Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nila Nadiyya Lathifah

NIM : 0402516017

PENERAPAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PETERNAKAN

IKAN NILA TRANSGENIK

Organisme transgenik atau disebut dengan Genetics Modified Organism merupakan


produk rekayasa genetika berupa organisme yang disisipi DNA asing (transgen) dari
organisme bergenotipe tertentu untuk tujuan tertentu. Salah satu GMO adalah ikan Nila
transgenik. Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar Ikan nila yang mempunyai nilai
konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya.
Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan
subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988).
Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan
kakap merah serta harganya tidak terlalu mahal. Ikan Nila dapat memijah setelah 5 6 bulan
(Sumantadinata, 1981). ikan Nila mempunyai karakter pertumbuhan yang lambat, hal ini
disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Lambatnya pertumbuhan ini tentu akan
memperpanjang waktu pemeliharaan yang akhirnya juga berdampak pada besarnya biaya
produksi budi daya yang harus dikeluarkan (Marnis., dkk, 2016). Secara genetik, karakter
pertumbuhan bisa diperbaiki kualitasnya melalui teknik produksi ikan Nila transgenik yang
unggul.

Salah satu cara untuk mempercepat laju pertumbuhan ikan Nila yaitu melalui
penyisipan gen asing (transgen) atau biasa disebut dengan ikan Nila transgenik. Awal
kemunculan ikan transgenik sempat menuai polemik mengenai aman tidaknya
mengkonsumsi ikan transgenik. Namun setelah dilakukan beberapa penelitian disimpulkan
bahwa ikan transgenik aman untuk dikonsumsi, hal ini karena GH yang disisipkan pada ikan
Nila tidak terdeteksi atau tidak aktif pada tubuh manusia (Dunham, 2004), (Dewi, 2010).

Gambar 1. Perbedaan ikan Nila transgenik dan non transgenik


Ikan Nila di transgenetik menggunakan berbagai macam metode, salah satunya adalah
metode mikroinjeksi (Dewi, 2010).Teknik mikroinjeksi merupakan teknik yang umum
digunakan dalam introduksi gen pada ikan. Gen diintroduksi ke dalam sel telur ikan nila yang
telah dibuahi menggunakan jarum injeksi yang sangat kecil (diameter ujung jarum sekitar
0,05-0,15 mm). Introduksi dilakukan di bawah mikroskop dengan bantuan sebuah mikro
manipulator yang mengatur jarum suntik. Ada beberapa keuntungan mikroinjeksi
menggunakan telur ikan sebagai inang dibandingkan dengan sistem lainnya, diantaranya
adalah jumlah telur ikan relative banyak dan pembuahan (fertilisasi) terjadi secara eksternal.
Hal ini memudahkan introduksi gen asing pengkode protein target. Selain itu, embrio ikan
dapat dipelihara dalam air tanpa suplemen, karena untuk perkembangan embrio cukup
dengan mengandalkan nutrient dari kuning telur.

Gambar 2. Metode mikroinjeksi pada telur ikan Nila

Gen yang disisipkan yaitu gen penyandi hormon pertumbuhan (GH) menggunakan
promoter -aktin medaka (Yaskowiak et al., 2006 dalam Kusrini., dkk, 2016). Promoter
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan transgenesis, hal ini karena promoter
berperan dalan tingkat ekspresi gen. Pada awal perkembangan transgenesis ikan, peneliti
menggunakan konstruksi gen dengan promoter yang berasal dari mamalia dan virus
untuk mengatur ekspresi transgen. Namun selanjutnya menggunakan promoter yang berasal
dari spesies yang sama karena dianggap lebih efisien (Biswal et al. 2012 dalam Hidayani.,
dkk, 2013), (Maclean dan Laight, 2000 dalam Alimuddin., dkk, 2008).
-aktin merupakan promoter yang bersifat house keeping; selalu aktif sepanjang
hidup organisme. Selain itu, promoter -aktin juga mempunyai sifat ubiquitous, yaitu
promoter ini akan aktif di mana-mana, dan constitutive (Volckaert et al. 1994, Hackett
1993 dalam Hidayani., dkk, 2013) yang berarti bahwa promoter ini dapat aktif tanpa
diberikan rangsangan dari luar seperti suhu dan hormon.
Hormon GH merupakan hormon yang disirkulasikan untuk menstimulasi
pertumbuhan tubuh. Penyisipan gen penyandi hormon pertumbuhan (GH)
bertujuan untuk memproduksi ikan dengan peningkatan pertumbuhan lebih dari 100%
dibandingkan kontrol (Hackett, 1993 dalam Hidayani., dkk, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin., A. Octavera., O. Z. Arifin & K. Sumantadinata. 2008. Karakterisasi Promoter
-actin Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur Indonesia, 7 (2): 115-
127.
Dewi, Raden Roro Sri Pudji Sinarni. 2012. Amankah Mengkonsumsi Ikan Trangenik?.
Media Akuakultur Volume 7 Nomor 1.
Hidayani, Andi Aliah., Odang Carman., & Alimuddin. 2013. Kloning Promoter -actin Ikan
Mas, Cypprinus carpio Lin. 1758 dan Analisis Fungsionalnya Menggunakan Gen
Target Protein Pendaran Hijau (GFP). Jurnal Aktiologi Indonesia 13(2): 145-152.
Kusrini, Eni., Alimuddin. , Muhammad Zairin & DinarTri Sulistyowati. 2016. Identifikasi
Ikan Cupang (Betta imbellis) Trnagenik Founder Membawa Gen Penyandi Hormon
Pertumbuhan. Jurnal Riset Akuakultur, 11 (3): 197-205.
Marnis, Huria., Bambang Iswanto., Setny Febrida., Imron & Raden Roro Sri Pudji Sinarni
Dewi. 2016. Transmisi GEN PhGH dan Performa Pertumbuhan Ikan Lele Afrika
(Clarias gariepinus) Transgenik Generasi Ketiga. Jurnal Riset Akuakultur 11 (3):
225-234.
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Jakarta: CV. Simpleks
Sumantadinata, K. 1981. Aplikasi Bioteknologi dalam Pembenihan Ikan. Buletin Perikanan.
Vol. IV (1) : 28-41.

Anda mungkin juga menyukai