Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“DASAR HUKUM MEMBUAT PERJANJIAN


DALAM PERBANKAN SYARIAH”
DOSEN PEMBIMBING : Neliyana,S.E.,M.Ag.

DISUSUN OLEH:

NAMA : VIRA NADIA


NPM : 22106220009
PRODI : AKUNTASI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JABAL GHAFUR
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
Dasar Hukum Membuat Perjanjian dalam Perbankan. Atas dukungan yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Neliyana,S.E.,M.Ag. selaku dosen
Mata Kuliah Hukum Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikin dengan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami selanjutnya.

Sigli, 22 Desember 2022

Vira Nadia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang 2


...............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah 3
..........................................................................................
1.3. Tujuan Masalah 4
..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5

2.1. Pengertian …………….................................................................................. 6


2.2. Prinsip – prinsip Ekonomi Syariah……........................................................... 7
2.3. Akad / Perjanjian beberapa Produk Bank Syariah ......................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 9

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 10


3.2. Saran ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial


intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya
berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya
perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan
komoditas, antara lain 1. Memindahkan uang 2. Menerima dan membayarkan
kembali uang dalam rekening koran 3. Mendiskonto surat wesel, surat order
maupun surat berharga lainnya 4. Membeli dan menjual surat-surat berharga. 5.
Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang 6. Memberi jaminan bank.

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam


memperkenalkan prinsip muamalah islam. Bank islam lahir sebagai solusi
alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba.
Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri
dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank
Islam lahir di Indonesia sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-
undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-undang Perbankan No.
10 tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem
bagi hasil atau bank syariah. Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit
bisnis adalah penting, namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan
adanya ketidakadilan, ketidakjujuran dan penghisapan dari satu pihak ke pihak
lain (baik dengan nasabahnya). Kedudukan bank Islam dalam hubungan dengan
para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedang dalam hal
bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.
Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka dalam
menjalankan pekerjaannya, bank Islam menggunakan berbagai teknik dan
metode investasi seperti kontrak mudharabah. Di samping itu, bank Islam juga
terlibat dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan Islam yang berdasarkan
prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan
bunga kepada para depositor atau pembebanan suatu bunga dari para klien tidak
timbul.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu bank syariah?
2. Bagaimana peranan bank syariah bagi perekonomian?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian bank syariah.
2. Untuk mengetahui peranan bank syariah bagi perekonomian,
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Bank syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya


berdasarkan syariat Islam. Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional
adalah terletak pada landasan operasi yang digunakan. bank konvensional
beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasi berlandaskan sistem bagi
hasil. Dalam suatu sistem perbankan diperlukan perjanjian. Perjanjian atau akad
dalam bank syariah merupakan suatu hukum yang mengikat antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya dalam suatu transaksi pada bank syariah.

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah menjadi kewenangan absolute


Pengadilan dalam lingkungan peradilan agama berdasarkan Undang-Undang Nomor
3 tahun 2006 perubahan pertama Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. Kewenangan tersebut dituangkan pada pasal 49 yang
menyebutkan Pengadiln Agama bertugas dan berwenang memeriksa, mumutus dan
menyelesaikan perkara pada tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang: a. Perkawina, b. Waris, c. Wasiat, d. Hibah, e. Wakaf, f. Zakat, g.
Infak, h. Shadakah dan i. Ekonomi syasiah.

Penyelesaian sengketa bidang perbankan syari'ah dan bidang ekonomi


syariah lainnya, mencakup: Bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah,
asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat
berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah,
pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah
(penjelasan pasal 49 huruf i).

Namun demkian, kewenangan absolut tersebut menjadi tidak pasti dengan


diundangkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
yang memberikan kompetensi atau kewenangan kepada pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah dan
berimplikasi pada adanya pilihan hukum bagi pihak dalam perjanjian untuk memilih
penyelesaian sengketa (choice of forum) pada Pengadilan dalam lingkungan
peradilan agama atau Pengadilan lingkungan peradilan umum.

Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 93/PUU-X/2012 tanggal 29 Agustus


2013 dalam amarnya menyatakan bahwa penjelasan pasal 55 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara
Republik Indonesia) tahun 2008 Nomo 94, tambahan Lembaran Negara Repuplik
Indonesia nomor 4867) bertentangan dengan Undang Undang Dasar Tahun 1945
dan penjelasan pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia) tahun 2008 Nomo 94,
tambahan Lembaran Negara Repuplik Indonesia nomor 4867) tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat, dan pasca putusan Mahkamah Konstiusi RI. tersebut
berarti kewenangan absolute Pengadilan dalam lingkungan peradilan agama
menjadi pasti.

Pada sisi lain, akad atau perjanjian merupakan hukum yang mengikat bagi
para pihak yang melakukan akad atau perjanjian. (pasal 1338 KUHPerdata),
sehingga untuk kepastian hukum, seharusnya pula klausul akad/perjanjian produk
bank syariah dan produk ekonomi syariah lainnya menyebut penyelesaian sengketa
secara litigasi pada Pengadilan Agama setempat

Adapun tujuan perjanjian dalam perbankan Syariah yaitu untuk mengindari


terjadinya perselisihan dan sengketa pada kontrak yang disepakati, maka wajib
untuk mengetahui dasar-dasar hukum kontrak/akad atau perjanjian dalam
Perbankan Syariah, sehingga manfaatnya dapat menciptakan kontrak yang dapat
mengakomodir semua kepentingan nasabah dan bank syariah.

2.2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah

Perinsip ekonomi syariah merupakan landasan untuk bertrasanksi ekonomi


syariah. Ada beberapa larangan dalam setiap trasanksi syariah sebagai berikut:

1. Gharar (spekulatif).

Islam melarang transaksi ekonomi yang melibatkan unsur spekulasi, gharar


dilarang dalam beberapa hadis. Menurut istilah bisnis, gharar artinya menjalankan
suatu usaha tanpa pengetahuan yang jelas, atau menjalankan transaksi dengan
resiko yang berlebihan.

1. Maisyir (perjudian).

Al-Quran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. Al-Maidah/5: 90-91).
Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr
(kemudahan dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja
dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.

2. Riba(bunga) adalah pengambilan tambahan baik dalam trasanksi jual beli maupun
pinjam memimjam secara bathil dan bertentangan dengan perinsip muamalah Islam.

3. Zalim (aniaya). Larangan merugikan orang lain (QS.Asy-Syuara: 183).


4. Risywah (sogok), sogok menyogok dilarang dalam beberapa hadis, dan
ancamannya adalah baik yang menyogok maupun yang disogok tempatnya di
neraka.

5. Barang haram dan maksiat, misalnya larangan menjalankan usaha yang haram
(Q.S.Al-Baqarah: 273-281).

2.3. Akad/perjanjian beberapa produk bank syariah.

1. Mudharabah

Mudharabah dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu
pemilik modal (shahib al mal atau rabb al mal) yang mempercayakan sejumlah dana
kepada pihak lain, dalam hal ini pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu
aktivitas atau usaha. Dalam mudharabah, pemilik modal tidak mendapat peran
dalam manajemen. mudharabah adalah kontrak bagi hasil yang akan memberi
pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai.

Jadi, Mudharabah adalah kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana
(shahibul maal) dan nasabah sebagai pengololah dana (mudharib) untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.'

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan mudharabah adalah:

a. Bank sebagai shahibul mal dan nasabah sebagai mudharib.

b. Ada kesepakatan pengembalian dana dan pembagian keuntungan.

c. Bank tidak mengelolah dana, tetapi mengawasi dan membina nasabah.

d. Pembiayan tunai dan atau barang

e. Apabila barang harus dinili harga perolehannya sesuai harga pasar.

f. Pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah.

g. Bank menanggung rugi, kecuali apabila nasabah curang.

h. Nisbah tidak apat dirubah kecuali sepakat.

i. Nisbah dapat berjenjang (tiering).

j. Pembagian keuntungan dari usaha mudharib.

k. Ada modal dari nasabah berlaku sebagai atau mengambil hasil keuntungan
sesuai modal.
l. Pengembalian pembiyaan di akhir priode.

m. Bank dapat meminta jaminan.

2. Mudharabah Mugavadah

Mudharabah muqayyadah adalah kerjasama usaha antara bank sebagai


pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengololah dana (mudharib)
untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan dengan catatan pengelola dana (usaha) harus mengikuti syarat-syarat
yang ditetapkan oleh shahibul maal.

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan mudharabah muqayyadah adalah:

a. Bank sebagai penyalur dana investor.

b. Jangka waktu, pengembalian dana dan pembagian keuntungan atas


kesepakatan.

c. Bank tidak mengelolah dana.

d. Pembiayan tunai dan atau barang.

e. Apabila barang harus dinilai harga perolehannya sesuai harga pasar.

f. Bank menerima fee

g. Nishah keuntungan investor dengan nasabah.

h. Bank tidak menanggung resiko.

i. Insventor menanggung resiko.

3. Musyarakah (Kemitraan)

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Syarat akad penyaluran dana berdasarkan
musyarakah adalah:

a. Bank dan nasabah masing-masing sebagai mitra denganuang/barang

b. Nasabah sebagai pengelolah dan bank bisa ikut serta.

c. Bank dapat menunjuk nasabah sebagai pengelolah usaha.


d. Pembiayaan dalam bentuk tunai/barang.

e. Bentuk barang harus dinilai dengan kesepakatan.

f. Jangka waktu, pengembalian dana dan pembagan keuntungan disepakati


bersama.

g. Biaya operasional dibebankan kepada modal.

h. Pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah

i. Nisbah dapat berubah berdasrkan kesepakatan

j. Nisbah dapat berjenjang (tiering).

k. Bagi untung berdasarkan laporan keuangan.

l. Pengembalian pembiyaan di akhir priode.

m. Bank dapat meminta jaminan.

4. Murahahah

Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara BANK dan NASABAH dimana


BANK membeli Barang yang diperlukan oleh NASABAH dan kemudian menjualnya
kepada NASABAH sebesar harga beli ditambah dengan marjin keuntungan yang
disepakati antara BANK dan NASABAH.

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan murabahah adalah:

a. Bank menyediakan dana pembiyaan berdasarkan perjanjian jual beli.

b. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah pada Bank berdasarkan
kesepakatan.

c. Bank membiayai seluruh/sebagaian harga beli.

d. Bank mewakilkan pada nasabah setelah barang dimiliki bank.

e. Kesepakatan margin tidak berubah.

5. Salam

Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli,


pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
Syarat akad penyaluran dana berdasarkan salam adalah:

a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat dan harga yang disepakati.

b. Pembayaran Bank pada nasabah pada saat akad.

c. Alat bayar diketahui/sepakat jumlah dan bentuk.

d. Bank/pembeli tidak boleh menjual barang yang belum diterima.

e. Bank dapat meminta jaminan.

f. Bank dapat memperoleh keuntungan/kerugian saat barang yang dibeli oleh bank
telah dijual.

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan Istisna" adalah:

a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat dan harga yang disepakati.

b. Pembayaran nasabah kepada Bank tidak boleh dalam bentuk pembebanan


hutang nasabah kepada bank.

c. Alat bayar diketahui/sepakat jumlah dan bentuk.

6. Ijarah & IMBT

Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa antara BANK dan NASABAH yang
mendasari pembiayaan ijarah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan ijarah adalah:

a. Bank dapat membiayai pengadaan obyek sewa berupa barang yang telah dimiliki
bank atau barang yang diperoleh dari sewa menyewa dari pihak lain untuk
kepentingan nasabah. Pembayaran bank pada nasabah pada saat akad.

b. Obyek dan manfaat sewa dapat dinilai dan diidentifikasi, jelas pembayaran dan
jangka waktu sewa.

c.Bank menyediakan barang sewa, kulaitas dan kuantitas serta ketepatan waktu
sesuai kesepakatan.

d. Bank mewakilkan kepada nasabah mencari barang.


e. Nasabah wajib bayar sewa dan memelihara barang

Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) adalah perjanjian sewa-menyewa yang


sesuai dengan syariah antara BANK dengan NASABAH. Pada akhir masa sewa,
bank yang secara prinsip sebagai pemilik aset akan mengalihkan kepemilikan aset
kepada NASABAH, baik secara penjualan atau hibah."

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT)


adalah:

a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat.

b. Pembayaran Bank pada nasabah pada saat akad dan harga yang disepakati.

c. Alat bayar diketahui/sepakat jumlah dan bentuk.

d. Bank/pembeli tidak boleh menjual barang yang belum diterima.

e. Bank dapat meminta jaminan.

f. Bank dapat memperoleh keuntungan/kerugin saat barang yang dibeli oleh bank
telah dijual pada pihak lain

7. QARDH

Al gardh adalah perjanjian pinjaman dari BANK kepada NASABAH dengan


ketentuan bahwa NASABAH wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada
BANK pada waktu yang telah disepakati antara BANK dan NASABAH sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Syarat akad penyaluran dana berdasarkan Qardh adalah:

a. Bank dapat meminjamkan gardh untuk nasabah sesuai kesepakatan.

b. Nasabah mengembalikan pinjaman qardh pada waktu yang disepakati.

c. Bank dapat membebani nasabah dengan biaya adminitrasi.

d. Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan karena tidak mampu, bank dapat
memperpanjang jangka waktu, menghapus buku atas beban kerugian bank.

e. Apabia nasabahnya mampu tetapi tidak mengembalikan gardh, Dikenakan sanksi


denda keterlambatan/menjual agunan.

f. Dana qardh untuk sosial dari modal keuntungan yang disisihkan dan infak.

g. Dana qardh untuk komersil dari dana pihak ketiga.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bank syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya


berdasarkan syariat Islam. Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional
adalah terletak pada landasan operasi yang digunakan. bank konvensional
beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasi berlandaskan sistem bagi
hasil. Dalam suatu sistem perbankan diperlukan perjanjian. Perjanjian atau akad
dalam bank syariah merupakan suatu hukum yang mengikat antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya dalam suatu transaksi pada bank Syariah

Tujuan perjanjian dalam perbankan Syariah yaitu untuk mengindari


terjadinya perselisihan dan sengketa pada kontrak yang disepakati, maka wajib
untuk mengetahui dasar-dasar hukum kontrak/akad atau perjanjian dalam
Perbankan Syariah, sehingga manfaatnya dapat menciptakan kontrak yang dapat
mengakomodir semua kepentingan nasabah dan bank syariah.

3.2. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Sebagai manusia, kami
pun tak luput dari kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Tapi, semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat, dengan harapan bisa
menambah Pengetahuan dan Keilmuan bagi kita semua. Kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk menjadi koreksi kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

Setia Budhi Wilardjo, Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah Di


INDONESIA VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004- Maret 2005
http://jurnal.unimus.ac.id
Mudrajad Kuncoro dan Suharjono, 2002, Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi,
Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE
Muhamad, 2000, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta : UII Press

Anda mungkin juga menyukai