Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Bank dan Lembaga Keuangan

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 7:

1. Dhea Amelia kartika (122080010)


2. Ismiyati Nur Azizah (122080001)

TINGKAT I
KELAS 1 A

PROGRAM STUDI PENGANTAR BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN SAINS
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk
dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Tidak lupa penulis sampaikan beribu ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memfasilitasi penulisan makalah ini sehingga
dapat selesai pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak
retak. Tidak ada yang sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan ketulusan semua pihak untuk menilai
dan memberikan kritik saran kepada kami sebagai bahan evaluasi.Akhir kata,
semoga makalah ini dapat memberikan yang terbaik untuk kami dan para pembaca.

Cirebon, 04 November 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
Cover...............................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................

Daftar isi..........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Rumus Masalah ........................................................................................
1.3 Identifiksi Masalah....................................................................................
1.4 Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2.1 Pengertian pergadaian ..............................................................................

2.2 Sejarah Pegadaian .....................................................................................

2.3 Objek gadai................................................................................................

2.4 Sifat Dan Tujuan Gadai.............................................................................

2.5 Keuntungan Usaha gadai...........................................................................

2.6 Barang Jaminan.........................................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Uang selalu dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai keperluan
sehari-hari. Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan yang akan dibeli
tidak dapatdicukupi dengan uang yang dimiliki. Jika hal itu terjadi, maka kita
akan menggunakanuang tersebut untuk membayar keperluan yang sangat
penting, terkadang untukmemenuhi kebutuhan yang sangat penting terpaksa
harus dipenuhi dengan berbagaicara seperti meminjam dari berbagai sumber
dana yang ada.
Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan lainnya yang sudah lama
beroperasi di Indonesia. Lembaga ini dimaksudkan untuk memberikan
pinjaman-pinjaman kepada perseorangan. Sejarah lembaga ini sudah cukup
lama semenjak zaman kolonial. Ia sangat dibutuhkan oleh rakyat kecil. Dalam
kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau
membayar berbagai keperluan.
Masalahnya terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi
dengan uang yang dimilikinya.Kalau sudah demikian maka mau tidak mau
harus mengurangi untuk pembelian berbagai keperluan yang dianggap tidak
penting, namun untuk keperluan yang sangat penting terpaksa harus dipenuhi
dengan berbagai cara seperti meminjam dari sumber dana yang ada, sebagai
contohnya di perusahaan pegadaian.

1.2 Rumus Masalah


1. Apa pengertian dari pegadaian?
2. Bagaimanakah sejarah pegadaian?
3. Apa saja yang termasuk objek pegadaian?
4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam gadai?
5. Bagaimana sifat dan tujuan gadai?
6. Bagaimana keuntungan dari adanya usaha pegadaian?
7. Apa saja barang yang bias dijadikan sebagai jaminan gadai?
1.3 Identifikasi Masalah
Dalam rangka memberikan landasan ilmiah bagi penyusunan Rancangan
Undang-undang tentang Pergadaian, maka dalam Naskah Akademik ini
dilakukan pengkajian dan penelitian yang mendalam mengenai berbagai
permasalahan seperti:
1. Apa urgensi dari keberadaan suatu Undang-undang tentang Pergadaian?
2. Bagaimanakah kedudukan RUU Pergadaian dalam sistem hukum nasional
berikut analisis hukum terkait yang perlu diperhatikan dalam perumusan
RUU Pergadaian baik terhadap UUD 1945 (secara vertikal) dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (horizontal)?
3. Hal-hal apa saja yang sebaiknya menjadi asas-asas hukum dan ruang lingkup
materi pengaturan dari RUU Pergadaian?

1.4 Tujuan Masalah


Adapun Tujuan Masalah di Makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Pegadaian
2. Untuk Mengetahui Pengertian Pegadaian
3. Untuk Mengetahui apa prinsip kerja dan ciri-ciri pegadaian
4. Untuk Mengetahui bagaimana proses peminjaman di pegadaian
5. Untuk Mengetahui tugas dan fungsi pegadaian
6. Untuk Mengetahui tujuan pegadaian
7. Untuk Mengetahui apa saja kegiatan usaha yang dilakukan oleh pegadaian
8. Untuk Mengetahui apa saja produk dan jasa perum pegadaian
9. Untuk Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan pegadaian
10.Untuk Mengetahui bagaimana manfaat pegadaian

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pegadaian
Gadai atau yang disebut juga dengan pand, merupakan salah satu kebendaan
yang termasuk suatu lembaga jaminan yang di atur dalam buku ke II KUH Perdata.
Menurut pasal 1150 KUH Perdata. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya
oleh seseorang yang berpiutang atau oleh seseorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang lainnya, dengan pengeculian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan. Barang yang dijaminkan
tersebut pada waktu tertentu dapat ditebus kembali setelah masyarakat melunasi
pinjamannya.
Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga untuk memperoleh sejumlah
uang dan dapat ditebus kembali setelah jangka waktu tertentu tersebut kita sebut
dengan nama usaha gadai. Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu takut
kehilangan barang-barang berharganya dan jumlah uang yang diinginkan dapat
disesuaikan dengan nilai harga barang yang dijaminkan. Semakin besar nilainya
maka semakin besar pula pinjaman yang dapat diperoleh oleh nasabah demikian
pula sebaliknya. Kepada nasabah yang memperoleh pinjaman maka akan
dikenakan sewa modal (bunga pinjaman) per bulan yang besarnya tergantung dari
golongan nasabah, sedangkan besarnya sewa modal dapat di sesuaikan dengan
bunga pasar.

Perusahaan yang menjalankan usaha gadai disebut dengan perusahaan


pegadaian dan secara resmi satu-satunya usaha gadai di Indonesia hanya di lakukan
oleh perum pegadaian. Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan
menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh
sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan
perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. Adapun misi utama dari perum
pegadaian adalah:
1. Menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran
uang pinjam atas dasar hukum gadai.
2. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
Perusahaan pegadaian bertugas memberi kredit secara hukum gadai di mana
masyarakat yang membutuhkan dana pinjaman diwajibkan menyerahkan harta
gerak pada kantor cabang pegadaian disertai pemberian hak untuk melakukan
penjualan lelang. Hasil lelang digunakan untuk melunasi pokok pinjaman disertai
bunga ditambah dengan biaya lelang. Sisanya dikembalikan kepada nasabah
pemilik barang semula. Ketentuan penyelenggaraan rumah gadai merupakan
monopoli atau hanya boleh dilakukan oleh negara.
Pihak swasta dilarang untuk menyelenggarakan tujuan ketentuan ini adalah
untuk memberantas lintah darat, rentenir, atau praktik riba gelap yang
memberatkan kehidupan masyarakat kecil. Selain itu berdasarkan neraca
pembukaan perusahaan umum pegadaian dan surat menteri keuangan RI. No.
1015/KMK. 013/1991 tanggal 26 September 1991, modal awal perusahaan umum
pegadaian ditetapkan sebesar Rp205.000.000.000,00 sebagaimana tertuang dalam
neraca pembukaan. Modal awal yang disetor pemerintah adalah kumulatif laba
bersih yang diperoleh perjan (perusahaan jawatan) pegadaian.
Pegadaian sebagai lembaga non-bank tidak di perkenankan menghimpun dana
secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan seperti: giro, deposito,
dan tabungan sebagaimana halnya dengan sumber dana konvensional perbankan.
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perum pegadaian memiliki sumber-sumber
dana antara lain:
1. Modal sendiri: modal awal pegadaian senilai Rp205 miliar dan secara
bertahap pemerintah memberikan tambahan modal sebagai penyertaan
modal pemerintah.
2. Pinjaman jangka pendek yang berasal dari perbankan.
3. Pinjaman jangka panjang dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
4. Penerbitan obligasi. Emisi obligasii sebesar Rp50 miliar pada 1993 dengan
bunga 17,5% untuk tahun pertama dan mengambang untuk tahun kedua
sampai dengan tahun kelima. Pada tahun 1994 dilakukan kembali emisi
obligasi senilai Rp25 miliar dengan bunga 13% pada bulan pertama.
Dan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan.
2. Nilai jumlah pinjaman tergantung dari nilai barang yang digadaikan.
3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

2.2 Sejarah Pegadaian


Usaha pegadaian di Indonesia dimulai pada zaman penjajahan belanda
(VOC) di mana pada saat itu tugas pegadaian adalah membantu masyarakat untuk
meminjamkan uang dengan jaminan gadai. Pada mulanya usaha ini dijalankan oleh
pihak swasta, namun dalam perkembangan selanjutnya usaha pegadaian ini
diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian dijadikan perusahaan
negara, menurut undang-undang pemerintah Hindia Belanda pada waktu dengan
status dinas pegadaian. Dalam sejarah dunia usaha pegadaian pertama kali
dilakukan di Italia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya meluas ke
wilayah-wilayah Eropa lainnya seperti Inggris, Perancis, dan Belanda. Oleh orang-
orang belanda lewat pihak VOC usaha pegadaian dibawa masuk ke Hindia
Belanda.
Di zaman kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih
usaha dinas pegadaian dan mengubah status pegadaian menjadi perusahaan negara
(PN) pegadaian berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1960. Perkembangan
selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1969 berdasarkan peraturan pemerintah RI No.
7 Tahun 1969 PN pegadaian berubah menjadi perusahaan jawatan (perjan).
Kemudian pada 10 April 1990 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun
1990 perjan pegadaian berubah menjadi perusahaan umum (perum) pegadaian.
Sampai saat ini lembaga yang melakukan usaha berdasarkan atas hukum gadai
hanyalah perum pegadaian.

2.3 Objek Gadai


Obyek gadai adalah benda-benda apa saja yang dapat dijadikan jaminan
hutang dengan dibebani hak gadai. Benda yang dapat digadaikan adalah semua
benda bergerak yang berwujud maupun benda bergerak tidak berwujud.
1. Benda bergerak berwujud contohnya seperti:
 Kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor.
 Mesin-mesin seperti mesin jahit, mesin pembajak sawah, mesin
disel/pembangkit listrik, pompa air dan segala jenis mesin lainnya.
 Perhiasan seperti mas, berlian, mutiara, intan, perak, dan lain-lain.
 Lukisan yang berharga.
 Kapal laut yang berukuran di bawah 20 meter persegi.
 Persediaan barang (stock).
 Inventaris kantor/restoran.
 Barang bergerak lainnya yang memiliki nilai ekonomi.
2. Benda bergerak tidak berwujud contohnya surat-surat berharga seperti:
 Tabungan.
 Deposito berjangka.
 Sertifikat deposito.
 Wesel.
 Promes.
 Konosemen.
 Obligasi.
 Saham-saham.
 Resipis yaitu tanda bukti penyetoran uang sebagai saham.
 Ceel yaitu tanda penerimaan penyimpanan barang di gudang.
 Piutang.
Saham dapat menjadi objek gadai, karena saham termasuk ke dalam kategori
benda bergerak, sehingga dengan sendirinya juga memberikan hak kebendaan
yaitu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat
dipertahankan terhadap setiap orang. Ketentuan saham sebagai benda bergerak
dijelaskan dalam ketentuan tentang saham yang diatur dalam Pasal 60 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi:
“Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 52 kepada pemiliknya.”
2.4 Sifat dan Tujuan Gadai
1. Sifat Gadai
a. Gadai adalah hak kebendaan
Dalam Pasal 1150 KUH Perdata tidak disebutkan sifat gadai, namun
demikian sifat kebendaan ini dapat diketahui dari Pasal 1152 ayat (3) KUH Perdata
yang menyatakan bahwa: “Pemegang gadai mempunyai hak revindikasi dari Pasal
1977 ayat (2) KUH Perdata apabila barang gadai hilang atau dicuri”. Oleh karena
hak gadai mengandung hak revindikasi, maka hak gadai merupakan hak kebendaan
sebab revindikasi merupakan ciri khas dari hak kebendaan.
Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk menikmati suatu benda
seperti eigendom, hak bezit, hak pakai dan sebagainya. Benda gadai memang harus
diserahkan kepada kreditor tetapi tidak untuk dinikmati, melainkan untuk
menjamin piutangnya dengan mengambil, penggantian dari benda tersebut guna
membayar piutangnya.
b. Hak gadai bersifat accesoir
Hak gadai hanya merupakan tambahan saja dari perjanjian pokoknya, yang
berupa perjanjian pinjam uang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seseorang
akan mempunyai hak gadai apabila ia mempunyai piutang, dan tidak mungkin
seseorang dapat mempunyai hak gadai tanpa mempunyai piutang. Jadi hak gadai
merupakan hak tambahan atau accesoir, yang ada dan tidaknya tergantung dari ada
dan tidaknya piutang yang merupakan perjanjian pokoknya.
Dengan demikian hak gadai akan hapus jika perjanjian pokoknya hapus.
Beralihnya piutang membawa serta beralihnya hak gadai, hak gadai berpindah
kepada orang lain bersama-sama dengan piutang yang dijamin dengan hak gadai
tersebut, sehingga hak gadai tidak mempunyai kedudukan yang berdiri sendiri
melainkan accesoir terhadap perjanjian pokoknya.
c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi
Karena hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, maka dengan dibayarnya sebagian
hutang tidak akan membebaskan sebagian dari benda gadai. Hak gadai tetap
membebani benda gadai secara keseluruhan. Dalam Pasal 1160 KUH Perdata
disebutkan bahwa: “Tak dapatnya hak gadai dan bagi-bagi dalam hal kreditor, atau
debitur meninggal dunia dengan meninggalkan beberapa ahli waris.“
Ketentuan ini tidak merupakan ketentuan hukum memaksa, sehingga para
pihak dapat menentukan sebaliknya atau dengan perkataan lain sifat tidak dapat
dibagi-bagi dalam gadai ini dapat disimpangi apabila telah diperjanjikan lebih
dahulu oleh para pihak.
d. Hak gadai adalah hak yang didahulukan
Hak gadai adalah hak yang didahulukan. Ini dapat diketahui dari ketentuan
Pasal 1133 dan 1150 KUHPerdata. Karena piutang dengan hak gadai mempunyai
hak untuk didahulukan daripada piutang-piutang lainnya, maka kreditor pemegang
gadai mempunyai hak mendahulu (droit de preference). Benda yang menjadi obyek
gadai adalah benda bergerak baik yang bertubuh maupun tidak bertubuh.
e. Hak gadai
Adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya. Menurut Pasal 1134 ayat
(2) KUH Perdata dinyatakan bahwa: “Hak gadai dan hipotik lebih diutamakan
daripada privilege, kecuali jika undang-undang menentukan sebaliknya”. Dari
bunyi pasal tersebut jelas bahwa hak gadai mempunyai kedudukan yang kuat. Di
samping itu kreditor pemegang gadai adalah termasuk kreditor separatis. Selaku
separatis, pemegang gadai tidak terpengaruh oleh adanya kepailitan si debitur.
Kemudian apabila si debitur wanprestasi, pemegang gadai dapat dengan
mudah menjual benda gadai tanpa memerlukan perantaraan hakim, asalkan
penjualan benda gadai dilakukan di muka umum dengan lelang dan menurut
kebiasaan setempat dan harus memberitahukan secara tertulis lebih dahulu akan
maksud-maksud yang akan dilakukan oleh pemegang gadai apabila tidak ditebus
(Pasal 1155 ayat (2) KUH Perdata). Jadi di sini acara penyitaan lewat juru sita
dengan ketentuan-ketentuan menurut Hukum Acara Perdata tidak berlaku bagi
gadai.
2. Tujuan gadai
1. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
2. Untuk masyarakat yang ingin mengetahui barang yang dimilikinya,
pegadaian memberikan jasa taksiran untuk mengetahui nilai barang.
3. Menyediakan jasa pada masyarakat yang ingin menyimpan barangnya.
4. Memberikan kredit kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap
seperti karyawan.
5. Menunjang pelaksana kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi
dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang
pinjaman atas dasar hukum gadai.
6. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar
lainya.
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke
bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa dibidang
keuangan lainya berdasarkan ketentuan peraturan per undang-undangan
yang berlaku.
8. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar
hukum gadai kepada masyarakat.
9. Di samping penyaluran kredit, maupun usaha- usaha lainya yang bermanfaat
terutama bagi pemerintah dan masyarakat.
10. Membina pola pengkreditan supaya benar- benar terarah dan bermanfaat,
terutama mengenai kredit yang bersifat produktif dan bila perlu memperluas
daerah operasionalnya.
2.5 Keuntungan Usaha gadai
Tujuan utama usaha pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat
yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan para pelepas uang atau
tukang ijon atau tukang rentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan
pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang berharga.
Meminjam uang ke perum pegadaian bukan saja karena prosedurnya yang mudah
dan cepat tapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan jika dibandingkan
dengan para pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah
satu tujuan dari perum pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat
dengan moto “menyelesaikan masalah tanpa masalah”.
Jika seseorang membutuhkan dana ke perusahaan pegadaian maka akan
begitu mudah dilakukan, masyarakat cukup datang ke kantor pegadaian terdekat
dengan membawa pinjaman barang tertentu, maka uang pinjaman pun dalam
waktu singkat dapat terpenuhi. Jaminan pun cukup sederhana. Keuntungan lain di
pegadaian adalah pihak pegadaian tidak mempermasalahkan untuk apa uang
tersebut digunakan dan hal ini tentu bertolak belakang dengan pihak perbankan
yang harus dibuat serinci mungkin tentang penggunaan uangnya. Begitu pula
dengan sanksi yang relatif ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam waktu
tertentu. Sanksi yang paling berat adalah jaminan yang disimpan akan dilelang
untuk menutupi kekurangan pinjaman yang telah diberikan.

2.6 Barang Jaminan


Bagi nasabah yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman dari perum
pegadaian, maka hal yang paling penting diketahui adalah masalah barang yang
dapat dijadikan jaminan. barang-barang tersebut nantinya akan ditaksir nilainya,
sehingga dapatlah diketahui berapa nilai taksiran dari barang yang digadaikan.
Besarnya jaminan diperoleh dari 80 hingga 90 persen dari nilai taksiran. Semakin
besar nilai taksiran barang, maka semakin besar pula pinjaman yang akan
diperoleh. Jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat dijadikan
jaminan oleh Perum Pegadaian sebagai berikut:
1. Barang-barang atau benda-benda perhiasan di antaranya:
 Emas
 Perak
 Intan
 Belian
 Mutiara
 Platina
 Jam
2. Barang-barang berupa kendaraan seperti:
 Mobil (termasuk bajaj dan bemo)
 Sepeda motor
 Sepeda biasa

3. Barang-barang elektronik antara lainnya:


 Televisi
 Radio
 Radio tape
 Video
 Komputer
 Kulkas
 Tustel
 Mesin tik
4. Mesin-mesin seperti:
 Mesin jahit
 Mesin kapal motor
5. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti:
 Barang tekstil, berupa pakaian, permadani dan kain batik.
 Barang-barang pecah belah dengan catatan bahwa semua barang-barang
yang dijaminkan haruslah dalam kondisi baik dan dalam arti masih dapat
dipergunakan atau bernilai. Hal in bagi pegadaian penting mengingat apabila
nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman, maka barang jaminan akan
dilelang sebagai penggantinya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas
suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang
berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama
orang yang mempunyai utang. Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya
badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan
kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke
masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam kitab undang-undang
hukum perdata pasal 1150 di atas.
Tugas pokoknya adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar
hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan
informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari
masyarakat. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di lapangan bahwa terdapat
lembaga keuangan yang seperti lintah darat dan pengijon yang dengan
melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya. Kegiatan usaha perum
pegadaian dipimpin sebuah dewan direksi yang terdiri dari seorang direktur utama
dan beberapa direktur.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika
Djamil, Fathurrahman. 2008. Penerapan Hukum Perjanjian. Jakarta: Sinar Grafika.
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Latumersia, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat.
Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegadaian_(perusahaan)
https://www.pegadaian.co.id/profil/sejarah-perusahaan

Anda mungkin juga menyukai