-137

Azizah, D., 2017. Kajian Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Tanjungpinang


Provinsi Kepulauan Riau. Dinamika Maritim 6(1) : 47-53

Budiwati, T., Arif, B., Setyawati, W., Asri, I., 2010. Analisis Korelasi Pearson
untuk Unsur-unsur Kimia Air Hujan di Bandung. Sains 7(2) : 100-112

Durdevic, P., Raju, C.S., Yang, Z., 2018. Potential for Real-Time Monitoring
and Control of Dissolved Oxygen in the Injection Water Treatment Process.
IFAC 51(8) : 170-177

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta

Farita, Y., 2006. Variabilitas Suhu Di Perairan Selatan Jawa Barat dan
Hubungannya dengan Angin Muson, Indian Ocean Dipole Mode dan El
Nino Southern Oscillation [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor

Freitas, R., Marchi, L.D., Bastos, M., Moreira, A., Velez, C., Chiesa, S.,
Wrona, F.J., Figuera, E., Soares, A.M.V.M., 2017. Effect of Seawater
Acidification ans Salinity Alterations on Metabolic, Osmoregulation and
Oxidative Stress Markers in Mytilus galloprovincialis. Ecological Indicators
79 : 54-62

Gemilang, W.A., Rahmawan, G.A., Wisha, U.J., 2017. Kualitas Perairan Teluk
Ambon Dalam Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia pada Musim
Peralihan I. EnviroScienteae 13(1) : 79-90

Hadikusumah., 2008. Variabilitas Suhu dan Salinitas di Perairan Cisadane.


Makara Sains 12(2) : 82-88

Harsono, E., 2010. Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air
Sungai Citarum Hulu. LIMNOTEK 17(1) : 17-36

KEPMEN LH., 2004. Keputusan Menteri Negar Lingkungan Hidup Nomor 51


tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran I sampai dengan III

Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A., Pranowo, W.S., 2014.


Kualitas Perairan Natuna pada Musim Transisi. Depik 3(1) : 10-20

Marpaung, F.F., Pranowo, W.S., Purba, N.P., Yuliadi, L.P.S., Syamsudin, L.S.,
Setyawidati, N.A.R., 2015. Kondisi Perairan Teluk Ekas Lombok Timur
pada Musim Peralihan. Jurnal Akuatika 6(2) : 198-205

8
Maulana, E., 2011. Variabilitas Suhu, Salinitas, dan Arus di Selat Ombai pada
Selang Waktu September 2005 – November 2006. [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor

Maxam, A.M., Webber, D.F., 2007. The Influence of Wind-driven Currents on


the Circulation and Bay Dynamics of a Semi-closed Reefal Bay, Wreck
Bay, Jamaica. Estuarine, Coastal and Shelf Science 87 : 535-544

Null, S.E., Mouzon, N.R., Elmore, L.R., 2017. Dissolved oxygen, Stream
temperature, and Fish Habitat Response to Environmental Water Purchases.
Environmental Management 197 : 559-570

Putra, F.A., Hasana, Z., Purba, N.P., 2016. Kondisi Arus dan Suhu Permuakaan
Laut pada Musim Barat dan Kaitannya dengan Ikan Tuna Sirip Kuning
(Thunnus albacares) di Perairan Selatan Jawa Barat. Perikanan Kelautan
7(1) : 156-163

Ramawijaya., Rosidah., Awaludin, M.A., Pranowo, W.S., 2012. Variabilitas


parameter Oseanografi dan Karbon Laut di Teluk Banten. Perikanan dan
Kelautan 3(3) : 339-346

Rukminasari, N., Nadiarti., Khaerul, A., 2014. Pengaruh Derajat Keasaman


(Ph) Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium Dan Laju Pertumbuhan
Halimeda sp. Ilmu Kelautan dan Perikanan 24(1) : 28-34

Rumahlatu, D., Gofur, A., Sutomo, H., 2008. Hubungan Faktor Fisika-Kimia
Lingkungan dengan Keanekaragaman Echinodermata pada Daerah Pasang
Surut Pantai Kairatu. MIPA tahun 37(1) : 77-85

Sarwono, J., 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu:
Yogyakarta. hal, 150

Safitri, M., Putri, M.R., (2013). Kondisi Keasaman (pH) Laut Indonesia.
Prosiding : 73-87

Salim, D., Yulianto., Baharuddin., 2017. Karakteristik Parameter Oseanografi


Fisika-Kimia Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten Kotabaru Kalimantan
Selatan. Enggano 2(2) : 218-228
Shanthi, R., Poornima, D., Naveen, M., Thangaradjou, T., Choudhury, S.B.,
Rao, K.H., Dadhwal, V.K., 2016. Air-sea CO2 Flux Pattern along the
Southern Bay of Bengal Waters. Dynamics of Atmospheres and Oceans 76 :
14-28

Simanjuntak, M., 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di


Perairan Teluk Klabat Pulau Bangka. Ilmu Kelautan 12(2) : 59-66

Stewart, R.H., 2000. Introduction To Physical Oceanography. Departmen of


Oceanography. Texas A & M University

9
Supranto, J., 2000. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi ke Enam Jilid I. Erlanga,
Jakarta

Susana, Tjutju., 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen terlarut Sebagai
Indikator Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. JTL 5(2) : 33-
39

Waters, J.F., Millero, F.J., (2013). The Free Proton Concentration Scale for
Seawater pH. Marine Chemistry 149 : 8-22

Zang, H., Li, Y., Xue, L., Liu, X., Zhang, L., 2018. The Contribution of Low
Temperature and Biological Activities to the CO2 Sink in Jiaozhou Bay
during Winter. Journal of Marine Systems 186 : 37-46

10

Anda mungkin juga menyukai