Disusun oleh:
Kelas 3A/2
II. METODOLOGI
3.1 Hasil
Berikut ini merupakan beberapa hasil dari data pemeliharaan ikan bandeng.
Pengukuran suhu pada pagi hari cenderung stabil pada kisaran 27º-28ºC.
Terdapat perbedaan pada bak 7 tanggal 8 Agustus 2019 yaitu suhunya berada pada
28ºC dan pada bak 8 pada tanggal 7 Agustus 2019 yaitu suhunya berada pada
28ºC, sementara pada bak fiber terjadi perbedaan suhu pada tanggal 11 Agustus
2019 mencapai 28ºC.
Pengukuran suhu pada sore hari juga cenderung stabil yaitu suhunya berada
pada kisaran 27º-28ºC. Terdapat beberapa perbedaan suhu yaitu pada bak 7
tanggal 5 dan 11 Agustus berada pada nilai 28ºC, sedangkan pada bak 8 terdapat
perbedaan pada tanggal 9 Agustus 2019 sebesar 28ºC dan hal yang sama juga
terjadi pada bak fiber pada tanggal 11 Agustus.
Salinitas pada bak fiber tidak terjadi penurunan salinitas karena salinitas
pada bak fiber tidak diturunkan seperti pada bak 7 dan 8.
Pada monitoring pagi, dari semua respon yang diamati pada pemeliharaan
bandeng ini tergolong bagus karena respon renang dan morfologi menunjukan
hasil yang baik dan respon makan yang cukup.
Pada monitoring sore, dari semua respon yang diamati pada pemeliharaan
bandeng ini tergolong bagus karena respon renang dan morfologi menunjukan
hasil yang baik dan respon makan yang cukup.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil dan grafik suhu pagi menunjukkan hasil dengan kisaran
suhu 27-28˚C yang masih berstandar literatur. Faktor pendukung yang membuat
suhu menunjukkan hasil 27-28˚C yaitu dari suhu lingkungan dikota bogor rata-
rata bersuhu 27-31˚C. Menurut Zakaria (2010) mengatakan bahwa suhu yang baik
untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan bandeng berkisar antara 24 sampe 31˚C.
Hal ini juga didukung oleh pendapat kordi (2005) bahwa suhu optimal untuk
pemeliharaan ikan bandeng berkisar antara 23 sampai 32˚C.Pada salinitas untuk
bak 7, bak 8, fiber berkisar 30 ppt, tetapi pada bak 7 dan bak 8 mengalami
penurunan salinitas hingga 8 ppt yang dikarenakan standar salinitas pada benih
ikan bandeng yaitu 25 ppt. Penurunan nilai salinitas dilakukan dengan cara
penambahan air tawar hingga salinitas mencpai nilai yang diinginkan.
Air media pemeliharaan larva dan benih dengan suhu 27-31˚C, salinitas 30
ppt, pH 9 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak yang sudah dipersiapkan dan
dielngkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak 100cm (Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, 2010).
Monotoring benih ikan bandeng dipagi dan sore hari dari semua respon
menunjukkan hasil yang bagus, dikarenakan dari respon renang, respon makan
dan morfologi benih ikan bandeng terlihat sangat baik.
Pertumbuhan untuk benih ikan bandeng mengalami kenaikan dilihat dari
hasil sampling yang baik karena pertumbuhan panjang dengan rata rata di akhir
pemeliharaan menunjukan pertumbuhan yang signifakan dari panjang rata rata
pada awal pemeliharaan. Respon makan yang bagus membuat pertumbuhan benih
ikan bandeng mengalami kenaikan. Faktor yang mendukung yaitu suhu yang
masih stabil dan sesuai dengan standar literatur.
Pemberian pakan secara ad satiation adalah cara pengenalan pakan bagi
ikan bandeng tersebut agar bisa beradaptasi dengan pakannya dilingkungan yang
berbeda dari sebelumnya karena ikan bandeng pada fase penggelondongan satu
mudah stress jadi kami menggunakan cara ad satiation sebagai pengenal pakan.
Alasan menggunakan metode ad satiation tidak menggunakan FR (feeding rate)
adalah bobot ikan bandeng yang masih kecil dan timbangan yang kami gunakan
pada saat praktikum bukan timbangan yang 2 angka dibelakang koma jadi tidak
bisa kita pakai.
Penggunaan anco berguna agar pakan tidak terbuang di dasar bak dan
merusak air tersebut karena apabila sisa pakan dibiarkan di dasar bak dapat
menyebabkan toxic di dalam bak tersebut dan kegunaan anco selanjutnya adalah
agar pakan lebih mudah dimonitoring oleh divisi pakan apakah pakan tersebut
dimakan atau tidak serta mudah memonitoring tingkah laku bandeng tersebut.
Penggunaan anco jugaa berguna untuk menjaga kualitas air laut agar selalu bagus
karena air laut di kampus terbatas penulis menggunakan anco apabila tidak
menggunakan anco kami harus selalu melakukan sifon dan itu tidak efektif dan
membuang air laut.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN