Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP RAWAI DASAR UNTUK

PENANGKAPAN IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN KAMPUNG KUNEF


DISTRIK SUPIORI SELATAN KABUPATEN SUPIORI

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun Oleh:

ESAU WANNMA
NPM : 14455444618040

PROGRAM STUDI PEMANFATAN SUMBERDAYA PERAIRAN


AKADEMI PERIKANAN KAMASAN BIAK
TAHUN 2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

TEKNIK PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP RAWAI DASAR UNTUK


PENANGKAPAN IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN KAMPUNG KUNEF
DISTRIK SUPIORI SELATAN KABUPATEN SUPIORI

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Di Susun Oleh :

ESAU WANMA
NPM. 14455444618040

Dibimbing oleh :
Pembimbing I Pembimbing II

Selfinus Pattiasina, S.Pi, M.Si Dusye Rutumalessy, S.Tr. Pi


NIDN : 991200069 NIDN : -

Mengetahui

Ketua Program Studi


Pemanfaatan Sumberdaya Perairan

Fatmawati Marasabessy.S.Pi.M,Si
NIDN : 1411028901

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Proposal Praktik Kerja
Lapangan dapat diselesaikan.
Proposal praktek kerja lapangan dibuat untuk memenuhi program dalam
kartu rencana studi semester VI pada mata kuliah seminar proposal. Judul
proposal praktik kerja lapangan ini adalah Teknik Pengoprasian Alat Tangkap
Rawai Dasar Untuk Penangkapan Ikan Demersal di Perairan Kampung Kunef
Supiori Distrik Selatan Kabupaten Supiori.
Penulisan Proposal ini dapat diselesaikan berkat dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Selfinus Patiassina, S.Pi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dusye
Rutumalessy, S.Tr.Pi selaku Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada:
1. Pdt. J.M. Leunufna, S.Th.,M. M.Pd. selaku Ketua Yayasan Kamasan Biak
2. Bapak Selfinus Patiassina, S.Pi., M.Si. selaku Direktur Akademi Perikanan
Kamasan Biak.
3. Bapak Desener Ongge, S.Pi., M.Si. selaku Wakil Direktur I Bidang
Akademik
4. Bapak Bernhard Katiandagho, S.Pi., M.Si selaku Wakil Direktur II bidang
Administrasi dan Keuangan.
5. Ibu Fatmawati Marasabessy, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pemanfatan Sumberdaya Perairan.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Akademik Akademi Perikanan Kamasan Biak.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa di sepertiga
malam, serta teman-teman terkasih pemilik harapan yang sama pada tahun
ini.
Saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan dalam rangka
perbaikan proposal ini.
B i a k, 08 April 2021

iv
Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi Alat Tangkap...............................................................................4
2.2 Konstruksi Alat Tangkap...............................................................................5
2.3 Umpan...........................................................................................................6
2.4 Daerah Penangkapan (Fishing Ground)........................................................6
2.5 Cara Pengoperasian Alat Tangkap.................................................................7
2.6 Jenis Hasil Tangkapan....................................................................................7
2.6.1 Kakap Merah...............................................................................................7
2.6.2 Kerapu Bebek / Tikus...............................................................................8

BAB III METODE PRAKTEK


3.1 Waktu Dan Tempat.....................................................................................10
3.2 Alat Dan Bahan...........................................................................................10
3.4 Jadwal Praktek Kerja Lapangan...................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konstuksi Alat Tangkap Rawai Dasar ..................................................6


Gambar 2. Kakap Merah..........................................................................................8
Gambar 3. Kerapu Bebek/Tiku ...............................................................................9

DAFTAR TABE

vii
Tabel 1. Rincian alat dan bahan dalam 1 unit rawai dasar percobaan...................10

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Supiori adalah salah satu kabupaten yang berada pada wilayah
Provinsi Papua dimana secara geografis terletak antara 134o 67’ – 136o 48’ BT
dan 00o 55’ - 01º31’ LS. Dengan luas mencapai hingga 634,24 km 2 atau 0,2
persen dari keseluruhan wilayah Provinsi Papua menjadikan Kabupaten Supiori
sebagai kabupaten terkecil di Provinsi Papua. Secara administratif Kabupaten
Supiori memiliki 5 distrik, dimana Distrik Supiori Timur merupakan distrik yang
terluas yaitu mencapai 196,26 km2 sedangkan Distrik Supiori Selatan adalah
distrik yang terkecil dengan luas hanya mencapai 87,60 km2 atau hanya 13,81
persen dari total luas wilayah Kabupaten Supiori. Di bagian utara Kabupaten
Supiori berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian selatan
berbatasan dengan Selat Yapen. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Aruri, dan
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Biak Numfor (BPS Kabupaten
Supiori, 2020).

Jumlah penduduk Kabupaten Supiori pada tahun 2019 sebanyak 21.118


jiwa dengan kepadatan sebesar 33 orang/km2, serta laju pertumbuhan penduduk
mencapai 3,46 persen. Indeks pembangunan manusia Kabupaten Supiori pada
tahun 2020 cukup baik, berada pada angka 62,30 (BPS Kabupaten Supiori, 2020).

Distrik Supiori Selatan berjarak 29,00 km dari ibu kota kabupaten dengan
presentasi luas sebesar 13,81 persen dari total keseluruhan luar wilaya kabupaten.
Distrik Supiori Selatan memiliki 7 (tujuh) desa dengan ibu kota Fanindi, 6 (enam)
desa lainnya yaitu; Didiabolo, Odori, Biniki, Awaki, Warbefondi, dan Maryaidori.
Kampung Kunef terletak di Desa Didiabolo, yang dimana sebagian besar
penduduk bermukim sepanjang garis pantai. Sehingga sebagian besar penduduk
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian ataupun
untuk dijual.

Penangkapan ikan merupakan kegiatan untuk meperoleh ikan di perairan


yang tidak dalam keadaan budidaya dengan cara dan alat apapun. Berbagai cara
dan alat telah dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku dan habitat ikan

1
sasaran tangkap. Pada perairan laut keberadaan sasaran tangkap dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok ikan permukaan (pelagis) dan
kelompok ikan dasar (demersal). Pengembangan alat penangkapan ikan tidak
hanya berorientasi pada banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh dalam sekali
penurunan alat tangkap ikan namun harus memperhatikan azas sustainability,
guna mempertahankan kelestarian lingkungan.

Perairan Kabupaten Supiori memiliki potensi perikanan yang sangat besar,


dimana terdapat berbagai jenis komoditi hasil laut yang bernilai ekonomis penting
diantaranya berbagai jenis ikan dasar (demersal) seperti; kakap merah (Lutjanus
bitaeniatus) dan kerapu bebek (Chromileptes altivelis). Di Kampung Kunef pada
umum nelayan menggunakan pacing untuk menangkap ikan demersal. Pancing
yang efektif untuk menangkap ikan dalam jumlah banyak pada 1 (satu) kali
operasi penangkapan yaitu rawai (longline).

Rawai (longline) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis alat
tangkap yang dikategorikan sebagai alat tangkap rama lingkungan. Dalam
pengoperasian diperlukan pengetahuan secara teknis terkait alat tangkap dan
tingkah laku ikan yang menjadi tujuan tangkap serta faktor yang memberi
pengaruh.

Uraian di atas menjadi dasar bagi penulis untuk menjadikan Rawai


(longline) sebagai objek penelitian yang berfokus pada Teknik Pengoperasian
sesuai dengan ikan sasaran tangkap.

1.2 Tujuan

Tujuan penulis melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah


untuk:
1. Mempelajari desain dan konstruksi rawai dasar (bottom longline).
2. Mengetahui teknik pengoperasian rawai dasar (bottom longline).
3. Mengetahui jenis tangkapan ikan di Kampung Kunef dengan menggunkan
rawai dasar (bottom longline).
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan di
Kampung Kunef dengan menggunakan rawai dasar (bottom longline).

2
3
1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pratek kerja lapangan ini adalah
penulis mampu:
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis tentang alat tangkap
rawai serta teknik penangkapan ikan demersal dengan alat tangkap rawai
dasar (bottom longline),
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat setempat dalam pengembangan
alat tangkap rawai dan untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan demersal.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Alat Tangkap

Klasifikasi alat tangkap berdasarkan ketentuan Food and Agriculture


Organization terdiri dari :
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)
2. Seine net (Pukat)
3. Trawl
4. Dredge (Penggaruk)
5. Lift net (Jaring Angkat
6. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)
8. Trap (perangkap)
9. Hook and line (pancing)
10. Miscellaneous Gear
11. Gear Not Knows (ISSCFG, 2016)
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear
(ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat
tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
1. Handlines and pole-lines (hand operated)
2. Handlines and pole-lines (mechanized)
3. Set longlines
4. Drifting longlines
5. Longlines (not specified)
6. Trolling lines
7. Hook and lines (not specified)
Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang
mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait
dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan umpan atau tanpa
umpan.

5
Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan
yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta
sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Jadi rawai
dasar merupakan alat tangkap ikan yang diklasifikasikan ke dalam golongan hook
and line. Dimana rawai dasar terdiri dari pancing, tali, pemberat dan kail.
Keputusan Mentri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
NOMOR.06/MEN/2010 Tentang Alat Penangkap Ikan Di Republik Indonesia
Menetapkan Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia yang menurut jenisnya terdiri dari 10 ( sepuluh ) kelompok
yaitu:
1. Jaring Lingkar (surriunding nets)
2. Pukat Tarik (seine nets)
3. Pukat Hela (trawls)
4. Penggaruk (dredges)
5. Jaring Angkat (lift nets)
6. Alat yang di jatuhkan (falling gears)
7. Jaring Insang (gillnets and entangling nets)
8. Perangkap (traps)
9. Pancing (hook and lines)
10. Alat penjepit dan melukai (grapling and wounding)
Jenis alat tangkap pancing(hook and lines) adalah alat tangkap yang
paling selektif dan memenuhi kriteria persyaratan sebagai alat tangkap yang
ramah lingkungan (FAO, 1995).

2.2 Konstruksi Alat Tangkap

Konstruksi Alat Tangkap Rawai Dasar (Bottom Long Line) menut


Anonymous (2005) menjelaskan bahwa pancing rawai adalah pancing yang terdiri
dari alat tali utama (Main Line), tali cabang (Branch Line), tali pelampung (Float
line), pelampung (float), pemberat ( Stone Sinkers) dan tali pemberat ( Line
sinkers )atau bagian tali lainya yang bergerak, beserta mata pancingnya (Hook),
yang berjarak tertentu dan dirangkai sedemikian rupa, hingga membentuk
rangkaian pancing yang panjang secara horisontal. Mata pancing biasanya terbuat

6
dari baja dan dilapisi timah putih atau stainless dengan jenis mata pancing
berbalik kait dengan tujuan memudahkan ikan yang tertangkap setelah memakan
umpan. Sedangkan menurut Ruswanto (2004) pancing Rawai atau pancing Long
Line termasuk pancing ganda yaitu pancing yang terdiri dari lebih dari satu mata
pancing, misalnya satu tali di pasang beberapa mata pancing.

Gambar 1. Konstuksi Alat Tangkap Rawai dasar (Yaser Krisnafi, 2011)

2.3 Umpan

Penggunaan umpan menjadi salah satu faktor keberhasilan penangkapan


ikan dengan menggunakan rawai dasar. Kriteria umpan yang baik dalam
pengoperasian rawai dasar adalah ikan segar, tahan lama dalam masa perendaman
alat, mampu menarik perhatian pemangsa baik secara visual atau aroma. Umpan
yang biasa digunakan adalah cumi-cumi, sotong, gurita, ikan layang, ikan teri,
ikan tongkol dan ikan lainnya yang dipotong (Indra, 2015).

2.4 Daerah Penangkapan (Fishing Ground)

Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan


tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta
ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah
penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi
target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk
menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal
perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat

7
tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara
lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya (Indra, 2015).

2.5 Cara Pengoperasian Alat Tangkap

Rawai dasar adalah suatu alat tangkap yang berbentuk tali panjang yang
dibentangkan secara horizontal, pada tali panjang (tali utama) diikatkan tali-tali
cabang secara vertikal dan diberi mata kail. Untuk mengetahui adanya alat
tangkap di perairan digunakan tanda dengan bantuan pelampung yang
dihubungkan oleh tali pelampung. Jenis rawai dasar yang telah umum dikenai
berdasarkan jenis ikan tujuan penangkapan adalah rawai kakap dan. rawai cucut
(Indra, 2015).

2.6 Jenis Hasil Tangkapan

Sasaran tangkap menggunakan rawai dasar merupakan ikan demersal


diantaranya:
1. Kakap Merah
2. Kerapu Bebek

2.6.1 Kakap Merah

Ikan kakap memiliki mata merah yang cukup jelas dan bening. Mulutnya
cenderung lebar dengan posisi sedikit menyerong dengan bentuk geligi halus.
Warna punggungnya biru kehijauan atau keabu-abuan dengan sirip gelap. Pada
bagian bawah tubuh sebelum penutup insang terdapat duri kuat dan cuping
bergerigi pada bagian atas penutup insang tersebut. Di sekitar punggungnya
terdapat 7 hingga 9 sirip berjari-jari keras dan 10 hingga 11 sirip berjari-jari
lemah.

Ikan dengan gigi tajam yang berfungsi untuk mengoyak mangsa ini
dikaslifikasikan secara ilmiah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata

8
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lutjanidae

Gambar 2. Kakap Merah (Sumber https://uploads/2020/12/jenis-ikan-kakap.png)

2.6.2 Kerapu Bebek / Tikus

Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sirip punggung dengan


10 duri keras dan 18-19 duri lunak, sirip perut dengan 2 duri keras dan 10 duri
lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3 - 3,8 kali
tingginya, panjang kepala satu perempat dari panjang total, leher bagian atas
cekung dan semakin tua semakin cekung, mata satu per enam kepala, sirip
punggung semakin melebar ke belakang, warna putih kadang kecokelatan dengan
totol hitam pada badan, kepala dan sirip (Evalawati et al., 2001)
Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea

9
Family : Serranidae
Genus : Cromileptes
Species : Cromileptes
altivelis

Gambar 3. Kerapu Bebek/Tiku (https://uploads/2020/12/jenis-ikan-kerapu.png)

10
BAB III

METODE PRAKTEK

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktek kerja lapangan dilaksanakan pada bulan April s/d Mei tahun 2021
berlokasi di Wilayah Perairan Kampung Kunef Distrik Supiori Selatan Kabupaten
Supiori

3.2 Alat Dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktik kerja lapangan adalah


sebagai berikut:

1. 1 (satu) unit alat tangkap rawai dasar dengan bahan pembentuk sesuai
Tabel 2.
2. Perahu motor tempel
3. Timbangan
4. Kamera
5. Coolbox
6. Mistar dan alat tulis

Tabel 1. Rincian alat dan bahan dalam 1 unit rawai dasar percobaan
NO URAIAN SPESIFIKASI VOLUME SATUAN
PA Monofilamen, 80 –
1 Tasik / senar 2 Roll
100 lbs
2 Tasik / senar PA Monofilamen 40 lbs 1 Roll
3 Hook / Mata pancing Galvanized, size no 8 45 Bh
4 Swivel No 1/0, 90 lbs. kuningan 2 Bh
5 Swivel 40 lbs, kuningan 45 Bh
6 Pelampung Y3 PVC 1 Bh
7 Tali PE Ø 5 mm 1 Roll
8 Tali PE Ø 4 mm 2 meter
9 Pelampung Bola Plastik Ø 22 cm 2 Bh
10 Timah 300 gram 1 Bh
11 Jangkar 1 kg 2 Bh
Bahan yang digunakan adalah daging ikan segar dan sontong sebagai
umpan, serta es batu sebagai pengawet.

11
3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan,
maka terdapat beberapa metode pengumpulan data yaitu:
a. Wawancara yaitu; Melakukan tanya jawab secara langsung dengan
nelayan
b. Observasi yaitu; Mengamati dan turut serta langsung dalam proses
pengoperasian alat tangkap
c. Studi literature yaitu; Melakukan studi terhadap referensi yang
berhubungan dengan praktek.
Jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan praktek ini meliputi:
a. Data primer yaitu; data yang diperoleh secara langsung pada saat
melakukan kegiatan praktik
b. Data sekunder yaitu; data penunjang yang diperoleh dari lembaga yang
berkaitan dengan praktek.

3.4 Jadwal Praktek Kerja Lapangan

Tabel 2. Jadwal Praktek Kerja Lapangan


Waktu Pelaksanaan
No Uraian
Maret April Mei Juni Juli Agustus
Penulisan Proposal
1
PKL
2 Seminar Proposal
3 PKL
4 Penulisan Hasil PKL
5 Seminar Hasil PKL
6 Ujian Karya Ilmiah

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Supiori. 2020. Kabupaten Supiori dalam Angka
2020. Sorendidori

BBPI Semarang. 2006. Teknik Merancang dan Menggambar Desain Alat


Penangkapan Ikan. Jakarta

FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheri Department.
24p

FAO dalam Nedelec and Prado. 1990. Hooks And Lines

Fridman, AL. 1986. Calculations for Fishing Gear Design. FAO

George, J.P. 1993. Longline Fishing. FAO Training Series no. 22. ISBN 92-5-
103078-2. Rome

Indra Cahya, 2015. Pembuatan Dan Pengoprasian Rawai Dasar Dari Bahan
Monofilamen Dengan Pengatur Jarak Umpan Dari Dasar Perairan. BPPP
Ambon

International Standard Statistical Classification of Fishing Gear (ISSCFG, 2016).


The relationship between the current ISSCFG codes and those used in the
previous classification (1980) is included

Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


KEP.06/MEN/2010. Jakarta

Prado, J. And Dremiere, P.Y. 1990. Fishermen’s Book. Translated by BPPI


Semarang. FAO

RimbaKita.com- Ikan Kakap – Taksonomi, Morfologi, Jenis dan Karakteristik

13
Yaser Krisnafi. 2011. Konstruksi dan Pengoperasian Alat Tangkap Rawai Dasar
Dan Jenis Hasil Tangkapan. Pusat Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan.
Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai