Anda di halaman 1dari 11

IKAN BETUTU

(Oxyeleotris marmorata)
DOMESTIKASI

Lingga Ananda Riyani


230110180164

Fakultas Perikanan
dan
Ilmu Kelautan
KLASIFIKASI,
MORFOLOGI,
HABITAT DAN
PERSEBARAN,
KEBIASAAN
MAKAN
Ikan Betutu

BETUTU (Oxyeleotris marmorata) memiliki nama lokal MORFOLOGI


yang beragam yaitu bloso, ikan malas, ikan bodoh Memiliki tubuh yang memanjang dengan bagian
(Jawa); bakut, batutuk, belutu, ikan hantu (Kalimantan); depan silindris dan bagian belakangnya pipih,
bakut, beluru, bekutut (Sumatera). Nama yang paling panjang total 5-6 kali tinggi badan, kepala gepeng,
populer adalah betutu sekaligus digunakan sebagai mata besar yang dapat bergerak dan mulut yang
nama resmi dalam dunia perikanan di Indonesia besar. Memiliki moncong meruncing, rahang bawah
(Komarudin, 2000). lebih kedepan daripada rahang atas, gigi terdiri dari
beberpa deret, pada deret terluar ukurannya lebih
Betutu mulai dikembangkan melalui budidaya karena besar dan beberapa gigi menyerupai taring.
selain memiliki citarasa yang tinggi juga untuk Tubuhnya diselimuti sisik ctenoid sedangkan pada
pemenuhan sumber protein hewani dan merupakan bagian kepala, tengkuk dan dada ditutupi sisik
salah satu komoditasek spor yang mempunyai nilai cycloid. Warna badannya kecoklatan sampai gelap
ekonomis tinggi (Widiyati et al., 1993). dengn bercak-bercak hitam menyebar diseluruh
tubuh (Fatmawaty 2017). Betutu memiliki lima buah
sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip
dubuh dan sirip ekor. Kelima sirip nampak besar
(Komarudin, 2000). Sirip punggung bagin pertamanya
KLASIFIKAS lebih rendah dibanding sirip punggungkedua dengan
warna kecoklatan (Fadhilah 2017).
Klasifikasi dari ikan Betutu (Lie Siauw
foey, 1968 dalam Komarudin, 2000): KEBIASAAN MAKAN
Krismono et al, 2003 melaporkan bahwa makanan
ikan betutu di waduk Kedungombo berupa ikan (100
%). Di laporkan oleh Diana et al, 1999 bahwa makanan
ikan be tutu di waduk Cirata berupa ikan, udang -
Kingdom : Animalia udangan, copepoda, gastropoda, insekta dan detritus.
Filum : Chordata Menurut Setiadharma (1993) bahwa makanan ikan
betutu di waduk Saguling berupa ikan, udang dan
Superkelas : Pisces
serangga air.
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes HABITAT DAN PERSEBARAN
Ikan betutu banyak ditemukan di perairan yang
Subordo : Gobiodea
tenang seperti danau, rawa, waduk dan perairan
Family : Eleotridae tenang lainnya terutama di Pulau Sumatra, Kalimantan
Species : Oxyeleotris marmorata dan Jawa. Lebih menyukai hidup pada daerah yang
dangkal dan tidak senang pada perairan yang deras
karena ikan ini sangat fasif atau lebih banyak diam.
Ikan betutu juga banyak ditemukan di negara
tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan
Kamboja. Ikan betutu hanya tersebar di Asia Tenggara
saja (Usniarie, 2008).
DOMESTIKASI
Ikan Betutu

Domestikasi adalah upaya menjinakkan dan


mengadaptasikan ikan dari kehidupan liar
(habitat asli) ke lingkungan budidaya
(Teletchea, 2016; Anggoro dkk., 2013).
Effendi (2004) menyatakan, terdapat tiga
tahapan domestikasi ikan, yaitu: 1).
Mengadaptasikan ikan dalam wadah
budidaya agar bertahan hidup (survival), 2).
Mengupayakan ikan untuk tumbuh, dan 3).
Mengupayakan ikan untuk
berkembangbiak. Proses domestikasi
dimulai dari ikan yang ditangkap dari alam
kemudian dipelihara dalam wadah
budidaya, seperti: kolam, bak, akuarium,
tambak dan keramba. Setiap jenis ikan
berbeda-beda kecocokan wadah
budidayanya, tergantung kemapuan ikan
untuk bertahan hidup dan beradaptasi.

Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) termasuk


salah satu jenis ikan asli Indonesia yang hidup
diperairan umum. Ikan betutu banyak tersebar di
Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini
hidup di perairan yang dangkal dan berlumpur
seperti sungai, waduk dan situ dengan arus yang
tenang dan senang berlindung dibawah tanaman
air. Ikan ini mulai dikembangkan budidayanya
untuk memenuhi sumber protein hewani dan
merupakan salah satu komoditas ekspor
(Fadhilah 2017).
PENANGKAPAN
Ikan Betutu

Dalam kegiatan domestikasi ikan dilakukan


penangkapan pada habitat aslinya dengan
menggunakan alat tangkap yang tidak
berpotensi menyebabkan luka pada ikan.
Salah satu alat tangkap yang dapat
digunakan adalah bubu.

150cm

Jenis bubu yang digunakan adalah posong, yaitu bubu


yang terbuat dari bahan bambu dengan ukuran panjang
150 cm dan diameter 60 cm. Pada umumnya bubu
dilengkapi dua buah injab yaitu injab depan di bagian mulut
dan injab dalam di bagian tengah bubu. Injab berbentuk
kerucut panjang 30-40 cm dengan diameter bagian depan
sama dengan diameter bubu dan diameter bagian belakang
20-25 cm.

Sebuah penelitian yang dilakukan Bahri, 2010 menjelaskan cara


mengoprasikan bubu yaitu bubu diletakan di dasar sungai di bagian pinggir
atau tebing sungai pada kedalaman air 50-150 cm. Bubu diletakan dengan
bagian depan bubu diarahkan menghadap ke hilir sungai. Agar tidak terbawa
arus air, bubu dijepit dengan batang (unjar) kayu atau bambu yang
ditancapkan ke dasar perairan yang berfungsi sebagai jangkar. Bubu
dioperasikan dengan cara diberi umpan berupa tanah liat yang dicampur
dengan dedak halus. Campuran tanah liat dan dedak halus dibentuk sebagai
gumpalan bulat berdiameter 12-15 cm. Umpan diletakan pada bagian
belakang (penutup) bubu yaitu diletakan di batok kelapa. Ikan yang
tertangkap dikeluarkan melalui penutup di bagian belakang bubu.
Pengangkutan ikan betutu menggunakan sistem
kering. Alat yang akan digunakan pada saat
pengangkutan yaitu wadah sterofoam berukuran
75 cm x 40 cm x 35 cm dan steerofoam
berukuran 40 cm x 30 cm 20 cm, air bersih, kain
lap bersih dan lakban. Untuk cara
pengemasannya adalah dengan menyiapkan
wadah sterofoam yang telah diberi lubang, dasar
wadah dilapisi kain lap, isi air setinggi 1,0 cm,

PENGANGKUTAN ambil ikan serta ukur beratnya, susun ikan


dengan bagian kepala atau mulut menghadap
Ikan Betutu sisi sterofoam sampai semua permukaan dasar
wadah terisi penuh, setelah penuh baru ditutup
dengan pembatas menggunakan kain lap yang
telah dibasahi. Tahap berikutnya menyusun
kembali seperti tersebut diatas, sampai mencapai
tiga tingkatan lapisan ikan. Ukuran ikan pada
Pada prinsipnya, pengangkutan ikan
lapisan bawah sebaiknya lebih besar daripada
hidup bertujuan untuk mempertahankan
lapisan diatasnya. Berdasarkan hasil yang
kehidupan ikan selama dalam
diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan
pengangkutan sampai ke tempat tujuan.
sebagai berikut Pengangkutan ikan betutu
Terdapat dua metode transportasi ikan
dengan sistem kering pada wadah sterofoam
hidup, yaitu dengan menggunakan air
berukuran 75 cm x 40 cm x 35 cm dapat
sebagai media atau sistem basah, dan
mengangkut betutu ukuran 80-220 g sebanyak
media tanpa air atau sistem kering.
17 kg atau sebanyak 98 ekor, lama
pengangkutan 3 jam 30 menit, dan pada
sterofoam berukuran 40 cm x 30 cm x 20 cm
dapat mengangkut betutu ukuran 120-230 g
sebanyak 3 kg atau sebanyak 17 ekor, selama 4
jam.
PERSIAPAN KOLAM
Kolam budidaya sebaiknya mampu menampung minimal 16
ekor/persegi. Pencahayaan pada kolam diusahakan remang-
remang dengan menggunakan tumbuahan akuatik ataupun
plastik hitam sebagai pelindung dari cahaya matahari
langsung. Dalam kolam disediakan tempat untuk ikan
bersembunyi berupa genting atau pipa PVC. Ketinggin air
cukup sekitar 40-50 cm dengan DO > 5 mg/liter. Sebelum
digunakan kolam didiamkan selama 3-5 hari hingga kering
agar semua hama dan kuman hilang. kolam secara rutin
dikuras minimal 10-15 hari sekali. Pengurasan kolam
dilakukan dengan membuang air sekitar 30-50% dan
dilakukan penyikatan pada dinding kolam secara perlahan
agar tidak mengganggu ikan. Endapan kotoran dibuang
dengan disedot menggunakan alat hisap sambil diberi aliran
air yang baru masuk kedalam kolam.

AKLIMATISASI
Aklimatisasi awal ikan uji dengan merendam wadah
plastik ke dalam kolam selama 2 jam pada pagi hari
dengan tujuan agar ikan uji dapat mengadaptasi suhu
pada merendam wadah plastik ke kolam percobaan.
Penebaran Ikan uji dilakukan pagi hari saat suhu rendah
untuk menstabilkan kondisi air sehingga ikan uji mudah
beradaptasi (Saparinto, 2009). Aklimatisasi Lanjutan
dilakukan 1 minggu dengan pemberian pakan dua kali
sehari secara ad satiasi.

PEMELIHARAAN INDUK
Induk ikan betutu ditebar dengan kepadatan 16 pasang
jantan dan betina perkolam. Sebanyak 16 buah sarang
yang terbuat dari 3 lembar asbes berukuran 30x30 cm
yang dibentuk menjadi segitiga diletakkan disetiap sisi
kolam. Induk diberi pakan hidup berupa ikan dengan
ukuran yang lebih kecil sebanyak 7% dari bobot ikan
perhari. Pakan diberikan pada sore hari dengan
ditebarkan disekeliling kolam (Sumawidjadja 2002).
PEMIJAHAN Ikan Betutu

Induk ikan betutu dapat memijah Seleksi Induk


pada musim penghujan dan Induk ikan betutu dengn bobot antara 125- Betutu Betina
500 g diperoleh dari perairan umum.Induk
musim kemarau. Pada musim ikan diberi pakan berupa ikan teri segar
penghujan, dalam sebulan 30-31 sebanyak 7% dari bobot ikan per hari.
ekor ikan memijah di kolam tanah Pakan diberikan sekali pada sore hari
dan kolam beton, tetapi di musim dengan cara menebarkannya di sekeliling
kolam.
kemarau sebanyak 36 ekor ikan Berikut ini merupakan ciri yang
yang memijah dan hanya di kolam membedakan induk jantan dan betina:
tanah. Keberhasilan pemijahan ini Induk Betina
Badannya berwarna lebih gelap
tidak terlepas dari kondisi induk dengan bercah hitam yang terlihat
ikan dan lingkungannya lebih banyak.
(Chaudhuri 1968, dan Alat kelamin berbentuk tonjolan agak
besar memanjang dan ujungnya
Woynarovich dan Horvath 1980).
membundar dengan berwarna
Induk ikan yang berbobot antara kemerahaan pada saat menjelang
125-500 g pada kolam seluas 200 memijah.
Betutu Jantan
m2 dengan kepadatan 32 Perutnya besar dan lembek.
Ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan
ekor/200 m2 rupanya sudah dapat jantan dengan umur yang sama.
berpijah beberapa kali dalam Induk Jantan:
setahun. Di kolam tanah ikan ini Badan lebih terang dan bercak hitam
terlihat lebih sedikit.
minimal memijah 4 kali setahun, 2 Alat kelamin berbentuk segitiga, pipi
kali dalam musim hujan dan 2 kali dan kecil.
dalam musim kemarau. Perutnya ramping dan bila diurut
Penambahan air baru (air bagian perut akan keluar cairan sperma
berwarna putih susu.
kolam/dan hujan) yang cukup Ukuran tubuh lebih besar
banyak ini juga mengurangi dibandingkan betina dengan umur
metabolit, yang oleh Swingle yang sama.
disebut faktor represif (Chaudhuri Sarang
1968) yang dapat menghalangi Sarang diletakan di sisi setiap kolam.
pemijahan ikan. Jumlah telur yang Sarang tersebut terbuat dari 3 lembar
asbes berukuran 30x30 cm yang dirangkai
diperoleh per sarang dari ikan-ikan
menjadi bentuk segitiga. Sarang juga dapat
yang memijah hampir sama. berupa genteng ataupun Menurut
Rupanya dalam bertelur, induk- Sumawidjaja dkk. (2002) pipa pvc. Sarang
induk yang berbobot antara 125- diperiksa setiap hari. Jumlah sarang yang
berisi telur dicatat. Jumlah telur yang
500 g menghasilkan telur antara melekat di bagian dalam sarang dihitung.
36.855 sampai 39.170 butir
Penetasan Telur
Sarang yang berisi telur dapat dipindahkan
ke kolam penetasan ataupun aquarium. Hal
ini dilakukan untuk menghindari benih ikan
yang dimakan oleh induknya dan dapat
dengan mudah melakukan pengontrolan
pada larva ikan betutu. Kualitas air pun
harus dijaga. Perhatikan faktor seperti suhu,
do, dan pH.
PEMELIHARAAN
LARVA Ikan Betutu

Pemeliharaan larva dilakukan sejak telur menetas hingga


benih (Juvenil) berukuran 1-2 cm/ekor dengan masa
pemeliharaan 2 bulan. Dalam pemeliharaan larva, umur satu
bulan pertama merupakan masa paling kritis dalam
kehidupan larva betutu. Wadah pemeliharaan larva
ditempatkan di dalam ruangan tertutup (tanpa lampu) dan
dilengkapi dengan pemanas untuk menjaga suhu media larva
berkisar 27'C-31"C. Ketahanan hidup larva diduga terkait
dengan jenis pakan yang diberikan sesuai kebutuhannya.
Ketahanan hidup larva betutu kemungkinan lebih panjang
bila diberi pakan dengan jenis dan ukuran yang sesuai
dengan perkembangan mulut larva. Menurut Insan et al.
(2000), larva dapat dipelihara hingga umur 21 hari selain
diberi Paramaecium sp. dan Brachionus sp., diberi pula naupli
Moina sp. atau Daphnia sp.

PEMELIHARAAN
BENIH Ikan Betutu

Selama masa pemeliharaan benih, ikan dapat


diberikan pakan berupa cacing rambut, ikan rucah
dan sesekali diberi pelet. Ikan betutu yang telah
mencapai bobot 50 gr sudah dapat diberi pakan
ikan rucah. Pertumbuhan benih betutu paling
cepat saat sudah mencapai berat 75 gr yakni saat
ikan rucah menjadi pakan utama.
PRAKTIKUM PEMBENIHAN
IKAN BETUTU

Induk ikan betutu yang digunakan sebanyak 4 ekor yang terdiri


Induk ikan betutu yang digunakan sebanyak 4 ekor yang terdiri
dari 2 ekor betina dan 2 ekor jantan. Pemijahan yang dilakukan
dari 2 ekor betina dan 2 ekor jantan. Pemijahan yang dilakukan
merupakan pemijahan alami. Hal ini dilakukan karena ikan betutu
merupakan pemijahan alami. Hal ini dilakukan karena ikan betutu
jantan tidak dapat di stripping. Induk betina ikan betutu terlebih
jantan tidak dapat di stripping. Induk betina ikan betutu terlebih
dahulu disuntik menggunakan HCG dengan dosis 1000 IU/kg
dahulu disuntik menggunakan HCG dengan dosis 1000 IU/kg
bobot induk. Penyuntikan ini dilakukan untuk memaksimalkan telur
bobot induk. Penyuntikan ini dilakukan untuk memaksimalkan telur
pada ikan betina. Berikut merupakan bobot ikan betina yang
pada ikan betina. Berikut merupakan bobot ikan betina yang
digunakan:
digunakan:
1) 336 gram
1) 336 gram
2) 443 gram
2) 443 gram
Pada induk dengan bobot 336 gram dilakukan penyuntikan
Pada induk dengan bobot 336 gram dilakukan penyuntikan
dengan dosis 336 IU (1.2ml) sedangkan pada induk dengan bobot
dengan dosis 336 IU (1.2ml) sedangkan pada induk dengan bobot
443 gram dilakukan penyuntikan dengan dosis 443 IU (1.47ml).
443 gram dilakukan penyuntikan dengan dosis 443 IU (1.47ml).
Untukilkan betutu jantan tidak perlu dilakukan penyuntikan.
Untukilkan betutu jantan tidak perlu dilakukan penyuntikan.

Kolam yang digunakan merupakan kolam beton di hatchery


Kolam yang digunakan merupakan kolam beton di hatchery
Ciparanje. Kolam diberi eceng gondok dan beberapa sarang yang
Ciparanje. Kolam diberi eceng gondok dan beberapa sarang yang
berbeda. Sarang yang dipakai berbahan dasar keramik, pipa pvc,
berbeda. Sarang yang dipakai berbahan dasar keramik, pipa pvc,
dan fiber. Ikan betutu dibiarkan beberapa hari untuk memijah.
dan fiber. Ikan betutu dibiarkan beberapa hari untuk memijah.

Telur betutu akan menempel di permukaan substrat dan


Telur betutu akan menempel di permukaan substrat dan
menggantung. Telur ikan betutu memiliki bentuk oval. Sarang
menggantung. Telur ikan betutu memiliki bentuk oval. Sarang
yang terdapat telur ikan betutu dipindahkan ke kolam penetasan
yang terdapat telur ikan betutu dipindahkan ke kolam penetasan
dan sebagian dipelihara di aquarium untuk diamati. Pakan yang
dan sebagian dipelihara di aquarium untuk diamati. Pakan yang
diberikan merupakan infusoria hasil kultur, berikut merupakan
diberikan merupakan infusoria hasil kultur, berikut merupakan
parameter air wadah penetasan:
parameter air wadah penetasan:
1. Suhu 24 derajat celcius pada malam hari dan 27 derajat celcius
1. Suhu 24 derajat celcius pada malam hari dan 27 derajat celcius
pada siang hari
pada siang hari
2. Salinitas 0
2. Salinitas 0
3. pH 6.2
3. pH 6.2
4. DO
4. DO
5. 6 mg/L 5. Amonia 0
5. 6 mg/L 5. Amonia 0
KESIMPULAN

Selama ini produksi ikan betutu masih


mengandalkan dari hasil tangkapan di
alam. Jika ini terjadi terus menerus,
maka stok ikan betutu di alam akan
semakin berkurang dan bisa berakibat
terjadinya kelangkaan (Sumawidjaya et
al. 2002). Domestikasi dilakukn sebagai
upaya untuk mempertahankan
keberadaan dari ikan tersebut. Tahapan
dari domestikasi sendiri terdiri
penangkopan, pengangkutan,
pemelihraan induk, benih dan larva.

Dalam pelaksanaan praktikum


pemijahan ikan betutu sudah dilakukan
sesuai prosedur yang sesuai literatur
yang berupa seleksi induk, penyuntikan
ikan betina dengan penggunaan HCG
dan persiapan kolam dengan sarang
pemijahan. Telur ikan yang menempel
pada sarang dipindahkan ke kolam
penetasan dan akuarium untuk diamati.
Dan di temukan banyak larva ikan
betutu yang mati. Hal ini disebabkan
oleh faktor lingkungan berupa suhu.
Wadah pemeliharaan baiknya
diperhatikan terutama kualitas
lingkungan seperti suhu dan salinitas,
menurut Ahlina dkk (2019), sebaiknya
suhu yang digunakan adalah 27 derajat.
DAFTAR PUSTAKA

Ahlina, H.F., Riono, Y., Harahap, S.R. 2019. Pengaruh


penggunaan jenis wadah yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu
(Oxyeleotris marmorata Blkr.). Acta Aquatica Aquatic
Sciences Journal 6 (2) : 93-98.

Bahri, S. 2010. Teknik Penangkapan Ikan Betutu Memakai


Bubu Bambu di Sungai Tulang Bawang, Lampung. BTL Vol.8
No.2 : 45-47.

Herawati, T., Yustiati, A., Nurhayati, A. 2015. Teknik


Pengangkutan Betutu Dalam Rangka Domestikasi Ikan Asli
Sungai Citarum. Seminar Nasional Ikan ke XII UGM.
Yogyakarta.

Sumawidjaja, K. 2002. Pembesaran Ikan Bandeng, Chanos


Charios, dalam Kerambah Jaring Apung di Laut Pada
Berbagai Padat Penebaran. Jurnal Akuakultur Indonesia, 1 (
2 ) http://www.journal.ipb.ac.id/index.php/ja

Warsono, A.I., Herawati, T., Yustiati, A. 2017. Kelangsungan


Hidup dan Pertumbuhan Ikan Betutu yang Diberi Pakan
Hidup dan Pakan Buatan Di Karamba Jaring Apung Waduk
Cirata. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol.VIII No.1 14-25

Anda mungkin juga menyukai