Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Rachmansyah (1994), ikan kuweh memiliki pertumbuhan yang cepat,

dan produksinya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan serta pengelolaan

budidaya yang diaplikasikan. Selain itu, Rahim (2001) menyatakan bahwa ikan

kuweh sangat respon pada daerah dengan salinitas rendah, memiliki laju pertumbuhan

yang cepat, cukup efisien memanfaatkan pakan, memiliki pertumbuhan yang relative

cepat, dan juga digemari oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Banyaknya keunggulan dari ikan kuwe tersebut maka permintaan terhadap ikan

kuweh ini semakin tinggi.

Zat anestesi yang diberikan pada ikanakan bekerja menekan saraf tertentu

sehingga biota menjadi dalam keadaan setengah sadar atau pingsan. Perlunya

peraturan tentang penggunaan anestesi diperkuat dengan adanya bahasan mengenai

animal welfare yang menjadi kajian dalam diskusi panel sekelompok masyarakat

ilmiah di Norwegia (Farstad et al. 2008).Kajian tersebut berfokus pada transportasi

ikan pada sistem tertutup dan pertimbangannya dari aspek kesehatan serta

perlindungan terhadap hak-hak biota perairan sebagai makhluk hidup.

Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan

multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai

industri.Daun pala merupakan salah satu bagian tanaman yang belum banyak

1
termanfaatkan.Rastuti et al. (2013) memaparkan bahwa senyawa yang terkandung

pada daun pala diantaranya alkaloida, triterpenoid, tanin, dan 2 flavonoida.Daun pala

juga mengandung minyak atsiri, senyawa utama minyak atsiri pada daun pala adalah

myristicin (Puslitbang Perkebunan 2014).Minyak atsiri ini bersifat analgetik.Efek

analgetik pada daun pala ini diduga dapat digunakan sebagai bahan anestesi alami

pada ikan kuweh.Informasi tentang efektivitas ekstrak daun pala sebagai bahan

anestesi untuk ikan kuweh belum tersedia, maka perlu adanya kajian mengenai

potensi pemaanfaatannya dalam aplikasi tansportasi ikan kuweh hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Tanaman yang dapat berpotensi sebagai bahan anestesi salah satunya yaitu

tanaman pala, penelitian bahan anestesi menggunakan daun pala sudah pernah

dilakukan, namun penelitian terhadap penggunaan anestesi daun pala pada ikan air

laut terkhususnya ikan kuweh sebelumnya belum dilakukan. Praktek ini diharapkan

menghasilkan informasi anestesi ekstrak kasar daun pala pada ikan kuweh Caranx

sexfasciatus.

1.3 Tujuan PKL

Tujuan PKL ini yaitu untuk mengetahui teknikekstrak kasar daun pala

sebagaibahan anestesi dengan waktu pemingsanan terbaik, serta tingkat kelulusan

hidup ikan Kuweh Caranx sexfasciatus.

2
1.4 Manfaat PKL

PKL ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas ekstrak

kasar daun pala dengan waktu pembiusan terbaik sebagai bahan anestesi pada ikan

kuwe yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Klasifikasi Kuwe (Caranx sexfasciatus)

Gambar 1. Morfologi ikan Kuweh (Kordi, 2010)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Percoidea

Super Famili : Percoidea

Famili : Carangidae

Genus : Caranx

Spesies : Caranx sexfasciatus

4
Ikan kuweh tergolong ikan pelagis yang ditemukan di perairan laut dangkal,

terumbu karang dan dapat juga hidup di muara sungai.Ikan kuweh juga tergolong

ikan pemangsa yang memakan ikan-ikan kecil dan hewan-hewan lainnya.Ikan ini

dapat tumbuh hingga mencapai ukuran 80 cm (Kordi, 2010).

 Morfologi Ikan Kuweh(Caranx sexfasciatus)

Ikan yang aktif mencari makan pada malam hari ini biasanya memakan jenis ikan

dan krustacea. Ikan ini biasanya memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut: memiliki sirip

punggung berjumlah 9 buah dengan sirip punggung lunak sebanyak 19-22 buah,

memiliki sirip dubur sebanyak 3 buah dengan sirip dubur lunak sebanyak 14-17 buah.

Tubuh berwarna-warni mulai dari hijau muda bagian punggung dan bagian bawah

berwarna putihkeperakan dengan sirip dada melengkung lancip Froese dan Pauly

(2012).

2.2 Morfologi Dan Klasifikasi Tanaman Pala

Tanaman pala berasal dari “Malaise Archipel”, yaitu dari gugusan kepulauan

Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya

termasuk pulau Jawa.Konon ada bukti yang menggambarkan, bahwa pada saat

perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271

sampai 1295.Ia telah melihat tanaman pala diusahakan para petani. Pembudidayaan

tanaman pala terus meluas sampai Sumatera Utara (Sunanto, 1993).

5
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar

22.809 hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi Utara, Irian Jaya,

Aceh, Jawa barat dan Maluku. Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus

meningkat.Kedudukannya sebagai bahan penting untuk industri atau sebagai

komoditas di benua Eropa memperebutkan daerah sumber-sumber pala di

Indonesia.Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasaran dunia karena

memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak yang tinggi (Nurjannah,

2007).

Pala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropis yang memiliki

200 species dan seluruhnya tersebar di daerah tropis.Dalam keadaan pertumbuhan

yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan tinggi batang 10

- 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian paling atasnya agak

bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat.

Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm

dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm (Departemen Pertanian, 1986).

Gambar 2. Daun Pala(dokumentasi pribadi).

6
Klasifikasi tanaman pala adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Magnoliales

Famili : Myristicaceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans

Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-

kuningan buah ini apabila masak terbelah dua.Garis tengah buah berkisar antara

3-9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai

bulat, panjangnya berkisar antara 1,5-4,5 cm dengan lebar 1-2,5 cm. Kulit biji

berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna

keputihputihan, sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang

putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala (Departemen

Pertanian, 1986).

2.3 Daun Pala

Daun (Myristica fragrans Houtt) Pala berbentuk bulat telur, pangkal dan

pucuknya meruncing. Warna bagian bawah daun hijau kebiru-biruan

muda(Sunanto 1993). Jenis daun pala yang digunakan yaitu pala jantan. Daun

yang dipetik untuk dijadikan bahan anestesi pada penelitian ini yaitu 3 hingga 4

helai dari pucuk, berwarna hijau mengkilap, bentuk ujung daun tajam, tekstur

7
daun sedikit kaku, tepi daun lurus. Panjang rata rata daun yaitu 3,27 cm, lebar

rata-rata daun yaitu 7,99 cm. Daun pala yang telah jatuh dan mengering memiliki

rata-rata panjang 2,86 cm dan lebar 7,3 cm. Hasil analisis daun pala menunjukkan

bahwa kadar myristicin (senyawa utama minyak atsiri pala) pada tanaman pala

jantan lebih tinggi hampir tiga kali lipat daripada tanaman pala betina dan

tanaman pala monoecious. Kadar myristicin pada pala jantan rata-rata adalah

3,52%, Pala betina 1,05%, dan monoecious 0,97% (Puslitbang Perkebunan 2014).

2.4 Kandungan Kimia Pala

Daging buah pala seberat 100 g kira-kira terkandung air 10 g, protein 7 g,

lemak 33 g, minyak yang menguap dengan komponen utama mono terpene

hydrocarbons (61 - 88% seperti alpha pinene, beta pinene, sabinene), asam

monoterpenes (5 - 15%), aromatik eter (2 - 18% seperti myristicin, elemicin).

Pada arillus terdapat minyak atsiri, minyak lemak, zat samak, dan zat pati.Pada

bijinya terdapat minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin, elemisi, enzim

lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, dan asam oleanolat.Kulit buah

mengandung minyak atsiri dan zat samak. Setiap 100 g bunga kira-kira

mengandung air 16 g, lemak 22 g, minyak yang menguap 10 g, karbohidrat 48 g,

fosfor 0,1 g, zat besi 13 mg. Warna merah dari fulinya adalah lycopene yang sama

dengan warna merah pada tomat.

8
BAB III

METODE PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN

3.1 Waktu Dan Tempat PKL

Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 29-30 juli2017

diLabolatorium Seafarming BDP FPIK – Universitas Pattimura Ambon

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Table 1. Alat

Alat Jenis/Satuan/Ukuran Fungsi


No.

1. Toples 3 Wadah Eksperimen

2. Gelas ukur 1 Mengukur volume

dosis dan air

3. Serokan 1 Mengambil benih

ikan kuweh

4. Akuarium 1 Wadah pemeliharaan

benih sebelum

eksperimen

5. Mistar 1 Mengukur panjang

benih ikan kuweh

9
6. Thermometer 1 Mengukur suhu air

7. Alat tulis 1 Mencatat data

praktikum

8. Leptop 1 Menyusun data

praktikum

9. Kamera Dokumentasi

10. Alat blender 1 Menghaluskan daun

pala

11. Stopwact 1 Menghitum waktu

12. Saringan 1 Penyaringan Daun

Pala

3.2.2 Bahan

Tabel 2. Bahan

N0. Bahan Jenis/Satuan/Ukuran Fungsi

1. Benih ikan 15 ekor ukuran 6-7 cm sampel

Kuweh

2. Daun pala Bahan

3. Air laut 2 liter Media

10
3.3 Prosedur PKL

3.3.1 Proses ekstraksi:

Diagram 1. Proses ekstaksi daun pala

Daun pala di cuci dan keringkan dengan suhu


ruangan

Di timbangan sebanyak 30 gram dan 50 gram

Daun pala di masukan dalam blender dengan


perbandingan air 1000 ml

Ekstrak yang suda halus di saring dan di masukan


dalam toplles

Diagram 2. Alir prosedur kerja


Ikan kuweh Daun pala
ukuran 7-9 cm

Pemuasaan selama 1x24 Proses ekstaksi daun pala


jam
dan aklimatisasi 30 menit
menit
dengan suhu 28 ºC
Ekstrak kasar daun pala
30 g, dan 50 gmasing-
masingdalam 1000 mL air laut

Pemingsanan dengan
konsentrasi
Ekstrak 3%, dan 5%

11
Pengamatan Tingkah Laku Ikan
selama Proses Pemingsanan

Pengamatan Tingkah Laku Ikan


selama Proses Pemingsanan

3.3.2 Proses Pembiusan pada ikan kuweh

Eksperimen PKL menggunakan konsentrasi ekstrak daun pala dosis 30

gram, dan 50gram dengan volume air 1 L. Tahapan pendahuluan PKL berupa

persiapan dan seleksi benih yang diaklimatisasi dan diberok selama 24 jam

sebelum digunakan. Selanjutnya ekstraksi daun pala yang di dalam toples di

masukan ikan 5 ekor Selanjutnya dilakukan pengujian konsentrasi terbaik pada

pemingsanan benih ikan kuweh.

3.3.3 Pengujian Kosentrasi Terbaik

Penentuan konsentrasi terbaik dari ekstrak kasar daun pala ini masing-

masingmenggunakan tiga ekor benih ikan kuweh dengan panjang per ekor

antara7-9 cm. Ikan kuweh diperoleh dari pembudidaya yang terletak di teluk

ambon bagian dalam (TAD) Desa waiheru perumnas, yang kemudian di pelihara

di di Labolatorium Seafarming BDP FPIK – Universitas Pattimura Ambon

dandiberi makan ikan rucah. Ikan kuwe yang dipelihara di akuarium BDP

dipuasakanterlebih dahulu selama 24 jam.Pemuasaan ini bertujuan untuk

menyeragamkankondisi tubuh ikan. Ikan kuweh diaklimatisasi selama 30 menit di

akuarium denganair bersuhu 28 ºC agar dapat beradaptasi dengan lingkungan

baru, kemudian ikandimasukkan ke dalam ekstrak kasar daun pala volume 100 ml

12
per masing masing ekstrak dengan konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 3%,

dan 5%(b/v)hingga pingsan, selanjutnya dilakukan pembugaran yang diberikan

aerasi penuh. Pencatatan waktu pingsan dan waktu sadar (recovery time).

3.4 Pengumpulan Data.

3.4.1 Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kelulusan Hidup:

KH = ∑B / ∑Ax 100 %

= 9 / 10 x 100%

= 90

Tabel 3. Kualitas Air sebelum eksperimen

Suhu 28o c

Salinitas 29-32 ppm

Do 5 ppm

Ph 8

4.2 Pembahasan

Ikan kuweh yang diukur panjangnya memiliki kondisiyang baik dan tidak cacat

fisik bila dilihat dari tingkah laku dan ciri fisik ikan tersebut. Hal tersebut ditunjukkan

dengan tampilan ikan yang sangat segar dan tidak pucat, gerakan renang yang agresif,

posisi tubuh tegak dan kokoh, serta sangat responsif jika terdapat rangsangan dari

luar.

14
Daun pala yang digunakan dibersihkan dari kotoran yang menempel, dan

diekstraksi menggunakan pelarut air. Daun pala yang telah bersih di keringkan

dengan suhu ruangan hingga kering kemudian ditimbang sebanyak 30, dan 50 g

selanjutnya daun pala yang telah ditimbang masing-masing dihancurkan

menggunakan blender dengan ditambahkan pelarut berupa air (1000 mL) hingga

membentuk larutan seperti “juice”, kemudian disaring dengan menggunakan

saringan. Ekstrak kasar daun pala yang diperoleh dengan konsentrasi 3%, dan 5%

(b/v) selanjutnya dilakukan pengujian konsentrasi terbaik pada pemingsanan ikan

kuweh.

4.2.1 Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Daun Pala terhadap Ikan Kuweh

Konsentrasi ekstrak daun pala yang digunakan adalah 3%, dan 5% Masing-

masing konsentrasi diaplikasikan pada 5 ekor ikan dengan kondisi yang sama.

Waktu pingsan ikan dihitung mulai dari menit ke-0 hingga ikan pingsan.Waktu sadar

ikan dihitung hingga ikan kokoh dan dapat berenang kembali.

4.2.2 Pengamatan Tingkah Laku Ikan selama Proses Pemingsanan

Waktu pingsan ikan yang diberikan anestesi merupakan salah satuparamater

untuk mencari konsentrasi terbaik dalam memingsankan ikan.Konsentrasi daun pala

sebagai bahan anestesi yang diujikan pada ikan kuwehl yaitu 3%, dan 5%.

Pengamatan terhadap tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dilakukan setiap

satu menit, dimulai dari menit ke-0 sampai ikan tidak sadar (pingsan). Hasil

pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan kuweh terhadap masing-masing

konsentrasi ekstrak.

15
Tabel 4.Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan kuweh

Waktu Kosentrasi (%)

(menit) 3 (%) 5(%)

0-1 Normal, meronta, Normal, meronta, kehilangan

kehilangan keseimbangan keseimbangan, buka tutup insang

lambat, pingsan ringan,

Pingsan (0,49)*

1-2 buka tutup insang

melambat, pigsan ringan,

pingsan (1,20) *

Kemudian dipindahkan kewadah lain berisi air 2000 ml dengan 2 buah

batu aerasi kencang untuk disadarkan.

Tabel 5.Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan

kuweh (setelah bius)

Waktu Kosentrasi (%)

(menit) 3 5

0-1 Ikan mulai sadar dan naik Ikan tak sadar berada pada dasar

kepermukaan wadah

16
1-3 Gerakan ikan mulai ikan mengepak-ngepak, mulai

seimbang dan pernapasan sadar, tubuh tak seimbang dan

mulai stabil mulai naik keatas

3-6 Gerakan mulai lincah dan Gerakan ikan dan pernapasan mulai

pernapasan stabil stabil dan naik kepermukaan

Sadar (5,43)*

6-8 Gerakan mulai lincah dan

pernapasan hampir stabil

Sadar (7,56) *

Dari kedua tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

ekstrak daun pala maka waktu pingsan semakin cepat dan waktu sadar semakin

lama. Hal ini dapat terjadi karena tingginya kadarbahan anestesi yang masuk ke

dalam tubuh ikan, semakin tinggikonsentrasi yang diberikan maka waktu sadar

akan semakin lama, karena ikan membutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk

mengeluarkan atau membersihkan bahan anestesi dari dalam tubuhnya. Hal ini

ditunjang oleh hasil penelitian Ilhami et al. (2015) yang melaporkan bahwa

konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang semakin tinggi menyebabkan waktu

pemingsanan ikan semakin cepat karena jumlah kandungan senyawa aktif yang

terserap pada tubuh ikan lebih banyak. Yanto (2009) menyatakan bahwa

pemberian anestesi yang terlalu banyak akan menyebabkan waktu pemulihan yang

17
semakin lama. Respon yang diberikanikan selama perlakuan pemingsanan akan

berbeda, sesuai dengan kadar bahan anastesi dan ukuran ikan.

Ekstrak daun pala ini sangat berpengaruh terhadap pemingsanan ikan, hal

ini diduga karena adanya senyawa utama minyak atsiri pada daun pala, yaitu

myristicin. Senyawa myristicin dapat menimbulkan rasa berkhayal atau halusinasi.

Senyawa ini merupakan agen yang bersifat halusinogen dan toksik yang dapat

menyebabkan kercunan pada dosis yang berlebih (Lutony dan Rahmayati 1999).

Kandungan kimia bagian tumbuhan pala pada biji dan daunnya mengandung

polifenol. Biji dan buahnya juga mengandung saponin dan daunnya mengandung

flavonoid Hutapea (1994). Senyawa organik banyak digunakan sebagai bahan

anestesi, misalnya senyawa golongan alkaloid dan senyawa aromatik. Senyawa

golongan alkaloid memiliki sifat analgesik, antibakteri, dan anti kanker,sedangkan

contoh senyawa aromatik yaitu eugenol, elemycin, myristicin, polifenol, dan

safrole yang bersifat menimbulkan daya halusinasi jika digunakan dalam

konsentrasi tertentu (Nurdjanah 2007).

Anestesi bertujuan untuk menurunkan seluruh aktivitas ikan untuk

menghindari stress. Ikan dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan otot,

saluran pencernaan dengan cara injeksi atau melalui insang. Saskia et al. (2013)

menyatakan bahwa penggunaan bahan anestesi terlalu banyak akan menyebabkan

kerusakan pada beberapa organ seperti insang, syaraf, ginjal, otak, stress

berkepanjangan, cenderung menjadi racun, dan mengakibatkan kematian ikan.

Kematian tersebut diduga bahan anestesi yang larut dalam air akan mengakibatkan

berkurangnya laju respirasi.

18
4.2.3 Kelulusan hidup

Praktek keterampilan lapangan kali ini pembiusan menggunakan ekstrak

kasar daun pala dilakukan menggunakan dosis 3%dan 5 %. Dan tingkat kelulusan

hidup pada setiap dosis yang berbeda sangatlah baik, dengan tingkat kelulusan hidup

100%. namun tidak menutup kemungkinan jika dosisnya terlampau tinggi bisa saja

menyebakan ikan tersebut mati. Hal ini menunjukan bahwa semakin rendah dosis

ekstrak kasar daun pala yang digunakan maka kelangsungan hidup uji akan tinggi

dan semakin tinggi.

Hasil terbaik yang diperoleh dari pengujian konsentrasi ekstrak kasar daun

pala adalah 3%. Dari hasil dari pungujian uji konsentrasi ekstrak kasar daun pada

ikan kuweh menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun pala 5% memiliki waktu

pingsan dan sadar yang berbeda nyata dengan ekstrak daun pala 3%. Karena Ekstrak

daun pala 5% memiliki tinggi konsentrasi yang menyebabkan salah satu dari lima

benih ikan kuweh mengalami kematian, sehingga ekstrak daun pala 3% dianggap

sebagai konsentrasi yang baik untuk ikan Kuweh.

19
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari PKL yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, Perlakuan terbaik ekstrak

kasar daun Pala yaitu 3% dengan suhu 28 ºC. Kelangsungan hidup ikan benih ikan

Kuweh tertinggi saat disimulasikan yaitu sebesar 100% dalam waktu 5 menit.

5.2 SARAN

Dalam kegiatan praktek kerja lapangan kali ini dapat disarankan bahwa harus

mengetahui konsentrasi yang paling efektif agar dapat memperoleh hasil pembiusan

dan kelulusan hidup yang baik. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang efektifitas ekstrak kasar Daun Pala pada ikan Kuweh Caranx sexfasciatus.

20

Anda mungkin juga menyukai