Kelompok XXVI
NAMA:
1. ADE FAUZI ARFANI
2014 – 65 - 017
2. RINA VANDERWAIYDEN
2014 – 65 - 0
1.1.Latar belakang
Keuntungan dari sistem ini adalah antara lain adalah (1) resiko yang selama ini cukup
besar apabila menggunakan pendekatan budidaya konvensional akan terdistribusikan kepada
seluruh stakeholder; (2) terdapat potensi quick yield sehingga relatif mudah bagi nelayan yang
sudah terbiasa dengan pola ini; dan (3) mampu memupuk rasa tanggung jawab secara kolektif
karena walaupun berbasis individu tapi karena saling tergantung membuat pelaku perikanan
harus bisa bekerja sama dan saling pengertian satu sama lain (benefits for all).
Untuk mencapai tujuan ini maka beberapa langkah strategis perlu dilakukan mulai dari
identifikasi isu dan permasalahan di lokasi tempat sea farming akan dikembangkan,
pembangkitan motivasi stakeholders hingga implementasi kebijakan dengan menggunakan
perangkat institusi yang diperlukan.
Dari pengalaman selama ini, pengembangan konsep Sea Farming sebagai suatu konsep
usaha sekaligus konservasi jika dibandingkan dengan kegiatan budidaya yang selama ini
berlangsung, menurut Effendy (2005) memeliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Pelaku usaha pembesaran ditopang oleh banyak pemasok benih, sehingga
kesinambungan kegiatan dapat terjaga
2. Pelaku usaha pembesaran juga mendapatkan benih yang bermutu, karena sudah
adapted dengan lingkungan, hal ini karena proses pendederan berlangsung disekitar
lokasi pembesaran.
3. Usaha pembudidayaan ikan menjadi relatif lebih singkat karena adanya
diversifikasi ukuran panen
4. Memungkinkan keterlibatan dari segenap lapisan masyarakat karena diterapkannya
multi sistem budidaya, sesuai dengan kompetensi dan keinginan masyarakat.
5. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam karena diterapkanya multi sistem
budidaya, hampir semua habitat karang dalam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
budidaya dengan memperhatikan daya dukung lingkungan
6. Peluang kesinambungan usaha budidaya relatif lebih tinggi karena banyaknya
pelaku usaha yang terlibat.
7. Peluang pengembangan kegiatan budidaya ikutan lainnya yang dapat bersinergi
dengan konsep sea farming juga lebih besar, seperti budidaya rumput laut serta
budidaya tiram (mutiara/konsumsi).
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan kondisi diatas maka dapat disimpulkan kegiatan sea faming di Kabupaten
Kepulauan Seribu belum efektif meningkatkan pendapata nelayan karena masih belum dapat
memberikan keuntungan yang lebih baik bila dibandingkan dengan kegiatan sebelum sea
faming. Belum efektifnya kegiatan sea faming tersebut disebabkan karena sulit dan mahalnya
mendapatkan bibit. Bibit tersebut merupakan in put yang penting dalam menjalankan kegiatan
sea faming. Sulitnya bibit yang didapat dikarenakan belum adanya teknologi yang dapat
memproduksi sendiri bibit ikan dalam jumlah banyak dan memilki kualitas yang baik. Dengan
demikian maka perlu dilakukan berapa strategi untuk mengatasi kondisi tersebut, salah satu
strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemberdayaan nelayan untuk dapat
menghasilkan bibit sendiri. Cara tersebut dapat dilakukan dengan memperkenalkan metode
hatchery atau pembibitan dengan kolam buatan. Metode ini dapat digunakan dengan
melibatkan perguran tinggi atau lembaga yang dapat memberikan pelatihan tentang metode ini.
Selain itu belum efektifnya kegiatan sea farming juga disebabkan oleh masih belum
jalannya dua kegiatan lain yaitu kegiatan pembenihan dan pemancingan (rekreasi). Kegiatan
pembenihan belum dapat dilakukan karena memiliki tingkat resiko kegagalan yang tinggi,
sehingga harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan diperlukan sumberdaya manusia
yang mampu menerapkan metode ini, untuk itu perlu waktu yang cukup lama dalam
mempersiapkan kegiatan ini. Kegiatan ini juga melibatkan lembaga lain seperti perguruan
tinggi dan lembaga penelitan budidaya ikan untuk dapat melakukan metode ini. Kegiatan
pemancingan (rekreasi) dapat dilakukan bila dua kegiatan sebelumnya sudah dapat berjalan
dengan baik, sehingga dapat mengundang minat pengunjung untuk melakukan pemancingan
atau rekreasi di tempat tersebut.
Dalam rangka pencapaian efektivitas sea farming maka diperlukan melakukan strategi
yang dapat mengatasi masalah dalam kegiatan tersebut. Strategi yang dapat di gunakan adalah
dengan mempelajari teknologi yang dapat memproduksi bibit ikan sendiri agar kebutuhan bibit
dapat terpenuhi. Selain itu perlu dikembangkan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengatasi sulitnya bibit ikan dengan harapan masalah tersebut dapat teratasi. Strategi lain
adalah diperlukannya pelatihan bagi anggota sea faming baik dari segi teknis maupun
menajemen pengelolaan sea farming.