DISUSUN OLEH:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JABAL GHAFUR
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
Dasar Hukum Membuat Perjanjian dalam Perbankan. Atas dukungan yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Neliyana,S.E.,M.Ag. selaku dosen
Mata Kuliah Hukum Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikin dengan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami selanjutnya.
Vira Nadia
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu bank syariah?
2. Bagaimana peranan bank syariah bagi perekonomian?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian bank syariah.
2. Untuk mengetahui peranan bank syariah bagi perekonomian,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Pada sisi lain, akad atau perjanjian merupakan hukum yang mengikat bagi
para pihak yang melakukan akad atau perjanjian. (pasal 1338 KUHPerdata),
sehingga untuk kepastian hukum, seharusnya pula klausul akad/perjanjian produk
bank syariah dan produk ekonomi syariah lainnya menyebut penyelesaian sengketa
secara litigasi pada Pengadilan Agama setempat
1. Gharar (spekulatif).
1. Maisyir (perjudian).
Al-Quran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. Al-Maidah/5: 90-91).
Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr
(kemudahan dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja
dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.
2. Riba(bunga) adalah pengambilan tambahan baik dalam trasanksi jual beli maupun
pinjam memimjam secara bathil dan bertentangan dengan perinsip muamalah Islam.
5. Barang haram dan maksiat, misalnya larangan menjalankan usaha yang haram
(Q.S.Al-Baqarah: 273-281).
1. Mudharabah
Mudharabah dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu
pemilik modal (shahib al mal atau rabb al mal) yang mempercayakan sejumlah dana
kepada pihak lain, dalam hal ini pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu
aktivitas atau usaha. Dalam mudharabah, pemilik modal tidak mendapat peran
dalam manajemen. mudharabah adalah kontrak bagi hasil yang akan memberi
pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai.
Jadi, Mudharabah adalah kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana
(shahibul maal) dan nasabah sebagai pengololah dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.'
k. Ada modal dari nasabah berlaku sebagai atau mengambil hasil keuntungan
sesuai modal.
l. Pengembalian pembiyaan di akhir priode.
2. Mudharabah Mugavadah
3. Musyarakah (Kemitraan)
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Syarat akad penyaluran dana berdasarkan
musyarakah adalah:
4. Murahahah
b. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah pada Bank berdasarkan
kesepakatan.
5. Salam
a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat dan harga yang disepakati.
f. Bank dapat memperoleh keuntungan/kerugian saat barang yang dibeli oleh bank
telah dijual.
a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat dan harga yang disepakati.
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa antara BANK dan NASABAH yang
mendasari pembiayaan ijarah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
a. Bank dapat membiayai pengadaan obyek sewa berupa barang yang telah dimiliki
bank atau barang yang diperoleh dari sewa menyewa dari pihak lain untuk
kepentingan nasabah. Pembayaran bank pada nasabah pada saat akad.
b. Obyek dan manfaat sewa dapat dinilai dan diidentifikasi, jelas pembayaran dan
jangka waktu sewa.
c.Bank menyediakan barang sewa, kulaitas dan kuantitas serta ketepatan waktu
sesuai kesepakatan.
a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat.
b. Pembayaran Bank pada nasabah pada saat akad dan harga yang disepakati.
f. Bank dapat memperoleh keuntungan/kerugin saat barang yang dibeli oleh bank
telah dijual pada pihak lain
7. QARDH
d. Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan karena tidak mampu, bank dapat
memperpanjang jangka waktu, menghapus buku atas beban kerugian bank.
f. Dana qardh untuk sosial dari modal keuntungan yang disisihkan dan infak.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Sebagai manusia, kami
pun tak luput dari kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Tapi, semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat, dengan harapan bisa
menambah Pengetahuan dan Keilmuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk menjadi koreksi kedepan.
DAFTAR PUSTAKA