Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Pembesaran Ikan Nilem


2.2.1. Sarana dan Prasarana Pembesaran Ikan Nilem
Salah satu budidaya ikan yang dikembangkan saat ini adalah budidaya ikan
nilem. Ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia
yang hidup di perairan tawar, seperti sungai dan rawa-rawa. Ciri-ciri ikan nilem
hampir serupa dengan ikan mas, yaitu pada sudut mulutnya terdapat dua pasang
sungut yang berfungsi sebagai indera peraba. Ujung mulut berbentuk runcing
dengan moncong (rostral) terlipat. Ikan ini cukup digemari karena rasa dagingnya
yang enak, kenyal dan gurih dan durinya tidak terlalu banyak dibandingkan dengan
ikan tawes. Budidaya ikan nilem memiliki keuntungan baik dalam sisi ekonomi dan
kelestarian lingkungan. Ikan ini termasuk ikan bernilai ekonomis. Disisi harga, ikan
nilem sangat terjangkau bagi masyarakat dan ikan ini sangat digemari khususnya di
daerah Jawa Barat. Ikan nilem merupakan ikan yang memakan ganggang sehingga
ikan ini tergolong ikan herbivora. Keuntungan lainnya dilihat dari aspek kelestarian
lingkungan, komoditas ini bisa berperan sebagai pembersih kotoran karena
kebiasaan makannya. Kebiasaan makan ikan nilem yaitu memakan lumut ataupun
ganggang yang menempel pada dinding perairan. Keberadaan populasi ikan nilem
di perairan umum semakin menurun. Penurunan populasi ikan nilem karena
eksploitasi dan akibat dari perubahan lingkungan perairan. Kegiatan teknik
pembesaran ikan nilem meliputi perbaikan konstruksi kolam pembesaran ikan
nilem, persiapan kolam, penyediaan air budidaya, sumber air yang dipakai dan
padat penebaran ikan nilem. Tahapan persiapan kolam terdiri dari beberapa hal
yang harus dilakukan yaitu dimulai dari pembersihan kolam, pembalikan tanah,
pengeringan, pengapuran menggunakan kapur CaO dengan dosis 75-150 gram/m2
dan penggaraman menggunakan garam krosok dengan dosis 75-150 gram/m2
kemudian dibiarkan selama 5 hari (Syamsuri et al., 2018)
2.2.2. Metode Budidaya Pembesaran Ikan Nilem
Nilem (Osteochilus hasselti) berperan penting untuk menyediakan protein
hewani, dengan potensi yang sangat baik untuk dibudidayakan karena mudah
dijaga, terjangkau, dan memiliki nilai gizi yang baik. Budidaya ikan nilem banyak
dilakukan di daerah Priangan Timur dan ikan ini dianggap sebagai salah satu ikan
unik Jawa Barat. Produksi ikan nilem cenderung menurun, sehingga perlu
dilakukan peningkatan budidaya, termasuk melalui, antara lain, pendekatan
pemberian pakan untuk ikan nilem (Andriani et al., 2019)
Ikan Nilem memiliki potensi untuk dibudidayakan, terutama untuk
menghasilkan benih ikan. Permintaan pasar ikan ini telah meningkat dari tahun ke
tahun. Jadi, ikan Nilem memiliki nilai ekonomi sebagai ikan lokal. Ikan Nilem
adalah spesies herbivora karena makanan utamanya spesies ini adalah detritus,
fitoplankton, dan pheriphyton. Berdasarkan kondisi seperti itu, Nilem disebut agen
pembersih bio. Selain itu, ikan Nilem mudah dibudidayakan dan tahan terhadap
lingkungan dan penyakit (Setiadi dan Taufik, 2018).
Teknik pembesaran ikan nilem biasanya dimulai dari benih sampai ukuran
siap untuk dikonsumsi . Persiapan budidaya ikan Nilem meliputi perbaikan
konstruksi kolam pembesaran ikan Nilem, persiapan kolam, penyediaan air
budidaya, sumber air yang dipakai dan padat penebaran ikan Nilem. Pertumbuhan
ikan Nilem dimulai dari fase pendederan sampai pembesaran. Pada fase pendederan
terbagi menjadi tiga tahap yaitu pendederan. Tahapan persiapan kolam terdiri dari
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu dimulai dari pembersihan kolam,
pembalikan tanah, pengeringan, pengapuran menggunakan, penggaraman
menggunakan garam krosok, kemudian dibiarkan selama 5 hari. Pengisian air
merupakan yang wajib dilakukan karena air merupakan media ikan nilem.
Penyediaan air budidaya pada kolam pembesaran ikan nilem berasal dari bak filter
(ukuran 8 m2) yang telah diberi saringan stainless steel dengan ukuran net kurang
lebih 1000 μm. Kemudian air mulai dialirkan pada kolam dengan cara membuka
pintu masuk air (inlet). Pengisian air kolam pembesaran ikan nilem dilakukan
sampai ketinggian 100-120 cm (Syamsuri et al., 2018).
Teknologi budidaya khususnya pembenihan ikan nilem sudah berkembang
baik dan diaplikasikan oleh pembudidaya. Pembenihan dilakukan sudah berada
pada taraf semi intensif, pada kolam semi permanen dengan menerapkan seleksi
induk sedangkan dalam kegiatan pendederan dilakukan secara polikultur pada
kolam tanah (Jubaedah dan Hermawan, 2014).
Ikan nilem pada umumnya dibudidayakan sebagai komoditas sampingan
dalam sistem budidaya polikultur dengan ikan mas, gurame, atau nila. Selain
sebagai komoditas sampingan, ikan nilem dimanfaatkan sebagai pembersih
karamba jaring apung (KJA) dari perifiton. Perifiton merupakan seluruh kelompok
organisme (umumnya mikroskopis) yang hidup menempel pada benda atau
permukaan tumbuhan air yang terendam, tidak menembus substrat, diam atau
bergerak di permukaan substrat tersebut (Pennak et al., 1964; Hany et al., 2009;
Ginanjar, 2011). Pemanfaatan ini dilakukan karena di alam, ikan nilem merupakan
pemakan perifiton dan tumbuhan penempel, dengan demikian dapat berfungsi
sebagai pembersih KJA (Utomo et al., 2017).
Meningkatnya permintaan ikan nilem di pasar, mendorong pengembangan
teknologi budidaya dengan sistem intensif. Namun dalam praktiknya, budidaya
intensif sering mengalami berbagai masalah seperti munculnya serangan penyakit.
Penyakit seperti ituserangan dapat menyebabkan kegagalan panen dan kerugian
ekonomi (Hidayatullah et al., 2018).
Banyak faktor yang mempengaruhi budidaya ikan nilem baik di kolam dan
keramba sehingga mempengaruhi pertumbuhan ikan, diantaranya adalah makanan,
lingkungan dan faktor lainnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai
bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan sedang mengarah ke
berbagai budidaya intensif (Rizaqi et al., 2016).
2.2.3. Aktivitas Rutin/Kontrol Budidaya Pembesaran Ikan Nilem
Kontrol yang dilakukan selama kegiatan budidaya pembesaran ikan Nilem
adalah manajemen pakan dan kontrol kualitas air budidaya. Manajemen pakan pada
pembesaran ikan Nilem menggunakan jenis pakan buatan dengan jenis pellet yang
bersifat mengapung dan memiliki kandungan protein 31 - 33%, lemak 3-5%, serat
4 - 6%, kadar abu 10 - 13% dan kadar air 11 - 13%. Jumlah pakan yang diberikan
sesuai dengan jumlah dan ukuran ikan. Dosis pakan yang diberikan untuk
pembesaran ikan nilem ialah 3 – 5% dari jumlah berat total ikan perharinya pada
lama pemeliharaan 180 hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari
yaitu pagi hari jam 07.30 WIB dan sore hari jam 15.30 WIB, dimana dalam satu
hari menghabiskan pakan sekitar 2,9 kg/kolam dengan pemberian pakan seba-nyak
1,45 kg/pemberian. Setiap pembe-rian pakan dilakukan menggunakan tangan
dengan cara pakan disebar merata di pinggir kolam dengan empat titik pemberian
yang berbeda. Selanjutnya adalah kontrol kualitas air kualitas air antara lain suhu,
derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO). Pengamatan kualitas air
dilakukan setiap hari sekali terutama pengukuran suhu dilakukan pada pukul 06.00
pagi, pukul 13.00 siang dan pukul 16.00 sore. Hal ini dilakukan karena pada waktu
tersebut merupakaan keadaan ekstrim yang dapat menyebab-kan terjadinya
kenaikan ataupun penuru-nan kualitas air secara drastis, sehingga diperlukan
pengukuran untuk mengetahui batas suhu, pH dan DO yang dapat ditolerir oleh ikan
nilem (Syamsuri et al., 2018).

DAFPUS
Andriani, Y., Akbar, F. K., Rostika, R., & Haetami, K. (2019). Nilem Carp Fish
(Osteochilus hasselti) Performance in Various Feed Energy-Protein Ratios.
Asian Journal of Research in Zoology, 1-8.
Setiadi, E., & Taufik, I. (2018). Polyculture of Giant Freshwater Prawn,
Macrobrachium rosenbergii and Nilem Carp, Osteochilus hasselti Cultured
in Recirculation System Using Biofiltration. In E3S Web of Conferences
(Vol. 47, p. 02005). EDP Sciences.
Hidayatullah, A., Rosidah, U. S., & Suryadi, I. B. B. (2018). HEMATOLOGY
PARAMETERS OF NILEM PADJADJARAN STRAIN (Osteochilus sp.)
INFECTED by Aeromonas hydrophila. GSJ, 6(7), 322.
Syamsuri, A. I., Alfian, M. W., Muharta, V. P., Mukti, A. T., Kismiyati, K. K., &
Satyantini, W. H. (2018). TEKNIK PEMBESARAN IKAN NILEM
(Osteochilus hasselti) DI BALAI PENGEMBANGAN DAN PEMACUAN
STOK IKAN GURAME DAN NILEM (BPPSIGN) TASIKMALAYA,
JAWA BARAT. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2), 57-62.
Rizaqi, M. A., Mulyadi, M., & Rusliadi, R. Growth And Survival Rate Of Nilem
(Osteochilus Hasselti) On Different Stocking Density. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 3(2),
1-9.
Utomo, B. S., Yustiati, A., & Riyantini, I. (2017). PENGARUH PERBEDAAN
WARNA CAHAYA LAMPU TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN
IKAN NILEM (Osteochilus hasselti). Jurnal Perikanan Kelautan, 8(2).
Jubaedah, I dan A. Hermawan. 2014. Kajian Budidaya Ikan Nilem (Osteochilus
Hasselti) dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Ikan (Studi di Kabupaten
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan Perikanan Kelautan.
4(1) : 1-10

Anda mungkin juga menyukai