(Pinctada maxima)
OLEH
1922110049
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan kerja sama serta doa dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang
yang ada di sekitar penulis yang telah membantu dalam doa.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai pedoman di masa
mendatang. Maka penulis dengan penuh rasa syukur mempersembahkan makalah ini, semoga
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Kesimpulan..................................................................................................................12
A. Saran ............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar dalam usaha budidaya.
Potensi ini di dukung oleh tersediannya bahan dasar yang cukup banyak, persyaratan
lingkungan yang baik, serta kondisi musim yang menguntungkan untuk berbagai jenis
komoditas laut yang akan dibudidayakan. Salah satu potensi laut yang dapat di
budidayakan adalah Kerang Mutiara (Pinctada maxima) yang pada intinya akan
menghasilkan mutiara.
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang
diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Tuntutan utama
dalam budidaya mutiara adalah tersedianya kerang mutiara ukuran operasi dalam
jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan. Namun, keuntungan
penyediaan kerang tidak mungkin hanya mengandalkan hasil penyelaman di alam,
apalagi hasil penyelaman di alam sangat fluktuatif, tergantung musim, dan ukurannya
tidak seragam. Mutiara yang ukurannya di bawah standar harus dipelihara sampai
besar sehingga diperlukan waktu dan tambahan biaya yang tidak sedikit.
1
Usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi
oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau
hatchery hingga pasca panen.Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa
pihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai
Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh
pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu
pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar.
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan kerang mutira?
C. Tujuan
a. Mengetahui kasifikasi dan morfologi kerang mutiara
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Kerang Mutiara
Sutaman (1993) Kerang mutiara memiliki cangkang yang tidak simetris dan
sangat keras,tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat
lunak.Kerang mutiara (Pinctada maxima) secara taksonomis dimasukkan kedalam
kingdom invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan masuk dalam
Phylum mollusca yang berarti bertubuh lunak, dimana bagian tersebut terbagi atas
empat kelas yaitu: Polyplacophora,Gastropoda,Bivalvia dan Cephalopoda.
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Anysomyaria
Subordo : Pteriomorpha
Subfamili : Pteriidae
Genus : Pinctada
3
B. Morfologi dan anatomi kerang mutiara
Bentuk luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda-
tanda kehidupan. Tetapi di balik kekokohan tersebut terdapat organ yang dapat
mengatur segala aktivitas kehidupan dari tiram itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh
tiram tersebut terdapat cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar
terhindar dari benturan maupun serangan hewan lain. Kerang mutiara memiliki
sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan. Kedua cangkang
tersebut tidak memiliki cangkang sama bentuknya (ineguivalven), cangkang kanan
agak pipih sedangkan cangkang kiri cembung. Dibagian tengah dorsal sepasang
cangkang dihubungkan oleh ligmen yang elastis serta adanya gigi engsel. Kedua
cangkang memiliki otot yang liat dan kuat yang berfungsi untuk membuka dan
menutup. Cangkang bagian dalam berwarna putih mengkilat atau disebut lapisan
nacre (mother of pearly). Cangkang tersusun dari zat kapur yang dikeluarkan oleh
epithel luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan kristal kalsium karbonat (Ca CO3)
pada bagian sentral. Lapisan nacrenya berwarna kuning emas (gold up). Di luar batas
garis nacre (non nacreusbordes) berwarna coklat kehitaman.
Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi kerang mutiara terdiri dari tiga
bagian yaitu kaki/byssus, mantel dan organ dalam (visceral mass).
1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari
susunan jaringan otot,dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari
keadaan normal
3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan
merupakan aktivitas kehidupan tiram mutiara tersebut.Organ dalam ini terdiri
dari otot, insang, mulut, lambung, usus,jantung, susunan syaraf, dan alat
kelamin.
4
C. Habitat dan Pertumbuhan kerang mutiara
Kerang mutiara jenis Pinctada sp. yang banyak dijumpai di berbagai Negara
seperti Pilipina, Thailand, Birma, Australia dan perairan Indonesia, sebenarnya lebih
menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir.Disamping
itu juga banyak dijumpai pada kedalaman antara 20 m – 60 m. Untuk perairan
Indonesia sendiri jenis kerang mutiara( Pinctada maxima) banyak terdapat di wilayah
Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru.
(Sutaman 1993)
Menurut Sutaman (1993) kondisi dan kualitas air yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara adalah sebagai berikut :
a. Dasar Perairan
b. Kedalam
5
c. Arus Air
d. Salinitas
Sebenarnya tiram mutiara ini mampu bertahan hidup pada kisaran salinitas
yang luas,yaitu antara 20% – 50%. Tetapi salinitas yang terbaik untuk
pertumbuhan tiram mutiara adalah 32% – 35%.
e. Suhu
6
Untuk Negara kita sendiri yang beriklim tropis, pertumbuhan yang
terbaik dicapai pada suhu antara 280 C – 300 C. Pada iklim ini ternyata sangat
menguntungkan untuk budidaya kerang mutiara, sebab pertumbuhan lapisan
mutiara dapat terjadi sepanjang tahun. Sedangkan Negara yang memiliki
empat musim (iklim sub-tropis) biasanya pertumbuhan kerang mutiara tidak
terjadi sepanjang tahun, karena pada suhu air di bawah 130 C (musim dingin)
pelapisan mutiara atau penimbunan zat kapur akan terhenti.
f. Kecerahan
g. Kesuburan Perairan
7
pada fase awal perkembangan gonad. Fenomena sex reversal pada kerang mutiara
(Pinctada maxima) menunjukan bahwa jenis kelamin pada kerang teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonad
menutupi organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian kaki. Pada
fase awal, gonad jantan dan betina secara eksternal sangat sulit dibedakan, keduanya
berwarna krem kekuningan. Namun, setelah fase matang penuh, gonad kerang
mutiara (Pinctada maxima) jantan berwarna putih krem, sedangkan betina berwarna
kuning tua.
Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad tiram mutiara
dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu :
Fase I Tahap tidak aktif/salin/istrahat (Inactife/spent/resting)
Kondisi gonad mengecil dan bening transparan dalam beberapa kasus,
gonad berwarna oranye pucat. Rongga kosong, sel berwarna kekuningan
(lemak). Pada fase ini sangat sulit untuk dibedakan.
Fase II : Perkembangan/pematangan (Developing/maturing)
Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material
gametogenetik (sel kelamin) mulai ada dalam gonad sampai mencapai fase
lanjut, gonad mulai menyebar di sepanjang bagian posterior disekitar otot
refraktor dan lebih jelas lagi dibagian anterior-dorsal. Gamet mulai
berkembang disepanjang dinding katong gonad. Sebagian besar oocyt (bakal
telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum ada. Ukuran rata-rata oocyt
60 μm x 47,5 μm.
Fase III : Matang (Mature)
Gonad tersebar merata hampir keseluruh jaringan organ, biasanya
berwarna krem kekuningan. Oocyt berbentuk seperti buah pir dengan ukuran
68 x 50 μm dan inti berukuran 25 μm.
Fase IV : Matang penuh/memijah sebagian (Fully maturation/partially
spawned)
Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan
keluar dengan sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). oosyt
bebas dan terdapat diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt berbentuk
bulat dan berinti, ukuran oosyt rata-rata 51,7 μm.
Fase V : Salin (Spent)
8
Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad
(kelebihan gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran didalam organ
reproduksi) pada kantong. Jika ada oosyt maka jumlahnya hanya sedikit dan
bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt 54,4 μm.
Pada musim tertentu, induk kerang mutiara di alam yang telah dewasa akan
bertelur. Kemudian, telur-telur tersebut akan di buahi oleh sel kelamin jantan
(sperma). Pembuhan terjadi secara eksternal didalam air. Telur yang telah di buahi
akan mengalami perubahan bentuk. Mula-mula terjadi penonjolan polar, lalu
membentuk polar lobe II yang merupakan awal proses pembelahan sel, dan akhirnya
menjadi multisel. Tahap berikutnya adalah fase trocofor. Dengan bantuan bulu-bulu
getar, trocofor akan berkembang menjadi veliger (larva berbentuk D) yang ditandai
dengan tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Pada tahap ini larva sudah mulai
makan dan tubuhnya telah di tutupi cangkang tipis. Perkembangan selanjutnya adalah
tumbuh vilum, pada fase ini biasanya larva sangat sensitif terhadap cahaya dan sering
dipermukaan air. Selama fase planktonis, larva biasanya berenang dengan
menggunakan bulu-bulu getar atau hanyut dalam arus air.
9
E. Manajemen Kesehatan /Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit dapat menyebabkan proses pemeliharaan kerang mutiara
menjadi gagal, pertumbuhan kerang mutiara dapat terganggu bahkan dapat mematikan
kerang mutiara, untuk itu perlu dilakukan pengendalian. Hama umumnya menyerang
bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, racing, dan polichaeta yang
mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti
gurita, bintang laut, rajungan, kerang hijau, teritip, golongan rumput laut dan ikan
sidat.
Selalu memonitor salinitas agar dalam kisaran yang dibutuhkan untuk menjaga
kesehatan kerang mutiara,
Menjaga agar fluktuasi suhu air tidak terlalu tinggi, seperti pemeliharaan
kerang mutiara tidak terlalu dekat kepermukaan air pada musim dingin,
Lokasi bodi daya dipilih dengan kecerahan yang cukup bagus, dan
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai penjelasan tentang kerang mutiara
kita dapat menarik kesimpulan bahwa Kerang Mutiara merupakan salah satu
komoditas dalam sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan
memiliki prospek usaha dimasa yang akan datang dan Indonesia merupakan negara
yang memiliki potensi yang bagus untuk budidaya kerang mutiara karena memiliki
iklim Tropis. Pada iklim ini ternyata sangat menguntungkan untuk budidaya kerang
mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun berbeda
dengan negara lain yang hanya memiliki 4 musim (sub-tropis)
A. Saran
Berdasarkan pernyataan diatas setelah kita mengetahui potensi kerang mutiara
ternyata mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan sangat memberikan banyak
manfaat yang sangat baik. Jadi, yang kita harus lakukan yaitu dengan tetap menjaga
pelestarian alam temtat asli hidup kerang mutiara dan dalam membudidayakan harus
tetap memperhatikan kondisi lingkungan supaya habitat kerang mutiara dapat
berlangsung dengan baik. Serta tetap terus tingkatkan budidaya kerang mutiara yang
akan memberikan nilai ekonomis tinggi
12
DAFTAR PUSTAKA
http://adelaidearsenal.blogspot.com/2011/01/makalah-kerang-mutiara.html
https://aswarpunyainfo.blogspot.com/2012/11/budidaya-tiram-mutiara.html
https://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-kerang-mutiara-pincatada-sp/
https://www.google.com/search?q=kerang+mutiara&tbm=isch&ved=2ahUKEwjxw_Ss0MX
uAhXU1XMBHfQTCJ8Q2-
cCegQIABAA&oq=kerang+mutiara&gs_lcp=CgNpbWcQAzIHCAAQsQMQQzICCAAyAg
gAMgIIADICCAAyBAgAEEMyAggAMgIIADICCAAyAggAOgQIABAeUJH-
1QJYzJ7WAmCBo9YCaABwAHgAgAHoAogB-
gWSAQcwLjEuMS4xmAEAoAEBqgELZ3dzLXdpei1pbWfAAQE&sclient=img&ei=ZlkW
YPH4AdSrz7sP9Keg-Ak&client=firefox-b-d&safe=strict#imgrc=dFL956nfL2IOCM
13