Anda di halaman 1dari 29

MODUL 1:

ESENSIAL EAFM PERAIRAN DARAT

EAFM: Ecosystem Approach to Fisheries Management


(Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan
Ekosistem)

Disampaikan pada Bimbingan Teknis EAFM, Kampar-Riau, 15 Maret 2023


Dr. Taryono, S.Pi., M.Si.

1.PS. Logistik Agro-Maritim (PS-LOG), Sekolah Pasca Sarjana IPB


2.PS. Pengeloaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL),
Sekolah Pasca Sarjana IPB
3.PS. Pengelolaan Sumberdaya Perairan (PS-SDP), Sekolah Pasca
Sarjana-IPB
4.PS. Magister Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pasca
Sarjana-IPB
5.PS. Manajemen Sumberdaya Perairan (PS-MSP), Dep. MSP--
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
OUTLINE

Pendahuluan
1

Urgensi EFM di Perairan Darat


2
Ikan Dewa/Semah
Prinsip dan Tahapan EAFM di Perairan
3 Darat

4 Domain EAFM
pendahuluan
1.1. Gambaran Umum Perairan Darat Indonesia
 Perairan darat meliputi sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya (Undang-Undang
nomor 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia)
 Komposisi perairan darat, yaitu SUNGAI UTAMA (5.590 buah dengan panjang total mencapai
94.573 km), ANAK SUNGAI (65.017 buah), DANAU (840 BUAH), SITU (735 buah), dan WADUK
(162 buah).
 Jumlah danau saat ini tercatat sebanyak 5.807 danau (LIPI, 2020)
 Luas perairan darat sekitar 19,7 juta ha tersebar di KALIMANTAN (65%), SUMATRA (23%), PAPUA
(7,8%), SULAWESI (3,5%); JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA (0,7%)
 Pengelompokkan perairan sungai: 1) Panjang >400 km (15 buah), 2) 200 – 399 km (27 buah), 3)
100 – 199 km (80 buah), 4) 50-99 km (208 buah) dan 5) berukuran panjang < 50 km (5.260 buah) =
5.590
 Perairan rawa di wilayah Indonesia yaitu Mangrove, Rawa Gambut, Rawa Air Tawar, Rawa Air
Tawar Musiman, Rawa Gambut Musiman dengan luas total mencapai 25.425.200 ha (Scott,
1989)
 Jumlah waduk dan bendungan besar mencapai 82 buah. Data terbaru, jumlah bendungan 209
buah, kemudian bertambah sebanyak 65 pada periode 2014-2019
1.2. Deskripsi

Pengetahuan dasar yang perlu dipahami oleh para pemangku kepentingan dalam rangka
implementasi EAFM di perairan darat antara lain:
1) Kondisi dan isu pengelolaan perikanan di perairan darat
2) Prinsip-prinsip EAFM
3) Ikhtisar EAFM di perairan darat
4) Tahapan implementasi EAFM
5) Urgensi dan persiapan implementasi EAFM di perairan darat
6) Pengenalan pemangku kepentingan yang terlibat
7) Unit pengelola EAFM di Perairan Darat
8) Rencana strategis yang terdiri dari tujuan, indikator dan tolok ukur keberhasilan, tindakan
pengelolaan, dan strategi komunikasi.
1.3. Tujuan

Modul-1 bertujuan agar peserta Bimtek dapat memahami:

 Performa pengelolaan

 Isu pengelolaan perikanan

 Pendekatan pengelolaan perikanan berbasis ekosistem

 Pentingnya implementasi EAFM

 Prinsip-prinsip EAFM
Ikan Belida
 Tahapan implementasi EAFM di perairan darat
Urgensi EAFM Perairan
Darat
2.1. Performa Pengelolaan Perikanan di Perairan Darat

 EAFM perairan darat adalah untuk mendukung implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs yang terdiri atas 17 tujuan global dengan 169 capaian yang
terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB).
 EAFM perairan darat secara langsung terkait dengan beberapa tujuan antara lain: (1) Tanpa
kemiskinan; (2) Tanpa kelaparan; (5) Kesetaraan gender; (13) Penanganan perubahan iklim; (14)
Ekosistem laut; (15) Ekosistem daratan.
 Negara dan pengguna sumber daya air hayati harus melestarikan ekosistem perairan (Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF)-FAO 1995, pasal 6 ayat 1 mengenai prinsip umum).
 Hak untuk menangkap ikan disertai dengan kewajiban untuk melakukannya dengan cara yang
bertanggung jawab untuk memastikan konservasi dan pengelolaan sumber (CCRF-Pasal 6 ayat 1).
 Tindakan pengelolaan menjamin konservasi spesies yang dimanfaatkan dan spesies lain yang
termasuk dalam ekosistem yang sama atau yang berasosiasi dengan atau bergantung pada
spesies yang dimanfaatkan.
 Prinsip-prinsip pengelolaan perikanan meliputi: 1) pencegahan penangkapan ikan yang berlebihan;
dan 2) menerapkan langkah-langkah pengelolaan untuk memastikan upaya penangkapan ikan
berimbang dengan kapasitas produksi sumber daya perikanan dan pemanfaatannya.
Lanjutan performa pengelolaan …….
 Kebijakan konservasi dan pengelolaan perikanan harus didasarkan pada: 1) bukti ilmiah terbaik yang
tersedia, 2) mempertimbangkan pengetahuan tradisional tentang sumber daya dan habitatnya; serta 3) faktor
lingkungan, ekonomi, dan sosial yang relevan.
 Pengelolaan perikanan perairan darat di WPPNRI perlu dilakukan secara optimal dan berkelanjutan sesuai
dengan karakteristik ekologi, limnologi, dan zoogeografi yang berbeda sehingga pengelolaan perikanannya
harus berbasis pada wilayah (Permen KP no. 9 Tahun 2020 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia di Perairan Darat).
 Definisi Pengelolaan perikanan: Semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan
implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang
dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas
sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati”.
 Pemerintah telah menerbitkan Permen KP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan
Perikanan dan Lembaga Pengelola Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(RPP-WPPNRI).
 RPP disusun untuk menjadi pedoman bagi kementerian, pemerintah daerah, instansi terkait, dan pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan pengelolaan perikanan.
 Pengelolaan Perikanan (WPP) pada perairan darat WPPNRI-PD dibagi menjadi 14.
 Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan perikanan antara lain kearifan lokal, sosial-ekonomi,
dan budaya
EKOSISTEM PERAIRAN DARAT INDONESIA Total: 54 Juta
Sumber: Sukadi dan Kartamihardja (2007)

Ha
Sungai dan Rawa Rawa Payau
[12 Juta Ha] [39,5 Juta Ha]

Waduk Genangan Air Lainnya Danau


[0,05 Juta Ha] [0,65 Juta Ha] [1,8 Juta Ha]

13,85 Juta Ha
: Perikanan belum dimanfaatkan
: Perikanan sudah dimanfaatkan

Sumber : Yunanda, 2020


DAERAH SEBARAN IKAN ASLI INDONESIA

WPP 43… WPP 42… WPP 41…

13
2.2. Isu Pengelolaan Perikanan di Perairan Darat
 Isu terkait pengelolaan perairan darat antara lain: Pencemaran fisik dan kimia perairan, pendangkalan
perairan, modifikasi habitat atau lingkungan perairan, kerusakan habitat, ancaman terhadap
biodiversitas, penurunan tingkat produksi dan ukuran hasil tangkapan, keberadaan spesies introduksi
atau invasive, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, konflik pemanfaatan
sumber daya perairan, serta informasi hasil tangkapan.
 Tingkat pertumbuhan penduduk: Menyebabkan kebutuhan pangan meningkat di semua wilayah
termasuk permintaan terhadap ikan. Kebutuhan nasional dan meningkatnya permintaan ekspor dari
negara-negara maju, memberikan tekanan besar pada sumber daya perikanan darat.
 Ketahanan pangan: Perikanan darat menjadi tulang punggung masyarakat (sumber pangan) pada
beberapa daerah yang masyarakatnya termasuk dengan kategori termiskin sehingga sangat rentan
akibat terganggunya perikanan darat. Selain itu mereka tidak memiliki alternative matapencaharian.
 Sektor perikanan semakin kurang menguntungkan: Pertumbuhan ekonomi dan menurunnya hasil
tangkapan membuat pelaku perikanan menambah upaya perikanan, termasuk menggunakan alat
tangkap ilegal untuk mempertahankan hasil tangkapan ikan dan pendapatan mereka.
 Gender: Perempuan memiliki peran penting dalam pengolahan dan pemasaran ikan dan sering
secara aktif terlibat dalam penangkapan ikan. Pengelolaan perikanan dengan mempertimbangkan
aspek gender dapat berdampak pada tingkat penghasilan mereka untuk keluarga mereka/rumah
tangga.
Lanjutan isu pengelolaan…….

 Konflik sosial: Peningkatan upaya penangkapan dapat mengakibatkan konflik antara pengguna
sumber daya atas penurunan stok yang dapat dimanfaatkan. Konflik dapat terjadi antar nelayan,
maupun dengan otoritas/sektor non perikanan. Kesenjangan ekonomi antar kelompok dapat
mendorong konflik dan menyebabkan hasil yang tidak adil/setara.
 Kemajuan teknologi: Dapat memudahkan dan meningkatkan hasil tangkapan oleh nelayan.
Namun, dalam banyak kasus kemajuan tersebut telah berkontribusi pada konflik antara nelayan
dan menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan.
 Konflik pemanfaatan sumber daya perairan: Persinggungan kepentingan perikanan dalam
suatu komunitas, mulai dari konflik yang disebabkan oleh perbedaan pemanfaatan sumber daya
(resources conflict), perbedaan kebijakan/aturan yang diterapkan (policy conflict), perbedaan
operasional penangkapan ikan (fishing conflict) termasuk alat, metode dan daerah penangkapan
ikan. Disamping sektor perikanan, beberapa sektor yang melakukan pemanfaatan sumber daya
perairan juga dapat menimbulkan onflik.
 Perubahan iklim: Ekosistem air tawar rentan terhadap faktor-faktor yang didorong oleh iklim
seperti banjir dan kekeringan, serta perubahan suhu di luar musim.
2.3. Pentingnya Implementasi EAFM di Perairan Darat
 Konteks perikanan (FAO): Spesies ikan bergantung pada lingkungan dan ekosistem pendukungnya
yang dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia (antropogenik: penangkapan ikan, alih fungsi
lahan, pencemaran, fragmentasi habitat) dan proses alam.
 Penangkapan ikan dapat berdampak pada ekosistem perairan melalui: (1) menangkap spesies yang
tidak diinginkan (bycatch); (2) menyebabkan kerusakan fisik pada habitat bentik dan riparian; (3)
perubahan komposisi spesies; dan (4) pemutusan rantai makanan.
 Pendekatan ekosistem (Ecosystem Approach - EA) merupakan pendekatan pengelolaan yang
berlaku untuk berbagai skala, sektor dan pendekatan multi-sektor.
 Pendekatan ekosistem (EA) pertama kali tercetus pada awal 1980-an dan baru diterima pada tahun
1992 pada KTT Bumi di Rio yaitu menjadi konsep yang mendasari Konvensi Keanekaragaman
Hayati (CBD: Convention on Biological Diversity)
 EA: “Strategi pengelolaan terpadu tanah, air dan sumber daya hayati yang mempromosikan
konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dengan cara yang adil.”
 Penerapan EA membantu tiga tujuan CBD: 1) konservasi; 2) penggunaan/pemanfaatan
berkelanjutan; dan 3) pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya
genetik.
 EA menjadi cara untuk memperkenalkan pembangunan berkelanjutan yang menggantikan konsep
kebijakan pembangunan sebelumnya yang hanya didasarkan pada pertumbuhan ekonomi.
Lanjutan pentingnya implementasi …….

 Pembangunan berkelanjutan adalah Pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri
(Brundtland,1987).
 Pembangunan berkelanjutan menekankan keseimbangan antara kesejahteraan ekologis (ecological
well-being) dan kesejahteraan manusia (human well-being).
 Kesejahteraan ekologis: yang relevan dengan ekosistem perairan al.: ● ekosistem sehat yang
memaksimalkan barang dan jasa ekosistem; ● keanekaragaman hayati yang menjaga ketahanan
ekosistem; ● struktur dan habitat ekosistem yang mendukung (termasuk daerah aliran sungai yang
terhubung); ● danau, sungai, lahan basah, daerah aliran sungai yang sehat; dan ● jaring-jaring
makanan berdasarkan berbagai sumber produksi primer
 Kesejahteraan manusia: mengacu pada semua komponen manusia yang bergantung pada, dan
memengaruhi, ekosistem. Delapan aspek kesejahteraan manusia adalah: ● standar hidup material
(pendapatan, makanan dan kekayaan); ● kesehatan; ● pendidikan; ● kegiatan pribadi (rekreasi dan
pekerjaan); ● suara politik dan pemerintahan; ● hubungan dan hubungan sosial / budaya; ●
lingkungan hidup (kondisi sekarang dan masa depan); dan ● keamanan ekonomi dan keselamatan
manusia
 Tata Kelola yang Baik: Pengaturan yang efektif untuk menetapkan dan menerapkan aturan serta
regulasi yang menyeimbangkan ekologi dan kesejahteraan manusia.
Lanjutan pentingnya implementasi …….

 Kenapa EAFM:
“EAFM adalah cara praktis untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan untuk
pengelolaan perikanan dengan menemukan keseimbangan antara ekologi dan kesejahteraan
manusia, melalui pemerintahan yang baik.”
“EAFM mewakili perpindahan dari sistem manajemen yang hanya berfokus pada pemanfaatan
spesies target yang berkelanjutan, ke sistem yang juga mempertimbangkan komponen dalam suatu
ekosistem, dan manfaat sosial dan ekonomi yang dapat berasal dari pemanfaatannya” (FAO 2012).
“EAFM adalah pendekatan ekosistem yang diterapkan pada perikanan yaitu cara praktis untuk
menerapkan berkelanjutan pembangunan dan memaksimalkan ekosistem secara berkelanjutan
manfaat sistem perikanan”
 Manfaat EAFM berfokus pada kesejahteraan manusia maupun kesejahteraan ekologis.
 Pendekatan EAFM: Menyeimbangkan konservasi keanekaragaman hayati, struktur, serta fungsi
ekosistem, dengan kebutuhan manusia untuk memanfaatkan sumber daya untuk makanan,
pendapatan dan mata pencaharian. Untuk mencapai keseimbangan ini, EAFM membutuhkan
kerangka tata kelola yang efektif.
Lanjutan pentingnya implementasi …….

 TIGA KOMPONEN EAFM: Pembangunan berkelanjutan dengan keseimbangan antara 1)


kesejahteraan ekologis dan 2) kesejahteraan manusia yang tidak membahayakan kebutuhan
generasi mendatang dan dilaksanakan melalui 3) tata kelola yang baik.
 Manfaat pengelolaan EAFM (FAO):
● pertimbangan yang lebih luas dari hubungan antara ekosistem dan perikanan;
● kontribusi untuk perencanaan penggunaan sumber daya yang lebih efektif;
● memfasilitasi pertukaran kepentingan antara prioritas pemangku yang berbeda;
● menyeimbangkan kebutuhan manusia dan ekologi;
● peningkatan partisipasi pemangku kepentingan yang mengarah pada: perencanaan penggunaan
sumber daya yang lebih baik; dan penggunaan sumber daya alam yang lebih adil (baik yang
terkait dengan perikanan maupun non-perikanan);
● membantu menyeimbangkan produksi ikan dengan konservasi keanekaragaman hayati dan
perlindungan habitat;
● membantu menyelesaikan atau mengurangi konflik antar pemangku kepentingan;
● pengakuan yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan tradisional dalam pengambilan
keputusan.
Prinsip dan Tahapan EAFM
di Perairan Darat
KEGIATAN PENILAIAN MELALUI EAFM
Jumlah Personal minimal 3
orang:
1.Mengisi matriks EAFM
2.Mencatat data/informasi
3.Menghimpun dan menata
responden

Wawancara dengan nelayan dan pihak terkait

Pendataan jenis ikan dan habitatnya

22
3.1. Prinsip-prinsip EAFM di Perairan Darat
 Secara sederhana EAFM: Sebuah konsep bagaimana menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dalam
pengelolaan perikanan (kesejahteraan nelayan, keadilan pemanfaatan sumber ikan, dll) dengan tetap
mempertimbangkan pengetahuan, informasi dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik dan interaksi
manusia dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan perikanan yang terpadu, komprehensif dan
berkelanjutan.
 Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam implementasi pendekatan ekosistem antara lain: (1)
perikanan harus dikelola pada batas yang memberikan dampak yang dapat ditoleransi oleh ekosistem; (2)
interaksi ekologis antar SDI dan ekosistemnya harus dijaga; (3) perangkat pengelolaan sebaiknya dapat
diaplikasikan untuk semua distribusi SDI; (4) prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan
pengelolaan perikanan; (5) tata kelola perikanan mencakup kepentingan sistem ekologi dan sistem manusia.
 Implementasi EAFM di Indonesia memerlukan adaptasi struktural maupun fungsional di seluruh tingkat
pengelolaan perikanan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini paling tidak menyangkut perubahan
kerangka berpikir bahwa otoritas perikanan tidak lagi hanya menjalankan fungsi administratif perikanan, namun
lebih dari itu menjalankan fungsi pengelolaan perikanan.
 EAFM sebagai sebuah proses penyempurnaan pengelolaan perikanan yang dimulai dari sudut pandang
kesehatan ekosistem sebagai media penting dari proses keberlanjutan sumber daya ikan sebagai obyek dari
pengelolaan perikanan.
 EAFM menitikberatkan pada keterkaitan (konektivitas) antara target spesies sumber daya ikan
dengan ekosistem perairan dan segenap unsur terkait di dalamnya.
3.2. Tahapan Implementasi EAFM di Perairan Darat

 Konsep pengelolaan perikanan di Indonesia bertransformasi dari


pengelolaan yang hanya dilakukan pada sektor hulu menjadi
pengelolaan yang menyeluruh (hulu-hilir) secara terintegrasi dan
berbasis kewilayahan yang melibatkan multistakeholders.
 Sejak tahun 2003, FAO telah memperkenalkan Ecosystem Approach
to Fishery Management (EAFM) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai pengelolaan perikanan dengan pendekatan
ekosistem.
 EAFM tidak bermaksud menggantikan secara keseluruhan pola-pola
pengelolaan perikanan yang sebelumnya diterapkan, tetapi lebih
bersifat penyempurnaan.
 Mekanisme implementasi EAFM ini bersifat pengelolaan yang bersifat
adaptif (adaptive management).
 Hal terpenting dari EAFM adalah menempatkan manusia sebagai
pengelola kedalam elemen ekosistem.
 Implementasi EAFM memerlukan perencanaan kebijakan (policy
planning), perencanaan strategi (strategic planning), dan
perencanaan operasional manajemen (operational management
planning).
 EAFM memperkenalkan pendekatan yang lebih menyeluruh. Instrumen-
instrumen biologis dan ekologis tersebut dipadukan dengan elemen
sosial kemasyarakatan dan kelembagaan, sehingga para pemangku
kepentingan (stakeholders) terinformasikan dengan benar dan dilibatkan
secara proporsional, yang didasari oleh peranan dan pengaruhnya
terhadap sebuah rencana pengelolaan yang akan diterapkan.
 Perencanaan kebijakan diperlukan dalam konteks makro menitikberatkan
pada pernyataan komitmen dari pengambil keputusan di tingkat nasional
maupun daerah terkait dengan implementasi EAFM.
 Dalam perencanaan kebijakan juga ditetapkan mekanisme koordinasi
pusat dan daerah, koordinasi antar sektor, dan hubungan antara regulasi
nasional dan internasional terkait dengan implementasi EAFM secara
komprehensif.
 Perencanaan strategi lebih menitikberatkan pada formulasi strategi untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada rencana kebijakan.
Strategi yang dipilih bisa saja berasal dari kesepakatan strategi yang
berlaku secara umum baik di level nasional maupun internasional.
 Dalam kaitan dengan implementasi EAFM untuk Perairan Darat, peserta
diwajibkan untuk memahami keseluruhan modul essential EAFM PD
yang terdiri dari 10 modul agar selaras dengan tujuan dari EAFM itu
sendiri yaitu untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Proses Implementasi EAFM di Perairan Darat
Domain Penilaian melalui EAFM

1.Lingkungan sumberdaya ikan: 7 aspek


2.Teknologi penangkapan: 5 aspek
3.Sosial: 6 aspek
4.Ekonomi: 5 aspek
5.Kelompok jenis ikan yang dikelola: 5 aspek
6.Tata Kelola: 5 aspek
7.Pemangku kepentingan: 4 aspek

27
Contoh Hasil Penilian melalui EAFM

28
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai