Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEGADAIAN SYARI’AH

Disusun Oleh:

NOK YETI JONTIYANI 554321068


RANTI SRI AMELIANI 554321076

INSTITUT BUDI UTOMO NASIONAL


MAJALENGKA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Majalengka, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pegadaian Syari’ah.......................................................... 3


2.2 Produk dan Jasa Pegadaian Syari’ah.................................................. 4
2.3 Laporan Keuangan............................................................................. 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
3.2 Saran.................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Perkembangan lembaga keuangan berbasis syariah, seperti asuransi


syariah, pasar modal syariah, leasing syariah, baitul mal wat tanwil, koperasi
syariah, pegadaian syariah, dan berbagai bentuk bisnis syariah lainnya mengalami
perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Hadirnya lembaga keuangan
berbasis syariah di Indonesia merupakan fenomena baru dan menarik dalam bisnis
keuangan modern. Lebih spesifikasinya gadai merupakan praktik transaksi
keuangan yang sudah lama dalam sejarah peradaban manusia. Perum Pegadaian
sudah seratus tahun lebih hadir di dalam kancah keuangan Indonesia. Masyarakat
di Indonesia pada umumnya sudah mengenal dan mengetahui perihal Perum
Pegadaian. Perum Pegadaian hadir sebagai institusi yang menjadi sumber
pembiayaan jangka pendek dengan persyaratan dan sistemnya yang mudah.

Oleh karena itu, bila seseorang membutuhkan dana di pegadaian, maka


hanya membawa jaminan dalam bentuk berupa benda bernilai ekonomis yang
dilengkapi dengan surat kepemilikan serta identitas diri, maka seseorang bisa
mendapatkan pinjaman sesuai dengan nilai taksiran terhadap barang tersebut.
Pengadialan syariah dalam memberikan pinjaman harus ada benda jaminan dari
debitur. Apabila debitur tidak dapat melunasi pinjamannnya, maka kreditur dalam
hal ini pegadaian syariah berhak melelang benda jaminan dari debitur. Pada
kenyataannya, tidak semua benda jaminan ditebus oleh debitur. Benda yang tidak
ditebus oleh debitur kemudian dilelang oleh pegadaian. Pengelolaannyapun tidak
terlepas dengan adanya permasalahan seperti kesulitan mencari nasabah yang
mempunyai barang jaminan yang akan dilelang, barang yang tidak laku karena

3
penawaran lebih rendah dari pinjaman maupun barang dengan taksiran terlalu
tinggi.

Adanya unsur keadilan dan tidak mendzhalimi sangat diperlukan dalam


proses pengadaian sampai pelelangan. Pelelangan merupakan pola penyelesaian
eksekusi marhun (barang jaminan gadai) yang telah jatuh tempo dan akhirnya
tidak ditebus oleh rahin. Pelelangan sendiri menjadi minat tersendiri bagi
masyarakat karena harga yang ditawarkan sesuai dengan taksiran barang second
yang ada di pasar dan mungkin ada barang yang sulit dicari di pasar kemudian
barang tersebut ada dan dilelang di pegadaian tersebut. Pelelangan benda jaminan
gadai di pegadaian syariah dilakukan dengan cara marhun dijual kepada nasabah,
dan nantinya marhun diberikan kepada nasabah yang melakukan kesepakatan
harga pertama kali.

Hal ini tentunya sangat berbeda dengan sistem pelelangan yang dilakukan
pada pegadaian konvensional, di mana marhun diberikan kepada nasabah yang
berani menawar dengan harga yang paling tinggi. Pegadaian Syariah adalah
pegadaian yang aktifitasnya meninggalkan masalah riba, karena riba dalam
syari’at Islam sudah jelas diharamkan, hal ini dapat dilihat dalam surat Al-
Baqarah ayat 275 yang menjadi landasan syara’ haramnya riba’.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pegadaian syari’ah?


2. Produk apa saja yang ditawarkan di pegadaian syariah?

1.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pegadaian Syari’ah

Gadai dalam fiqh disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang
yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi
dapat diambil kembali sebagai tebusan.1 Pengertian rahn menurut Imam Ibnu
Qudhamah dalam Kitab al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan
kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berutang
tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang.2

Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia


tidak terkecuali pegadaian. Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis
syariah yang disebut dengan pegadaian syariah. Pegadaian syariah didirikan pada
tahun 2003, ide pembentukan pegadaian syariah selain karena tuntutan idealisme
juga dikarenakan keberhasilan terlembaganya bank dan asuransi syariah serta
realitas di masyarakat bahwa pegadaian konvensional mampu memberikan
kontribusi aktif dalam membantu masyarakat. Secara umum tujuan ideal dari
perum pegadaian adalah penyediaan dana dengan prosedur yang sederhana kepada
masyarakat luas terutama kalangan menengah ke bawah untuk berbagai tujuan,
seperti konsumsi, produksi, dan lain sebagainya.

Keberadaan perum pegadaian juga diharapkan untuk menekan munculnya


lembaga keuangan non formal yang cenderung merugikan masyarakat seperti
renternir. Lembaga keuangan non formal tersebut cenderung memanfaatkan

1Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:
Ekonisia), 2007, hal. 156
2Ibid., hal. 157

5
kebutuhan dana mendesak masyarakat, keterbatasan informasi masyarakat dan
keterisolasian masyarakat di daerah tertentu untuk memperoleh tingkat
keuntungan sangat tinggi secara tidak wajar.3

2.2 Produk dan Jasa Pegadaian Syariah

1. Rahn

Singkatnya, produk pegadaian syariah ini memberikan skim pinjaman


dengan syarat penahanan agunan, yang bisa berupa emas, perhiasan, berlian,
elektronik, dan kendaraan bermotor. Untuk penyimpanan barang selama digadai,
nasabah harus membayar sejumlah sewa yang telah disepakati bersama antara
pihak pegadaian dan nasabah. Uang sewa ini mencakup biaya penyimpanan serta
pemeliharaan barang yang digadai. Proses pelunasan sewa ini dapat dibayar kapan
saja selama jangka waktu yang telah ditetapkan. Kalau tidak menyanggupi, maka
barang akan dilelang.

2. Arrum

Seperti produk rahn, produk Arrum ini juga memberikan skim pinjaman.
Biasanya, pinjaman ini diberikan kepada pengusaha mikro dan UKM dengan
menjaminkan BPKB motor atau mobil, dengan kata lain, barang bergerak. Seperti
halnya rahn, biaya gadai yang dibebankan kepada nasabah merupakan biaya
penyimpanan, perawatan, dan sejumlah proses kegiatan penyimpanan lainnya,
dengan jumlah yang telah disepakati antara pegadaian dan nasabah. Meskipun
demikian untuk   jumlah pembayaran tertentu, nasabah juga dapat mengagunkan
emas sebagai   jaminan pinjaman.

3. Program Amanah

3Sigit Triandanu dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, (Jakarta: Salemba Empat),
2008, hal. 212

6
Skim pinjaman dari program ini sama dengan produk Arrum, tapi
pinjaman ini biasanya difungsikan untuk nasabah yang ingin memiliki kendaraan
bermotor. Program amanah ini mensyaratkan uang muka yang disepakati untuk
kendaraan bermotor ini, biasanya berjumlah minimal 20%.

4. Program Produk Mulia

Berbeda dengan produk lainnya yang memberikan pinjaman berjangka,


program produk mulia merupakan produk yang berfungsi untuk melayani
investasi jangka panjang untuk nasabah. Untuk program produk mulia, ada
beberapa pelayanan yang diberikan oleh pegadaian syariah. Nasabah dapat
membeli emas batangan secara langsung di gerai-gerai pegadaian syariah atau
menabungkan emas yang dimiliki di pegadaian, dengan kata lain dititipkan

7
dengan biaya sewa yang ditentukan. Tabungan emas ini bisa berupa saldo, bisa
juga dicetak berbentuk fisik dengan biaya yang telah ditentukan. Selain itu,
adapula konsinyasi emas, yaitu layanan titip-jual. Anda menitipkan emas Anda
kepada pegadaian untuk dijual kembali oleh pegadaian. Hasil penjualan emas
tersebut akan diberikan kepada nasabah dengan prinsip bagi hasil (mudharabah)
antara pegadaian dan nasabah. Setelah itu, emas fisik yang dimiliki oleh nasabah
akan dikembalikan kembali kepada nasabah.4

4http://www.kembar.pro/2016/01/pengertian-produk-pegadaian-syariah-yang-wajib-anda-
cermati.html

8
2.3 Laporan Keuangan

1. Laporan Posisi Keuangan

9
Pada saat penyusunan laporan keuangan neraca konsolidasian, akun
penyaluran pinjaman yang diberikan dimasukkan dalam kategori akun pinjaman
yang diberikan. Ilustrasi laporan keuangan neraca konsolidasian untuk
mencatat akun penyaluran pinjaman yang diberikan.

Berdasarkan ilustrasi kasus diatas, apabila nasabah telah melakukan


pelunasan atas pembiayaan syariah, maka pihak pegadaian akan menerima kas
sebesar jumlah pinjaman yang diberikan. Biaya sewa (ujrah rahn) yang dibayar
oleh nasabah selama barang dititipkan akan diakumulasikan. Pada saat PT.
Pegadaian Syariah Persero menyusun laporan keuangan konsolidasian, akun
pelunasan marhun bih dimasukkan dalam kategori pelunasan pinjaman yang
diberikan pada laporan arus kas sebagai penerimaan kas dari aktivitas operasi.

10
2. Laporan Laba Rugi

11
3. Laporan Perubahan Ekuitas

12
13
4. Laporan Arus Kas

14
Pada saat PT. Pegadaian Syariah Persero menyusun laporan konsolidasi
pada akhir tahun, pencatatan akun penyaluran marhun bih dimasukkan kedalam
akun penyaluran pinjaman yang diberikan dalam laporan keuangan arus kas
sebagai bagian dari pengeluaran kas dalam aktivitas operasi. Ilustrasi laporan
keuangan arus kas konsolidasi untuk mencatat akun penyaluran pinjaman yang
diberikan.

Berdasarkan penyajian laporan keuangan konsolidasi laporan sumber dan


penggunaan zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan dan laporan
rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil tidak dicantumkan sebagai bagian dari
laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan
mengikuti penyusunan laporan keuangan pada pegadaian konvensional.
Pengungkapan meliputi penyajian informasi dalam laporan keuangan termasuk
laporan keuangan itu sendiri, catatan atas laporan keuangan. Dan pengungkapan
tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pada laporan keuangan
Pegadaian Syariah berdasar PSAK No. 107 di dalam laporan tersebut pihak
pegadaian mengungkapkan penjelasan yang signifikan mengenai total
pembayaran pembiayaan gadai syariah dan menyajikan pembiayaan gadai
syariah pada suatu akun yang sama dengan produk ijarah, qardh ke dalam
akun piutang sebagai bentuk kesatuan dari total pembiayaan yang
disalurkan.Hal ini karena sesuai dengan keputusan direksi Perum Pegadaian
Nomor: 126/ US1.00/2006 perihal. Pemberlakuan Pedoman Operasional Gadai
Syariah dimana Pegadaian syariah masih mengikuti pedoman akuntansi yang
diberlakukan oleh Perum Pegadaian.

Adapun pada laporan keuangan, Pegadaian Syariah menyajikan


penyaluran marhun bih sebagai pinjaman yang diberikan atau sebagai piutang
usaha, pelunasan marhun bih sebagai pengembalian pinjaman yang diberikan,
serta pendapatan mu’nah sebagai pendapatan sewa modal. Ketika laporan
keuangan Pegadaian syariah dan Pegadaian konvensional dikonsolidasi, jumlah
proporsi pendapatan dari masing-masing cabang diungkapkan pada catatan atas
laporan keuangan. Dari sini dapat dilihat, hampir tidak ada perbedaan antara
Pegadaian Syariah dan Pegadaian konvensional, yang membedakannya hanya
pada namanya saja serta penetapan proporsi besarnya pemberian sewa modal
atau tarif mu’nah (ijarah).

15
16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gadai dalam fiqh disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang
yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi
dapat diambil kembali sebagai tebusan.

Jasa dan Produk Gadai (Rahn)

1. Rahn.
2. Arrum.
3. Program Amanah.
4. Program Produk Mulia.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis harap kedepannya tulisan makalah ini akan lebih baik lagi serta fokus dan
detail dalam menjelaskan isi dalam makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih
banyak dan lengkap yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk itulah penulis harap kritik atau saran terhadap penulisan makalah
ini. Sehingga makalah ini akan lebih baik lagi kedepannya. Sebelum kritik dan
saran itu diterima oleh penulis, penulis haturkan terimakasih sebanyak-banyaknya
karena telah membaca makalah ini dan mendiskusikannya lalu dapat memberikan
kritik maupun saran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia),

Sigit Triandanu dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2, (Jakarta:
Salemba Empat), 2008

http://www.kembar.pro/2016/01/pengertian-produk-pegadaian-syariah-yang-
wajib-anda-cermati.html

18

Anda mungkin juga menyukai