SKRIPSI
RIVAL ALOATUAN
NIM.201665023
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
LAMA WAKTU PEMUASAAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KUWE
(Caranx ignobilis ) DI KERAMBA JARING APUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan
Universitas Pattimura
DISUSUN OLEH:
RIVAL ALOATUAN
NIM. 201665023
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NIM : 201665023
TANDA TANGAN :
TANGAL :
iii
iv
v
DEDIKASI
Orang yang berpikiran positif, dalam kondisi apapun juga selalu memacu dirinya
sendiri ke arah yang lebih baik, tanpa terpengaruh oleh kondisi luar, selalu
berusaha melihat dari segi positif, dan menjadikan halangan sebagai tantangan
untuk maju" (Motivator)
Tidak ada niat Tuhan kecuali memuliakan kita. Maka apa pun yang diberikan-Nya
kepada kita adalah kebaikan (Penulis)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT
karena berkat limpahan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penelitian dan penulisan
skripsi dengan judul LAMA WAKTU PEMUASAAN TERHADAP PERTUMBUHAN
IKAN KUWE ( Caranx ignobilis ) DI KERAMBA JARING APUNG dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sangat Penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan
skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada kita semua.
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Dekan, Para Wakil Dekan, Pimpinan Jurusan, Staf Pengajar Dan Staf
Administrasi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelatuan Atas Segala Bantuan Dan
Ilmu Pengetahuan Yang Diberikan Kepada Penulis Selama Masa Studi.
2. Ir. J. W. Loupatty, M.Si., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan yang telah
memberikan kelancaran pengurusan administrasi sehingga penulisan skripsi dapat
diselesaikan.
3. Dr. B. M. Laimeheriwa, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan yang sudah banyak membantu, memberikan kesempatan bagi penulis
melakukan penelitian.
4. Prof. Ir Jacobus Wilson Mosse. Msc.Phd selaku pembimbing I yang dengan tulus
hati rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran bahkan perhatian luar biasa
untuk memberikan petunjuk, bimbingan, pengarahan dan saran yang berguna
bagi penulis selama penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Dr.P.A.Wenno, SE, M.Sc., selaku pembimbing II yang sudah memberikan
perhatian, pengarahan bimbingan, dan saran yang berguna bagi penulis selama
penulisan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang kiranya selama
ini senantiasa dengan penuh tanggung jawab memberi ilmu serta nasehat yg baik
kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Khususnya di Program Studi Budidaya Perairan.
7. Ayah dan Ibu tercinta dengan pengorbanan yang cukup besar bagi penulis
sehingga penulis bisa punya kesempatan untuk studi, saudara dan saudariku
Adisti Aloatuan, Kahrul Aloatuan, Aliska Aloatuan, Bonso Pau, Bonso Jamil, Tiu
Atid, Bibi, Adik Ibnu, Adik Rara, Adik Ina, Adik Iki dan Keluarga Besar
viii
Aloatuan/Makatita dimanapun berada yang selalu memberi dukungan Doa dan
semangat kepada penulis selama masa perkuliahan di ambon.
8. Teman-Teman Ak16 Saleman harly, Anjely, Indi, Vira, abdul rama, Dulcen,
Indah, Mira, Syntia, Aji, Ega, Paten Udin, Jitos, Papol Dandi, Paten Suji, Ongen,
Randi, dan Rilon untuk kebersamaanya.
9. Sahabat-sahabat penulis Ekel dan Ondri untuk kebersamaan dan berjuang
bersama selama melakukan penelitian.
10. Sahabat seperjuang di Program Studi Budidaya Perairan, Angkatan 2016,
Nisriana, Willyam, Bila, Emi, Yuliana, Tina, Muti, Nita, Hamran, Zulham, Putra,
Tia, Astuti, Weldi, Nadia, Deddy, Alm (Acel), Alfi, Jen, Danu, Mila, Irwan, dan
Angga untuk kebersamaan dan bantuan selama masa kuliah.
11. Kepada angkatan 2014, 2015 dan 2017 yang telah memberikan dorongan dan
bantuan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini maupun proses
perkuliahan.
12. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
13. Akhir kata, Penulis ucapkan kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah me mbantu. Semoga penulisan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi yang membancanya.
Penulis
ix
RIWAYAT PENDIDIKAN
Rival Aloatuan biasa dipanggil rifal/ipan/palo lahir di Negeri Saleman, Maluku Tengah,
Kecamatan Seram Utara Barat pada tanggal 01 mei 1999, sebagai anak pertama dari 4
bersaudara dari pasangan Abdul Kadir Aloatuan (Ayah) dan Marjanah Makatita/Aloatuan
(Ibu). Dunia pendidikan yang ditempuh dimulai dari tahun 2004 pada jenjang pendidikan
dasar di SD Negeri 2 Saleman dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Seram Utara Barat dan lulus
pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri
Seram Utara Barat dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan studi pada perguruan tinggi yaitu pada Universitas Pattimura Ambon melalui
jalur SBMPTN dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Budidaya Perairan,
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura
Ambon.
Untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan penulis
melakukan penelitian dengan judul: “Lama Waktu Pemuasaan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Kuwe ( Caranx ignobilis ) di Keramba Jaring Apung’’ , Dibawah
Bimbingan Prof. Ir Jacobus Wilson Mosse.Msc.Phd dan Dr.P.A.Wenno, SE, M.Sc.
x
ABSTRAK
RIVAL ALOATUAN, NIM: 201665023: LAMA WAKTU PEMUASAAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KUWE (Caranx ignobilis) DI KERAMBA
JARING APUNG (DIBAWAH BIMBINGAN PROF. IR JACOBUS WILSON
MOSSE. MSC. PHD DAN DR.P.A.WENNO, SE, M.SC.)
Penelitian ini Dilakukan Mulai Dari Bulan September Sampai November 2020 Di
Keramba Jaring Apung (KJA) Milik Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Di Perairan Desa Poka Teluk
Ambon Dalam. Analisa data yang digunakan ialah data panjang (TL) dan berat (WT) ikan
kuwe (Caranx ignobilis) kemudian dianalisa menggunakananone way ANOVA pada
software Microsoft excel 2007 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
xi
ABSTRACT
The research objective was to determine the length of time of fasting on the
growth of pompano fish in floating net cages (KJA).
This research was carried out from September to November 2020 in the floating
net cages (KJA) belonging to the Aquaculture Study Program, Faculty of Fisheries and
Marine Sciences, Pattimura University in the waters of the village of Poka Teluk Ambon
Dalam. Data analysis used was data length (TL) and weight (WT) of pompano (Caranx
ignobilis) then analyzed using one way ANOVA in Microsoft Excel 2007 software
presented in tables and graphs.
Based on the results of the study, it was found that the absolute weight growth of
the 3 treatments showed that the C treatment 5 days of fasting 5 days being fed produced
the highest growth of 1,63%. When compared with the other two treatments. The smallest
absolute growth weight was obtained in fish with treatment A 3 days fasting 3 days given
food, namely 1,30%. There is no effect of fulfillment on the 3 treatments, the life passing
of the pompano fish that is fasted shows that it is still very good during the maintenance
period, even though in conditions of restriction of feeding, the survival rate is still high
(90-95%), of the three treatments given. The value of the feed conversion ratio is how
much feed is consumed into fish body biomass. After observing the results of treatment A
fish had a value of 0,92, then treatment B had a value of 0,93, treatment C had a value of
1,0 and Control 1,46. The smaller the value of the feed conversion ratio means that the
level of feed efficiency is better in terms of production costs, conversely if the feed
conversion ratio is large, the feed efficiency value is not good, based on this it can be said
that the fish that are fed regularly every day and the treatment of fasting pompano fish has
a good feed conversion ratio value because it is still within the range, even though the
amount of feed given is less.
xii
DAFTAR ISI
NO JUDUL HAL.
DEDIKASI ................................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
xiii
2.3 Kebiasaan Makan ..................................................................................... 6
xiv
3.4.3 Penebaran Ikan Uji Dan Pemeliharaan ........................................... 18
4.5.3 pH ................................................................................................... 30
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HAL.
xvi
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HAL.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha budidaya sistem Keramba Jaring Apung (KJA) sudah cukup lama
dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Keramba jaring apung didefenisikan
sebagai tempat atau wadah pemeliharaan ikan atau organisme laut lainnya yang
terbuat dari jaring yang bisa berbentuk segi empat atau silindris dan diapungkan
dalam air permukaan dengan menggunakan pelampung dan kerangka kayu,
bambo atau besi yang disertai dengan sistem penjangkaran (Ahmad dkk., 1995).
Salah satu komoditi penting yang sementara dibudidayakan di keramba jaring
apung adalah ikan Kuwe (Caranx ignobilis) oleh masyarakat.
Ikan kuwe merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang bernilai
ekonomis. Ikan kuwe (C. ignobilis) merupakan ikan konsumsi yang mempunyai
prospek pengembangan budidaya yang cukup cerah karena teknologi
pembenihannya telah dikuasai. Ikan ini berpeluang sebagai spesies kandidat yang
dapat dikembangkan dalam usaha budidaya (Poernomo, 2006). Selain itu, ikan
kuwe sangat diminati konsumen dan tingkat permintaan yang cukup tinggi.
Tingginya permintaan konsumen terhadap ikan kuwe dikarenakan harga pasar
ikan kuwe yang relatif tinggi yakni mampu mencapai Rp.75,000/kg, (komunikasi
pribadi). Dampak dari tingginya permintaan tersebut, mengakibatkan populasi
ikan kuwe semakin hari semakin menurun jika ditangkap terus menerus, oleh
karena itu salah satu upaya yang dikembangkan adalah dengan cara
dibudidayakan. Budidaya ikan kuwe sangat diperlukan agar menjaga kelestarian
sumberdaya dan meningkatkan produktivitas pengelolaan secara berkelanjutkan.
Saat ini budidaya ikan-ikan laut termasuk ikan kuwe masih mengandalkan
ikan sebagai pakan utama. Karena pakan merupakan salah satu kebutuhan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Ikan dapat tumbuh secara maksimal jika
kebutuhan akan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral terpenuhi. Dari
kelima nutrien tersebut, protein mempunyai peran yang cukup menentukan dalam
1
proses pertumbuhan ikan karena hampir sebagian besar tubuh ikan (45-75% berat
kering) adalah protein. Ketersediaan ikan rucah sebagai pakan utama ikan Kuwe
selalu bergantung menurut musim penangkapan baik jumlah maupun jenisnya
(Lutfillah, 1988). Pada saat tertentu ketersediaan pakan ini sedikit sehingga
menjadi masalah besar dalam pemeliharaannya. Pemberian pakan dengan metode
pemuasaan diharapkan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah
ketersedian pakan namun tetap memenuhi aspek pertumbuhan yang optimal
sehingga ikan budidaya dapat tetap tumbuh dengan baik hingga mencapai ukuran
panen dalam waktu yang dibutuhkan.
2
1.3 Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ikan kuwe menurut (Anonym, 2007; Muhamad, 2018) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Superphylum : Deuterostomia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Gnathostomata
Class : Actinopterygii
Infraclass : Teleostei
Superordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Subfamily : Caranginae
Genus : Caranx
4
2.1.2. Morfologi Ikan Kuwe
Ikan kuwe berbentuk oval dan pipih, warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru
bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi
sisik halus berbentuk sikloid. Sisiknya kecil dengan gurat sisi yang bercabang. Di
bagian dada sisiknya berkurang atau tidak ada. Terdapat tiga duri, dua yang
pertama terpisah dari sirip yang diam. Sirip ekornya berjagak. Ikan yang aktif
mencari makan pada malam hari ini biasanya memakan jenis ikan dan krustacea.
Ikan ini biasanya memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut : memiliki sirip punggung
berjumlah 9 buah dengan sirip punggung lunak sebanyak 19-22 buah, memiliki
sirip dubur sebanyak 3 buah dengan sirip dubur lunak sebanyak 14-17 buah.
Tubuh berwarna-warni mulai dari hijau muda bagian punggung dan bagian bawah
berwarna putih keperakan dengan sirip dada melengkung lancip (Poernomo dkk.,
2006).
Ikan yang aktif mencari makan pada malam hari ini biasanya memakan
jenis ikan dan krustacea. Ikan ini biasanya memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
memiliki sirip punggung berjumlah 9 buah dengan sirip punggung lunak sebanyak
19-22 buah, memiliki sirip dubur sebanyak 3 buah dengan sirip dubur lunak
sebanyak 14-17 buah. Tubuh berwarna-warni mulai dari hijau muda bagian
punggung dan bagian bawah berwarna putih keperakan dengan sirip dada
melengkung lancip ( Froose dan Pauly, 2011)
Habitat ikan kuwe sangat beragam tergantung dari species. Ikan kuwe
dapat ditemukan mulai dari pantai sampai laut lepas (oseanik) dan dari permukaan
yang bersifat pelagis sampai mendekati dasar (demersal). Ikan kuwe hidup di
perairan dangkal, terumbu karang, membentuk gerombolan kecil. Hampir semua
ikan kuwe mempunyai sifat bergerombol. Habitat ikan kuwe kecil lebih senang
berada di dekat karang. Adapun ikan kuwe besar kebanyakan menyebar lebih jauh
dan sering pula muncul ke permukaan. Ikan ini sangat khas sebagai penghuni
terumbu karang . Daerah penyebaran; sepanjang pantai dangkal, perairan karang
5
Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan,
Philippina (Abdul Samad, 1999).
Jenis ikan ini memiliki pertumbuhannya relatif cepat, umur juvenil bisa
mencapai 30-35 hari, dan juga mencapai ukuran panjang 23,9-26,6 cm pada bobot
282,2-383,9 g, dapat dipelihara selama 7- 9,5 bulan untuk ukuran konsumsi. Ikan
ini relative mudah dibudidayakan (Kordi, 2005). Sehingga merupakan spesies
yang ditargetkan untuk pengembangan budidaya laut (Gushiken, 1983). Upaya
pembenihan skala massal sudah dilakukan melalui berbagai penelitian yang meng-
arah pada kelangsungan hidup benih ikan kuwe (Setiadharma, 2008). Kegiatan
penelitian pembenihan ikan kuwe telah dimulai di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol sejak tahun 2006 dan induk ikan sudah
berhasil dipelihara dalam bak terkontrol dan dapat memijah secara alami (
Setiadharma dan Asmanik, 2006; Setiadharma dkk., 2006).
6
makanan ikan secara alami berutang pada lingkungan tempat ikan hidup.
Besarnya populasi ikan di dalam suatu perairan salah satunya ditentukan oleh
makanan yang tersedia. Dari makanan ada faktor yang berhubungan dengan
populasi yaitu kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia, dan lamanya waktu
yang digunakan oleh ikan dalam memanfaatkan makanan. Makanan yang di
manfaatkan oleh ikan akan mempengaruhi sisa persedian makanan diperairan.
Makanan yang dimanfaatkan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan,
kematangan bagi tiap individu ikan, serta keberhasilan hidupnya (survival).
Populasi, pertumbuhan, reproduksi, dinamika populasi ikan juga ditentukan oleh
ketersediaan makanan ikan di suatu perairan (Effendie, 1997).
Ikan jenis ini sifatsnya karnivora, ikan ini di alam memakan ikan dan
krustasea kecil. Oleh karena itu, hingga saat ini pakan yang terbaik untuk
budidaya ikan kuwe masih berupa ikan rucah yang dipotong-potong sesuai dengan
ukuran bukaan mulutnya. Di alam liar ikan kuwe ini memangsa makanan yang
beraneka ragam, mulai dari jenis–jenis crustacea atau udang–udangan, ikan
karang lain atau cumi–cumi. Fungsi ikan ini adalah sebagai ikan pemangsa,
sehingga menjadi salah satu pemangsa utama perairan karang. Mencari makan di
sepanjang karang dan ceruk batu–batuan di dasar lautan dan tengah perairan. Ikan
ini dikenal memiliki kebiasaan makan di saat mulai senja serta di saat matahari
mulai terbit dimana suhu air tidak terlalu panas (Basatha, 2012).
Ikan kuwe siap untuk kawin pada usia 3-4 tahun dan dengan ukuran 50-60
cm. Sebuah studi di Hawaii mengatakan bahwa, ikan kuwe betina memiliki
populasi yang lebih banyak dibandingkan ikan kuwe jantan dengan perbandingan
1:4 (Rachmansyah, 1994). Ikan kuwe jantan biasanya tubuhnya lebih memanjang,
sedangkan ikan betina biasanya tubuhnya lebih bulat. Pada ikan kuwe C.
melamphygus didapatkan variasi kematangan gonad II-V pada ukuran panjang
total 48-61 cm dan bobot individu 2,200-3,260 gram pada bulan oktober- April.
Sedangkan pada Caranx uii, C. chrysphys, dan C. talamparoides, variasi
7
kematangan gonad II-V ditemukan pada bulan November-April (Usman dan
Rachmansyah, 2017)
2.5 Pakan
Salah satu faktor keberhasilan budidaya adalah pada pakan yang diberikan.
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan.
Menurut Perius (2011), pakan merupakan sumber materi dan energi untuk
menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan namun di sisi lain pakan
merupakan komponen terbesar (50-70%) dari biaya produksi. Pakan ikan
merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya, akan
tetapi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan relatif besar mencapai 35-
70% dari total biaya produksi. Menurut (Marwa dan Hariyanto, 2013) bahwa
pada sektor budidaya, penyerapan nutrisi pakan yang belum optimal, merupakan
salah satu permasalahan dalam kegiatan budidaya, sehingga pakan yang
dikonsumsi ikan kurang dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk
pertumbuhan.
Upaya yang banyak dilakukan saat ini dalam budidaya ikan kuwe adalah
pengaturan cara pemberian pakan agar pakan yang diberikan dapat termanfaatkan
secara optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Manajemen
pemberian pakan yang tepat akan memberikan hasil yang optimal pada
pertumbuhan, meningkatkan efesiensi pemanfaatan pakan oleh ikan dan kualitas
air tetap terjaga (Hanief dan Pinandoyo, 2014).
Ikan rucah merupakan ikan yang berukuran kecil dan merupakan hasil
sampingan oleh nelayan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah. Ikan
rucah oleh nelayan biasanya dijual dalam wadah keranjang tanpa ada seleksi lagi,
serta dijual dengan harga murah, sehingga cenderung tidak diproses dan dibuang
oleh pengolah atau nelayan. Jenis ikan ini memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi (Nasran dan Tambunan, 1974; Moeljanto, 1982), sehingga dapat
8
dimanfaatkan untuk diproses menjadi suatu produk dalam rangka pemanfaatan
hasil samping, penerapan konsep zero waste dan peningkatan nilai tambah. Salah
satu solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan memanfaatkan ikan rucah sebagai
pakan ikan kuwe.
Pemberian pakan yang tidak efesien dapat menambah biaya produksi pada
budidaya ikan secara umum berdasarkan hal tersebut perlu adanya upaya untuk
mengetahui pemberian pakan yang efesien, sehingga dapat menghemat pakan ikan
secara ekonomis dan menguntunkan budidaya. Salah satu metode pemberian
pakan yang efisien dan efektif adalah dengan cara pemuasaan. Pemuasaan
merupakan pengurangan pemberian pakan secara berkelanjutan pada waktu-waktu
tertentu. Pemuasaan secara periodik dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan
ikan yang setara bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang tidak
dipuasakan (Rachmawati dkk., 2010). Pemuasaan secara periodik 1sampai 3 hari
menunjukkan pertumbuhan yang relatif sama antara ikan yang dipuasakan dengan
yang tidak dipuasakan.
Phylum : Chordata
Class : Pisces
9
Sub Class : Telestei
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
10
2.7 Kebutuhan Nutrisi Ikan Kuwe (Caranx ignobilis)
11
pakan dengan kandungan lemak 6%. Disamping itu jenis lemak yang digunakan
dalam pakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan. Hal
tersebut ditunjukan oleh Tucker dkk., (1997) bahwa ikan red drum (Sciaenops
ocellalus) hanya dapat memanfaatkan minyak kedelai dan minyak menhaden
dalam pakan masing-masing sebesar 1.5% dan 12.7%. Hal ini ada kaitannya
dengan kualitas lemak yang ditentukan oleh komposisi asam lemaknya dan
kebutuhan asam lemak essensial dari ikan.
Pada ikan dan udang tidak terdapat kebutuhan yang absolut atau mutlak
akan karbohidarat dalam pakan. Hal ini sangatlah berlawanan dengan protein dan
lemak pakan, dimana kebutuhannya secara spesifik telah diketahui dengan jelas
hingga asam amino dan asam lemak tertentu. Ikan memang tidak mempunyai
kebutuhan yang spesifik akan karbohidrat pakan. Namun, kelebihan karbohidrat
dalam pakan dapat menyebabkan hati membengkak dan glikogen terakumulasi
dalam hati. Menurut (Tacon, 1990), karbohidrat didalam pakan terutama
berfungsi sebagai sumber energi. Walaupun belum ada ketentuan yang mutlak
tentang jumlah karbohidrat yang dibutuhkan dalam pakan ikan, tetapi bila
karbohidrat tidak dipenuhi dalam pakan, senyawa yang lain seperti protein dan
lemak akan dikatalis untuk energi, selain itu untuk sintesa bermacam-macam
senyawa biologi selalu berasal dari karbohidrat. Karbohidrat yang paling penting
pada ikan adalah glikogen, glukosa, laktat dan pirufat (Steffens, 1989).
12
yang mengandung protein dan energi yang seimbang secara cukup dan terus
menerus.
Beberapa hasil penelitian pada ikan karnivora laut lainnya seperti yuwana
ikan kerapu Epinephelus malabaricus (ukuran 9,2 - 40 g) membutuhkan protein
pakan 44% dengan kandungan energi sekitar 340 - 375 kkal DE/100 g (Shiau dan
Lan 1996). Ikan Sciaenops ocellatus ukuran 92,3 - 737 g membutuhkan protein
dan energi pakan berturut-turut 45% dan 378,3 kkal DE/100 g pakan (McGoogan
dan Gatlin III 1999). Ikan ekor kuning, Seriola dumerilii, ukuran 146-1249 g
membutuhkan protein pakan 48,7% dan energi sekitar 411 kkal DE/100 g pakan
(Jovert dkk., 1999). Yuwana ikan kerapu bebek ukuran 4 - 50 g membutuhkan
pakan dengan kandungan protein 45,3% (Rachmansyah dkk., 2000), rasio protein
energi 124,9 mg/kkal pada kadar protein 56,2% (Giri dkk., 1999), serta rasio
protein lemak 48/12 (Rachmansyah dkk., 2000).
2.8.1 Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
kehidupan organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal
yang paling mudah untuk diteliti dan ditentukan. Perairan laut cenderung bersuhu
konstan. Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan laut akan
mempengaruhi proses metabolisme atau nafsu makan, aktifitas tubuh dan syaraf
ikan. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan kuwe adalah 27’-29’C (Akbar dan
Sudaryono, 2002).
2.8.2 Salinitas
13
menyebabkan sebagian besar energi potensial yang tersimpan dalam tubuh ikan
digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung
tersebut. Energi tersebut seharusnya digunakan untuk pertumbuhan. Perubahan
salinitas yang terlalu tajam akan menyebabkan ikan menjadi stres (Muawanah
dkk., 2003).
14
2.8.5 Kecerahan
2.8.6 Arus
Pada budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA), arus merupakan
faktor yang esensial untuk pertumbuhan ikan dalam kurungan. Arus berfungsi
untuk membawa massa air baru yang mengandung oksigen yang cukup untuk
aktifitas respirasi ikan. Arus juga membawa sisa-sisa pakan, faeces dan buangan
metabolik ikan keluar jauh dari kerugian, serta membawa pakan alami kedalam
keramba jaring apung (Beveridge dkk., 1991). Arus yang terlalu cepat tidak bisa
dikendali karena akan memberikan gaya dinamis yang besar pada sistem keramba
jaring apung sehingga berpengaruh pada sistem keamanan. Selain itu arus yang
terlalu kuat akan menyebabkan deformasi kantong berkurang hingga 70% dari
volume kantong yang sebenarnya. Kondisi seperti ini menyebabkan ikan dalam
kondisi sangat padat di ruang yang tersisa, sehingga ikan berhempitan dan dapat
menyebabkan luka karena berontak.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 2 di bawah ini:
16
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 3 di bawah ini:
17
Tidak ada pengaruh konsumsi pakan setelah ikan dipuasakan; (H0)
Ada pengaruh konsumsi pakan setelah ikan dipuasakan; (H1)
Ikan kuwe (C. ignobilis) diperoleh dari nelayan lokal dari desa galala
ambon. Penangkapan benih ikan oleh nelayan, biasaya menggunaan alat pancing
tangan dan hanya berlangsung dalam Teluk Ambon bagian dalam (TAD).
Umumnya benih yang sudah tertangkap, ada yang langsung dijual ke para nelayan
pembesaran (growout) tetapi juga ada yang menampungnya sampai besok harinya
18
baru kemudian dijual ke para pembudidaya. Proses transportasi dari lokasi
penangkapan benih tidak terlalu jauh dari lokasi keramba jaring apung sehingga
umumnya benih masih tetap dalam kondisi yang sangat sehat dan siap untuk
ditebarkan dalam keramba. Kemudian ikan disortir sesuai ukuran selanjutnya ikan
ditebar pada wadah pemeliharaan dengan kepadatan pada masing-masing
perlakuan sebanyak 20 ekor. Sebelum melakukan perlakuan, ikan diukur dan
ditimbang berat sebagai data awal, selain itu agar dapat mengetahui jumlah pakan
yang akan diberikan sesuai bobot tubuh ikan kuwe, selama satu atau dua hari
sebelum penelitian berjalan benih ikan di aklimatisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru.
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan ikan rucah
(momar), pakan diperoleh dari PPN (tantui ambon). Sebelum diberikan kepada
ikan, terlebih dahulu pakan disimpan dalam frezer. Pakan yang akan diberikan
dipotong/dicaca sesuai bukaan mulut ikan. Pakan kemudian ditimbang sesuai
berat yang telah dihitung.
19
Data yang dikumpulkan selama penelitian digunakan untuk menghitung
pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan (SGR), rasio konversi pakan (FCR),
dan kelangsungan hidup (SR), sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Mutlak
Wg =W1-W0
Keterangan :
b. Pertumbuhan Harian
𝐼𝑛𝑊𝑡−𝐼𝑛𝑊0
SGR= 𝑋 100 %
𝑡
Keterangan:
c. Kelangsungan Hidup
20
SR=Nt/No x 100 %
Keterangan:
F
FCR= (Wt +D)− Wo
Dimana :
21
BAB IV
22
sebesar (2,73). hal ini karena pemberian pakan pada control dilakukan setiap hari
tanpa ada pemuasaan. Dari ketiga perlakuan A, B, dan C yang diberikanan
pencapaian bobot akhir serta pertumbuhan mutlak pada perlakuan C dengan 5 hari
dipuasakan 5 hari diberi makan memperlihatkan hasil yang lebih baik yaitu
sebesar 1,63. Jika dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Bobot
pertumbuhan mutlak terkecil diperoleh pada ikan dengan perlakuan A yaitu
sebesar 1,30. Penelitian sebelumnya dari Rachmansyah dan Usman, (1998) dan
Rachmansyah dkk., (1994) pernah mengatakan bahwa laju pertumbuhan harian
dari ikan kuwe (Caranx melampygus) yaitu berkisar antara 1,57-1,72%. Untuk
mengetahui apakah terdapat respon kompensasi terhadap perlakuan yang
diberikan, maka koefisien kompensasi (CC) dianalisa. Analisa ini sekaligus
dipakai untuk mendeteksi adanya kemampuan ikan untuk mengembalikan
momentum kebutuhan pertumbuhan yang hilang oleh karena periode depresi
karena pemuasaan (Ali dkk., 2003). Hasil analisa memberikan nilai koefisien
kompensasi (CC) sebesar 1,61 dan nilai ini lebih besar dari 1,0 yang memberi
indikasi positif adanya kemampuan ikan kuwe menggantikan (compensate)
pertumbuhan yang hilang selama periode pemeliharaan. Hasil ini memberikan
gambaran yang sangat positif secara berganda sebab tidak hanya memberi
kontribusi sebagai suatu pengetahuan baru tentang kompensasi pertumbuhan pada
ikan budidaya (Ziheng dkk., 2017), tetapi terlebih khusus kepada jenis ikan ini
(C.ignobilis). Yang dimana ikan yang dipuasakan mampu memanfaatkan pakan
dengan lebih baik, karena ikan sudah terbiasa pada kondisi lapar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Stanges dkk., (1989) ikan yang dipuasakan akan beradaptasi
pada kondisi lapar dan dimanifestasikan dengan menurunnya aktivitas dan
rendahnya tingkat metabolisme basal sehingga terdapat ekstra energi yang
dimanfaatkan untuk mengejar pertumbuhan pada saat pemberian pakan kembali.
23
pakan yang cukup atau satiation level (Stangrres dkk., 2000). Kondisi ini
dilakukan agar terjadi pertumbuhan yang cepat pada periode pemberian pakan
(satiation level) setelah periode pemuasaan (fasting) (Santoso dkk., 2006).
Minggu ke-
120
100
80
Perlakuan A (3P, 3M)
Berat (g)
0
0 2 4 6 8 10
Gambar 4. Pertambahan Berat Mingguan Pada Ikan Kuwe (C. ignobilis) selama
pemeliharaan
24
yang menunjukan kemampuan ikan Kuwe (C.ignobilis) untuk memulihkan
kemampuan kembali untuk bertumbuh setelah periode depresi akibat puasa
(Turano dkk., 2008; Ali dkk., 2003). Dimana grafik diatas menunjukkan bahwa
setiap minggu memberikan pertambahan bobot dari minggu awal sampai minggu
akhir. Gambar 4 memperlihatkan perubahan bobot ikan selama periode penelitian.
Terlihat bahwa ketiga perlakuan menunjukan pola efek pertumbuhan yang relatif
sama kecuali pada minggu ke 6, ikan pada ketiga perlakuan termasuk control
mengalami sediki penurunan penambahan berat pada minggu ke 6 secara
konsisten dan kejadian ini ternyata berkaitan erat dengan perubahan parameter
kualitas perairan terutama suhu dan kadar garam. Suhu yang dicatat berkisar
antara 27o – 28oC dan kadar garam berkisar antara 12ppt-29ppt. Kondisi ini terjadi
bersamaan dengan curah hujan yangg sangat tinggi dan berkepanjangan sehingga
berdampak pada tingkah laku makan ikan di dalam keramba. Akibat dari
perubahan kondisi lingkungan tersebut menyebabkan ikan mengalami stres, stres
adalah suatu fenomena biologis yang non sfesifik dari suatu perubahan
lingkungan atau faktor lain yang mempengaruhi proses daya adaptasi
homeostastis. Proses perubahan tersebut akan mempengaruhi proses fisiologi
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan fisik bahkan mengakibatkan
ikan mengalami kematian (Makmur, 2002).
Panjang rata-rata ikan kuwe selama periode pemuasaan dari minggu awal
hingga akhir memperlihatkan adanya pertambahan panjang. Dari perlakuan A
3hari puasa 3hari makan panjang akhir yaitu = 15.17 cm, perlakuan B 4hari puasa
4hari makan yaitu = 16.21 cm, dan C 5hari puasa 5hari makan adalah = 16.94 cm.
25
Minggu ke-
25
20
Panjang (cm)
perlakuan A
15
Perlakuan B
10 perlakuan C
control D
5
0
0 2 4 6 8 10
26
cepat yaitu mencapai 1,03%. Waktu proses pencernaan ikan kuwe membutuhkan
waktu sekitar 12 jam untuk mencerna pakan. sehingga frekuensi pemberian pakan
yang efektif dan efisien adalah diberi makan setiap hari yaitu 2 kali sehari. Sisi
lain dari perlakuan ini adalah jika dibandingkan perlakuan A, B, dan C
pertumbuhan relatif yang lebih tinggi terdapat di perlakuan C yaitu sebesar 0,62%
hal ini membuktikan bahwa ikan yang dipuasakan 5 hari ternyata bisa
menghasilkan pertumbuhan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang
dipuasakan 3 hari dan 4 hari.
nilainya adalah 3,29 yang lebih besar dari hasil perhitungan Fmax yang dihitung.
hasil analisa ragam terhadap ukuran ikan dalam wadah perlakuan efisiensi pakan
terhadap pertumbuhan memberikan hasil ragam ukuran terkecil adalah 2,185 dan
terbesar adalah 2,230. Hasil perhitungan Fmax memberikan hasil sebesar 1,020.
Secara keseluruhan, hasil perhitungan tersebut di atas menuntun kita untuk
menerima hipotesa awal yang sebelumnya bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap keragaman (variance) ukuran ikan yang ada dalam setiap unit
percobaan.
27
ketiga perlakuan yang diberikan, sedangkan untuk control kelulusan hidup yaitu
100%.
4.4 Rasio Konversi Pakan
Tabel 7. Jumlah Konsumsi Pakan Selama Penelitian
28
baik dibanding nilai rasio konversi pakan terhadap ikan kuwe yang memperoleh
pakan ruti tiap harinya.
Hasil pengukuran kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu
dan salinitas, suhu berkisar antara 26-30 C dan salinitas 12-30 ppt. kualitas air
setiap perlakuan selama penelitian menunjukkan kisaran nilai optimal. Nilai
kisaran kualitas air yang diperoleh dari minggu awal hingga akhir memperoleh
kisaran yang sama, ini disebabkan pemeliharaan saat penelitian menggunakan
sumber air yang sama dan jarak antara wadah hanya terpisah oleh dinding jaring
dan terkontrol. Menurut Monalisa dkk., (2010), air sebagai media hidup ikan harus
memiliki sifat yang cocok, bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Lebih lanjut kualitas air memiliki
peran penting untung mengukur kelayakan suatu usaha budidaya, (Samsul dkk.,
2014).
4.5.1 Suhu
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan mahluk hidup dapat
melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan dan pertumbuhan biota akuatik. Secara umum laju pertumbuhan
29
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, namun dapat menekan kehidupan biota
bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu secara drastis.
4.5.2 Salinitas
4.5.3 pH
30
oksigen, dengan ketentuan faktor kondisi laiinya adalah optimun. Pertumbuhan
ikan-ikan laut, kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 4 ppm. Sedangakan
kandungan optimun antara 5-6 ppm (Kordi, 2005).
4.5.5 Kecerahan
4.5.7 Kedalaman
31
terlalu dangkal, maka lumpur dan kotoran air laut akan dengan mudah
terakumulasi oleh ombak. Perubahan suhu dan salinitas juga akan tinggi yang
dapat menyebabkan ikan menjadi stress. Lokasi perairan yang terlalu dalam sulit
untuk penempatkan jangkar sebagai tambahan agar keramba tidak dapat bergerak
(Sutarmat dkk., 2004).
Tinggi gelombang yang disarankan untuk budidaya ikan kuwe tidak lebih
dari 0,5 meter. Tempat pemeliharaan harus terhindar dari angin dan gelombang
yang keras. Gelombang besar terjadi terus-menerus dapat menyebabkan stress
pada ikan budidaya, sehingga mengurangi selera makan. Gelombang besar juga
akan merusak kontruksi karamba jaring apung, merubah posisi keramba jaring
apung, dan menghanyutkan keramba jaring apung, jadi dalam pemasangan KJA
harus dlihat lokasi perairan yang terlindung dari badai dan gelombang (Akbar dan
Sudaryono, 2002).
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Giri NA, Suwiryo K, Marzuqi M. 1999. Kebutuhan Protein, Lemak dan Vitamin
C Untuk Yuwana Ikan Kerapu Tikus. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 5: 38-46.
Gushiken, S. 1983. Revision of the Carangid fish of Japan. Galaxea. 2. 135-264.
Halver, J.E. 1988. Fish Nutrition. School of Fisheries University of Washington.
Washington USA.
Hanief, M. A R. Subandiyono, dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh frekuensi
pemberian pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih
tawes (puntius javanicus). Journal of aquaculture management and
technology. O3(04): 67-74 hlm.
Kordi M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Patin: Biologi, Pembinihan Dan Pembesaran.
Yayasan Pustakan Nusatama, Yogyakarta.
Kordi M.G.H.,Tamsil A. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis secara Buatan.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Makmur, S. 2002. Mengapa terjadi stress pada ikan. Warta Penelitian Perikanan
Indonesia, 2:18-20.
Muawanah., Nira, S. dan Atri, T.K. 2003. Penanganan penyakit ikan budidaya
laut. Balai budidaya laut lampung. Ditjenkan. Hal 35-41
34
Muhammad, A. 2018. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Kuwe (Gnathanodon
Speciosus) Di Perairan Prigi, Kecamatan Prigi, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur. Tesis. Universitas Muhamadiyah Malang. 2018
Nasran, S., P.R. Tambunan. 1974. Penelitian pemanfaatan trash fish. Dalam
Laporan Perekayasaan teknologi pengolahan ikan non ekonomis
BPPMHP. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Perius Y. 2011. Nutrisi ikan. http://yulfiperius.files.wordpress.com/2011/07/1
pendahuluan.pdf.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta
Poernomo A., Mardlijah,S., Linting M.L., Amin E.M,. Widjopriono. 2006. Ikan
Hias Laut Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rachmansyah, A., A. Laining, dan A.G. Mangawe. 2000. Pengaruh rasio protein
lemak yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek Cromileptes
altivelis. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000. Hlm
221-240.
Rachmansyah, D.S. Pongsapan, dan S. Tonnek. 1994. Pengaruh jumlah pakan
terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sp. dalam keramba jaring apung
di Teluk Ambon. Warta Balitdita 6(8):l-19.
Rachmawati, F.N., U Susilo dan Y. Sitisna. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan
Pemberian Pakan Kembali. Seminar Nasional Biologi, tanggal 24-25
September 2010. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Saanin, Hasanuddin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikkasi Ikan (Jilid I dan
II). Bina Cipta. Bandung.
35
Setiadharma,T., A. Prijono, N.A. Giri, Dan Tridjoko. 2006b. Domestikasi Dan
Pematangan Gonad Calon Induk Ikan Kue (Gnathannodon Specious
Forsskal) Pemeliharaan Secara Terkontrol. Laporan Hasil Riset 2006. Bali
Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. 8hlm.
Shiau SY, Liang HS. 1995. Carbohydrate utilization and digestibility by tilapia,
Oreocromis niliticus x O. aureus, are affected by chromium oxide
inclusion in the diet. J.Nutr., 125:976-982.
Steffens. W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Harwood Limited. England.
384 pp Takeuchi, W. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Departement
of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233p.
Suprayudi MA, Setiawati M, Mokoginta I. 1994. Pengaruh rasio protein energi
yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan gurame Osphronemus gouramy
Lac. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 68 hal.
Tacon, A.G.S. 1990. Standart Methods for the Nutrition and Feeding of Fanned
Fish and Shrimp. Argent Laboratories Press. Washington. 165 pp.
Tucker, J.W. Jr., W.A. Lelies, G.K. Vermeer, D.E. Robert Jr. dan P.N.
Woodward. 1997. The Effect of Eksperimental Starter Diets With
Different Level of Soybean or Menhaden Oil on Red Drum Sciaenops
ocellatus. Aquaculture. 149:323-339.
Turano M.J, Russell J Borski and Harry V Daniels, 2008. Effects of cyclic
feeding on compensatory growth of hybrid striped bass (Morone
chrysopsxM. saxitilis) foodfish and water quality in production ponds.
Aquaculture Research, 2008, 39, 1514-1523
36
LAMPIRAN
Keramba Waring
37
Refraktometer Pengukuran Suhu air
Serokan
Loyang
38
Keranjang Box
Tali Tisue
Papan Tulis
Tas Plastik Hitam
Frezer
Pengisian Data
39
2. PAKAN
40
3. PENGUKURAN IKAN
41