Anda di halaman 1dari 58

LAMA WAKTU PEMUASAAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KUWE

(Caranx ignobilis ) DI KERAMBA JARING APUNG

SKRIPSI

RIVAL ALOATUAN

NIM.201665023

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2021
LAMA WAKTU PEMUASAAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KUWE
(Caranx ignobilis ) DI KERAMBA JARING APUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan

Universitas Pattimura

DISUSUN OLEH:

RIVAL ALOATUAN

NIM. 201665023

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2021

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

NAMA : RIVAL ALOATUAN

NIM : 201665023

TANDA TANGAN :

TANGAL :

iii
iv
v
DEDIKASI

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah


kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS (Al-insyiroh) 94:5-8)

Orang yang berpikiran positif, dalam kondisi apapun juga selalu memacu dirinya
sendiri ke arah yang lebih baik, tanpa terpengaruh oleh kondisi luar, selalu
berusaha melihat dari segi positif, dan menjadikan halangan sebagai tantangan
untuk maju" (Motivator)

Tidak ada niat Tuhan kecuali memuliakan kita. Maka apa pun yang diberikan-Nya
kepada kita adalah kebaikan (Penulis)

Skripsi ini aku persembahkan kepada:

 Allah SWT dan Baginda Rasulullah Muhammad S.A.W


 Kedua Orang Tua Saya
 Saudara saya
 Almamater Tercinta

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT
karena berkat limpahan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penelitian dan penulisan
skripsi dengan judul LAMA WAKTU PEMUASAAN TERHADAP PERTUMBUHAN
IKAN KUWE ( Caranx ignobilis ) DI KERAMBA JARING APUNG dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan


September 2020, di Keramba Jaring Apung, Milik Program Studi Budidaya Perairan, dan
untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis agar penulis dapat menyelesaikan
pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Pattimura Ambon.

Penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sangat Penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan
skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada kita semua.

Ambon, September 2020

Penulis

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesai penulisan skrispsi ini, maka pertama-pertama penulis patut


mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH S.W.T karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga penulisan skripsi ini. Keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan semua
pihak yang selalu memberi masukan, saran, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu pada
kesempatan ini ijinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dekan, Para Wakil Dekan, Pimpinan Jurusan, Staf Pengajar Dan Staf
Administrasi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelatuan Atas Segala Bantuan Dan
Ilmu Pengetahuan Yang Diberikan Kepada Penulis Selama Masa Studi.
2. Ir. J. W. Loupatty, M.Si., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan yang telah
memberikan kelancaran pengurusan administrasi sehingga penulisan skripsi dapat
diselesaikan.
3. Dr. B. M. Laimeheriwa, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan yang sudah banyak membantu, memberikan kesempatan bagi penulis
melakukan penelitian.
4. Prof. Ir Jacobus Wilson Mosse. Msc.Phd selaku pembimbing I yang dengan tulus
hati rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran bahkan perhatian luar biasa
untuk memberikan petunjuk, bimbingan, pengarahan dan saran yang berguna
bagi penulis selama penelitian berlangsung hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Dr.P.A.Wenno, SE, M.Sc., selaku pembimbing II yang sudah memberikan
perhatian, pengarahan bimbingan, dan saran yang berguna bagi penulis selama
penulisan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang kiranya selama
ini senantiasa dengan penuh tanggung jawab memberi ilmu serta nasehat yg baik
kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Khususnya di Program Studi Budidaya Perairan.
7. Ayah dan Ibu tercinta dengan pengorbanan yang cukup besar bagi penulis
sehingga penulis bisa punya kesempatan untuk studi, saudara dan saudariku
Adisti Aloatuan, Kahrul Aloatuan, Aliska Aloatuan, Bonso Pau, Bonso Jamil, Tiu
Atid, Bibi, Adik Ibnu, Adik Rara, Adik Ina, Adik Iki dan Keluarga Besar

viii
Aloatuan/Makatita dimanapun berada yang selalu memberi dukungan Doa dan
semangat kepada penulis selama masa perkuliahan di ambon.
8. Teman-Teman Ak16 Saleman harly, Anjely, Indi, Vira, abdul rama, Dulcen,
Indah, Mira, Syntia, Aji, Ega, Paten Udin, Jitos, Papol Dandi, Paten Suji, Ongen,
Randi, dan Rilon untuk kebersamaanya.
9. Sahabat-sahabat penulis Ekel dan Ondri untuk kebersamaan dan berjuang
bersama selama melakukan penelitian.
10. Sahabat seperjuang di Program Studi Budidaya Perairan, Angkatan 2016,
Nisriana, Willyam, Bila, Emi, Yuliana, Tina, Muti, Nita, Hamran, Zulham, Putra,
Tia, Astuti, Weldi, Nadia, Deddy, Alm (Acel), Alfi, Jen, Danu, Mila, Irwan, dan
Angga untuk kebersamaan dan bantuan selama masa kuliah.
11. Kepada angkatan 2014, 2015 dan 2017 yang telah memberikan dorongan dan
bantuan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini maupun proses
perkuliahan.
12. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
13. Akhir kata, Penulis ucapkan kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah me mbantu. Semoga penulisan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi yang membancanya.

Ambon, September 2020

Penulis

ix
RIWAYAT PENDIDIKAN

Rival Aloatuan biasa dipanggil rifal/ipan/palo lahir di Negeri Saleman, Maluku Tengah,
Kecamatan Seram Utara Barat pada tanggal 01 mei 1999, sebagai anak pertama dari 4
bersaudara dari pasangan Abdul Kadir Aloatuan (Ayah) dan Marjanah Makatita/Aloatuan
(Ibu). Dunia pendidikan yang ditempuh dimulai dari tahun 2004 pada jenjang pendidikan
dasar di SD Negeri 2 Saleman dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Seram Utara Barat dan lulus
pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri
Seram Utara Barat dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan studi pada perguruan tinggi yaitu pada Universitas Pattimura Ambon melalui
jalur SBMPTN dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Budidaya Perairan,
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura
Ambon.

Untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan penulis
melakukan penelitian dengan judul: “Lama Waktu Pemuasaan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Kuwe ( Caranx ignobilis ) di Keramba Jaring Apung’’ , Dibawah
Bimbingan Prof. Ir Jacobus Wilson Mosse.Msc.Phd dan Dr.P.A.Wenno, SE, M.Sc.

x
ABSTRAK
RIVAL ALOATUAN, NIM: 201665023: LAMA WAKTU PEMUASAAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KUWE (Caranx ignobilis) DI KERAMBA
JARING APUNG (DIBAWAH BIMBINGAN PROF. IR JACOBUS WILSON
MOSSE. MSC. PHD DAN DR.P.A.WENNO, SE, M.SC.)

Tujuan penelitian yaitu mengetahui lama waktu pemuasaan terhadap


pertumbuhan ikan kuwe di keramba jaring apung (KJA).

Penelitian ini Dilakukan Mulai Dari Bulan September Sampai November 2020 Di
Keramba Jaring Apung (KJA) Milik Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Di Perairan Desa Poka Teluk
Ambon Dalam. Analisa data yang digunakan ialah data panjang (TL) dan berat (WT) ikan
kuwe (Caranx ignobilis) kemudian dianalisa menggunakananone way ANOVA pada
software Microsoft excel 2007 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak


terhadap ke 3 perlakuan menunjukan bahwa perlakuan C 5 hari puasa 5 hari diberi makan
menghasilkan pertumbuhan tertinggi sebesar 1,63%. Jika dibandingkan dengan kedua
perlakuan lainnya. Bobot pertumbuhan mutlak terkecil diperoleh pada ikan dengan
perlakuan A 3 hari puasa 3 hari diberi makan yaitu sebesar 1,30%. Tidak ada pengaruh
pemuasaan terhadap ke 3 perlakuan, kelulusan hidup ikan kuwe yang dipuasakan
menunjukan masih sangat baik selama dalam masa pemeliharaan, walaupun dalam
kondisi pembatasan pemberian pakan, namun tingkat kelulusan hidup tetap tinggi yaitu
(90-95%),dari ketiga perlakuan yang diberikan.Nilai rasio konversi pakan merupakan
seberapa besar pakan yang dikonsumsi menjadi biomasa tubuh ikan Setelah diamati hasil
ikan perlakuan A memiliki nilai 0,92, kemudian perlakuan B nilai 0,93, perlakuan C
memiliki nilai 1,0 dan Control 1,46. Semakin kecil nilai rasio konversi pakan berarti
tingkat efiseinsi pakan lebih baik dari sisi biaya produksi, sebaliknya apabila rasio
konversi pakan besar maka nilai efiseinsi pakan kurang baik, berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa ikan yang memperoleh makan secara rutin tiap hari dan perlakuan
pemuasaan terhadap ikan kuwe memiliki nilai rasio konversi pakan yang baik karena
masih masuk didalam kisaran, meski jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit.

Kata kunci :Ikan Kuwe, Pertumbuhan, Pemuasaan, Kelulusan Hidup.

xi
ABSTRACT

RIVAL ALOATUAN, NIM: 201665023: LONG TIME OF FISHING TO THE


GROWTH OF KUWE FISH (Caranx ignobilis) IN CERAMBA FLOATING
NETWORK (DIBAWAH BIMBINGANPROF.IR JACOBUS WILSON MOSSE.
MSC.PHD DAN DR.P.A.WENNO, SE, M.SC.)

The research objective was to determine the length of time of fasting on the
growth of pompano fish in floating net cages (KJA).

This research was carried out from September to November 2020 in the floating
net cages (KJA) belonging to the Aquaculture Study Program, Faculty of Fisheries and
Marine Sciences, Pattimura University in the waters of the village of Poka Teluk Ambon
Dalam. Data analysis used was data length (TL) and weight (WT) of pompano (Caranx
ignobilis) then analyzed using one way ANOVA in Microsoft Excel 2007 software
presented in tables and graphs.

Based on the results of the study, it was found that the absolute weight growth of
the 3 treatments showed that the C treatment 5 days of fasting 5 days being fed produced
the highest growth of 1,63%. When compared with the other two treatments. The smallest
absolute growth weight was obtained in fish with treatment A 3 days fasting 3 days given
food, namely 1,30%. There is no effect of fulfillment on the 3 treatments, the life passing
of the pompano fish that is fasted shows that it is still very good during the maintenance
period, even though in conditions of restriction of feeding, the survival rate is still high
(90-95%), of the three treatments given. The value of the feed conversion ratio is how
much feed is consumed into fish body biomass. After observing the results of treatment A
fish had a value of 0,92, then treatment B had a value of 0,93, treatment C had a value of
1,0 and Control 1,46. The smaller the value of the feed conversion ratio means that the
level of feed efficiency is better in terms of production costs, conversely if the feed
conversion ratio is large, the feed efficiency value is not good, based on this it can be said
that the fish that are fed regularly every day and the treatment of fasting pompano fish has
a good feed conversion ratio value because it is still within the range, even though the
amount of feed given is less.

Keywords: Kuwe Fish, Growth, Contentment, Life Passing

xii
DAFTAR ISI

NO JUDUL HAL.

LEMBARAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... iii

LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................................. iv

DEDIKASI ................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... vii

RIWAYAT PENDIDIKAN ...................................................................................... ix

ABSTRAK ................................................................................................................. x

ABSTRACT ............................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Kuwe (Caranx ignobilis) .................................................... 4

2.1.1Klasifikasi ikan kuwe (Caranx ignobilis) ......................................... 4

2.1.2Morfologi Ikan Kuwe ...................................................................... 5

2.1.3 Habitat Dan Penyebaran .................................................................. 5

2.2 Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup ................................................... 6

xiii
2.3 Kebiasaan Makan ..................................................................................... 6

2.4 Reproduksi Ikan Kuwe ............................................................................. 7

2.5 Pakan ........................................................................................................ 8

2.5.1 Ikan Rucah ....................................................................................... 8

2.5.2 Pemuasaan Pada Ikan Kuwe ........................................................... 9

2.6 Ikan Layang (Decapterus spp) ................................................................ 9

2.7 Kebutuhan Nutrisi Ikan Kuwe (Caranx ignobilis) .................................... 11

2.7.1 Kebutuhan Protein ......................................................................... 11

2.7.2 Kebutuhan Lemak .......................................................................... 11

2.7.3 Kebutuhan Karboidrat .................................................................... 12

2.7.4 Kebutuhan Energi .......................................................................... 12

2.8 Parameter Kualitas Air ............................................................................ 13

2.8.1 Suhu ................................................................................................ 13

2.8.2 Salinitas .......................................................................................... 13

2.8.3 pH (Derajat Keasaman) .................................................................. 14

2.8.4 Dissolved Oxygen (DO) ................................................................. 14

2.8.5 Kecerahan ....................................................................................... 15

2.8.6 Arus ................................................................................................ 15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................. 16

3.2 Alat Dan Bahan ....................................................................................... 16

3.2.1 Alat .................................................................................................. 16

3.3.2 Bahan ............................................................................................... 17

3.3 Rancangan Penelitian .............................................................................. 17

3.4 Prosedur Kerja .......................................................................................... 18

3.4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan ..................................................... 18

3.4.2 Desain Wadah Penelitian ............................................................... 18

xiv
3.4.3 Penebaran Ikan Uji Dan Pemeliharaan ........................................... 18

3.4.4 Persiapan Pakan ............................................................................. 19

3.5 Metode Pengambilan Data ...................................................................... 19

3.6 Metode Analisa Data ............................................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Ikan Kuwe .......................................................................... 22

4.1.1 Pertambahan Bobot Rata-Rata Mingguan ....................................... 24

4.1.2 Panjang Ikan Kuwe .......................................................................... 25

4.1.3 Pertumbuhan Relatif..……………………………….……......….. 26

4.2 Analisa of Varians (ANOVA) ................................................................. 27

4.3 Kelulusan Hidup ...................................................................................... 27

4.4 Rasio Konversi Pakan ............................................................................. 28

4.5 Kualitas Air ............................................................................................. 29

4.5.1 Suhu ................................................................................................ 29

4.5.2 Salinitas .......................................................................................... .30

4.5.3 pH ................................................................................................... 30

4.5.4 Oksigen Terlarut (DO) ................................................................... 30

4.5.5 Kecerahan ....................................................................................... 31

4.5.6 Kecepatan Arus .............................................................................. 31

4.5.7 Kedalaman ...................................................................................... 31

4.5.8 Angin Dan Gelombang .................................................................. 32

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 33

5.2. Saran ........................................................................................................ .33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

NO JUDUL HAL.

1. komposisi Zat Gizi Ikan Layang (Decapterus spp) ......................................... 10

2. Alat-Alat Yang Digunakan Selama Penelitian ................................................. .16

3. Bahan Yang Digunakan Selama Penelitian ...................................................... .17

4. Rata-Rata Berat Akhir Dan Bobot Pertumbuhan Mutlak .................................. 22

5. Panjang Dan Pertumbuhan Relatif Ikan Kuwe Selama Pemeliharaan .............. 25

6. Kelangsunhan Hidup Selama Selama Penelitian………....…………………. 27

7. Jumlah Konsumsi Pakan Selama Penelitian …………………….…………… 28

8. Data Kualitas Air Selama Penelitian …………………………………………. 29

xvi
DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL HAL.

1. Ikan Kuwe Caranx ignobilis ............................................................................ 4

2. Ikan Layang (Decapterus spp) ......................................................................... 10

3. Desain Wadah ................................................................................................. .18

4. Pertambahan Berat Mingguan Pada Ikan Kuwe ................................................ 24

5. Pertambahan Panjang Ikan Kuwe ...................................................................... 26

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya sistem Keramba Jaring Apung (KJA) sudah cukup lama
dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Keramba jaring apung didefenisikan
sebagai tempat atau wadah pemeliharaan ikan atau organisme laut lainnya yang
terbuat dari jaring yang bisa berbentuk segi empat atau silindris dan diapungkan
dalam air permukaan dengan menggunakan pelampung dan kerangka kayu,
bambo atau besi yang disertai dengan sistem penjangkaran (Ahmad dkk., 1995).
Salah satu komoditi penting yang sementara dibudidayakan di keramba jaring
apung adalah ikan Kuwe (Caranx ignobilis) oleh masyarakat.

Ikan kuwe merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang bernilai
ekonomis. Ikan kuwe (C. ignobilis) merupakan ikan konsumsi yang mempunyai
prospek pengembangan budidaya yang cukup cerah karena teknologi
pembenihannya telah dikuasai. Ikan ini berpeluang sebagai spesies kandidat yang
dapat dikembangkan dalam usaha budidaya (Poernomo, 2006). Selain itu, ikan
kuwe sangat diminati konsumen dan tingkat permintaan yang cukup tinggi.
Tingginya permintaan konsumen terhadap ikan kuwe dikarenakan harga pasar
ikan kuwe yang relatif tinggi yakni mampu mencapai Rp.75,000/kg, (komunikasi
pribadi). Dampak dari tingginya permintaan tersebut, mengakibatkan populasi
ikan kuwe semakin hari semakin menurun jika ditangkap terus menerus, oleh
karena itu salah satu upaya yang dikembangkan adalah dengan cara
dibudidayakan. Budidaya ikan kuwe sangat diperlukan agar menjaga kelestarian
sumberdaya dan meningkatkan produktivitas pengelolaan secara berkelanjutkan.

Saat ini budidaya ikan-ikan laut termasuk ikan kuwe masih mengandalkan
ikan sebagai pakan utama. Karena pakan merupakan salah satu kebutuhan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Ikan dapat tumbuh secara maksimal jika
kebutuhan akan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral terpenuhi. Dari
kelima nutrien tersebut, protein mempunyai peran yang cukup menentukan dalam

1
proses pertumbuhan ikan karena hampir sebagian besar tubuh ikan (45-75% berat
kering) adalah protein. Ketersediaan ikan rucah sebagai pakan utama ikan Kuwe
selalu bergantung menurut musim penangkapan baik jumlah maupun jenisnya
(Lutfillah, 1988). Pada saat tertentu ketersediaan pakan ini sedikit sehingga
menjadi masalah besar dalam pemeliharaannya. Pemberian pakan dengan metode
pemuasaan diharapkan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah
ketersedian pakan namun tetap memenuhi aspek pertumbuhan yang optimal
sehingga ikan budidaya dapat tetap tumbuh dengan baik hingga mencapai ukuran
panen dalam waktu yang dibutuhkan.

Dalam penelitian ini akan dilihat lama waktu pemuasaan terhadap


pertumbuhan ikan kuwe C. ignobilis. Pemberian pakan ikan dengan jumlah pakan
yang tepat akan memaksimalkan pemanfaatan pakan oleh ikan. sehingga
diharapkan pertumbuhan ikan akan maksimal, efisiensi biaya produksi dan
mengurangi pencemaran lingkungan (Watanabe, 1998).

1.2 Rumusan Masalah

Selama ini pembudidaya ikan kuwe cenderung memberikan pakan ikan


rucah sebagai pakan utama ikan ini, padahal ketersediaanya fluktuatif tergantung
pada jenis dan jumlah tangkapan, dimana pada kondisi tertentu ikan rucah tersedia
juga dengan harga yang cukup mahal, oleh karena itu salah satu metode yang bisa
diberikan dalam mengatasi ketersediaan pakan yaitu pengurangan pemberian
pakan, dengan cara pemberian pakan seminimal mungkin akan tetapi
pertumbuhan ikan tidak terhambat. Maka dilakukan penelitian tentang efek
perpanjangan pemuasaan terhadap pertumbuhan ikan kuwe (C.ignobilis).

2
1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui lama waktu pemuasaan terhadap pertumbuhan ikan kuwe di


keramba jaring apung (KJA).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar


kepada para pembudidaya tentang cara yang tepat dalam memberikan pakan untuk
budidaya ikan kuwe, sehingga bisa mengurangi biaya pakan yang harus
dikeluarkan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Kuwe (Caranx ignobilis)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Kuwe (Caranx ignobilis)

Klasifikasi ikan kuwe menurut (Anonym, 2007; Muhamad, 2018) adalah sebagai
berikut:

Kingdom : Animalia

Superphylum : Deuterostomia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Gnathostomata

Class : Actinopterygii

Infraclass : Teleostei

Superordo : Acanthopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Percoidei Gambar 1. Ikan kuwe (Muhamad 2018)

Family : Carangidae

Subfamily : Caranginae

Genus : Caranx

Species : Caranx ignobilis

4
2.1.2. Morfologi Ikan Kuwe

Ikan kuwe berbentuk oval dan pipih, warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru
bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi
sisik halus berbentuk sikloid. Sisiknya kecil dengan gurat sisi yang bercabang. Di
bagian dada sisiknya berkurang atau tidak ada. Terdapat tiga duri, dua yang
pertama terpisah dari sirip yang diam. Sirip ekornya berjagak. Ikan yang aktif
mencari makan pada malam hari ini biasanya memakan jenis ikan dan krustacea.
Ikan ini biasanya memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut : memiliki sirip punggung
berjumlah 9 buah dengan sirip punggung lunak sebanyak 19-22 buah, memiliki
sirip dubur sebanyak 3 buah dengan sirip dubur lunak sebanyak 14-17 buah.
Tubuh berwarna-warni mulai dari hijau muda bagian punggung dan bagian bawah
berwarna putih keperakan dengan sirip dada melengkung lancip (Poernomo dkk.,
2006).

Ikan yang aktif mencari makan pada malam hari ini biasanya memakan
jenis ikan dan krustacea. Ikan ini biasanya memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
memiliki sirip punggung berjumlah 9 buah dengan sirip punggung lunak sebanyak
19-22 buah, memiliki sirip dubur sebanyak 3 buah dengan sirip dubur lunak
sebanyak 14-17 buah. Tubuh berwarna-warni mulai dari hijau muda bagian
punggung dan bagian bawah berwarna putih keperakan dengan sirip dada
melengkung lancip ( Froose dan Pauly, 2011)

2.1.3. Habitat Dan Penyebaran

Habitat ikan kuwe sangat beragam tergantung dari species. Ikan kuwe
dapat ditemukan mulai dari pantai sampai laut lepas (oseanik) dan dari permukaan
yang bersifat pelagis sampai mendekati dasar (demersal). Ikan kuwe hidup di
perairan dangkal, terumbu karang, membentuk gerombolan kecil. Hampir semua
ikan kuwe mempunyai sifat bergerombol. Habitat ikan kuwe kecil lebih senang
berada di dekat karang. Adapun ikan kuwe besar kebanyakan menyebar lebih jauh
dan sering pula muncul ke permukaan. Ikan ini sangat khas sebagai penghuni
terumbu karang . Daerah penyebaran; sepanjang pantai dangkal, perairan karang

5
Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan,
Philippina (Abdul Samad, 1999).

2.2 Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup

Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan


ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,
dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan
makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor
yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika
dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan
kuantitas.

Jenis ikan ini memiliki pertumbuhannya relatif cepat, umur juvenil bisa
mencapai 30-35 hari, dan juga mencapai ukuran panjang 23,9-26,6 cm pada bobot
282,2-383,9 g, dapat dipelihara selama 7- 9,5 bulan untuk ukuran konsumsi. Ikan
ini relative mudah dibudidayakan (Kordi, 2005). Sehingga merupakan spesies
yang ditargetkan untuk pengembangan budidaya laut (Gushiken, 1983). Upaya
pembenihan skala massal sudah dilakukan melalui berbagai penelitian yang meng-
arah pada kelangsungan hidup benih ikan kuwe (Setiadharma, 2008). Kegiatan
penelitian pembenihan ikan kuwe telah dimulai di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol sejak tahun 2006 dan induk ikan sudah
berhasil dipelihara dalam bak terkontrol dan dapat memijah secara alami (
Setiadharma dan Asmanik, 2006; Setiadharma dkk., 2006).

2.3 Kebiasaan Makan

Bagi kelangsungan hidup suatu organisme termasuk ikan, makanan


merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal yang tercakup di dalam kebiasaan
makanan adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan

6
makanan ikan secara alami berutang pada lingkungan tempat ikan hidup.
Besarnya populasi ikan di dalam suatu perairan salah satunya ditentukan oleh
makanan yang tersedia. Dari makanan ada faktor yang berhubungan dengan
populasi yaitu kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia, dan lamanya waktu
yang digunakan oleh ikan dalam memanfaatkan makanan. Makanan yang di
manfaatkan oleh ikan akan mempengaruhi sisa persedian makanan diperairan.
Makanan yang dimanfaatkan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan,
kematangan bagi tiap individu ikan, serta keberhasilan hidupnya (survival).
Populasi, pertumbuhan, reproduksi, dinamika populasi ikan juga ditentukan oleh
ketersediaan makanan ikan di suatu perairan (Effendie, 1997).

Ikan jenis ini sifatsnya karnivora, ikan ini di alam memakan ikan dan
krustasea kecil. Oleh karena itu, hingga saat ini pakan yang terbaik untuk
budidaya ikan kuwe masih berupa ikan rucah yang dipotong-potong sesuai dengan
ukuran bukaan mulutnya. Di alam liar ikan kuwe ini memangsa makanan yang
beraneka ragam, mulai dari jenis–jenis crustacea atau udang–udangan, ikan
karang lain atau cumi–cumi. Fungsi ikan ini adalah sebagai ikan pemangsa,
sehingga menjadi salah satu pemangsa utama perairan karang. Mencari makan di
sepanjang karang dan ceruk batu–batuan di dasar lautan dan tengah perairan. Ikan
ini dikenal memiliki kebiasaan makan di saat mulai senja serta di saat matahari
mulai terbit dimana suhu air tidak terlalu panas (Basatha, 2012).

2.4 Reproduksi Ikan Kuwe

Ikan kuwe siap untuk kawin pada usia 3-4 tahun dan dengan ukuran 50-60
cm. Sebuah studi di Hawaii mengatakan bahwa, ikan kuwe betina memiliki
populasi yang lebih banyak dibandingkan ikan kuwe jantan dengan perbandingan
1:4 (Rachmansyah, 1994). Ikan kuwe jantan biasanya tubuhnya lebih memanjang,
sedangkan ikan betina biasanya tubuhnya lebih bulat. Pada ikan kuwe C.
melamphygus didapatkan variasi kematangan gonad II-V pada ukuran panjang
total 48-61 cm dan bobot individu 2,200-3,260 gram pada bulan oktober- April.
Sedangkan pada Caranx uii, C. chrysphys, dan C. talamparoides, variasi

7
kematangan gonad II-V ditemukan pada bulan November-April (Usman dan
Rachmansyah, 2017)

2.5 Pakan

Salah satu faktor keberhasilan budidaya adalah pada pakan yang diberikan.
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan.
Menurut Perius (2011), pakan merupakan sumber materi dan energi untuk
menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan namun di sisi lain pakan
merupakan komponen terbesar (50-70%) dari biaya produksi. Pakan ikan
merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya, akan
tetapi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan relatif besar mencapai 35-
70% dari total biaya produksi. Menurut (Marwa dan Hariyanto, 2013) bahwa
pada sektor budidaya, penyerapan nutrisi pakan yang belum optimal, merupakan
salah satu permasalahan dalam kegiatan budidaya, sehingga pakan yang
dikonsumsi ikan kurang dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk
pertumbuhan.

Upaya yang banyak dilakukan saat ini dalam budidaya ikan kuwe adalah
pengaturan cara pemberian pakan agar pakan yang diberikan dapat termanfaatkan
secara optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Manajemen
pemberian pakan yang tepat akan memberikan hasil yang optimal pada
pertumbuhan, meningkatkan efesiensi pemanfaatan pakan oleh ikan dan kualitas
air tetap terjaga (Hanief dan Pinandoyo, 2014).

2.5.1 Ikan Rucah

Ikan rucah merupakan ikan yang berukuran kecil dan merupakan hasil
sampingan oleh nelayan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah. Ikan
rucah oleh nelayan biasanya dijual dalam wadah keranjang tanpa ada seleksi lagi,
serta dijual dengan harga murah, sehingga cenderung tidak diproses dan dibuang
oleh pengolah atau nelayan. Jenis ikan ini memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi (Nasran dan Tambunan, 1974; Moeljanto, 1982), sehingga dapat

8
dimanfaatkan untuk diproses menjadi suatu produk dalam rangka pemanfaatan
hasil samping, penerapan konsep zero waste dan peningkatan nilai tambah. Salah
satu solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan memanfaatkan ikan rucah sebagai
pakan ikan kuwe.

2.5.2 Pemuasaan Pada Ikan Kuwe

Pemberian pakan yang tidak efesien dapat menambah biaya produksi pada
budidaya ikan secara umum berdasarkan hal tersebut perlu adanya upaya untuk
mengetahui pemberian pakan yang efesien, sehingga dapat menghemat pakan ikan
secara ekonomis dan menguntunkan budidaya. Salah satu metode pemberian
pakan yang efisien dan efektif adalah dengan cara pemuasaan. Pemuasaan
merupakan pengurangan pemberian pakan secara berkelanjutan pada waktu-waktu
tertentu. Pemuasaan secara periodik dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan
ikan yang setara bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan yang tidak
dipuasakan (Rachmawati dkk., 2010). Pemuasaan secara periodik 1sampai 3 hari
menunjukkan pertumbuhan yang relatif sama antara ikan yang dipuasakan dengan
yang tidak dipuasakan.

2.6 Ikan Layang (Decapterus spp)

Ikan layang (Decapterus spp) merupakan salah satu komponen perikanan


pelagis yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong dalam suku carangidae ini
hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15 – 25 cm. Ciri khas dari ikan layang
adalah terdapatnya sirip kecil (finlet) di bagian belakang sirip punggung dan sirip
dubur dan juga terdapatnya sisik berlingir yang tebal (lateral scute) pada bagian
belakang garis sisi (lateral line) (Nontji, 1993).

Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Pisces

9
Sub Class : Telestei

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Family : Carangidae

Genus : Decapterus

Species : Decapterus spp

Gambar 2. Ikan layang ( Saanin 1984)

Tabel 1. komposisi zat gizi ikan layang (Decapterus spp).

Komposisi Ikan Layang (Momar Satuan


Ambon)
kalori 109 (kal)
Protein 22 (g)
Lemak 1,7 (g)
Karbohidrat 0 (g)
Kalsium 50 (mg)
Posfor 150 (mg)
Besi 2 (g)
Vitamin A 150 A (Sl)
Vitamin B1 0,05 B1 (mg)
Vitamin C 0 C (mg)
Air 74 (g)

10
2.7 Kebutuhan Nutrisi Ikan Kuwe (Caranx ignobilis)

2.7.1 Kebutuhan Protein

Protein merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ikan,


terutama untuk menghasilkan energi maupun untuk pertumbuhan (Watanabe
1988). Menurut Fujaya (1999), kebutuhan protein untuk ikan berbeda-beda
menurut spesiesnya dan pada umumnya berkisar antara 20 - 60%. Ditambahkan
oleh Suprayudi dkk., (1994) variasi dan kebutuhan akan protein dipengaruhi oleh
jenis ikan, umur ikan, daya cerna ikan, kondisi lingkungan, kualitas protein,
temperatur air, dan sumber protein tersebut.

Ikan, terutama karnivora membutuhkan kandungan protein dalam pakannya


mencapai sekitar 300% lebih tinggi dari pada kebutuhan protein pakan untuk
hewan darat dan burung (Tacon dan Cowey 1985; Zonneveld dkk., 1991).
Tingginya kebutuhan protein pakan bagi ikan disebabkan karena ikan cenderung
menggunakan protein sebagai sumber energi dibandingkan karbohidrat dan lemak
(Tacon dan Cowey 1985; Halver, 1988).

2.7.2 Kebutuhan Lemak

Lemak merupakan ester antara asam dan gliserol lemak mempengaruhi


berfungsinya hormon, melindungi jaringan syaraf, membantu permeabilitas
selaput sel (Halver, 1988). Ikan membutuhkan lemak di dalam pakannya sebagai
sumber energi, penyediaan lemak essensialnya, mempertinggi penyerapan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, menyediakan prekursor untuk hormon
steroid serta memberi aroma pada ikan. Lemak bagi ikan penting untuk daya
apung tubuh dalam air (Tucker dan Robinson, 1999).

Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan


karbohidrat maupun protein, satu gram lemak dapat menghasilkan 8 - 9 kkal
energi sedangkan protein dan karbohidrat kurang lebih 4 kkal/gram (NRC, 1983).
Giri, (1999) melaporkan bahwa kebutuhan lemak dalam suatu pakan berbeda
tergantung pada stadia ikan, jenis ikan dan lingkungan, hal ini ditunjukan pada
ikan Labto rahita ukuran 7.5 gram, pertumbuhan yang terbaik adalah yang diberi

11
pakan dengan kandungan lemak 6%. Disamping itu jenis lemak yang digunakan
dalam pakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan. Hal
tersebut ditunjukan oleh Tucker dkk., (1997) bahwa ikan red drum (Sciaenops
ocellalus) hanya dapat memanfaatkan minyak kedelai dan minyak menhaden
dalam pakan masing-masing sebesar 1.5% dan 12.7%. Hal ini ada kaitannya
dengan kualitas lemak yang ditentukan oleh komposisi asam lemaknya dan
kebutuhan asam lemak essensial dari ikan.

2.7.3 Kebutuhan Karbohidrat

Pada ikan dan udang tidak terdapat kebutuhan yang absolut atau mutlak
akan karbohidarat dalam pakan. Hal ini sangatlah berlawanan dengan protein dan
lemak pakan, dimana kebutuhannya secara spesifik telah diketahui dengan jelas
hingga asam amino dan asam lemak tertentu. Ikan memang tidak mempunyai
kebutuhan yang spesifik akan karbohidrat pakan. Namun, kelebihan karbohidrat
dalam pakan dapat menyebabkan hati membengkak dan glikogen terakumulasi
dalam hati. Menurut (Tacon, 1990), karbohidrat didalam pakan terutama
berfungsi sebagai sumber energi. Walaupun belum ada ketentuan yang mutlak
tentang jumlah karbohidrat yang dibutuhkan dalam pakan ikan, tetapi bila
karbohidrat tidak dipenuhi dalam pakan, senyawa yang lain seperti protein dan
lemak akan dikatalis untuk energi, selain itu untuk sintesa bermacam-macam
senyawa biologi selalu berasal dari karbohidrat. Karbohidrat yang paling penting
pada ikan adalah glikogen, glukosa, laktat dan pirufat (Steffens, 1989).

2.7.4 Kebutuhan Energi

Kandungan protein pakan yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap


pertumbuhan ikan jika tidak diimbangi kandungan energi yang cukup. Jika energi
dalam pakan berlebihan, akan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada
jaringan, serta berkurangnya konsumsi protein, vitamin dan mineral yang sangat
dibutuhkan untuk mempertahankan vitalitas dan pertumbuhan. Sebaliknya jika
kandungan energi dalam pakan rendah, menyebabkan sebagian protein sebagai
sumber energi digunakan untuk proses metabolisme. Oleh karena itu untuk
mendapatkan laju pertumbuhan yang optimal maka ikan harus diberikan pakan

12
yang mengandung protein dan energi yang seimbang secara cukup dan terus
menerus.

Beberapa hasil penelitian pada ikan karnivora laut lainnya seperti yuwana
ikan kerapu Epinephelus malabaricus (ukuran 9,2 - 40 g) membutuhkan protein
pakan 44% dengan kandungan energi sekitar 340 - 375 kkal DE/100 g (Shiau dan
Lan 1996). Ikan Sciaenops ocellatus ukuran 92,3 - 737 g membutuhkan protein
dan energi pakan berturut-turut 45% dan 378,3 kkal DE/100 g pakan (McGoogan
dan Gatlin III 1999). Ikan ekor kuning, Seriola dumerilii, ukuran 146-1249 g
membutuhkan protein pakan 48,7% dan energi sekitar 411 kkal DE/100 g pakan
(Jovert dkk., 1999). Yuwana ikan kerapu bebek ukuran 4 - 50 g membutuhkan
pakan dengan kandungan protein 45,3% (Rachmansyah dkk., 2000), rasio protein
energi 124,9 mg/kkal pada kadar protein 56,2% (Giri dkk., 1999), serta rasio
protein lemak 48/12 (Rachmansyah dkk., 2000).

2.8 Parameter Kualitas Air

2.8.1 Suhu

Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
kehidupan organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal
yang paling mudah untuk diteliti dan ditentukan. Perairan laut cenderung bersuhu
konstan. Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan laut akan
mempengaruhi proses metabolisme atau nafsu makan, aktifitas tubuh dan syaraf
ikan. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan kuwe adalah 27’-29’C (Akbar dan
Sudaryono, 2002).

2.8.2 Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam


air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, Secara
fisiologis salinitas air mempengaruhi osmoregulasi pada tubuh ikan. Perbedaan
salinitas antara air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan kondisi yang
tidak seimbang (hiperotonis dan hipotinis). Kondisi yang tidak isotonis

13
menyebabkan sebagian besar energi potensial yang tersimpan dalam tubuh ikan
digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung
tersebut. Energi tersebut seharusnya digunakan untuk pertumbuhan. Perubahan
salinitas yang terlalu tajam akan menyebabkan ikan menjadi stres (Muawanah
dkk., 2003).

2.8.3 pH (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-


ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik
buruknya suatu perairan. Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa
sangat ideal untuk kehidupan ikan air laut. Suatu perairan yang memiliki pH
rendah dapat mengakibatkan aktifitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi
lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya
tingkat kematian. Ikan air sangat baik pertumbuhannya bila dipelihara pada air
laut dengan pH 8,0-8,2 (Akbar dan Sudaryono, 2002). Ikan kuwe merupakan salah
satu jenis ikan air laut yang dapat dipelihara sehingga pH optimun yang cocok
untuk ikan kuwe adalah 8,0-8,2.

2.8.4 Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) adalah total jumlah oksigen


yang ada (terlarut) dalam air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Bila ketersediaannya dalam air tidak
mencukupi kebutuhan ikan budidaya, maka segala aktifitas akan terhambat. Ikan
membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk
menghasilkan aktifitas, seperti aktifitas berenang, pertumbuhan, dan reproduksi,
oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktifitas
ikan, konversi pakan, demikian juga dengan laju pertumbuhan bergantung pada
oksigen, dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum. Pertumbuhan
ikan-ikan laut, kandungan oksigen terlarut dalam air mineral 4 ppm, sedangkan
kandungan optimum antara 5-6 ppm (kordi, 2005).

14
2.8.5 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati


secara visual menggunakan secchi disk. Rendahnya tingkat kecerahan disebabkan
karena banyaknya suplai sedimen dan partikel yang terlarut, bahan organik dan
anorganik melalui aliran run off dari daratan dan menyebabkan tingkat kekeruhan
perairan yang tinggi. (B Hamuna dkk., 2018). Menurut (Davis, 1995), dalam
Widiadmoko, (2013), kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke
dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Oleh karena itu, tingkat
kecerahan dan kekeruhan air laut sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota
laut. Tingkat kecerahan air laut sangat menentukan tingkat fotosintesis biota yang
ada di perairan laut.

2.8.6 Arus
Pada budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA), arus merupakan
faktor yang esensial untuk pertumbuhan ikan dalam kurungan. Arus berfungsi
untuk membawa massa air baru yang mengandung oksigen yang cukup untuk
aktifitas respirasi ikan. Arus juga membawa sisa-sisa pakan, faeces dan buangan
metabolik ikan keluar jauh dari kerugian, serta membawa pakan alami kedalam
keramba jaring apung (Beveridge dkk., 1991). Arus yang terlalu cepat tidak bisa
dikendali karena akan memberikan gaya dinamis yang besar pada sistem keramba
jaring apung sehingga berpengaruh pada sistem keamanan. Selain itu arus yang
terlalu kuat akan menyebabkan deformasi kantong berkurang hingga 70% dari
volume kantong yang sebenarnya. Kondisi seperti ini menyebabkan ikan dalam
kondisi sangat padat di ruang yang tersisa, sehingga ikan berhempitan dan dapat
menyebabkan luka karena berontak.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Ini Dilakukan Mulai Dari Bulan September Sampai November


2020 di Keramba Jaring Apung (KJA) Milik Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura di Perairan Desa
Poka Teluk Ambon Dalam.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Alat-Alat Yang Digunakan Selama Penelitian

No Alat Spesifikasi Kegunaan


1. KJA Aquatec Wadah pemeliharaan
2. Waring - Wadah pemeliharaan
3. Rakit - Transportasi ke KJA
4. Timbagan Digital Crisbow 0,01 Menimbang pakan
5. Termometer - Mengukur Suhu air
6. Refraktometer Lutron Mengukur salinitas air
7. Frizer Modena Penyimpanan pakan
8. Serok - Mengambil ikan untuk ditimbang
9. Loyang - Wadah ikan saat mengukur ikan
10. Alat Tulis 1 buah Mencatat data penelitian
11. Kamera Redmi Dokumentasi
12. Pisau/parang - Memotong pakan
13. Meter - Mengkur panjang ikan
14. Ember 2 buah Wadah saat pengukuran ikan
15. Box 1 buah Menyimpan pakan
16. Keranjang 2 buah Wadah saat pengukuran
17. Papan tulis 1 buah Melaporkan kegiatan penelitian

16
3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Bahan Yang Digunakan Selama Penelitian

No Nama Bahan Kegunaan


1. Benih Ikan kuwe Sebagai objek pengamatan
2. Pakan rucah Sebagai pakan
(Momar)
3. Tas plastik (hitam) Mengalas lantai saat pengukuran
ikan
4. Tali Untuk menyatukan jaring yang di
jahit
5. Tisue Membersihkan alat ukur kualitas
air

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)


dengan ukuran ikan kuwe panjang 6 – 12 cm, dan berat 6 – 8,7 g. jumlah ikan uji
yang akan dipakai adalah sebanyak 80 ekor. Dengan empat wadah pemeliharaan,
berupa jaring waring dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 m disiapkan untuk
menempatkan ikan uji, yang terdiri dari 3 wadah perlakuan dan 1 wadah kontrol.
Tiap wadah pemeliharaan akan ditempati oleh ikan uji sebanyak 20 ekor.
Penelitian ini akan digunakan pemberian pakan berupa rucah ikan layang dengan
dosis pakan 10% dari total biomassa ikan kuwe dengan perlakuan pemuasaan
pada ikan. Perlakuan yang diterapkan adalah Perlakuan (A) puasa 3 hari, makan 3
hari, Perlakuan (B) puasa 4 hari, makan 4 hari, dan Perlakuan (C) puasa 5 hari,
makan 5 hari dan Control makan setiap hari. Frekuensi pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00 dan sore hari jam 17.00, dimana
pakan yang diberikan ditimbang sesuai bobot ikan, pakan yang dikonsumsi
selama penelitian yaitu 6.296 kg. Waktu penelitian yaitu 71 hari. Pengukuran
parameter kualitas air terhadap kadar garam dan suhu perairan di sekitar keramba
dilakukan setiap hari.

Hipotesis yang diuji adalah :

17
Tidak ada pengaruh konsumsi pakan setelah ikan dipuasakan; (H0)
Ada pengaruh konsumsi pakan setelah ikan dipuasakan; (H1)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan

Sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditempatkan, maka


penelitian ini menggunakan wadah pemeliharaan ikan kuwe menggunakan waring
dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 m sebanyak 4 (empat) buah, terdiri dari 3 wadah
perlakuan dan 1 wadah kontrol. yang akan ditempatkan di dalam kotak Keramba
Jaring Apung. Pada masing-masing wadah pemeliharaan diberikan pemberat
berjumlah 12 (dua belas) buah yang diikat pada setiap sudut waring dengan tujuan
agar waring dapat berdiri tegak pada saat arus kuat.

3.4.2 Desain Wadah Penelitian

Wadah Penelitian Ikan Kuwe (C. ignobilis)

Gambar 3. Desain wadah

3.4.3 Penebaran Ikan Uji dan Pemeliharaan

Ikan kuwe (C. ignobilis) diperoleh dari nelayan lokal dari desa galala
ambon. Penangkapan benih ikan oleh nelayan, biasaya menggunaan alat pancing
tangan dan hanya berlangsung dalam Teluk Ambon bagian dalam (TAD).
Umumnya benih yang sudah tertangkap, ada yang langsung dijual ke para nelayan
pembesaran (growout) tetapi juga ada yang menampungnya sampai besok harinya

18
baru kemudian dijual ke para pembudidaya. Proses transportasi dari lokasi
penangkapan benih tidak terlalu jauh dari lokasi keramba jaring apung sehingga
umumnya benih masih tetap dalam kondisi yang sangat sehat dan siap untuk
ditebarkan dalam keramba. Kemudian ikan disortir sesuai ukuran selanjutnya ikan
ditebar pada wadah pemeliharaan dengan kepadatan pada masing-masing
perlakuan sebanyak 20 ekor. Sebelum melakukan perlakuan, ikan diukur dan
ditimbang berat sebagai data awal, selain itu agar dapat mengetahui jumlah pakan
yang akan diberikan sesuai bobot tubuh ikan kuwe, selama satu atau dua hari
sebelum penelitian berjalan benih ikan di aklimatisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru.

3.4.4 Persiapan Pakan

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan ikan rucah
(momar), pakan diperoleh dari PPN (tantui ambon). Sebelum diberikan kepada
ikan, terlebih dahulu pakan disimpan dalam frezer. Pakan yang akan diberikan
dipotong/dicaca sesuai bukaan mulut ikan. Pakan kemudian ditimbang sesuai
berat yang telah dihitung.

3.5 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data pertumbuhan ikan kuwe (Caranx ignobilis) meliputi,


pengukuran data panjang dan berat (WT), Pengukuran dilakukan setiap dua
minggu. Ikan diukur secara keseluruhan pada setiap perlakuan. Tingkat kelulusan
hidup atau Survival rate (SR) dilihat selama pemeliharaan, Parameter kualitas air
yang diamati setiap hari antara lain suhu, dan salinitas.

3.6 Metode Analisa Data

Untuk menganalisis data digunakan one way ANOVA pada software


Microsoft excel 2007. Data disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik.

19
Data yang dikumpulkan selama penelitian digunakan untuk menghitung
pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan (SGR), rasio konversi pakan (FCR),
dan kelangsungan hidup (SR), sebagai berikut:

a. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak (Effendi,1997):

Wg =W1-W0

Keterangan :

Wg : Pertumbuhan mutlak (gr)


W0 : Berat awal
W1 : Berat akhir

b. Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan spesifik harian (Zonneveld et al., 1991)

𝐼𝑛𝑊𝑡−𝐼𝑛𝑊0
SGR= 𝑋 100 %
𝑡

Keterangan:

SGR : Laju pertumbuhan spesifik harian


Ln Wt : In berat ikan uji pada akhir penelitian
Ln Wo : In berat ikan uji pada awal penelitian
t : waktu penelitian

c. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup atau SR adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup


diakhir dengan ikan pada awal pemeliharaan. Menurut Rudiyanti dan Ekasari
(2009). Rumus yang digunakan untuk menghitung kelangsungan hidup adalah
rumus Effendie (1997), sebagai berikut:

20
SR=Nt/No x 100 %

Keterangan:

SR : Survival Rate / kelangsungan hidup (%)


Nt : Jumlah ikan diakhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah ikan diawal pemeliharaan (ekor)

d. Rasio Konfersi Pakan

Menurut Tacon (1987), bahwa rasio konversi pakan (FCR) dihitung


berdasarkan rumus sebagai berikut:

F
FCR= (Wt +D)− Wo

Dimana :

FCR = Rasio konversi pakan


F = Jumlah pakan uji yang dikonsumsi selama penelitian (g)
Wt = Bobot total ikan uji pada akhir pemeliharaan (g)
D = Bobot total ikan uji yang mati (g)
Wo = Bobot total ikan uji pada awal pemeliharaan (g)

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Ikan Kuwe

Pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam


keberhasilan suatu kegiatan usaha budidaya perikanan khususnya dalam
pencapaian target produksi. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan baik
ukuran berat, panjang maupun volume dalam jangka waktu tertentu Untuk
bertumbuh, organisme memerlukan asupan nutrisi dimana dalam hal ini
pengaturan pemberian pakan adalah faktor yang perlu diperhatikan.

Dalam penelitian ini melihat pengaruh perpanjangan pemuasaan terhadap


pertumbuhan ikan kuwe. Data pengukuran berat ikan kuwe selama 10 minggu
pemeliharaan ditampilkan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Rata-Rata Berat Akhir Dan Pertumbuhan Mutlak (AGR)

Bobot Bobot Ahir Pertumbuhan


Perlakuan N Awal (gram) Bobot Mutlak
(gram) (AGR)
A 3P, 3M 20 7.85 53.22 1.30
B 4P, 4M 20 6.50 60.06 1.53
C 5P, 5M 20 8.70 64.89 1.65
Control 20 7.15 102 2.73

Tabel 4 memperlihatkan bahwa berat ikan meningkat seiring


bertambahnya waktu pemeliharaan. Ikan uji pada setiap perlakuan memiliki
pertambahan berat yang bervariasi. Berat rata-rata individu ikan uji pada akhir
penelitian didapatkan perlakuan A dengan 3 hari dipuasakan 3 hari diberi makan
menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak yaitu (1.30). kemudian Perlakuan B
dengan 4 hari dipuasakan 4 hari diberi makan menghasilkan pertumbuhan bobot
mutlak sebesar (1.53). perlakuaan C dengan 5 hari dipuasakan 5 hari diberi makan
menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak sebesar (1.65). Dan control diberi
makan setiap hari menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak yang lebih tinggi

22
sebesar (2,73). hal ini karena pemberian pakan pada control dilakukan setiap hari
tanpa ada pemuasaan. Dari ketiga perlakuan A, B, dan C yang diberikanan
pencapaian bobot akhir serta pertumbuhan mutlak pada perlakuan C dengan 5 hari
dipuasakan 5 hari diberi makan memperlihatkan hasil yang lebih baik yaitu
sebesar 1,63. Jika dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Bobot
pertumbuhan mutlak terkecil diperoleh pada ikan dengan perlakuan A yaitu
sebesar 1,30. Penelitian sebelumnya dari Rachmansyah dan Usman, (1998) dan
Rachmansyah dkk., (1994) pernah mengatakan bahwa laju pertumbuhan harian
dari ikan kuwe (Caranx melampygus) yaitu berkisar antara 1,57-1,72%. Untuk
mengetahui apakah terdapat respon kompensasi terhadap perlakuan yang
diberikan, maka koefisien kompensasi (CC) dianalisa. Analisa ini sekaligus
dipakai untuk mendeteksi adanya kemampuan ikan untuk mengembalikan
momentum kebutuhan pertumbuhan yang hilang oleh karena periode depresi
karena pemuasaan (Ali dkk., 2003). Hasil analisa memberikan nilai koefisien
kompensasi (CC) sebesar 1,61 dan nilai ini lebih besar dari 1,0 yang memberi
indikasi positif adanya kemampuan ikan kuwe menggantikan (compensate)
pertumbuhan yang hilang selama periode pemeliharaan. Hasil ini memberikan
gambaran yang sangat positif secara berganda sebab tidak hanya memberi
kontribusi sebagai suatu pengetahuan baru tentang kompensasi pertumbuhan pada
ikan budidaya (Ziheng dkk., 2017), tetapi terlebih khusus kepada jenis ikan ini
(C.ignobilis). Yang dimana ikan yang dipuasakan mampu memanfaatkan pakan
dengan lebih baik, karena ikan sudah terbiasa pada kondisi lapar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Stanges dkk., (1989) ikan yang dipuasakan akan beradaptasi
pada kondisi lapar dan dimanifestasikan dengan menurunnya aktivitas dan
rendahnya tingkat metabolisme basal sehingga terdapat ekstra energi yang
dimanfaatkan untuk mengejar pertumbuhan pada saat pemberian pakan kembali.

Rachmawati dkk., (2010) juga mengungkapkan bahwa pembatasan pakan


(baik secara tunggal), mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan, yang
merupakan fase percepatan pertumbuhan setelah ikan diberikan pakan kembali.
Prinsip dalam pemuasaan adalah pemberian makan seminimal mungkin akan
tetapi pertumbuhannya tidak terhambat (Goddart, 1996). Pembudidayaan ikan
dengan pemuasaan, pada periode waktu tertentu kemudian diikuti pemberian

23
pakan yang cukup atau satiation level (Stangrres dkk., 2000). Kondisi ini
dilakukan agar terjadi pertumbuhan yang cepat pada periode pemberian pakan
(satiation level) setelah periode pemuasaan (fasting) (Santoso dkk., 2006).

4.1.1 Pertambahan Bobot Rata-Rata Mingguan

Pertambahan berat mingguan pada ikan kuwe dengan perlakuan A dengan


3 hari dipuasakan 3 hari diberi makan, perlakuan B dengan 4 hari dipuasakan 4
hari diberi makan, perlakuan C dengan 5 hari dipuasakan 5 hari diberi makan dan
Control. dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yang telah di tampilkan
pada Gambar 4 di bawah ini.

Minggu ke-
120

100

80
Perlakuan A (3P, 3M)
Berat (g)

60 Perlakuan B (4P, 4M)


Perlakuan C (5P, 5M)
40
Control
20

0
0 2 4 6 8 10

Gambar 4. Pertambahan Berat Mingguan Pada Ikan Kuwe (C. ignobilis) selama
pemeliharaan

Analisa pertambahan bobot rata-rata mengunakan General Linear Model


(GLM) (SPSS25) menunjukan bahwa ikan Kuwe ini memberikan respon yang
tidak berbeda terhadap setiap perlakuan yang diberikan (P= 0.173*). Apabila kita
memasukan waktu pemeliharaan (minggu) sebagai salah satu faktor selain faktor
pemuasaan menunjukan dalam model analisa yang sama, maka hasilnya
menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini tidaklah mengherankan sejalan
dengan proses pertumbuhan ikan yang terjadi dari waktu ke waktu selama periode
pemeliharaan. Hasil analisa ini didukung pula oleh analisa koefisien kompensasi

24
yang menunjukan kemampuan ikan Kuwe (C.ignobilis) untuk memulihkan
kemampuan kembali untuk bertumbuh setelah periode depresi akibat puasa
(Turano dkk., 2008; Ali dkk., 2003). Dimana grafik diatas menunjukkan bahwa
setiap minggu memberikan pertambahan bobot dari minggu awal sampai minggu
akhir. Gambar 4 memperlihatkan perubahan bobot ikan selama periode penelitian.
Terlihat bahwa ketiga perlakuan menunjukan pola efek pertumbuhan yang relatif
sama kecuali pada minggu ke 6, ikan pada ketiga perlakuan termasuk control
mengalami sediki penurunan penambahan berat pada minggu ke 6 secara
konsisten dan kejadian ini ternyata berkaitan erat dengan perubahan parameter
kualitas perairan terutama suhu dan kadar garam. Suhu yang dicatat berkisar
antara 27o – 28oC dan kadar garam berkisar antara 12ppt-29ppt. Kondisi ini terjadi
bersamaan dengan curah hujan yangg sangat tinggi dan berkepanjangan sehingga
berdampak pada tingkah laku makan ikan di dalam keramba. Akibat dari
perubahan kondisi lingkungan tersebut menyebabkan ikan mengalami stres, stres
adalah suatu fenomena biologis yang non sfesifik dari suatu perubahan
lingkungan atau faktor lain yang mempengaruhi proses daya adaptasi
homeostastis. Proses perubahan tersebut akan mempengaruhi proses fisiologi
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan fisik bahkan mengakibatkan
ikan mengalami kematian (Makmur, 2002).

4.1.2 panjang ikan kuwe

Tabel 5. Panjang Dan Pertumbuhan Relatif Ikan Kuwe Selama Pemeliharaan.

Rata-Rata Panjang Ikan Selama Penelitian


Parameter A 3P, 3M B 4P, 4M C 5P, 5M Control
Panjang awal (cm) 9.56 9.91 10.3 11.13
Panjang akhir (cm) 15.73 16.21 16.94 19.2
Pertumbuhan relatif 0.45 0.53 0.56 0.94
(%)

Panjang rata-rata ikan kuwe selama periode pemuasaan dari minggu awal
hingga akhir memperlihatkan adanya pertambahan panjang. Dari perlakuan A
3hari puasa 3hari makan panjang akhir yaitu = 15.17 cm, perlakuan B 4hari puasa
4hari makan yaitu = 16.21 cm, dan C 5hari puasa 5hari makan adalah = 16.94 cm.

25
Minggu ke-
25

20
Panjang (cm)

perlakuan A
15
Perlakuan B
10 perlakuan C
control D
5

0
0 2 4 6 8 10

Gambar 5. Pertambahan panjang ikan kuwe (Caranx ignobilis) selama


pemeliharaan

Dari gambar diatas memperlihatkan perkembangan panjang ikan kuwe


selama pemeliharaan. Perlakuan A puasa 3hari makan 3hari, B puasa 4hari makan
4hari, dan C puasa 5hari dan makan 5hari pertumbuhannya relatif sama
dibandingkan dengan wadah D (Control). hal ini menunjukan bahwa perlakuan
pemuasaan dan makan setiap hari tidak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan panjang ikan kuwe

4.1.3 Pertumbuhan Relatif

Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari memberikan pengaruh yang


signifikan terhadap laju pertumbuhan relatif. Ikan yang diberi makan setiap hari
Control memiliki laju pertumbuhan relatif lebih besar yaitu sebesar 1,03%,
sedangkan ikan yang dipuasakan untuk perlakuan A 3 hari dipuasakan 3 hari
diberi makan memiliki laju pertumbuhan relatif yaitu 0,50%, perlakuan B 4 hari
dipuasakan 4 hari diberi makan memiliki laju pertumbuhan relatif 0,59%, dan
perlakuan C 5 hari dipuasakan 5 hari diberi makan memiliki laju pertumbuhan
relatif 0,62%. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang diberi makan setiap hari
lebih baik bagi pertumbuhan ikan kuwe C. ignobilis. Menurut (Rachmansyah,
1994), ikan kuwe putih (atau ikan kuwe) juga merupakan jenis ikan yang
pertumbuhannya cepat. Ikan kuwe putih memiliki laju pertumbuhan harian yang

26
cepat yaitu mencapai 1,03%. Waktu proses pencernaan ikan kuwe membutuhkan
waktu sekitar 12 jam untuk mencerna pakan. sehingga frekuensi pemberian pakan
yang efektif dan efisien adalah diberi makan setiap hari yaitu 2 kali sehari. Sisi
lain dari perlakuan ini adalah jika dibandingkan perlakuan A, B, dan C
pertumbuhan relatif yang lebih tinggi terdapat di perlakuan C yaitu sebesar 0,62%
hal ini membuktikan bahwa ikan yang dipuasakan 5 hari ternyata bisa
menghasilkan pertumbuhan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang
dipuasakan 3 hari dan 4 hari.

4.2 Analisis of Varians (ANOVA)

Dari hasil penelitian ke 3 perlakuan yang dipuasakan diperoleh hasil


hitung menggunakan Anova 1 faktor menunjukan bahwa Fmax nilainya lebih
kecil yaitu 3,09. Apabila dibandingkan dengan nilai pada Ftabel 0.05 (2), 4,19maka

nilainya adalah 3,29 yang lebih besar dari hasil perhitungan Fmax yang dihitung.
hasil analisa ragam terhadap ukuran ikan dalam wadah perlakuan efisiensi pakan
terhadap pertumbuhan memberikan hasil ragam ukuran terkecil adalah 2,185 dan
terbesar adalah 2,230. Hasil perhitungan Fmax memberikan hasil sebesar 1,020.
Secara keseluruhan, hasil perhitungan tersebut di atas menuntun kita untuk
menerima hipotesa awal yang sebelumnya bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap keragaman (variance) ukuran ikan yang ada dalam setiap unit
percobaan.

4.3 Kelulusan Hidup


Tabel 6. Kelangsungan hidup selama penelitian
Kelangsungan Hidup Selama Penelitian
3P, 3M 4P, 4M 5P, 5M Control
Awal pemelihraan 20/ekor 20/ekor 20/ekor 20/ekor
Akhir pemeliharaan 18/ekor 18/ekor 19/ekor 20/ekor
SR (%) 90 90 95 100

Ikan kuwe ( C. ignobilis ) memiliki tingkat kelulusan hidup yang sangat


baik selama dalam masa pemeliharaan. Walaupun dalam kondisi pembatasan
asupan pakan, namun tingkat kelulusan hidup tetap tinggi yaitu (90-95%). Dari

27
ketiga perlakuan yang diberikan, sedangkan untuk control kelulusan hidup yaitu
100%.
4.4 Rasio Konversi Pakan
Tabel 7. Jumlah Konsumsi Pakan Selama Penelitian

Jumlah Konsumsi Pakan Selama Penelitian


A 3P, 3M B 4P, 4M C 5P, 5M Control
Minggu 0 47.1 (gram) 45.5 (gram) 43.5 (gram) 107.25 (gram)
Minggu 2 198.4 (gram) 169.2 (gram) 212.4 (gram) 448 (gram)
Minggu 4 205.8 (gram) 217 (gram) 204.9 (gram) 590.8 (gram)
Minggu 6 192 ( gram) 226.1 (gram) 255.15 (gram) 696.15 (gram)
Minggu 8 323.2 (gram) 319 (gram) 420.4 (gram) 1156.4 (kg)
Jumlah 966.5 (gram) 1010 (kg) 1136.35 (kg) 2998.6 (kg)

Nilai rasio konversi pakan merupakan seberapa besar pakan yang


dikonsumsi menjadi biomasa tubuh ikan. Setelah diamati hasil pengukuran ikan
selama periode penelitian dan jumlah konsumsi pakan yang diberikanan
didapatkan, perlakuan A 3 hari puasa 3 hari makan memiliki nilai rasio konfersi
pakan yaitu 0,92, dikuti dengan perlakuan B 4 hari puasa 4 hari makan memiliki
nilai rasio konfersi pakan sebesar 0,93, perlakuan C 5 hari puasa 5 hari makan
memiliki nilai rasio konfersi pakan 1,0 dan Control nilai rasio konfersi pakan
yaitu 1,46. Semakin kecil nilai rasio konversi pakan berarti tingkat efiseinsi pakan
lebih baik dari sisi biaya produksi, sebaliknya apabila rasio konversi pakan besar
maka nilai efiseinsi pakan kurang baik, Kemudian konversi makanan terhadap
ikan berkisar antara 1,5 - 1,8 (Rina dan Elrifadah, 2015). Lebih lanjut
pengurangan pemberian pakan akan menurunkan asupan bahan organik ke dalam
kolam budidaya, (Sukmaningrum dkk., 2013). Kemudian Menurut Wisnu dkk.,
(2014), pakan yang diberikan digunakan untuk pemeliharaan pertumbuhan tubuh
yang menyebabkan perubahan positif panjang, bobot tubuh yang merupakan
tujuan utama dari kegiatan budidaya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa ikan yang memperoleh makan secara rutin tiap hari dan perlakuan
pemuasaan terhadap ikan kuwe memiliki nilai rasio konversi pakan yang baik
karena masih masuk didalam kisaran, meski jumlah pakan yang diberikan lebih
sedikit, serta ikan kuwe yang dipuasakan memiliki dampak nilai yang lebih cukup

28
baik dibanding nilai rasio konversi pakan terhadap ikan kuwe yang memperoleh
pakan ruti tiap harinya.

4.5 Kualitas Air


Parameter kualitas air dalam suatu usaha budidaya merupakan aspek yang
sangat penting, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan, berkembang biak dan
sintasan biota budidaya yang salah satunya adalah ikan. Hasil pengukuran data
kualitas air dilihat pada tabel 7.
Tabel 8. Data Kualitas Air Selama Penelitian

pengamatan kualitas air selama penelitian


Waktu Parameter Suhu (C) Parameter Salinitas (Ppt)
Minggu 0 27-28 21-27
Minggu 2 27-29 23-29
Minggu 4 27-30 12-27
Minggu 6 26-29 20-29
Minggu 8 28-30 24-30

Hasil pengukuran kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu
dan salinitas, suhu berkisar antara 26-30 C dan salinitas 12-30 ppt. kualitas air
setiap perlakuan selama penelitian menunjukkan kisaran nilai optimal. Nilai
kisaran kualitas air yang diperoleh dari minggu awal hingga akhir memperoleh
kisaran yang sama, ini disebabkan pemeliharaan saat penelitian menggunakan
sumber air yang sama dan jarak antara wadah hanya terpisah oleh dinding jaring
dan terkontrol. Menurut Monalisa dkk., (2010), air sebagai media hidup ikan harus
memiliki sifat yang cocok, bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan. Lebih lanjut kualitas air memiliki
peran penting untung mengukur kelayakan suatu usaha budidaya, (Samsul dkk.,
2014).

4.5.1 Suhu

Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan mahluk hidup dapat
melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan dan pertumbuhan biota akuatik. Secara umum laju pertumbuhan

29
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, namun dapat menekan kehidupan biota
bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu secara drastis.

Dari hasil penelitian, diketahui suhu air dalam wadah pemeliharaan


berkisar antara 26-30 C. Menurut Nontji, 2005 menyatakan bahwa suhu 28-31
C. perairan selama penelitian masih dalam keadaan yang normal bagi
pertumbuhan ikan kuwe.

4.5.2 Salinitas

Salinitas mempunyai peranan penting untuk kelangsungan hidup dan


metabolisme ikan, disamping faktor lingkungan maupun genetik spesies ikan
tersebut (Simanjuntak, 2009). Dari hasil pengukuran kadar garam (salinitas) pada
waktu penelitian diketahui bahwa kadar garam di dalam wadah mencapai 12-30
ppt.

4.5.3 pH

Derajat keasaman suatu perairan menunjukan tinggi rendahnya konsentrasi


ion hidrogen perairan tersebut. Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit
basa sangat ideal untuk kehidupan ikan laut. Suatu perairan yang memiliki pH
rendah dapat mengakibtkan aktifitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi
lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya
tingkat kematian. Ikan air sangat baik pertumbuhannya bila dipelihara pada air
laut dengan Ph 8,0-8,2 (Akbar dan Sudaryono, 2002). Ikan kuwe merupakan salah
satu jenis ikan air laut yang dapat dipelihara sehingga pH optimun yang cocok
untuk ikan kuwe adalah 8,0-8,2 (Akbar dan Sudaryono, 2002).

4.5.4 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen merupakan faktor pembatas, sehingga bila ketersediaannya dalam


air mencukupi kebutuhan ikan budidaya, maka segala aktifitas akan terhambat.
Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk
menghasilkan aktifitas, seperti aktifitas berenang, pertumbuhan dan reproduksi,
oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktifitas
ikan, konversi pakan, demikian juga dengan laju pertumbuhan bergantung pada

30
oksigen, dengan ketentuan faktor kondisi laiinya adalah optimun. Pertumbuhan
ikan-ikan laut, kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 4 ppm. Sedangakan
kandungan optimun antara 5-6 ppm (Kordi, 2005).

4.5.5 Kecerahan

Kecerahan air merupakan faktor yang sangat penting bagi pemeliharaan


ikan kuwe. Ikan kuwe ini selalu berada pada dasar jaring sepanjang waktu, oleh
karena itu, jika kecerahan air sangat rendah akan sulit untuk melihat kondisi
kesehatan ikan (Sutarman dkk., 2004).

Menurut Akbar dan Sudaryono (2002), kecerahan perairan merupakan


salah satu indikator untuk menentukan lokasi. Perairan dengan tingkat kecerahan
sangat tinggi (jernih) sangat baik sebagai lokasi budidaya, sebaliknya perairan
dengan tingkat kecerahan sangat rendah menandakan tingkat bahan organik sangat
tinggi. Perairan demikian dikategorikan cukup subur dan tidak baik untuk
digunakan, perairan yang sangat subur dapat mempercepat perkembangan
organisme penempel seperti lumut, cacing, dan kerang-kerangan, selain itu jaring
juga akan cepat kotor. Kecerahan perairan yang sangat cocok untuk pembesaran
ikan kuwe yang pada umumnya hampir sama dengan pemeliharaan di KJA adalah
lebih dari 1 meter, artinya secara visual dapat dilihat benda-benda di dalam air
yang kedalamannya hingga lebih dari 1 meter.

4.5.6 Kecepatan Arus

Budidaya ikan di keramba jaring apung, arus biasanya disebabkan oleh


pasang surut sebaiknya arus berkisar antara 10-30 cm/detik, harus diketahui jika
air mempunyai kecepatan pergantian yang rendah maka akan cepat terjadi
penempelan organisme pada jaring selain itu dapat mempengaruhi pertukaran air
keluar-masuk jaring. Tetapi apabila arus air lebih dari 30 cm/detik dapat
mempengaruhi posisi jaring dan jangkar (Sutarmat dkk., 2004).

4.5.7 Kedalaman

Kedalaman air sebaiknya harus diperhatikan sehingga pada waktu pasang


dan surut jaring tidak mengalami hal-hal yang tidak inginkan. Perairan yang

31
terlalu dangkal, maka lumpur dan kotoran air laut akan dengan mudah
terakumulasi oleh ombak. Perubahan suhu dan salinitas juga akan tinggi yang
dapat menyebabkan ikan menjadi stress. Lokasi perairan yang terlalu dalam sulit
untuk penempatkan jangkar sebagai tambahan agar keramba tidak dapat bergerak
(Sutarmat dkk., 2004).

4.5.8 Angin Dan Gelombang

Tinggi gelombang yang disarankan untuk budidaya ikan kuwe tidak lebih
dari 0,5 meter. Tempat pemeliharaan harus terhindar dari angin dan gelombang
yang keras. Gelombang besar terjadi terus-menerus dapat menyebabkan stress
pada ikan budidaya, sehingga mengurangi selera makan. Gelombang besar juga
akan merusak kontruksi karamba jaring apung, merubah posisi keramba jaring
apung, dan menghanyutkan keramba jaring apung, jadi dalam pemasangan KJA
harus dlihat lokasi perairan yang terlindung dari badai dan gelombang (Akbar dan
Sudaryono, 2002).

32
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa lama


waktu pemuasaan pada ke 3 perlakuan menunjukan pola pertumbuhan tidak
terlalu berbeda nyata, sedangkan untuk control menunjukan pola pertumbuhan
yang lebih tinggi dari ke tiga perlakuan. Kelangsungan Hidup SR (%) Yang
Tertinggi Terdapat Pada Control (100%), Diikuti Dengan Perlakuan C 5P, 5M
Sebesar (95%), Perlakuan B 4P, 4M Sebesar (90%) Dan Perlakuan A 3P, 3M
Sebesar (90%). Rasio konversi pakan untuk perlakuan A sebesar 0.92, perlakuan
B rasio konversi pakan 0.93 dan perlakuan C rasio konversi pakan 1.0 dari ketiga
perlakuan masih dalam kisaran begitu juga dengan control memiliki nilai rasio
konversi pakan sebesar 1.46 walaupun jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit.

5.2 Saran

dilanjutkan penelitian yang menyangkut perubahan sistem pencernaan


internal (usus) setelah ikan dipuasakan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryono. 2002. Pembenihan dan pembesaran kerapu bebek.


Penebar swadaya. Jakarta

Anonim, 2007. Teknonogi Pembenihan Ikan Kuwe Golden Trevally Gnathonodon


Speciosus Forskall. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondola
Bali.

Giri NA, Suwiryo K, Marzuqi M. 1999. Kebutuhan Protein, Lemak dan Vitamin
C Untuk Yuwana Ikan Kerapu Tikus. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 5: 38-46.
Gushiken, S. 1983. Revision of the Carangid fish of Japan. Galaxea. 2. 135-264.
Halver, J.E. 1988. Fish Nutrition. School of Fisheries University of Washington.
Washington USA.
Hanief, M. A R. Subandiyono, dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh frekuensi
pemberian pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih
tawes (puntius javanicus). Journal of aquaculture management and
technology. O3(04): 67-74 hlm.

Http://www.Semua Ikan.com /Kandungan –Gizi –Ikan –Layang/ Momar (ambon).


Di unduh (01/03/21).

Kordi M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Patin: Biologi, Pembinihan Dan Pembesaran.
Yayasan Pustakan Nusatama, Yogyakarta.
Kordi M.G.H.,Tamsil A. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis secara Buatan.
Penerbit Andi. Yogyakarta.

Makmur, S. 2002. Mengapa terjadi stress pada ikan. Warta Penelitian Perikanan
Indonesia, 2:18-20.

Marwa , H. Salamet, dan Hariyano. 2013. Pengaruh frekuensi pemberian pakan


terhadap pertumbuhan dan survival rate benih ikan mandarin (
synchiropus splendidus). Program pascasarjana program studi ilmu
kelautan. Universitas pattimura ambon 6.8 hlm
Moeljanto, R. 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. Penebar Swadaya.
Jakarta. 33 hal

Muawanah., Nira, S. dan Atri, T.K. 2003. Penanganan penyakit ikan budidaya
laut. Balai budidaya laut lampung. Ditjenkan. Hal 35-41

34
Muhammad, A. 2018. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Kuwe (Gnathanodon
Speciosus) Di Perairan Prigi, Kecamatan Prigi, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur. Tesis. Universitas Muhamadiyah Malang. 2018

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa metode pengolahan tepung ikan.


Kanisius.Yogyakarta. 77 hal

Nasran, S., P.R. Tambunan. 1974. Penelitian pemanfaatan trash fish. Dalam
Laporan Perekayasaan teknologi pengolahan ikan non ekonomis
BPPMHP. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Perius Y. 2011. Nutrisi ikan. http://yulfiperius.files.wordpress.com/2011/07/1
pendahuluan.pdf.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta
Poernomo A., Mardlijah,S., Linting M.L., Amin E.M,. Widjopriono. 2006. Ikan
Hias Laut Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rachmansyah, A., A. Laining, dan A.G. Mangawe. 2000. Pengaruh rasio protein
lemak yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan kerapu bebek Cromileptes
altivelis. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan 1999/2000. Hlm
221-240.
Rachmansyah, D.S. Pongsapan, dan S. Tonnek. 1994. Pengaruh jumlah pakan
terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sp. dalam keramba jaring apung
di Teluk Ambon. Warta Balitdita 6(8):l-19.

Rachmansyah dan Usman. 1998. Studi pendahuluan pengaruh frekuensi


pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sp dalam
keramba jaring apung. J. Penelitian Budidava Pantai Vol.9(4):65- ?4.

Rachmawati, F.N., U Susilo dan Y. Sitisna. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan
Pemberian Pakan Kembali. Seminar Nasional Biologi, tanggal 24-25
September 2010. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Saanin, Hasanuddin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikkasi Ikan (Jilid I dan
II). Bina Cipta. Bandung.

Setiadharma,a t,al,.Pengkayaan Pakan Alami Jenis Rotifera Terhadap


Peningkatan Keragaman Benih Ikan Kuwe (Gnathanodon Speciosus
Forsskal) Prosiding Teknologi Perikanan 2008.Puriskan Budidaya, Hlm
289-293.

35
Setiadharma,T., A. Prijono, N.A. Giri, Dan Tridjoko. 2006b. Domestikasi Dan
Pematangan Gonad Calon Induk Ikan Kue (Gnathannodon Specious
Forsskal) Pemeliharaan Secara Terkontrol. Laporan Hasil Riset 2006. Bali
Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. 8hlm.

Setiadharma T. Dan Asmanik. 2006a. Laju Penyerapan Nutrisi Endogen Dan


Perkembagan Larva Ikan Kue (Gnathannodon Speciosus Forss-Kal).
Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia 2006. Universitas
Diponogoro, Semarang. Hlm:264-268.

Shiau SY, Liang HS. 1995. Carbohydrate utilization and digestibility by tilapia,
Oreocromis niliticus x O. aureus, are affected by chromium oxide
inclusion in the diet. J.Nutr., 125:976-982.
Steffens. W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Harwood Limited. England.
384 pp Takeuchi, W. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Departement
of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233p.
Suprayudi MA, Setiawati M, Mokoginta I. 1994. Pengaruh rasio protein energi
yang berbeda terhadap pertumbuhan ikan gurame Osphronemus gouramy
Lac. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 68 hal.
Tacon, A.G.S. 1990. Standart Methods for the Nutrition and Feeding of Fanned
Fish and Shrimp. Argent Laboratories Press. Washington. 165 pp.
Tucker, J.W. Jr., W.A. Lelies, G.K. Vermeer, D.E. Robert Jr. dan P.N.
Woodward. 1997. The Effect of Eksperimental Starter Diets With
Different Level of Soybean or Menhaden Oil on Red Drum Sciaenops
ocellatus. Aquaculture. 149:323-339.
Turano M.J, Russell J Borski and Harry V Daniels, 2008. Effects of cyclic
feeding on compensatory growth of hybrid striped bass (Morone
chrysopsxM. saxitilis) foodfish and water quality in production ponds.
Aquaculture Research, 2008, 39, 1514-1523

Usman, Daud.S.P, dan Rachmansyah. 2017 , Beberapa Aspek Biologi Reproduksi


dan Kebiasaan Makan Ikan Kuwe (Carangidae) di Selat Makasar dan
Teluk Ambon. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.II No.3.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and Marine Culture : JICA Text Book General
Course. Japan : University of Fisheries.
Zonneveld, N, E.A_ Huisman and J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia. Jakarta. 318 hal.

36
LAMPIRAN

1. ALAT DAN BAHAN

Keramba Waring

Rakit Timbangan Digital

37
Refraktometer Pengukuran Suhu air

Serokan
Loyang

Kamera Alat Tulis

38
Keranjang Box

Tali Tisue

Papan Tulis
Tas Plastik Hitam

Frezer
Pengisian Data

39
2. PAKAN

Caca Pakan (momar) Menimbang Pakan

Pemberian Pakan Pakan Rucah (momar)

40
3. PENGUKURAN IKAN

Pengukuran Panjang Ikan (Cm) Pengukuran Berat Ikan (Gram)

41

Anda mungkin juga menyukai