Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Tentang
“LEMBAGA-LEMBAGA PEMBIAYAAN”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dalam Mata Kuliah Aspek
Hukum Dalam Bisnis Dipresentasikan di lokal PS’5D

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:


Nurul Fitria Sadri 3321125
Pinta Marito 3321131

DOSEN PENGAMPU:
Ali Rahman, SH, MH

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMILDJAMBEK
BUKITTINGGI
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan taufiq, rahmat dan ridhonya. Sholawat dan salam semoga tercurah selalu
kepada nabi Muhammad SAW, sebagai utusan Yang Maha Kuasa untuk mengabarkan
kebenaran yang hakiki didunia ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat menempuh mata kuliah Aspek
Hukum Dalam Bisnis. Dengan makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan
pembaca dan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh anggota
kelompok yang telah bekerjasama demi menyelesaikan makalah ini. Pemakalah juga
menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
yakni yang telah memberikan masukan-masukan, arahan dan bimbingan demi
terwujudnya makalah ini serta telah memberikan dukungan terhadap pemakalah.
Demikian makalah ini dibuat dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan
ilmu pengetahuan yang pemakalah miliki. Oleh karena itu, pemakalah sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi menyempurnakan penulisan
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan
pembaca.

Bukittinggi, 12 Nov 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAULUAN .................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................... 1

C. TUJUAN MASALAH ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan ......................... 3

B. Sewa Guna Usaha (Leasing) ............................................................... 5

C. Modal Venture (Venture Capital)......................................................... 8

D. Anjak Piutang (Factoring) ................................................................. 11

E. Kartu Kredit (Credit Card) ................................................................ 13

F. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) ................................... 16

BAB III STUDI KASUS................................................................................. 18

A. Analisis Studi Kasus .......................................................................... 19

B. Solusi Studi Kasus ............................................................................. 21

BAB IV ........................................................................................................... 23

PENUTUP ....................................................................................................... 23

A. Kesimpulan ........................................................................................ 23

B. Saran .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 1

ii
BAB I
PENDAULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan lembaga keuangan dalam bisnis dikacah perekonomian
semakin membludak, apalagi di era modern dan serba digital. Industri keuangan
selalu menjadi tern yang sangat actual diseminarkan diberbagai forum dan diskusi,
baik berskala nasional maupun internasional.. Ekonomi dan bisnis keuangan yang
sangat digemari masyarakat umumnya, apalagi di Indonesia adalah lembaga
keuangan perbankan. Bahkan boleh dikatakan perbankan adalah urat nadi
perekonomian suatu negara. Selain itu, perbankan juga merupakan salah satu
lembaga kepercayaan yang fungsinya sebagai wadah intermediasi, membantu
kelancaran system pembayaran, pembiayaan dan yang sangat penting adalah
perbankan sebagai lembaga pelaksana kebijakan moneter bagi pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, pemakalah
mendapatkan beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Bagaimana Konsep Lembaga-Lembaga Pembiayaan?
2. Bagaimana Penjelasan Sewa Guna Usaha (Leasing)?
3. Bagaimana Penjelasan Modal Venture (Venture Capital)?
4. Bagaimana Penjelasan Anjak Piutang (Factoring)?
5. Bagaimana Penjelasan Kartu Kredit?
6. Bagaimana Penjelasan Pembiayaan Konsumen?

C. TUJUAN MASALAH
Dari rumusan masalah diatas pemakalah mendapatkan bebrapantujuan masalah,
antara lain :
1. Untuk Mengetahui Konsep Lembaga-Lembaga Pembiayaan
2. Untuk Mengetahui Penjelasan Sewa Guna Usaha (Leasing)
3. Untuk Mengetahui Penjelasan Modal Venture (Venture Capital)

1
4. Untuk Mengetahui Penjelasan Anjak Piutang (Factoring)
5. Untuk Mengetahui Penjelasan Kartu Kredit
6. Untuk Mengetahui Penjelasan Pembiayaan Konsumen

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan


Lembaga pembiayaan ini baru tumbuh dan berkembang seiring dengan
adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober 1988
(Pakto 88) dan Paket Deregulasi 20 Desember 1988 (Pakdes). Lembaga
pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan,
yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik
dana secara langsung dari masyarakat.
Kegiatan dibidang pengembangan kegiatan lembaga pembiayaan diatur
berdasarkan Keppres Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Menurut Pasal 1 angka (2) Keppres
Nomor 61 tahun 1988 jo Pasal 1 huruf (b) SK. Menkeu Nomor
1251/KMK.013/1988 yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah:
Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana atau barang modal dengan tidak me- narik dana secara langsung dari
masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas, dalam pengertian lembaga pembiayaan terdapat
unsur-unsur, sebagai berikut:
1. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.
2. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara
membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.
3. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan.
4. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk meng- hasilkan sesuatu atau
barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik dan sebagainya.
5. Tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak
mengambil uang secara langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan

3
dan surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang
kepada bank yang menjadi krediturnya.
6. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama disuatu tempat, yang
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap aman.

Sedangkan menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009,


yang dimaksud dengan lembaga pem- biayaan adalah:
Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
dana dan/atau barang modal.
Dasar hukum dari lembaga pembiayaan, yaitu:
1) Dasar Hukum Substantif
Dasar hukum substantif eksistensi pembiayaan adalah perjanjian
diantara para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Perjanjian
antara pihak perusahaan financial sebagai kreditur dan pihak konsumen
sebagai debitur. Hal ini dilandasi pada ketentuan dalam Pasal 1338 ayat
(1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.
2) Dasar Hukum Administratif
Dasar hukum lembaga pembiayaan ini dengan di- keluarkannya
Keppres Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, kemudian
ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan, ini mengalami beberapa kali perubahan dan
terakhir dicabut dan diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan RI
Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Salah satu
kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan tersebut adalah menyalurkan
dana dengan sistem yang disebut Pembiayaan Konsumen. Keputusan
Presiden Nomor 61 tahun 1988 telah diganti dengan Pera- turan Presiden
Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

4
B. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi (financial lease)
maupun leasing tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Dalam
setiap transaksi Leasing selalu melibatkan 3 (tiga) pihak utama, yaitu :
1. Pihak Lessor
Pihak Lessor adalah perusahaan Leasing yang memiliki hak kepemilikan
atas barang modal. Perusahaan Leasing menyediakan dana kepada pihak yang
membutuhkan. Dalam usaha pengadaan barang modal, biasanya perusahaan
Leasing berhubungan langsung dengan pihak penjual (Supplier), dan telah
melunasi barang modal tersebut. Lessor bertujuan untuk mendapatkan
kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang
modal dengan memperoleh keuntungan, atau memperoleh keuntungan dari
penyediaan barang modal dan pemberian jasa pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal.
2. Pihak Lessee
Pihak Lessee adalah perusahaan atau pengguna barang modal yang dapat
memiliki hak opsi pada akhir kontrak Leasing. Lessee yang memerlukan barang
modal berhubungan langsung dengan Lessor, yang telah membiayai barang
modal dan berstatus sebagai pemilik barang modal tersebut. Barang modal yang
dibiayai oleh Lessor tersebut kemudian diserahkan penguasaannya kepada dan
untuk digunakan oleh Lessee dalam menjalankan usahanya. Pada akhir kontrak
Leasing, Lessee mengembalikan barang modal tersebut kepada Lessor, kecuali
jika ada hak opsi untuk membeli barang modal dengan harga berdasarkan nilai
sisa.
3. Pihak Supplier
Pihak Supplier adalah penjual barang modal yang menjadi objek Leasing.
Harga barang modal tersebut dibayar tunai oleh Lessor kepada Supplier untuk
kepentingan Lessee. Pihak Supplier dapat berstatus perusahaan produsen

5
barang modal atau pihak penjual biasa. Ada juga jenis Leasing yang tidak
melibatkan Supplier, melainkan hubungan bilateral antara pihak Lessor dengan
pihak Lessee misalnya dalam bentuk Sale and Lease back.
Ditinjau dari pihak penyewa (lessee) leasing dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Capital Lease / Financial Lease
Definisi capital lease adalah: Suatu bentuk cara pembiayaan, Lessor
yang mendapatkan hak milik atas barang yang disewakan menyerahkan
kepada lessee untuk dipakai selama jangka waktu yang sama dengan masa
kegunaan barang tersebut. Suatu lease dapat dianggap sebagai capital lease
jika memenuhi salah satu ketentuan sebagai berikut:1
a. Adanya pemindahan hak milik atas aktiva yang disewakan kepada
penyewa (lessee) pada akhir masa lease.
b. Mengandung perjanjuan yang memberi hak kepada penyewa (lessee) untuk
membeli aktiva yang disewa sesuai dengan harga yang telah disepakati.
c. Jangka waktu lease adalah sama atau lebih besar dari 75% taksiran umur
ekonomis aktiva yang disewakan.
d. Nilai tunai (present value) dari uang sewa dan pembayaran sewa minimum
lainnya sama atau lebih besar dari 90% harga pasar aktiva yang disewakan.
Dapat juga disebut full pay out leasing yaitu suatu bentuk pembiayaan dengan
cara kontrak antara lessor dengan lessee, dimana:
a) Lessor sebagai pemilik barang atau obyek leasing yang dapat berupa
barang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan barang tersebut.
b) Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan
jumlah dan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Jumlah yang
dibayar tersebut merupakan angsuran atau lease payment yang terdiri dari
biaya perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang
dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan
lessor.

1
Suhrawardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, ( Sinar Grafika : Jakarta , 2002), hlm 97

6
c) Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara
sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Resiko
ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan barang yang di-lease tersebut ditanggung oleh lessee.
d) Lessee pada akhir kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang
tersebut sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati atau
mengembalikan pada lessor atau memperpanjang masa lease sesuai dengan
syarat-syarat yang disepakati bersama.
e) Pembayaran berkala pada masa perpanjangan lease tersebut biasanya jauh
lebih rendah dari angsuran sebelumnya.
2) Operating Lease
Operating Lease menurut PSAK No. 30 adalah Kegiatan sewa guna usaha
dimana penyewa guna usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek
sewa guna usaha.Dapat juga disebut sebagai leasing biasa, dimana:2
a. Lessor sebagai pemilik obyek leasing menyerahkan obyek tersebut kepada
lessee untuk digunakan dalam jangka waktu relative pendek dari umur
ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa
secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah
keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya. Hal ini
disebut non full pay out lease.
c. Lessor menanggung segala resiko ekonomis dan pemeliharaan atas
barangbarang tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan obyek lease kepada
lessor.
e. Lessee dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
(cancelable).
Tujuan dari Operating Lease ini ialah menjual barang modal itu apabila kelak telah
habis jangka waktu perjanjian lease, sehingga untuk ini diberikan syarat-syarat

2
Ahmad Anwari, Leasing di Indonesia, ( Ghalia Indonesia : Jakarta ), 1987, hlm 31

7
yang lebih ringan atau lunak. Syarat-syarat yang lebih ringan atau lunak ini
diantaranya berupa harga sewa atau cicilan lebih kecil dibandingkan dengan harga
sewa dalam finance lease.

C. Modal Venture (Venture Capital)


a. Pengertian Modal Venture
Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa
Inggris yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung resiko,
sehingga modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal
yang mengandung resiko pada suatu usaha atau perusahaan, atau dapat pula
diartikan sebagai usaha”3 . Secara sempit modal ventura dapat diartikan sebagai
sebagai modal yang ditanam- kan pada usaha yang mengandung resiko dengan
tujuan memperoleh pendapatan berupa bunga atau deviden.
Modal Ventura, adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan modal ventura
(investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) untuk jangka
waktu tertentu, dimana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan
melakukan divestasi atas saham-sahamnya itu.
Tujuan kegiatan usaha Perusahaan Modal Ven- tura, diatur dalam Pasal 3
Permenkeu Nomor 18/ PMK.012/2012, yaitu:
1) Pengembangan suatu penemuan baru.
2) Pengembangan perusahaan atau UMKM yang pa- da tahap awal usahanya
mengalami kesulitan dana.
3) Membantu perusahaan atau UMKM yang berada pada tahap awal
pengembangan.
4) Membantu perusahaan atau UMKM yang berada pada tahap kemunduran
usaha.
5) Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa.

3
Junaidi, Hukum Lembaga Pembiayaa, (CV. Adanu Abimata: Indramayu , 2022), hlm.16

8
6) Pengembangan berbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi baik
dari dalam maupun luar negeri.
7) Membantu pengalihan kepemilikan perusahaan.
b. Jenis-jenis Pembiayaan Modal Ventura
Menurut Pasal 1 huruf (11) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988
tentang Lembaga Pembiayaan dan Pasal 1 huruf (h) Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 ten- tang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan
modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha
untuk jangka waktu terteyait.
Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal ventura dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Penyertaan Modal Langsung
Penyertaan modal langsung adalah penyertaan modal perusahaan
modal ventura pada perusahaan pasangan usaha dengan cara mengambil
bagian sejumlah tertentu saham perusahaan pasangan usaha yang
bersangkutan. Pola ini dikenal dengan pembiayaan langsung. Penyertaan
modal dalam bentuk saham dapat dilakukan dengan cara:
1) Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan.
2) Penyertaan modal perusahaan modal ventura dalam bentuk
pengambilan sejumlah porto folio saham perusahaan pasangan usaha.
2. Semi Penyertaan
Modal Langsung Pembiayaan ini dilakukan dengan membeli obligasi
konversi yang diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha. Cara
pembiayaan seperti ini banyak disukai baik oleh perusahaan modal
ventura maupun perusahaan pasangan usaha karena sifatnya lebih
fleksibel.
3. Pembiayaan Bagi Hasil

9
Pembiayaan ini dilakukan dalam hal usaha yang akan dibiayai tidak
berbentuk badan hukum atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
penyertaan modal langsung belum atau tidak dipenuhi oleh perusahaan
pasangan usaha. Ben- tuk pembiayaan ini menekankan pada aspek bagi
hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai, oleh
karena itu halhal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan ini adalah
kewenangan bertindak pihak yang mewakili perusahaan pasangan usaha,
obyek dana serta jaminan atas pemberian dana. Pembiayaan dengan
memilih pola bagi hasil dapat saja dilakukan antara pe- rusahaan modal
ventura dengan perusahaan pasangan usaha yang telah berbadan hukum,
terutama usaha kecil.
c. Keunggulan dan Kelemahan Modal Ventura
1. Keunggulan Modal Ventura
1) Merupakan dana jangka pendek dan menengah yang relatif murah
dengan sistem repayment yang cukup fleksibel.
2) Merupakan sumber dana bagi perusahaan baru yang belum memenuhi
syarat untuk mendapatkan dana dari sumber pembiayaan lainnya.
3) Bantuan manajemen yang diberikan oleh Peru- sahaan Modal Ventura
terhadap perusahaan pasangan usaha biasanya ikut menambah
majunya perusahaan.
4) Biasanya perusahaan modal ventura sangat konsen terhadap maju
mundurnya perusahaan, sehingga jalannya perusahaan pasangan usaha
selalu dimonitor
5) Tambahan modal baru dapat meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh pinjaman/bantuan modal dalam bentuk lainnya.4
2. Kelemahan Modal Ventura
1) Apabila dilihat dari segi jangka waktu yang panjang, pembiayaan
lewat modal ventura dapat menjadi sangat mahal karena sistem bagi
hasil yang diterapkannyaditerapkannya.

4
Ibid, hlm. 53

10
2) Bantuan pembiayaan lewat modal ventura hanya dapat diberikan
kepada perusahaan tertentu secara selektif.
3) Para pendiri perusahaan pasangan usaha yang dibiayai oleh perusahaan
modal ventura dapat kehilangan control dan kepemilikan atas
perusahaannya karena manajemen dan saham yang dipegang oleh
perusahaan modal ventura.

D. Anjak Piutang (Factoring)


a. Pengertian Anjak Piutang
Anjak piutang dalam bahasa inggris sering disebut factoring. Anjak
piutang merupakan suatu istilah yang berasal dari gabungan kata "anjak" yang
artinya pindah atau alih, dan "piutang" yang berarti tagihan sejumlah uang.
Berdasarkan arti kata tersebut, secara sederhana anjak piutang berarti
pengalihan piutang dari pemiliknya kepada pihak lain.
b. Jenis-jenis Anjak Piutang
a) Dilihat dari segi keterlibatan klien
Anjak Piutang (Factoring) yaitu kegiatan pem- biayaan dalam bentuk
pembelian piutang usaha suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Dalam cara pembiayaan ini, dikenal dua jenis Anjak Piutang:
1) Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari PenjualPiutang
(Factoring With Recourse). yakni transaksi Anjak Piutang dimana penjual
piutang menanggung resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh
piutang yang dijual kepada perusahaan pembiayaan.
2) Anjak Piutang Tanpa Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang (Factoring
Without Recourse) yakni transaksi Anjak Piutang dimana peru- sahaan
pembiayaan menanggung resiko tidak tertagihnya seluruh piutang yang
dijual ke- pada Perusahaan Pembiayaan.
b) Dilihat dari segi Negara tempat kedudukan para pihak
1) Domestic Factoring, yaitu cara kerja pengalihan piutang melalui anjak
piutang yang semua pihak berada dalam satu negara.

11
2) International Factoring, yaitu cara kerja piutang dalam hal pihak
nasabahnya berada di luar negeri. Untuk international factoring ini sering
disebut dengan istilah export factoring.
c) Dilihat dari segi service (jasa)
1) Financial Factoring, yaitu faktor memberikan jasa atau bantuan financial.
Jasa financial ini berikan lewat advance payment oleh faktor ke- pada
klien sebelum jatuh tempo atau sebelum ditagihnya piutang.
Dalam keadaan yang demikian faktor dapat memberikan bantuan
berupa pembayaran sampai 80% atau bahkan sampai dengan 90% dari
jumlah piutang dagang, segera setelah diadakan kontrak factoring dan
penyerahan bukti-bukti penjualan.
2) Nonfinancial factoring, dalam hal ini faktor memberikan jasa nonfinansial
sehingga faktor melayani kepentingan credit management dari klien.
c. Keunggulan dan Kelemahan Anjak Piutang
Pembiayaan melalui usaha anjak piutang memiliki beberapa keunggulan,
antara lain:
a) Membantu sistem administrasi penjualan dan penagihan. Hal ini dikarenakan
perusahaan anjak piutang memiliki sistem komputerisasi yang baik sehingga
mampu mengelola sistem administrasi piutang dan penagihan dengan baik.
b) Membantu mengatasi modal kerja. Hal ini dise babkan oleh perusahaan klien
memperoleh pem biayaan secara mudah dan cepat.
c) Membantu mengatasi beban resiko kredit. Kadang- kadang klien membatasi
penjualan hanya kepada nasabah yang telah menjadi langganannya dan
menolak menjual kredit kepada nasabah baru dengan alasan resiko kredit.
d) Membantu memperbaiki sistem penagihan. Peru- sahaan anjak piutang
mengharapkan pada saat jatuh tempo piutangnya akan dibayar.
e) Membantu mengembangkan usaha klien. Melalui fasilitas anjak piutang
maka perusahaan klien mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan ber-
kembang dengan menjual produk dan jasa yang lebih besar.
Kelemahan dari lembaga biaya anjak piutang, adalah:

12
a) Pemborosan biaya. Hal ini disebabkan ikut terli- batnya pihak lain, yaitu
pihak perusahaan anjak piutang dalam hubungan antara klien dan nasa- bah,
sehingga bisa jadi menambah beban biaya terhadap bisnis yang
bersangkutan.
b) Menurunkan reputasi. Keberadaan institusi anjak piutang yang belum
memasyarakat bisa menim- bulkan kesan seolah-olah kondisi klien dalam
ke- adaan kesulitan dan tidak sanggup mengumpulkan sendiri penagihan
piutangnya.
c) Bisnis rentan resiko. Hal ini disebabkan oleh secara inheren hakikat dari
lembaga anjak piutang adalah tidak menekankan pada jaminan.
d) Kurang professional. Hal ini disebabkan bisnis anjak piutang belum begitu
popular dan tenaga ahlipun masih terbilang langka, sehingga masih ada
anggapan bahwa bisnis ini sebagai lender of the last resort.

E. Kartu Kredit (Credit Card)


a. Pengertian Kartu Kredit
Kartu Kredit merupakan istilah yang diadopsi dan istilahcredit card,
merupakan kata majemuk, yang terjadi dari dua kata yang masing-masing
mempunyai pengertian dan arti yang berbeda, dalam pengertian yang tidak
sepadan serta berbeda pula pengertiannya secara harafiahnyaharafiahnya.
Kartu kredit terdiri dari dua kata yaitu kartu dan kredit.Kartu adalah
kertas tebal yang tidak berapa besar biasanya persegi panjang untuk berbagai
keperluan.Kredit/Credit berasal dari bahasa Romawi “Credue” yang
mempunyai arti “Percaya” diadopsi oleh masyarakat sebagai membeli dan atau
menjual secara angsuran.Meskipun demikian, Purwodarminto memberi arti
kredit sebagai menjual/membeli dengan tidak membayar tunai. 5
Menurut Pasal 1 angka (7) Keppres Nomor 61 tahun 1988 jo Pasal 1
huruf (n) Kepmenkeu Nomor 1251/ KMK.013/1988 yang dimaksud dengan
perusahaan kartu kredit (credit card company) adalah: Badan usaha yang

5
Ibid, hlm. 92

13
melakukan usaha pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
Pasal 1 angka 8 Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan menyebutkan: Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah
kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan
menggunakan kartu kredit
Adapun menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati Kartu
kredit adalah alat pembayaran melalui jasa bank/perusahaan pembiayaan
dalam transaksi jual beli barang/jasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari
bank/perusahaan pembiayaan.
Kartu kredit diterbitkan berdasarkan perjanjian penerbitan kartu kredit.
Berdasarkan perjanjian terse- but, peminjam memperoleh pinjaman dana dari
bank/ perusahaan pembiayaan. Peminjam dana adalah pihak yang menerima
kartu kredit, yang disebut pemegang kartu (card holder) dan bank/perusahaan
pembiayaan adalah pihak yang menyerahkan kartu kredit, yang disebut
penerbit (issuer).
b. Penggolongan Kartu Kredit
1. Credit Card
Credit card adalah jenis kartu kredit yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi jual beli barang/jasa. Pembayaran oleh pemegang
kartu kredit kepada penerbit dilakukan sekaligus atau dengan cicilan
sejumlah minimum tertentu.
2. Charge Card
Charge card adalah jenis kartu kredit yang da- pat digunakan sebagai
alat pembayaran transaksi jual beli barang/jasa. Pemegang kartu harus
membayar seluruh tagihan secara penuh pada akhir bulan atau bulan
berikutnya dengan atau tanpa beban biaya tambahan.
3. Debit Card
Debit card adalah jenis kartu yang sangat berbeda dengan credit card
dan charge card. Debit card adalah alat pembayaran yang digunakan pada

14
transaksi jual beli barang/jasa secara tunai tanpa menggunakan uang tunai,
melainkan dengan cara mendebet (mengurangi) secara langsung saldo
rekening simpanan pemegang kartu kredit.
4. Cash Card
Cash card adalah kartu yang digunakan oleh pemegang kartu untuk
menarik uang tunai, baik langsung melalui kasir bank maupun melalui mesin
kas otomatis (ATM) Bank tertentu yang tersebar ditempat strategis.
5. Check Guarantee Card
Check Guarantee Card adalah kartu jaminan cek untuk meyakinkan
penerima cek yang diterbitkan oleh pemegang kartu dalam transaksi jual beli
barang/jasa.
Adapun Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kartu Kredit bagi
Pemegang Kartu.
Menurut Dahlan Siamat, keuntungan dari penggunaan kartu kredit
bagi pemegang kartu adalah:
a) Lebih aman dan praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam
jumlah yang besar.
b) Leluasa, karena kartu kredit telah diterima sebagai alat pembayaran
hampir diseluruh kota diseluruh dunia.
c) Sistem pembayaran yang fleksibel.
d) Program merchandising, yaitu kesempatan membeli barang-barang
dengan meng- angsur tanpa bunga.
e) Bantuan-bantuan perjalanan terutama ke luar negeri, misalnya referensi,
dokter, rumah sakit dan bantuan hukum.
f) Purchase protection plan, yaitu asuransi perlindungan pembelian barang
yang diberikan secara otomatis.
Menurut Kasmir, kerugian bagi pemegang kartu kredit adalah:
1) Biasanya pemegang kartu cenderung boros dalam berbelanja.
2) Sebagian merchant membebankan biaya tambahan untuk setiap kali
melakukan transaksi.

15
3) Adanya limit yang diberikan terkadang terlalu kecil

F. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)


a. Pengertian
Pembiayaan konsumen adalah proses memberikan dana atau kredit
kepada individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
mereka, seperti membeli barang-barang seperti mobil, perabotan rumah, atau
membayar biaya pendidikan. Pembiayaan konsumen seringkali dilakukan
melalui pinjaman pribadi, kartu kredit, atau fasilitas pembiayaan lainnya.
Tujuannya adalah membantu konsumen memenuhi kebutuhan mereka
sementara mereka dapat membayar kembali pinjaman atau kredit tersebut
dalam jangka waktu tertentu dengan bunga atau biaya tambahan.
b. Konsep Pembiayaan Konsumen
Konsep pembiayaan konsumen yang bercirikan Indonesia harus
memperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Kesetaraan kedudukan perusahaan pembiayaan konsumen.
Sebagaimana diketahui bahwa para pihak tidak hanya terikat oleh
ketentuan yang ada dalam perjanjian dan ketentuanundang - undang, tetapi
terikat juga oleh itikad baik, moral dan kepatutan. Suatu perjanjian/kontrak
haruslah dilaksanakan dengan itikad baik, asas itikad baik tertuang dalam
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata. Menurut Joyodigoeno, itikad baik
digunakanpadasaatakanmembuatperjanjian / kontrak. Artinya sejak semula
para pihak harus mempunyai sikap yang jujur (beritikad baik sudah ada
pada mulanya). Orang yang menganggap beritikad buruk maka yang
menuduh tersebut.
2. Proses kontrak pembiayaan konsumen
Terdapat 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pembuatan
kontrak yaitu, tahap pra kontrak, kontrak dan pasca kontrak. Tahap pra
kontrak di dalam pembiayaan konsumen diawali dengan adanya informasi
baik melalui pemasangan spanduk,penyiaran di radio maupun ditelevisi.

16
Berdasarkan teori kontrak yang dikemukakan oleh van Dunne, tahap pra
kontrak harus sudah memperhatikan itikad baik, karena menurut teori ini
dasar pengikatan kontrak bukan hanya kepastian hukum namun lebih
utama adalah tercapainya keadilan.
3. Penyelesaian sengketa dengan pendekatan nurani
Penyelesaian dengan hati nurani yang dimaksudkan di sini adalah bahwa
harus ada kebijakan-kebijakan tertentu dari perusahaan pembiayaan
konsumen untuk menyelesaikan permasalahan secara kasuistis. Misalnya,
pembayaran angsuran macet karena konsumen atau mungkin keluarganya
sakit atau terkena musibah.

17
BAB III
STUDI KASUS

Kepolisian memberi temuan terbarunya mengenai kasus bunuh diri yang


diduga melibatkan PT Pembiayaan Digital Indonesia atau penyelenggara layanan
fintech peer to peer (P2P) lending AdaKami.
Kapolres Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan AKBP
Arif Harsono mengatakan, pihaknya tidak menemukan korban yang diduga bunuh
diri karena terjerat pinjol AdaKami.
Memang ada kasus bunuh diri dengan latar belakang masalah ekonomi, tetapi
berdasarkan keterangan dari keluarga korban, tidak ada keterkaitan dengan Pinjaman
Online (Pinjol). Kami juga telah berkomunikasi dengan keluarga korban," ujar Arif,
dalam keterangan resminya dikutip Jumat, (20/10/2023).
Sementara itu, terkati tuduhan teror pengantaran makanan oleh ojk online,
Arif mengatakan, sejauh ini belum ada layanan ojek online atau pengantaran
makanan melalui ojek online di wilayah tersebut.
"Saya membaca beberapa artikel yang menyebutkan adanya pesanan fiktif
dalam kasus ini. Namun, di wilayah kami, layanan Gofood atau Gojek belum
tersedia," kata dia.

18
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama
Indonesia (AFPI), Kuseryansyah sempat AFPI akan mengambil tindakan tegas
terhadap pemilik akun yang menyebarkannya bila berita viral mengenai korban
bunuh diri tersebut tidak terbukti kebenarannya.
"Hal ini penting untuk menjaga integritas industri. AFPI berkomitmen untuk
mendukung pertumbuhan sehat industri fintech lending dengan meningkatkan akses
pembiayaan bagi masyarakat yang belum terlayani, termasuk UMKM," ungkap
Kuseryansyah.
Sementara itu, Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega Jr.,
telah mengungkapkan bahwa kasus tuduhan ini sudah diserahkan kepada Kepolisian
untuk melakukan investigasi independen.
Pihak AdaKami pun telah mencoba menghubungi pemilik akun
@rakyatvspinjol sejak cuitannya viral, namun pemilik akun tersebut belum bersedia
bertemu dan diwakili oleh kuasa hukumnya.
Sebelumnya, berita viral ini dipicu cuitan akun X (dulunya Twitter)
@rakyatvspinjol, yang mengabarkan seorang pria bunuh diri akibat tekanan dari debt
collector Pinjaman Online (Pinjol) di Kabupaten OKU, Sumatera Selatan.
Dalam cuitannya, @rakyatvspinjol menyebutkan bahwa "Kasus ini pernah
ditangani oleh Kepolisian. Polisi menemukan surat terakhir yang ditulis oleh K."

A. Analisis Studi Kasus


Kasus pinjaman online AdaKami telah menarik perhatian publik karena adanya
laporan teror penagihan yang diduga menyebabkan salah satu peminjamnya bunuh
diri. Berikut adalah analisis kasus tersebut:
Kasus dimulai ketika beredar informasi di media sosial tentang teror penagihan
yang dilakukan oleh pinjaman online AdaKami. Salah satu peminjam dilaporkan
bunuh diri sebagai dampak dari teror tersebut. Teror penagihan ini mencakup
ancaman, intimidasi, dan tekanan yang dialami oleh peminjam yang terlambat
membayar pinjaman.

19
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas sektor keuangan
mengungkapkan perkembangan kasus tersebut. OJK berkomitmen untuk
menyelesaikan kasus ini dan melindungi nasabah dari praktik penagihan yang tidak
etis.
Kasus ini sedang dalam proses investigasi untuk mengungkap dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh pinjaman online AdaKami. Investigasi ini
melibatkan berbagai pihak, termasuk OJK dan kepolisian, untuk memastikan keadilan
dan keamanan nasabah.
Kasus ini telah menimbulkan keprihatinan dan kekhawatiran di masyarakat
terkait praktik penagihan yang tidak manusiawi oleh lembaga pembiayaan online. Hal
ini telah memunculkan desakan agar praktik pinjaman online diatur dengan lebih
ketat untuk melindungi nasabah.
Kasus pinjaman online AdaKami menjadi peringatan penting tentang perlunya
pengawasan yang ketat terhadap lembaga pembiayaan online, terutama dalam hal
praktik penagihan yang adil dan etis. Kasus ini juga menyoroti pentingnya
perlindungan konsumen dan transparansi dalam industri pinjaman online.
Kasus di mana seorang nasabah pinjaman online dari Adakami bunuh diri
akibat penagihan utang yang mengancam adalah tragedi serius. Hal ini mencerminkan
dampak negatif dari praktik penagihan yang agresif dan mungkin melibatkan masalah
etika dalam industri pinjaman online. Penegakan hukum dan regulasi yang ketat perlu
diperkuat untuk melindungi konsumen dari tekanan psikologis dan penagihan yang
tidak manusiawi. Perusahaan juga harus mempertimbangkan praktik bisnis yang lebih
etis dan bertanggung jawab agar tidak merugikan kehidupan dan kesejahteraan
nasabah mereka.
Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan konsumen dalam industri
pinjaman online. OJK telah mengeluarkan aturan yang mengatur praktik pinjaman
online, termasuk larangan praktik penagihan yang tidak etis. Hal ini bertujuan untuk
melindungi nasabah dari tekanan dan ancaman yang tidak pantas.
Kasus pinjaman online AdaKami yang menyebabkan salah satu nasabahnya
bunuh diri akibat penagihan utang yang dilakukan secara pengancamana menekankan

20
pentingnya perlindungan konsumen dan penegakan aturan yang ketat dalam industri
pinjaman online. Kasus ini juga menjadi peringatan bagi lembaga pembiayaan online
lainnya untuk memastikan praktik penagihan yang adil, etis, dan manusiawi.

B. Solusi Studi Kasus


Kasus bunuh diri seorang nasabah pinjaman online Adakami adalah tragedi
yang mengekspos kekurangan dalam praktik bisnis industri pinjaman online. Untuk
mencegah kejadian serupa di masa depan, diperlukan solusi holistik yang melibatkan
perubahan dalam praktik perusahaan, peningkatan regulasi, dan kesadaran terhadap
dampak psikologis.
Adakami perlu meningkatkan transparansi terkait suku bunga, biaya tambahan,
dan syarat-syarat pinjaman. Informasi yang jelas akan memberikan nasabah kejelasan
untuk membuat keputusan yang informan. Melibatkan nasabah dalam program
pendidikan keuangan untuk memastikan pemahaman yang lebih baik tentang
implikasi dan tanggung jawab dalam mengambil pinjaman.
Menetapkan kebijakan penagihan yang lebih manusiawi dan melibatkan
prosedur etis dalam menangani nasabah yang mengalami kesulitan finansial. Ini
melibatkan pelatihan karyawan dalam keterampilan komunikasi yang sensitif.
Melibatkan profesional terapis atau konselor dalam tim penagihan untuk memberikan
dukungan emosional dan sumber daya kepada nasabah yang menghadapi tekanan
finansial.
Mengintegrasikan layanan konseling atau dukungan psikologis dalam paket
pinjaman online. Ini dapat membantu nasabah dalam mengelola stres keuangan dan
memberikan dukungan ketika diperlukan. Menetapkan sistem pemantauan yang dapat
mengidentifikasi nasabah yang menunjukkan tanda-tanda beban psikologis dan
memberikan bantuan sesuai.
Pemerintah dan lembaga pengatur perlu meninjau kembali regulasi yang ada
dan memperkuat perlindungan konsumen terhadap praktik penagihan yang baik.
Melakukan audit rutin terhadap perusahaan pinjaman online untuk memastikan
kepatuhan terhadap regulasi dan standar etika yang berlaku.

21
AdaKami harus aktif terlibat dalam inisiatif tanggung jawab sosial yang
mendukung kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat melibatkan donasi ke lembaga
amal, program pendidikan keuangan, atau dukungan terhadap komunitas lokal.
Menyediakan laporan transparan tentang inisiatif tanggung jawab sosial dan dampak
positif yang dihasilkan oleh perusahaan. Memperkuat hukum yang melibatkan
tanggung jawab perusahaan dalam penanganan nasabah yang mengalami kesulitan
finansial dan melarang praktik penagihan yang mengancam. Meningkatkan
pengawasan hukum terhadap perusahaan pinjaman online untuk memastikan
kepatuhan terhadap standar etika dan hukum.
Meluncurkan kampanye kesadaran untuk membantu masyarakat memahami
risiko dan tanggung jawab dalam mengambil pinjaman online. Melibatkan karyawan
perusahaan dalam pelatihan etika dan penanganan kasus sulit untuk memastikan
kepekaan terhadap nasabah.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang dilakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat. Peranan lembaga pembiayaan Yakni sebagi salah
satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang
pertumbuhan perekonomian nasional serta menampung dan menyalurkan aspirasi
dan minat masyarakat. berperan aktif dalam pembangunan dimana lembaga
pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat mengatasi salah
satu faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok
pembahasaan ini. Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan dan kelemahan baik pada teknis penyusunan maupun pada materi
karena terbatasnya pengetahuan dan kekuranganrujukan atau referensi yang ada
hubungan dengan makalah ini. Penulis berharap kepada pembaca agar
memberikan saran dan kritikan dari semua pihak. Semoga makalah ini
memberikan manfaat dan faedah. Terutama bagi penyusun dan semua pihak yang
membacanya, baik dalam lengkap lembaga pendidikan maupun selainya

23
DAFTAR PUSTAKA

K Lubis, Suhrawardi. 2002. Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika


Anwari, Ahmad. 1987. Leasing di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Junaidi. 2022. Hukum Lembaga Pembiayaan. CV. Indramayu: CV. Adanu Abimata
https://www.cnbcindonesia.com/market/20231023064127-17-482718/polisi-buka-
suara-soal-kasus-viral- nasabah-pinjol-adakami

Anda mungkin juga menyukai