Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

AQUACULTURE ENGINEERING

“PRAKTIKUM LAPANG AQUACULTURE ENGINEERING DI BBPBAP


( BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU ) JEPARA”

Disusun Oleh :
Kelompok 04
Muhammad Ramdhani Alfarizki ( 2010801079 )

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatnya diberikan kesehatan secara jasmani maupun rohani sehingga mampu
menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul “PRAKTIKUM LAPANG
AQUACULTURE ENGINEERING DI BBPBAP (BALAI BESAR PERIKANAN
BUDIDAYA AIR PAYAU) JEPARA” ini dengan tepat waktu.

Penulis juga berterimakasih atas dukungan dari kakak – kakak asisten


praktikum, selaku penanggung jawab praktikum mata kuliah Aquaculture
Engineering yang bertugas di Universitas Tidar dan juga teman-teman seperjuangan
yang telah memberikan dukungannya kepada saya. Saya sadar dalam penulisan
laporan yang telah di buat ini tidaklah sempurna oleh karena itu jika ada kritik
maupun saran penulis akan terima dengan lapang dada karena manusia tidaklah
sempurna.

Apabila didalam penulisan laporan praktikum ini terdapat perkataan yang


menyinggung maupun perkataan yang tidak baik mohon dimaafkan, karena manusia
tidak luput dari dosa. Semoga laporan praktikum ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca dan mampu menjadikan para pembaca lebih memahami tentang
materi yang dibahas pada laporan praktikum ini.

Magelang, 1 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................................. 1
1.3 Manfaat............................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
2.1 Klasifikasi........................................................................................................ 2
2.2 Morfologi......................................................................................................... 2
2.3 Habitat.............................................................................................................. 2
2.4 Kebiasaan Makan............................................................................................. 3
2.5 Seleksi induk.................................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI....................................................................................4
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................... 4
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................ 4
3.3 Cara Kerja........................................................................................................ 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................6
4.1 Hasil................................................................................................................. 6
4.2 Pembahasan..................................................................................................... 6
BAB V PENUTUP............................................................................................... 8
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 8
5.2 Saran................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 9
LAMPIRAN........................................................................................................ 10

ii
DAFTAR TABEL

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Automatic feeder................................................................................1


Gambar 2 Integrated Multi Trophic Aquaculture ( IMTA ).............................1
Gambar 3 Millenial Shrimp Farming ( MSF )...................................................1
Gambar 4 Recirculated Aquaculture System ( RAS )........................................1

iv
v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan mempunyai peran yang penting sebagai sumber
kehidupan bagi penduduk Indonesia. Kedua wilayah ini diperkirakan menjadi
tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan
sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut yang
memiliki berbagai sumber daya alam serta jasa lingkungan yang beragam. Ada
beberapa sumber daya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan,
diantaranya sumber daya perikan yang mencakup sumber daya perikanan tangkap
dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau, pantai dan
laut. Semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka
usaha pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya udang air payau (tambak
udang) diharapkan mampu menopang target produksi nasional perikanan. Salah
satu jenis usaha perikanan yang saat ini sedang diminati adalah usaha budidaya
udang. Udang merupakan salah satu andalan ekspor non migas dan menjadi
primadona perikanan Indonesia karena memberikan kontribusi bagi peningkatan
devisa negara dari sektor perikanan.
Udang sebagai sebagai salah satu komoditas unggulan dalam budidaya
perairan yang menyokong produksi perikanan untuk ekspor hasil perikanan di
Indonesia. Menurunnya kualitas air dan lahan budidaya yang berdampak pada
berbagai permasalahan dalam produksi udang yang menyebabkan pembudidaya
sering mengalami kerugian sehingga memerlukan terobosan teknologi
perikanan budidaya dalam menunjang sumber pangan dan
meningkatkan ekonomi masyarakat. Kendala pengembangan industri budidaya
ikan untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap lingkungan. Sehingga, upaya
yang dapat dikerjakan untuk menjaga kontinuitas kegiatan budidaya udang yaitu
dengan menginisiasi budidaya udang pada lahan yang sempit seperti
memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan menggunakan media kolam
bundar tanpa mengurangi target jumlah produksi yang didapat. Budidaya udang
dianjurkan dikolam bundar karena memiliki beberapa alasan antara lain lebih
irit, tingkat hidup lebih tinggi dan kualitas udang lebih tinggi (Dunia Terpal,
2016).
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah
pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan
pemeliharaan udang, walaupun sebenarnya masih banyak spesies yang dapat
dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap
putih dan sebagainya. Tetapi tambak sekarang ini lebih dominan digunakan
untuk kegiatan budidaya udang. Menurut Riani (2012), Manajemen budidaya
yang berwawasan lingkungan sangat dibutuhkan untuk saat ini, karena limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan budidaya perikanan adalah limbah yang
berpotensi merusak lingkungan dengan kandungan unsur hara yang tinggi.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mengerti dan memahami rekayasa akuakultur yang diterapkan pada


komoditas yang terdapat pada BBPBAP Jepara secara baik dan benar;
2. Mahasiswa mengerti dan memahami secara langsung konstruksi pad amasing-
masing media budidaya serta cara pengelolaannya;
3. Mahasiswa mengerti dan memahami secara langsung berbagai macam media
budidaya pada komoditas yang berbeda yang digunakan sebagai saran untuk
melakukan usaha budidaya.

1.3 Manfaat

1. Memberikan gambaran langsung mengenai usaha budidaya air payau, baik dari
segi pengetahuan teori maupun praktik secara langsung.
2. Melatih mahasiswa untuk praktik langsung mengenai budidaya air payau
sehingga bisa mengimplementasikan wawasan teori yang sudah didapatkan
dengan lebih baik di masa depan.
3. Untuk memberikan gambaran umum bagi praktikan selanjutnya mengenai
budidaya air payau.

2
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BBPBAP Jepara

Menurut website resmi dari BBPBAP Jepara, Balai Besar Perikanan


Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara merupakan salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang mengawali aktivitasnya di tahun 1971. Pada tahun 1978,
berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 306/Kpts/Org/5/1978 telah ditetapkan
bahwa lembaga ini sebagai Balao Budidaya Air Payau (BBAP) dibawah
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. seiring dengan
meningkatnya peran dan fungsi dalam pelaksanaan tugas serta beban kerja, maka
berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26C/MEN/2001 menetapkan
lembaga ini menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara. Pada tahun 2014, bersadarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.
6/PERMEN-KP/2014 telah dilaksanakan perubahan nama menjadi Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.
Pelaksanaan program melalui kegiatan produksi, pengawalan dan
pendampingan teknologi budidaya udang dan ikan, hibah benih udang dan ikan
kepada pokdakan, pengembangan dan hibah pakan mandiri kepada pokdakan,
pengembangan dan hibah bibit rumput laut. Kegitan pelestarian lingkungan dengan
penyebaran kembali (restocking) udang, ikan, kepiting dan rajungan ke perairan
supaya habitatnya di alam tidak musnah dan habis. Dalam melaksanakan tugas
BBPBAP Jepara menyelenggarakan fungsi :
a. Identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran,
pemantauan dan evaluasi serta laporan;
b. Pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air payau;
c. Pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air payau;
d. Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air payau;
e. Pelaksanaan kerjasama teknis perikanan air payau;
f. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan budidaya
air payau;
4

g. Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis


perikanan budidaya air payau;
h. Pelaksanaan pengujian mutu pakan, residu, serta kesehatan ikan dan
lingkungan budidaya air payau;
i. Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian;
j. Pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi
perikanan budidaya air payau;
k. k. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air payau;
l. l. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara memiliki


beberapa fasilitas unggulan yaitu fasilitas produksi induk, benih, dan konsumsi
(tambak NSBS untuk produksi induk udang windu, hatchery pembenihan udang
windu dan vanamel, hatchery pembenihan ikan bandeng, hatchery kepiting dan
rajungan, laboratorium kultur jaringan bibit rumput laut, tambak pembesaran ikan
dan udang, instalasi hatchery udang di Bandengan), faslitas produksi pakan
(laboratorium produksi pakan alami, laboratorium nutrisi pakan ikan, pabrik pakan
mandiri), fasilitas pengujian laboratorium (laboratorium kesehatan ikan,
laoboratorium lingkungan dan residu), serta faslitas umum yakni asaram dan runag
pertemuan (aula).

2.2 Budidaya Air Payau

Air payau adalah campuran dari air laut dan air tawar. Tingkat garam yang
lebih sedikit daripada air laut dan tingkat garam yang lebih banyak daripada air
tawar. Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan
langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air
laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang
memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat
(Pangesti, 2013).
Budidaya ikan air payau berarti membudidayakan ikan di perairan perpaduan
air tawar dan air laut secara alami di daerah muara sungai, di perairan ini banyak
berbagai jenis ikan yang hidup untuk beradaptasi pada lingkungan. Sebagian ada
ikan air laut yang beradaptasi diperairan air tawar dan sebaliknya, ada juga air
5

tawar yang beradaptasi dengan perairan laut atau asin. (Harijono et al, 2019).

2.3 Konstruksi Kolam

Kolam merupakan wadah pemeliharaan ikan dengan kondisi air terkendali


didalamnya dan memiliki kontruksi khusus untuk menunjang budidaya ikan.
Kolam cenderung memerlukan area dengan bentuk lahan yang datar
(Cahyaningrum dkk, 2015). Kolam ikan dapat berupa kolam tanah, kolam semen,
kolam terpal, kolam beton, kolam fiber. Kolam ikan dapat dibedakan berdasarkan
kegunaan yaitu sebagai kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam
penetasan telur, kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam penumbuhan pakan
alami, kolam penampungan hasil.

Kontruksi kolam yang perlu di pahami adalah komponen/ bagian – bagian


kolam yang ada pada kolam ikan (Susanto, 1989), diantaranya :

1. Pematang
Pematang berfungsi untuk menahan massa air yang besar. Pematang yang
seluruhnya dibangun dari tanah lebih ideal berbentuk trapesium, dikarenakan
bagain bawah kolam yang lebih besar dapat menahan massa air lebih kuat.
Ukuran lebar, panjang, serta kemiringan perlu diperhatikan dalam hal ini.
Pematang tanah umumnya memerlukan biaya yang lebih besar karena
memrlukan perbaikan dan perwatan setelah panen ikan. Sedangkan untuk
pematang yang dibangun dari batu merah atau batako dapat dibangun tegak
lurus. Lebih lanjut lagi jika seluruh bagian pematang ditembok, maka akan
mengurangi biaya perbaikan dan pemeliharaan setelah panen.
2. Saluran Pemasukan Air
Saluran pemasukan air berfungsi agar kolam mendapatkan pemasukan air yang
berkelanjutan. Letak saluran air harus lebih tinggi dibandingkan kolam. Akan
tetapi, jika didapatkan saluran air yang tingginya sama ataupun lebih rendah
maka diperlukan usaha untuk membendungnya sehingga ketinggian air di
saluran dapat dinaikkan dan air dapat dialirkan sesuai kebutuhan.
3. Saluran Pembuangan Air
Saluran pembuangan berfungsi untuk menampung buangan air dari kolam.
Saluran pembuangan harus berukuran lebih lebar agar kapasitas tampungnya
lebih besar. Saluran pembuangan juga harus berhubungan langsung dengan
jaringan drainase (sungai ataupun selokan) di luar daerah perkolaman.
Disamping itu, saluran pembuangan juga harus lebih rendah daripada dasar
kolam (kurang lebih 25 cm lebih rendah)
4. Pintu Pemasukan
Pintu pemasukan berfungsi sebagai penghubung saluran pemasukan air dengan
6

kolam dan untuk menahan ikan liar agar tidak masuk kedalam area kolam.
Pintu pemasukan dapat dibuat dari bahan paralon 4 inci, bata merah atau
batako, bambu utuh atau belah, gorong-gorong (tanah liat yang dibakar) yang
disesuaikan berdasarkan kebutuhan kolam yang akan dibangun.
5. Pintu Pembuangan
Pintu pembuangan berfungsi menjaga agar ikan-ikan yang dibudidayakan
tidak keluar kolam baik saat masa pemeliharaan maupun saat panen. Pintu
pembuangan yang ideal adalah sistem monnik dan sifon.
6. Kemalir
Kemalir berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan saat air kolam
disurutkan waktu panen, sehingga ikan lebih mudah untuk ditangkap. Kemalir
lebih sering disebut sebagai saluran tengah kolam, meskipun pada kenyataan
kemalir tidak selalu berada ditengah kolam. Kemalir dibuat lebih rendah dari
kolam dan juga harus disesuaikan dengan letak pintu pemasukan dan
pembuangan air.
7. Kobakan
Kobakan berfungsi untuk membantu memudahkan penangkapan ikan.
Kobakan adalah bagian dari kemalir yang ukurannya lebih lebar sehingga ikan
lebih banyak berkumpul di kobakan ketika dilakukan pemanenan. Letak
kobakan biasanya di depan pintu pemasukan air ataupun di belakang pintu
pembuangan air. Kobakan dapat berbentuk bulat atau segiempat panjang
(Cahyono, 2000).
8. Pelataran Dasar Kolam
Dasar kolam umumnya dibuat landai ke arah pintu pengeluaran air agar
memudahkan pengeringan kolam saat panen (Cahyono, 2000). Dasar kolam
lebih ideal jika konstruksinya agak miring kearah kemalir dan juga miring
kearah pembuangan air.

2.4 Teknologi Yang Diterapkan

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya perikanan,


yaitu meliputi lokasi budidaya, fasilitas produksi, induk, benih, pakan, pupuk, obat-
obatan, pestisida, peralatan akuakultur, tenaga kerja maupun penerapan teknologi.
Teknologi perikanan budidaya dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni
teknologi budidaya intensif, semi intensif dan teknologi sederhana (tradisional).
Perbedaan dari ketiga sistem teknologi tersebut terutama pada jumlah padat
penebaran benih, jumlah pakan buatan serta sistem manajemen air dan wadah
budidaya. Perbaikan teknologi maupun sistem pada budidaya perikanan
membutuhkan serangkaian perubahan dari perilaku serta penguasaan teknologi
budidaya guna mewujudkan produktivitas budidaya yang lebih unggul. Mayoritas
pembudidaya ikan skala kecil cenderung berpegang teguh pada adat maupun
kebiasaan mereka, dalam artian mereka tidak mudah untuk menerima segala
perubahan, sehingga apabila perubahan tersebut tidak dikelola dengan baik, maka
7

dapat menimbulkan konflik sosial di tengah masyarakat. Teknologi yang digunakan


oleh sebagian besar pembudidaya ikan terutama skala kecil masih sederhana. Hal
ini disebabkan kurangnya pengetahuan, modal, dan akses terhadap teknologi.
(Buku Panduan Praktikum Akuakultur, 2022)
Beberapa contoh penerapan teknologi dalam budidaya perikanan :
1. Mesin Automatic Feeder
Menurut Afandi, Perekayasa pada BPBAP Situbondo (2017) bahwa
pengelolaan  menejemen kualitas air budidaya ikan tambak secara intensif sangat
tergantung dari jumlah pakan yang ditebar, semakin banyak pakan yang ditebar
maka penurunan kualitas air  akan semakin cepat, sehingga permasalahan dalam
budidaya  semakin cepat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga
kualitas air agar tidak cepat menurun adalah penggunaan mesin automatic feeder.
Dengan menggunakan automatic feeder, maka kesalahan cara pemberian pakan
secara manual yang ditebar secara keliling bisa dihindari, dengan kata lain alat ini
sangat efektif dalam memperbaiki manajemen pemberian pakan. Dikatakan efektif,
menurut Afandi. karena mesin automatic fedeer ini bisa disetel sesuai dengan
kebutuhan pakan ikan berdasarkan cek anco. Disamping itu pakan bisa diberikan
secara nonstop, sehingga pakan yang ditebar dengan alat ini langsung dimakan oleh
ikan dalam kondisi masih segar serta buangan pakan yang tidak termakan bisa
dikurangi serta udang secara terus menerus bisa makan. Kontrol pemberian pakan
melalui automatic feeder secara langsung akan mengurangi buangan limbah pakan
ke perairan.

Gambar 1. Automatic Feeder

2. Integrated Multi-trophic Aquaculture (IMTA)


Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA) merupakan metode
pemanfaatan sistem perikanan terpadu dengan pendekatan alamiah untuk
mengoptimalkan hasil budidaya, efisiensi pakan dan diversifikasi produk sekaligus
ramah lingkungan. IMTA diterapkan sebagai solusi terhadap mitigasi limbah dan
peningkatan efisiensi pakan sehingga tidak mencemari lingkungan. Pada teknologi
IMTA, limbah yang dihasilkan dari suatu komoditas dapat menjadi sumber energi
bagi komoditas lainnya yang memenuhi baku mutu lingkungan (Widowati et al,
2019).
8

Gambar 2. Integrated Multi-trophic Aquaculture (IMTA)

3. Millenial Shrimp Farming (MSF)


Mneurut buku Budidaya Udang Vaname di Tambak Milenial yang disusun
oleh BBPBAP Situbomdo (2021), salah satu program KKP (Kementrian Kelautan
dan Perikanan) yang mengusung semangat Industri 4.0 adalah pembangunan
Millenial Shrimp Farming (MSF) atau generasi milenial bertambak udang. Program
ini dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk melibatkan kaum milenial untuk
mencoba mengembangkan budidaya udang. Model tambak ini diyakini cocok untuk
generasi milenial dalam hal kepraktisannya untuk berbudidaya saat ini. Berbeda
dengan tambak konvensional, model tambak ini tidak membutuhkan lahan luas,
berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang dengan ukuran kolam yang
bisa disesuaikan dengan lahan yang ada. 
Anak-anak milenial jaman sekarang memang sudah seharusnya melek
digital, sehingga teknologi ini cocok untuk anak-anak muda yang ingin terjun di
usaha budidaya udang. Selain dekat dengan digitalisasi, budidaya udang dengan
teknologi MSF, konstruksi MSF lebih fleksibel yang bisa dibongkar pasang. Di
samping itu juga, melalui teknologi MSF, produktivitas bisa mencapai 28-30 ton
per hektare dengan masa pemeliharaan 90 hari bisa mencapai ukuran 50. Dengan
demikian, otomatis keuntungan bisa lebih besar.

Gambar 3. Millenial Shrimp Farming (MSF)

4.Recirculated Aquaculture System (RAS)


RAS merupakan sistem budidaya ikan secara intensif dengan menggunakan
infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus-menerus
(resirkulasi air), seperti fisika filter, biologi filter, UV, Oksigen generator untuk
9

mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah


penggunaan air dan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan. Teknologi RAS
yang dikembangkan telah melalui modifikasi sesuai kondisi yang ada, disamping
itu jika peralatan yang digunakan juga menggunakan produk dalam negeri, bisa
menekan biaya produksi sehingga cenderung jauh lebih murah dari sisi investasi.
Disamping itu, penggunaan teknologi RAS akan memberikan jalan keluar
atas tantangan perikanan budidaya ke depan yang diprediksi akan semakin
kompleks. Teknologi ini dinilai akan mampu mengatasi fenomena alam yang tak
menentu seperti perubahan iklim dan kualitas lingkungan. (Bregnballe, 2015).

Gambar 4. Recirculated Aquaculture System (RAS)


10

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2022 pukul 04.00-
21.00 WIB di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau ( BBPBAP ) Jepara.

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat tulis : Untuk mencatat hasil kegiatan

2. Alat Dokumentasi : Untuk mendokumentasikan kegiatan

3.2.1 Alat dan Fungsi pada Hacthery

1. Blower : Alat bantu aerasi

2. Selang Aerator : Menyalurkan aerasi

3. Bak : Menampung dan memilihara larva

4. Pipa : Instalasi perairan

5. Jaring : Menyaring air

3.2.2 Bahan dan Fungsi pada Hacthery

1. Air : Media hidup udang


2. Artemia : Pakan alami udang

3.2.3 Alat dan Fungsi pada Millenial Shrimp

1. Kolam : Wadah budidaya

2. Pipa Pvc : Intaslasi air

3. Kincir : Alat Aerasi

4. Blower : Alat aerasi

5. Auto feeder : Memberikan pakan otomatis

6. Jalatech : Alat control kualitas air


3.2.4 Bahan dan Fungsi pada Millenial Shrimp

1. Benih udang : Objek budidaya


2. Air : Media hidup udang

3.2.5 Bahan dan Fungsi pada Pembenihan Rajungan

1. Bak fiber : Wadah Memelihara larva


2. Waring hitam : Penyaring awal masuk megalopa
3. Waring putih : Penyaring untuk ukuran agak besar
4. Pompa celup : Memompa air
5. Tampah : Penutup kolam
6. Paranet : Menghalangi cahaya

3.2.6 Bahan dan Fungsi pada Pembenihan Rajungan

1. Kepiting bakau : Biota yang dipelihara


2. Rajungan : Biota yang dipelihara

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan


wawancara ke lapang kepada teknisi dan pekerja di BBPBAP Jepara. Dari
pengamatan dan wawancara secara langsung di lapang bertujuan untuk
mengetahui informasi mengenai Konstruksi kolam pada kolam budidaya,
Instalasi perairan pada kolam budidaya, Sarana prasarana pada budidaya, dan
Teknologi budidaya yang diterapkan.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu
data yang di peroleh dianalisis dan di gambarkan secara kuantitatif

11
12

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Kontruksi Kolam

4.1.1 Jenis Kolam

Jenis kolam berdasarkan penyusunnya terbagi menjadi kolam tanah, kolam


semi intensif, dan kolam intensif. Kolam intensif adalah kolam yang berbahan dasar
beton baik pada dinding maupun dasar kolamnya. Pada pembenihan udang di
BBPBAP Jepara menggunakan kolam beton baik pada bak alfa, bak beta, bak induk,
bak pembenihan, bak pembesaran maupun bak lengkung. Kolam beton digunakan
karena memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan kolam semi atau kolam
tanah. Kolam dengan bahan dasar beton memiliki ketahanan yang tinggi,
mengurangi rembesan, dan memiliki struktur yang lebih kokoh (). Kolam alfa dan
beta digunakan dalam kultur pakan alami berupa plankton. Kolam induk digunakan
untuk menampung indukan yang akan dipijahkan. Kolam lengkung digunakan
sebagai tempat penampungan induk sementara.Disebut kolam lengkung karena
bentuk konstruksi kolam yang berbentuk melengkung.
Pada kolam Milenial Shrimp Farms yang berfokus pada pembesaran udang
vannamei menggunakan kolam berbentuk lingkaran dengan berbahan dasar plastic
HDPE. Rangka kolam terbuat dari besi yang diikat dengan tali. Kolam milenial
memiliki bentuk kolam lingkaran yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
udang vannamei. Dengan kolam lingkaran mampu menampung padat tebar yang
lebih tinggi dibandingkam kolam persegi. Padat tebar yang lebih tinggi akan
menghasilkan jumlah produksi yang lebih tinggi pula.

4.1.2 Jumlah Kolam

Jumlah kolam yang digunakan dalam Milenial Shirmp Farm berjumlah 29


kolam dengan bentuk lingkaran. Terdapat satu bak penampungan setiap empat bak
pembesaran. Bak pembesaran digunakan dalam pembesaran udang vannamei.
Pengisian air bak pembesaran dilakukan dengan air yang diambil dalam tandon
dengan menggunakan pompa. Pada pembenihan udang terdapat beberapa jenis
13

kolam yaitu kolam alfa, kolam beta, kolam lengkung, kolam induk, dan kolam
pembenihan.
Berbeda dengan hatchery udang maupun MSF, pada pembenihan rajungan
menggunakan bak fiber dalam proses pembenihan dan pembesaran. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam pemberian makan. Budidaya pakan alami
dengan kultur zooplankton menggunakan bak fiber berbentuk seperti lonceng. Saat
rajungan sudah mencapai ukuran dewasa, rajungan dipindahkan dalam shelter yang
menggunakan bak plastic berukuran 10x20 cm dengan sistem seperti laci. Induk
rajungan diletakan dalam kolam terpisah satu sama lain agar mengurangi resiko
kanibalisme dan persaingan pakan. Dengan pemisahan indukan, akan lebih mudah
dalam pemberian pakan dan kontrol indukan maupun pemberian berbagai treatment.

4.1.3 Komponen Kolam

Pematang merupakan komponen dasar dalam konstruksi kolam yang


berfungsi menahan massa air yang digunakan dalam kolam. Pematang yang
digunakan dalam hatchery udang menggunakan pematang tegak lurus yang terbuat
dari beton. Penggunaan beton memiliki kekuatan yang lebih tinggi dalam menahan
massa air yang besar dan biaya pembangunan dan perawatan yang lebih sedikit.
Berbeda dengan pematang yang terbuat dari tanah, pematang beton dapat dibangun
tegak lurus dengan bentuk persegi. Sedangkan pematang tanah harus dibangun
dengan bentuk trapezium dan harus memperhatikan berbagai aspek seperti
kemiringan, lebar pematang atas dan bawah serta ketinggian pematang. Pada kolam
Milenial Shirmp Farm (MSF) menggunakan kolam yang berbahan dasar plastik
HDPE. Pematang yang digunakan menggunakan rangka besi yang dilapisi dengan
plastik HDPE. Keunggulan penggunaan pematang besi adalah proses pembangunan
yang lebih singkat, tidak bersifat permanen dan kuat dalam menahan massa air yang
besar.
Saluran pemasukan air adalah komponen yang berfungsi untuk memberikan
akses masuk air ke kolam budidaya. Dalam BBPBAP Jepara air yang digunakan
berasal dari air laut yang diolah hingga siap digunakan dalam budidaya. Pada MSF
air laut ditampung dalam bak penampungan/tandon lalu diberikan treatmen dengan
penggunaan kaporit untuk menghilangkan virus dan bakteri. Air disalurkan ke dalam
kolam budidaya dengan paralon PVC dengan ukuran 12 inchi dengan bantuan
pompa air berjumlah 3 buah. Setiap pompa mampu mengisi 10 kolam budidaya.
13
Sedangkan pada hatchery udang dan rajungan, air berasal dari air laut yang diolah
dengan metode filtrasi. Filter yang digunakan berupa bak filtrasi, filter gentong, dan
filter kain hingga air benar-benar steril dan siap digunakan dalam budidaya. Saluran
air yang digunakan berbahan dasar paralon pvc dengan ukuran bervariasi mulai dari
diameter 1 inchi. Pintu pemasukan menggunakan paralon sebagai akses masuknya
air ke kolam budidaya
Saluran pembuangan air digunakan untuk membuang air hasil dari budidaya
baik itu pengurasan atau penyiponan. Saluran pembuangan menggunakan paralon
yang menghubungkan kolam budidaya dan bak penampungan pembuangan sebelum
akhirnya air dibuang. Dalam saluran pembuangan menggunakan paralon dengan
beberapa lubang sebagai akses air dan menahan agar udang tidak ikut masuk ke
saluran pembuangan. Dalam saluran pembuangan terdapat pintu pembuangan
dengan bahan paralon yang menahan udang agar tidak terbuang. Dalam kolam MSF
sistem pembuangan menggunakan sistem central drain yaitu saluran pembuangan
yang berada di tengah kolam budidaya.

4.1.4 Perawatan Kolam

Perawatan kolam pada tambak millenial yang ada di BBPBAP Jepara yaitu
dengan cara, air dari bak tandon dan didalam bak tandon yang berisi air dan terdapat
kincir air dan yang air yang berada di bak tandon adalah yang berasal dari saluran air
yang kemudian diendapkan, lalu air disterilkan selama 6 – 8 jam ditreatment
sebelum dialirkan ke kolam budidaya ketika air kolam terkena air hujan diberi kapus
dan kaporit ke kolam. Lalu dilakukan pemumukan dengan NPK perpetak estimasi
habis 1 kg .setelah itu pengecekan pada air setiap pagi dan dilakukan secara manual
parameter yang di ukur yaitu pH, Suhu, DO.
Di kolam millenial terdapat bak kontrol. sebelum air dibuang ke laut, air
hasil budidaya di endapkan di IPAL.seteah itu pembersihan kolam millenial
menggunakan sipon sehari 1 kali selama 15 – 20 menit. Biasa nya dilakukan dengan
buang air dan pengisisan air. Lalu pembersihan kotoran dan pembersihan air, ketika
ada penyakit terdapa penambahan vitamin dan probiotik pada pakan yang ada pada
kolam millenial.
Perawatan kolam adalah upaya untuk menjaga kolam agar tetap sesuai

14
dengan udang yang dibudidayakan. Perawatan kolam dilakukan dengan penyiponan
secara rutin setiap 2 hari sekali dan pengecekan kualitas air setiap harinya. Sebelum
melakukan budidaya , kolam dikeringkan terlebih dahulu dan dilakukan pengapuran
untuk menjaga pH kolam. Air yang digunakan juga ditreatmen dengan pemberian
kaporit untuk menurunkan pH air. Pemupukan juga dilakukan yang bertujuan untuk
memberikan bahan nutrient pada perairan dan menumbuhkan pakan alami bagi
benur ikan.

4.2 Instalasi Perairan

4.2.1 Jenis Pipa

Jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC dengan ukuran 8 inch dan 12
inch. Tiap perlakuan terdapat pipa inlet dan outlet yang dapat dikontrol
secara manual dan juga sebagai saluran air yang menyalurkan air dari tandon
ke kolam budidaya

4.2.2 Debit Air

Debit air pada pengisian kolam yang kosong untuk memenuhi tandon atau
kolam seluas 5.000 m 2 dengan ketinggian 1,5 m membutuhkan waktu 6 jam
(21.600 detik)
V
Q=
T
V = 5.000 m2 X 1,5 m
= 7500 m3
V
Q=
T
7.500
=
21.600
= 0,34 L/detik

4.2.3 Inlet dan Outlet

15
Saluran inlet yang digunakan dari bak tandon yang berisi air dari saluran air
kemudidan diendapkan dan menggunakan pompa air untuk masuk kedalam
petakan dengan ukuran pipa 8 inch 1 pompa air untuk 10 petakan. Saluran
outlet, perairan dari petakan tambak akan masuk ke dalam bak kontrol,
setelah difilter dan diendapkan, air disalurkan ke kolam budidaya dengan
menggunakan pipa. Saluran outlet merupakan saluran pembuangan dari
kolam budidaya. Saluran outlet melewati central drain pada MSF dan
disalurkan ke ke kolam penampungan sebelum dibuang ke kolam IPAL.

4.2.4 IPAL

IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) merupakan metode pengelolaan air


limbah yang berasal dari kegiatan budidaya. IPAL bisa menggunakan
metode pengendapan, maupun metode biologis dengan memanfaatkan
kerang, mangrove, dan bakteri. IPAL bertujuan untuk mengolah air limbah
yang dihasilkan dari kegiatan budidaya udang agar limbah yang dihasilkan
menjadi ramah lingkungan dan tidak mengandung bahan yang berbahaya.
Dalam BBPBAP Jepara IPAL menggunakan metode pengendapan, sehingga
bahan yang berbahaya dapat tereduksi sebelum dialirkan menuju saluran air
umum.

4.2.5 Media Filtrasi

Media filtrasi yang digunakan hanya mengandalkan proses pengendapan dan


penggunaan bahan kimia,seperti kaporit dan juga dengan media pasir kuarsa.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada pada tambak seperti digunakannya pipa pada tiap
petak tmbak untuk inlet dan outle perairan, bak penampungan (tandon), pompa air
yang digunakan untuk memompa air ke dalam bak tandon maupun bak
pemeliharaan, adanya kincir air dan difuser sebagai sistem aerasi yang ada pada
tambak dalam proses budidaya seperti lampu, kincir air dan difuser,traktor yang
digunakan untuk pengangkatan pakan, rumah pakan, alat berat seperti escavator
16
yang digunakan untuk melancarkan saluran air, tiang listrik, kendaraan, bak, jaring,
jala, rumah dinas, kantin, dan lain-lain.

4.4 Teknologi yang Diterapkan

Teknologi yang diterapkan di tambak millenial ini yaitu dengan penggunaan plastik
HDPE sebagai dasaran kolam, pembentukan model konstruksi tambak bundar dan
terdapat central drain di tengah tambak. Dengan bentuk konstruksi tambak bundar
dapat melakukan tebar benih dengan kepadatan yang tinggi karena dapat dikontrol
dengan centrail drian. Selain itu teknologi yang digunakan laiinya adalah :

a. Authomatic feeder
Pada BBPBAP Jepara pemberian pakan dilakukan selama 6 kali sehari dengan jeda
3 jam. Pemberian pakan diberikan pada jam 7:00 bersamaan dengan pengecekan
kualitas air dan perawatan kolam. Setelah itu pemberian pakan menggunakan
Automatic Feeder. Teknologi pemberian pakan secara terkontrol melalui teknologi
digital pada aplikasi. Penggunaan teknologi ini bisa disetel sesuai dengan kebutuhan
pakan organisme. Teknologi ini dapat mengurangi buangan limbah pakan ke
perairan. Mengenai produktivitas budidaya, penggunaan authomartic feeder mampu
mengurangi masa pemeliharaan organisme secara intensif.

b. Milenial Shrimp Farm (MSF)


Pada BBPBAP sudah menggunakan MSF yang difokuskan dalam pembesaran udang
vannamei dengan jumlah kolam 29 kolam. Setiap kolam milenial mampu
memproduksi udang vannamei sebanyak 2 ton. Tambak milenial yang menggunakan
kolam budar berbasis teknologi digitalisasi 4.0 untuk meningkatkan produktivitas
lahan tambak. Kelebihan kolam milenial ini memiliki padat tebar yang lebih tinggi
dan penyebaran oksigen bisa merata. Selain itu, menggunakan kolam bundar dengan
pemanfaatan teknologi berbasis industri 4.0 dan digitalisasi (automatic feeder, water
quality monitoring, bubble tube diffuser, paddle wheel) yang dilengkapi aplikasi
budidaya berbasis data (smart farming).

17
c. Teknologi RAS (Recirculating Aquaculture System)
Teknologi dengan menerapkan sistem budidaya secara intensif dengan infrastruktur
yang memanfaatklan air secara terus-menerus (resirkulasi air). RAS memanfaatkan
air sebagai media pemeliharaan secara berulang-ulang dengan mengendalikan
indikator kualitas air dengan kondisi yang baik. Alat yang digunakan meliputi fisika
filter, biologi filter, ultra violet (UV), generator oksigenuntuk mengontrol dan
menstabilkan kondisi lingkungan.

18
19

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara sebagai salah
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
Nomor 6/Permen-KP/2014 tanggal 07 Februari 2014, mempunyai tugas
melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, pengelolaan produksi, pengujian
laboratorium, mutu pakan, residu, kesehatan ikan dan lingkungan, serta bimbingan
teknis perikanan budidaya air payau.
Air payau adalah campuran dari air laut dan air tawar. Tingkat garam yang
lebih sedikit daripada air laut dan tingkat garam yang lebih banyak daripada air
tawar. Adapun komponen yang terdapat pada kolam yaitu: pematang, Saluran
Pemasukan Air, Saluran Pembuangan Air, Pintu Pemasukan, Pintu Pembuangan,
Kemalir, Kobakan , Pelataran Dasar Kolam.
Salah satu komoditas unggulannya adalah udang vannamei. Konstruksi yang
terdapat pada budidaya udang vannamei menggunakan kolam beton pada unit
hatchery dan kolam bundar berbahan dasar plastic HDPE pada kolam Milenial
Shirmp Farm (MSF) serta menggunakan kolam shelter pada budidaya rajungan.
Terdapat 29 kolam bundar yang terdapat dalam MSF. Komponen kolam meliputi
pematang, saluran air, pintu masuk, pintu keluar, dan kamalir. Pematang terbuat
dari beton pada unit hatchery dan rangka besi pada MSF. Saluran air
menggunakan pipa PVC berukuran 8 inchi dan 12 inchi yang menghubungkan
sumber air dan kolam budidaya dengan debit 0,34 L/detik. Limbah yang
dihasilkan diolah menggunakan sistem IPAL dengan metode pengendapan.
Sebelum dialirkan menuju saluran air umum. Teknologi yang digunakan dalam
proses budidaya adalah Automatic Feeder, Milenial Shrimp Farm, dan RAS
(Recyrculated Aquaculture System). Guna mendukung proses budidaya diperlukan
sarana dan prasarana meliputi saluran listrik, bak, kendaraan, dan lain-lain.
4.2 Saran

Perlu adanya pengaturan lebih lanjut terkait mekanisme pada ssat praktikum di
lapangan dikarenakan apabila dilakukan dengan cara kondisional dirasa materi
yang di terima juga tidak terlalu maksimal didapatkan. Selain itu mungkin
sebelum melakukan praktikum langsung di lapangan bisa memberikan
pembekalan materi lebih rinci terkait data yang harus diambil untuk dijadikan
hasil laporan pengamatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bregnballe, Jacob. 2015. A Guide to Resirculating Aquaculture. FAO and EUROFISH.


Cahyono, B. (2000). Budi Daya Ikan Air Tawa. Yogyakarta: Yogyakarta: Kanisus.
Devinda, A., Sri, R, dan Restiana. W. A. 2017. Analisa Kesesuaian Lahan Untuk Penerapan
Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA) Melalui Pendekatan SIG di Pesisir
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Journal Of Aquaculture Management and
Technology. Vol 6, 3 : 68-77.
Fadhil, R. E. (2010). Teknologi sistem akuakultur resirkulasi untuk meningkatkan produksi
perikanan darat di Aceh. In Aceh Development International Conference, pp. 826-
833.
Fadhil, Rahmat. Johari Endan. Farah Saleena Taip dan Muhammad Salih bin Hj Ja‟afar.
2010. Teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi untuk Meneningkatkan Produksi
Perikanan Darat di Aceh : Suatu Tinjauan. Aceh Development International
Conference 2010, ISBN 978-967-5742-00-2
Firdaus, dkk, 2016, Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Terbaik
Menggunakan Metode AHP Dan TOPSIS, Universitas Jenderal Achmad Yani,
Cimahi, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol. 1, No. 1.
H, S. (1989). Budidaya Ikan Lele. Yogyakarta: Kanisius.
Hayatunnufus, .H., Alita, D. 2020. Sistem Cerdas Pemberi Pakan Secara Otomatis. Jurnal
Teknologi dan Sistem Tertanam, 1(1), 11-16.
Irfiansyah, M. R. (2016). Teknik Kultur Chlorella sp. Skala Massal Untuk Pakan Rotifera
sp. dan Starter Tambak di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan, 25-35.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2021. Tambak Milenial BBPBAP Jepara Berhasil
Lakukan Panen Parsial Pertama. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara.
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Jakarta.
Mulyadi, M. L. (2020). Pelatihan pembuatan pupuk bokasi dari limbah kotoran ayam untuk
meningkatkan kualitas air media budidaya lele Dumbo di Kelurahan Mentangor,
Kecamatan Tenayan Raya, Kotamadya Pekanbaru Provinsi Riau. In Unri
Conference Series: Community Engagement, Vol. 2, pp. 184-191.
Pangesti, Ana. 2013. Ekosistem Air Payau dan Permasalahannya. Jakarta : PT Elex Media.

Putra, S. J. (2014). Analisis hubungan bahan organik dengan total bakteri pada tambak
udang intensif sistem semibioflok di BBPBAP Jepara. Management of Aquatic
Resources Journal (MAQUARES), 3(3), 121-129.
Riko, Y. A. (2012). Intensitas dan Prevelensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos
chanos) dalam Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur
Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3 (4): 233-237.
Sahrijanna, A., dan Early, S. 2017. Variasi Waktu Kualitas Air Pada Tambak Budidaya
Udang dengan Teknologi Integrated MultitrophicAquaculture (IMTA) di Mamuju
21
Sulawesi Barat. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 8(16): 52-57.
Sugianto, D. N. (2009). Kajian Kondisi Hidrodinamika (Pasang Surut, Arus, Dan
Gelombang) di Perairan Grati Pasuruan, Jawa Timur. Jawa Timur: UNDIP :
Semarang.
Susanto, H. 1989. Pembenihan dan Pembesaran Gurami.Penebar Swadaya. Jakarta.

Van Rijn, J., 2013. Waste treatment in recirculating aquaculture systems. Aquacultural


Engineering, 53, pp.49-56.

Widowati, dkk. (2019). Petunjuk Budidaya Tambak Terpadu (IMTA) Integrated Multi

Tropic Aquaculture. Semarang : PASMI.

22
LAMPIRAN

Millenial Shrimp Farming (MSF)

E-Fishery Kolam Tambak Millenial Kincir

Outlet Udang Inlet

Pembenihan udang (Hatchery)

Lokasi Pembenihan Udang Bak pemeliharaan Bak Pakan Alami

23
Outlet Bak Pemijahan Inlet

Pembenihan rajungan

Bak Inkubasi Bak Pemeliharaan Induk Aerasi

Rajungan Bak Kultur Kotak Rajungan

24

Anda mungkin juga menyukai