FIQH MUAMALAH 2
Kelompok 1
DISUSUN OLEH :
JURUSAN AKUNTANSI
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan laporan tertulis sebagai Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah 2. Makalah ini
ditujukan kepada Bapak Dr. Dede Abdul Fatah selaku Dosen Mata Kuliah Fiqh Muamalah 2
Pada kesempatan ini saya selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Dr. Dede Abdul Fatah selaku Dosen Mata Kuliah Fiqh Muamalah 2 yang
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Wa’alaikumsalam Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II ISI
2.1 Pengertian Line Facility dan Pembiayaan Rekening Koran.................. 6
2.2 Landasan Hukum Line Facility dan Pembiayaan Rekening Koran….. 11
2.3 Praktik Line Facility dan Pembiayaan Rekening Koran di LKK......... 21
2.4 Pengertian Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening Koran
Syariah…………………………………………...…………………... 25
2.5 Landasan Hukum Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening
Koran Syariah……………………………………………………...… 26
2.6 Akad-akad Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening
Koran Syariah………………...…...…………………………………. 31
2.7 Skema Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening
Koran Syariah………………………………………………………... 33
2.8 Praktik Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening
Koran Syariah…………………………………………………...…… 42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah dan/atau unit syariah.Prinsip Syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.
2
Sebagai lembaga keuangan, bank juga berfungsi sebagai perantara
keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana. Bank menerima simpanan uang masyarakat (dana pihak
ketiga).Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada
masyarakatdalam bentuk kredit dengan pengenaan suku bunga
tertentu.Bank sebagai pengelola dapat memilih sumber dana yang paling
murah dari sumber dana yang ada, karena dengan dipindahnya dana yang
biayanya relatif lebih murah itu, suatu bank akan dapat memberikan
pinjaman kepada masyarakat dengan harga yang murah pula. Sehingga bagi
masyarakat atau nasabah akan berakibat kemungkinan diperolehnya laba
yang memadai.Oleh karena itu setiap bank berusaha memupuk dana yang
bersumber dari rekening giro, dimana giro merupakan salah satu simpanan
paling murah bagi bank karena imbalan yang diberikan umumnya relatif
lebih kecil dibandingkan dengan tabungan ataupun deposito berjangka,
sehingga bank menetapkan berbagai kebijaksanaan yang akhirnya
menimbulkan persaingan sesama bank.
3
rekening nasabah yang bersangkutan. Denganrekening giro dapat
bertransaksi dengan mudahmembuka rekening tersebut pada bank
denganketentuan-ketentuan yang telah ditentukan dan dapat bertransaksi
kapan saja, dimana saja dengan jumlah yang cukup besar serta menikmati
segala fasilitas yang diberikan rekening giro kepada nasabah giro.
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk menulis topik dengan judul.
1. Apa yang dimaksud dengan Line Facility yang ada di Bank Syariah?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu Line Facility dan Rekening Koran Syariah.
3. Untuk mengetahui manfaat dan fasilitas yang didapat dari Line Facility
dan Rekening Koran Syariah .
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Pembaca
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang artinya
percaya. Menurut Hasibuan (2001:87), “kredit adalah semua jenis pinjaman
yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati”. Sedangkan menurut Rivai dan Veithzal
(2004:4), “kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak
(kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain
(nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit
kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.
Prinsip dari modal kerja ini adalah penggunaan modal yang akan habis
dalam satu siklus usaha yaitu dimulai dari perolehan uang tunai dari kredit
bank kemudian digunakan untuk membeli barang dagangan atau bahan-bahan
baku kemudian diproses menjadi barang jadi lalu dijual baik secara tunai atau
kredit selanjutnya memperoleh uang tunai kembali. Dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya, perusahaan membutuhkan dana yang cukup untuk
menjamin kelangsungan operasinya tersebut.
7
B. Pengertian Pembiayaan Rekening Koran
1Malayu S.P. Hasbuan, Dasar-Dasar Perbankan, Cet. VI, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.
75.
2 Wiroso, Produk Perbankan Syari’ah, Cet. 1, (Jakarta: LPFE Usakti, 2011), hlm. 310.
3Ibid., hlm. 311.
8
dapat menarik dan melunasi fasilitas berulang-ulang selama tidak melebihi
limit plafon yang diberikan.
6
Malayu S.P. Hasbuan, Dasar-Dasar, hlm. 75
10
2.2 Landasan Hukum Line Facility dan Pembiayaan Rekening Koran
SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 29/POJK.05/2014
TENTANG
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka mendukung perkembangan perusahaan
pembiayaan yang dinamis dan mewujudkan industri perusahaan
pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, serta berkontribusi
untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan, perlu
dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai
penyelenggaraan usaha oleh Perusahaan Pembiayaan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan;
11
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
12
BAB II
KEGIATAN USAHA
Bagian Kesatu
Jenis Kegiatan Usaha dan Cara Pembiayaan
Pasal 2
(1) Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:
a. Pembiayaan Investasi;
b. Pembiayaan Modal Kerja;
c. Pembiayaan Multiguna; dan/atau
d. kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK.
(2) Selain kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan Pembiayaan
dapat melakukan sewa operasi (operating lease) dan/atau kegiatan berbasis fee
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan di sektor jasa
keuangan.
Pasal 3
Kegiatan Pembiayaan Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a
dan/atau Pembiayaan Modal Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf
b ditujukan untuk Debitur berbentuk badan usaha atau orangperseorangan:
a. yang memiliki usaha produktif; dan/atau
b. yang memiliki ide-ide untuk pengembangan usaha produktif.
Pasal 4
(1) Pembiayaan Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a wajib
dilakukan dengan cara:
a. Sewa Pembiayaan (Finance Lease);
b. Jual dan Sewa-Balik (Sale and Leaseback);
13
c. Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang (Factoring With
Recourse);
d. Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran;
e. Pembiayaan Proyek;
f. Pembiayaan Infrastruktur; dan/atau
g. pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK.
(2) Pembiayaan Modal Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b wajib
dilakukan dengan cara:
a. Jual dan Sewa-Balik (Sale and Leaseback);
b. Anjak Piutang Dengan Pemberian Jaminan Dari Penjual Piutang (Factoring With
Recourse);
c. Anjak Piutang Tanpa PemberianJaminan Dari Penjual Piutang (Factoring Without
Recourse);
d. Fasilitas Modal Usaha; dan/atau
e. pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK.
(3) Pembiayaan Multiguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c
wajibdilakukan dengan cara:
a. Sewa Pembiayaan (Finance Lease);
b. Pembelian Dengan Pembayaran Secara Angsuran; dan/atau
c. pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK.
Pasal 29
(1) Selain faktor ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2), penilaian kualitas piutang pembiayaan untuk
Pembiayaan Investasi dan Pembiayaan Modal Kerja dengan nilai pembiayaan pada
saat penandatanganan perjanjian sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
atau lebih, dapat juga ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor:
a. kemampuan membayar Debitur;
14
b. kinerja keuangan (financial performance) Debitur; dan
c. prospek usaha Debitur.
(4) Penilaian terhadap prospek usaha Debitursebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi komponenkomponen paling sedikit sebagai berikut:
a. potensi pertumbuhan usaha;
b. kondisi pasar dan posisi Debitur dalam persaingan;
c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
d. dukungan dari grup atau afiliasi; dan
e. upaya yang dilakukan Debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup.
(5) Dalam hal terdapat perbedaan antara penilaian kualitas piutang pembiayaan oleh
Perusahaan Pembiayaan dengan OJK, kualitas piutang pembiayaan yang berlaku
adalah yang ditetapkan oleh OJK.
15
(6) Perusahaan Pembiayaan wajib melakukan penyesuaian kualitas piutang
pembiayaan dengan penilaian kualitas piutang pembiayaan yang ditetapkan oleh
OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dalam laporanlaporan yang disampaikan
kepada OJK.
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka memperlancar proses penyediaan dana untuk
mendorong pembangunan ekonomi dan penerapan manajemen
risiko kredit yang efektif serta tersedianya informasi kualitas
debitur yang dapat diandalkan, diperlukan adanya sistem informasi
debitur yang lengkap, akurat, terkini dan utuh;
b. bahwa untuk mendukung tersedianya informasi debitur yang
lengkap, akurat, terkini, dan utuh, serta untuk meningkatkan
disiplin pasar, diperlukan penyempurnaan terhadap
penyelenggaraan sistem informasi debitur;
c. bahwa berdasarkan Keputusan Bersama Bank_Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan tanggal 18 Oktober 2013 tentang
16
Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Pelaksanaan Tugas Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan bekerjasama dan berkoordinasi terkait
pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan
sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan;
d. bahwa berdasarkan Keputusan Bersama Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan tanggal 3 Desember 2015 tentang
Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Informasi Debitur, Bank Indonesia bersama
dengan Otoritas Jasa Keuangan melakukan penyempurnaan
ketentuan terkait Sistem Informasi Debitur di Bank_Indonesia;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank
Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472),
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10
Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3790);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank_Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang (Lembaran
17
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007
tentang Sistem Informasi Debitur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4784)
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Bank Umum adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai perbankan, termasuk kantor cabang bank asing.
2. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah bank
perkreditan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai perbankan.
3. Lembaga Keuangan Non-Bank adalah lembaga keuangan yang meliputi asuransi,
dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan
lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.
4. Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank adalah perusahaan pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai perusahaan
pembiayaan, yang melakukan kegiatan usaha kartu kredit.
18
5. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan
pinjam sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perkoperasian.
6. Pelapor adalah Bank Umum, BPR, Lembaga Keuangan Non-Bank,
Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam, yang
meliputi kantor yang melakukan kegiatan operasional, antara lain: a. kantor
pusat; b. kantor cabang; c. unit syariah; d. kantor cabang bank asing; dan e.
kantor cabang pembantu bank asing, yang menyampaikan Laporan Debitur.
7. Debitur adalah perorangan, perusahaan, atau badan yang memperoleh satu atau
lebih fasilitas penyediaan dana.
8. Informasi Debitur adalah informasi dalam Sistem Informasi Debitur yang antara
lain berupa data Debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas Penyediaan Dana yang
diterima Debitur, agunan, penjamin, dan kolektibilitas.
9. Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan adalah lembaga pengelola informasi
perkreditan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai
lembaga pengelola informasi perkreditan.
10. Laporan Debitur adalah informasi yang disajikan dan dilaporkan oleh Pelapor
kepada Bank Indonesia menurut tata cara dan bentuk laporan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
11. Sistem Informasi Debitur adalah sistem yang menyediakan informasi Debitur
yang merupakan hasil olahan dari Laporan Debitur yang diterima
Bank_Indonesia.
12. Penyediaan Dana adalah penanaman dana Pelapor baik dalam Rupiah maupun
valuta asing, dalam bentuk Kredit, Surat Berharga, Penempatan, Penyertaan
Modal, Penyertaan Modal Sementara, Tagihan Lainnya, dan Transaksi Rekening
Administratif, serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu.
13. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Pelapor
19
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk:
a. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang
tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;
b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan/atau
c. pengambilalihan atau pembelian Kredit dari pihak lain.
14. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit,
atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan
pasar uang.
15. Penempatan adalah penanaman dana Pelapor pada bank lain dalam bentuk giro,
interbank call money, deposito berjangka, sertifikat deposito, Kredit, dan
penanaman dana lainnya yang sejenis.
20
2.3 Praktik Line Facility dan Pembiayaan Rekening Koran di LKK
Kredit Modal Kerja adalah kredit yang digunakan debitur atau penerima kredit
untuk modal kerja usaha, baik sebagai penambah modal kerja ataupun sebagai modal
kerja awal. Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja nasabah. Contoh kredit ini adalah untuk membeli bahan baku,
membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya yang berkaitan dengan proses
produksi perusahaan.
21
Prosedur pengajuan kredit modal kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. yaitu sebagai berikut :
1. Syarat Pemohon
a. Tidak termasuk dalam Daftar Kredit Macet BI / Daftar Hitam BI.
b. Warga Negara Indonesia berusia 21 tahun atau telah menikah.
c. Telah didirikan / berpengalaman dalam usaha yang dijalankan minimal 2
tahun tanpa terputus
d. Kondisi keuangan / Laporan Keuangan 2 tahun terakhir harus laba.
2. Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi
a. Perorangan :
Foto copy KTP (suami dan isteri)
Foto copy Kartu Keluarga (Jika sudah menikah/berkeluarga)
Foto copy Surat / Akta Nikah
b. Badan usaha :
Foto copy KTP (para pengurus dan Komisaris)
Foto copy Akta Pendirian, Akta Perubahan
Foto copy Surat Keputusan Pengesahan Menteri Kehakiman dan Lembaran
Berita Negara
3. Dokumen Tambahan lainnya untuk Perorangan & Badan Usaha :
Pas foto ukuran 4 x 6 masing - masing 2 buah
Foto copy Surat Keterangan Ganti Nama
Foto copy Surat WNI / WNA
Foto copy NPWP
Foto copy SIUP / TDUP / SIUJK 39
Foto copy TDP yang masih berlaku
Foto copy Perijinan lain yang dipersyaratkan untuk usaha tersebut
Foto copy SPPT PBB tahun terakhir dan tanda pelunasannya
Foto copy SPK / Surat Perintah Kerja lainnya selama 1 tahun terakhir
22
Foto copy rekening Koran 6 bulan terakhir dari BRI / Bank lain
Foto copy Sertifikat hak Milik / HGB an. Calon peminjam, Badan usaha,
Pengurus Perusahaan
Foto copy IMB bagi tanah yang ada bangunannya
Foto copy Laporan Keuangan 3 tahun terakhir berupa Laporan Neraca dan
Rugi Laba.
Cara Mendaftar:
• Menyerahkan dokumen-dokumen persyaratan kredit.
• Usaha debitur telah berjalan minimum tiga (3) tahun.
• Usaha debitur tidak termasuk ke dalam jenis industri yang tidak dapat
dibiayai berdasarkan kebijakan BTPN dan/atau termasuk dalam target
industri yang tidak dapat dibiayai berdasarkan kebijakan BTPN.
23
• Debitur tidak termasuk dalam kategori debitur yang memiliki kredit
bermasalah berdasar hasil pengecekan ke Bank Indonesia dan/atau Otoritas
Jasa Keuangan.
• Debitur tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan/atau Otoritas
Jasa Keuangan.
• Debitur tidak pernah mendapat pinjaman di BTPN yang tergolong
bermasalah.
• Debitur menyerahkan jaminan sesuai ketentuan jaminan yang dapat
diterima di BTPN, yaitu dapat berupa tanah dan bangunan, tanah kosong,
kendaraan, mesin, persediaan barang dagangan dan piutang dagang.
• Debitur lolos dalam proses analisa kredit sesuai dengan kebijakan yang
berlaku di BTPN.
• Debitur membuka rekening Giro Bisnis di BTPN.
24
2.4 Pengertian Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening Koran Syariah
25
2.5 Landasan Hukum Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening Koran
Syariah
a. Al-Quran
… َيا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا أ َ ْوفُ ْوا ِب ْالعُقُ ْو ِد
.ً ِإ َّن ْال َع ْهدَ َكانَ َم ْسئ ُ ْوال،ِ… َوأَ ْوفُ ْوا ِب ْال َع ْهد
"... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan meng-haramkan riba…"
"Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
26
Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya."
b. Al Hadist
1. Hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf al-Muzani,
Nabi SAW bersabda:
2. Hadits Nabi riwayat Imam Ibnu Majah, al-Daraquthni, dan yang lain, dari
Abu Sa'id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
َ َعدَ أ َ ْخل
) َو ِإذَا اؤْ تُمِ نَ خَانَ (رواه مسلم،ف َ َو ِإذَا َو،ب
َ َث َكذ
َ َ ِإذَا َحد،ث ِ ِآيَاتُ ْال ُمنَاف
ٌ َق ثَال
27
"Tanda orang munafik ada tiga; jika berkata, ia dusta; apabila berjanji, ia
ingkari; dan apabila diberi amanat, ia khianat." (HR. Muslim)
.ع
ِ ش ْر ِ ِ الثَّابِتُ بِ ْالعُ ْرفِ كَالثَّاب.d
َّ ت بِال
"Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara' (selama tidak bertentangan dengan syari'at)."
… َياأَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا أ َ ْوفُ ْوا ِب ْالعُقُ ْو ِد
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …"
28
2. QS. al-Isra' [17]: 34:
.ً إِ َّن ْالعَ ْهدَ َكانَ َم ْسئ ُ ْوال،ِ… َوأَ ْوفُ ْوا بِ ْالعَ ْهد
"... Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta
pertanggunganjawabannya."
ذَلِكَ ِبأَنَّ ُه ْم قَالُوا،س ِّ ِ طا ُن مِ نَ ْال َمَ ش ْي ُ َّالر َبا الَ َيقُو ُمونَ ِإالَّ َك َما َيقُو ُم ا َّلذِي َيتَ َخب
َّ طهُ ال ِّ ِ َا َّل ِذيْنَ َيأ ْ ُكلُون
ظةٌ مِ ْن َربِِّ ِه فَا ْنت َ َهى فَلَهُ َما ِّ ِ َّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم
َ فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع،الربَا ِّ ِ إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع مِ ثْ ُل
َّ َوأَ َح َّل،الربَا
ِ َّص َحابُ الن
. َار هُ ْم فِي َها خَا ِلد ُْون ُ
ْ َ عادَ فَأولَئِكَ أ ِ َّ َوأ َ ْم ُرهُ ِإلَى،ف
َ َو َم ْن،َّللا َ َسل
َ
"Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
ت
ِ صا ِل َحا َ إِالَّ الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َو،ض
َّ عمِ لُوا ال ٍ علَى بَ ْع َ َ… َوإِ َّن َكثِي ًْرا مِ نَ ْال ُخل
ُ طاءِ لَيَ ْب ِغ ْي بَ ْع
َ ض ُه ْم
… َوقَ ِل ْي ٌل َما هُ ْم
"…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian
lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini …"
2. Hadis Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dan Ibn Majah dari 'Amr bin
'Auf al-Muzani, Nabi SAW bersabda:
3. Hadis Nabi riwayat Imam Ibnu Majah dari 'Ubadah bin al-Shamit,
Ahmad dari Ibn 'Abbas, Malik dari 'Amr bin Yahya al-Mazini, al-
Daraquthni, dan yang lain, dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi SAW
bersabda:
4. Hadis Nabi riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, Ibnu Majah
dari Abu al-Hamra', dan Ahmad dari Ibnu Umar dan Abu Burdah bin
Niyar; Nabi SAW bersabda:
َ شنَا فَلَي
.ْس مِ نَّا َّ غ
َ َم ْن
"Barang siapa menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan
kami."
5. Hadis Nabi riwayat Imam al-Daraquthni dari 'Amr bin Yatsribi dan
Anas bin Malik; Nabi SAW bersabda:
ُ ت بِ ِه نَ ْف
.ُسه ْ طا َب َ ئ مِ ْن َما ِل أَخِ ْي ِه
َ ش ْى ٌء إِالَّ َما ٍ الَ يَحِ ُّل ِال ْم ِر
"Tidak halal bagi seseorang suatu harta saudaranya kecuali harta
yang diberikan dengan kerelaan hatinya."
c. Kaidah Fikih:
30
"Pada dasarnya, segala bentuk mu'amalah boleh dilakukan
sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya."
شقَّةُ ت َ ْجلِبُ الت َّ ْي ِسي َْر
َ ال َم
"Kesulitan dapat menarik kemudahan."
ِال َحا َجةُ قَدْ ت َ ْن ِز ُل َم ْن ِزلَةَ الض َُّر ْو َرة
"Keperluan dapat menduduki posisi darurat."
ع
ِ ش ْر ِ ِالثَّابِتُ بِ ْالعُ ْرفِ كَالثَّاب
َّ ت بِال
"Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan
sesuatu yang berlaku berdasarkan syara' (selama tidak bertentangan
dengan syari'at."
d. Fatwa DSN-MUI Nomor 30/DSN-MUI/VI/2002
2.6 Akad-akad Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening Koran Syariah
31
4. Musyarakah, Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana berupa
kas maupun aset nonkas yang diperkenankan oleh Syariah.
5. Ijarah, Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (Ujrah) tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
32
dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya
menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.
4. Ijarah, Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (Ujrah) tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
5. Qardh, Qardh adalah suatu akad pinjaman (penyaluran dana) kepada
nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang
telah disepakati antara nasabah dan LKS.
33
2.7 Skema Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening Koran Syariah
Penjelasan:
34
Penjelasan:
35
Penjelasan:
5. Penyerahan barang / manfaat barang / jasa oleh rekanan atas nama bank
6. Nasabah membayar angsuran atas pokok dan bagi hasil kepada LKS.
36
Penjelasan:
37
Penjelasan:
38
B. Skema Pembiayaan Rekening Koran Syariah
Penjelasan:
40
Penjelasan:
41
2.8 Praktik Line Facility Syariah dan Pembiayaan Rekening Koran Syariah
Kriteria Pembiayaan:
42
Kriteria Rekanan:
Kriteria Nasabah:
44
sewa dan rekening giro nasabah tidak diperbolehkan minus atau bersifat
Overdraft.
Penggunaan
3 Sifat Kontrak Pinjaman Syirkah
4 Sifat Pembiayaan Revolving Revolving
5 Jangka Waktu Pendek Pendek
6 Perhitungan Bunga per Hari Ekspektasi per hari namun
dibukukan berdasarkan
Pendapatan
realisasi Pendapatan Bagi
Dapat dilihat bahwa dari sisi saldo sangat berbeda, pada fasilitas
Overdraft, nasabah dapat mengambil dana pada bank yang bersangkutan lebih
dari plafon yang disepakati (cerukan) dan cerukan tersebut nantinya akan
dihitung layaknya fasilitas kartu kredit. Sedangkan saldo giro nasabah yang
memiliki fasilitas PRKS Muamalat tidak dapat minus karena jumlah plafon
tersebut merupakan porsi modal bank pada kesepakatan musya>rakah pada saat
penandatanganan akad jadi, penggunaan dana tidak boleh melebihi jumlah
plafon yang telah disepakati.
Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari kerja keras BMI yang
diantaranya mengenalkan PRKS Muamalat pada nasabahnasabah lama dan
dengan memakai strategi salles promotion atau dengan yang lebih dikenal
dengan perkenalan produk langsung pada masyarakat (door to door).
Mengingat kondisi perekonomian karesidenan Banyumas yang sedang
mengalami perkembangan khususnya sektor Usaha Kecil Menengah (UKM)
sebagai tolok ukurnya, sangat memungkinkan prospek yang sangat tinggi untuk
PRKS Muamalat kedepannya. Apalagi dengan
46
memberikan pelayanan yang menyenangkan, fasilitas-fasilitas yang
menunjang dan prosedur yang ditetapkan mudah, BMI berharap melalui
PRKS Muamalat nasabah akan merasa puas.
1. Persiapan Pembiayaan
23
4. Dari proses verifikasi di atas terdapat beberapa dokumen yang
dipersiapkan AM antara lain:
b. Hasil BI Cheking;
c. Hasil Taksasi;
e. Legal opinion;
5. Keputusan Pembiayaan
Management Division;
6. Realisasi Pembiayaan
48
a. Berdasarkan keputusan Komite pembiayaan yang tertuang dalam UP,
AM menyusun Offering Letter (Surat Persetujuan Prinsip
Pembiayaan);
b. Offering Letter merupakan hasil rangkuman dari keputusan komite
pembiayaan;
penutupan asuransi;
m. Setelah USP melakukan prosedur yang diperlukan maka AM bisa
menerbitkan Memorandum Setting Pembiayaan;
Setting adalah;
50
1) Offering Letter/ Surat Pemohonan Realisasi Pembiayaan
(SPRP);
2) Usulan Pembiayaan;
kolektibilitasnya.
51
Pelaksanaan proses standar yang tersediapun terealisasi pada proses
verifikasi oleh AM yang selanjutnya dilakukan pengecekkan oleh USP meliputi
BI checking, legal opinion sampai dengan proses taksasi atau pengecekkan
jaminan. Pengecekan jaminan ini tergolong yang tidak bisa dipisahkan atau
harus dilakukan karena dari hasil taksasi ini lah akan memberikan pandangan
nilai dari aset yang dijaminkan pada pihak BMI yang menjadi ukuran untuk
menentukan besarnya polafon pembiayaan yang akan diberikan.
Pada proses keputusan pembiayaan yang dalam hal ini ditangani oleh
Financing Support Division dan/ atau Risk Management Division, penulis tidak
bisa meneliti secara intensif disebabkan bagian ini hanya ada di kantor
cabang Semarang oleh karenanya BMI hanya mengirimkan berkas dan data
yang dibutuhkan untuk dapat diperiksa. Selanjutnya dari pihak Financing
Support Division dan/atau Risk Management Division yang ada di Semarang
memeriksa data dan berkas yang diterimanya yang selanjutnya
mengirimkan kembali data tadi berisikan pandangan akan keputusan
pembiayaan yang diajukan terkait berkas kelengkapan dan langkah
selanjutnya yang harus dilakukan pihak BMI .
52
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
53
3.2 Saran
Jika banyak lembaga keuangan mikro syariah dalam hal ini KSPPS
mendapatkan akses line facilitykhususnya skema Mudharabah atau
Musyarakah dari bank syariah baik Bank Umum Syariah, Unit Usaha
Syariah dan BPRS maka hal ini akan berdampak positif. Dengan kata lain,
akan mendongkrak porsi pembiayaan berbasis profit and loss sharing.
54
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan,
Jakarta: Tazkia Institute, 1999.
Dahlan, Ahmad, Bank Syari’ah Teoritik, Praktik, Kritik, Yogyakarta: Teras, 2012.
Malayu S.P. Hasbuan, Dasar-Dasar Perbankan, Cet VI, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007).
55