Anda di halaman 1dari 12

PERSPEKTIF AL-QURAN TENTANG AMWAL

Disusun Oleh

Muhammad iksan 2120203860202107

Irmawati 2020203874236020

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................1

BAB I...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN...........................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Tafsir Ayat dan Hadits al-Amwal.........................................................................................5

BAB III..........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN
Harta dalam Alquran disebut dengan al-mal jamaknya al-amwal yang secara literal
memiliki arti cenderung pada, doyong, miring, suka, senang, simpati kepada, menyokong,
membantu, melangkah menuju, menyimpang dari, menghindar dari, mengelak, berpihak pada,
dan mengalahkan. Al-Mal khususnya uang, merupakan sesuatu yang membuat semua dan setiap
orang suka, bahkan jika perlu ia siap menggapainya dengan menghalalkan segala cara.

Dalam terminologi syariat, para ulama memformulasikan al-mal dengan rumusan yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut ulama Hanafiah, al-mal adalah
sesuatu yang menurut tabiatnya orang merasa senang dengan dan memungkinkan
pengawetannya dalam kurun waktu tertentu sampai kepada diperlukan pada waktu nanti. Adapun
menurut kebanyakan ulama fiqih selain Hanafiah, al-mal dirumuskan dengan sesuatu yang
memiliki harga material dikalangan manusia dan pemanfaatannya dibolehkan oleh syariat
terutama di waktu-waktu longgar serta ada kesempatan memilih, tidak di saat-saat waktu sempit
apabila dalam keadaan kritis atau bahaya. Dewasa ini, pengertian al- mal/al-amwal umumnya
dihubungkan dengan benda-benda atau barang-barang yang memiliki atau ditaksir dengan harga
uang.

Dari pengertian harfiah tentang harta atau harta kekayaan, dapat dipahami bahwa pada
dasarnya setiap orang menyenangi harta, apapun nama atau sebutannya. Sebagaimana disebutkan
dalam Alquran surat al-Fajr ayat 20 :

“Dan kamu semua manusia mencintai al-mal dengan kecintaan yang berlebihan” Karena
kecintaannya yang berlebihan terhadap al-mal, maka banyak orang yang siap melakukan
apa saja (penipuan, penggelapan,pencurian,perjudian, penyuapan, perampokan, korupsi dan lain
sebagainya) guna mendapatkan harta kekayaan. Namun demikian, Alquran memberikan rambu-
rambu tertentu untuk memperoleh dan menggunakan al-amwal dengan cara-cara yang memenuhi
standar hukum maupun moral (etika). Ayat-ayat dan hadits dibawah ini, hanya merupakan
sebagian dari sekian banyak ayat dan hadits yang besinggungan dengan ihwal kehartabendaan
atau harta kekayaan di satu pihak dan dunia kerja atau usaha untuk mendapatkan harta tersebut di
pihak lain.

Satu hal penting yang layak dicatat ialah bahwa meskipun Alquran itu sangat menghargai
arti dan peran penting al-amwal bagi kehidupan manusia, namun pada saat yang bersamaan,
Alquran juga mengingatkan secara serius perihal kemungkinan al-amwal bisa merusak
kehidupan manusia manakala terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam cara memperoleh dan
menggunakannya. Itulah pula sebabnya mengapa sejumlah ayat Alquran mengingatkan manusia
agar berhati-hati dengan al-amwal yang bisa mencelakakan meskipun pada saat yang bersamaan
sangat pula dibutuhkan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Ayat dan Hadits al-Amwal


Pertama: Harta adalah Ujian

1. Surat at-Taghabun : 15

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah
pahala yang besar.”

b. Makna Mufradat

1) terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama ahli tafsir tentang maksud dari kalimat ini.
Imam Al Qurthubi berkata : “yang dimaksud dengan disini yakni kecintaan.” Adapun
menurut pendapat lain bermakna ujian atau cobaan.

2) Maksudnya adalah surga.4

c. Tafsir Global

Ayat ini menjelaskan bahwa pada dasarnya harta dan anak merupakan cobaan dan ujian dari
Allah untuk hamba-hamba-Nya. Jangan sampai karena adanya anak dan harta menyebabkan kita
lalai dan berbuat maksiat kepada Allah swt. Oleh karena itu, Allah menjajikan barang siapa yang
bisa lolos dari ujian dan cobaan yang berupa anak dan harta maka Allah akan memberinya
pahala yang besar yaitu surge.

d. Tafsir Ayat

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu),” Maksudnya adalah ujian
dan cobaan yang akan membawamu pada usaha yang diharamkan dan tidak menunaikan hak
Allah, maka janganlah kalian menaati mereka jika menyebabkan maksiat kepada Allah.
Kata fitnah dalam ayat ini lebih dipahami sebagai ujian dan cobaan. Sebagaimana perkataan
ibnu mas’ud : “Janganlah salah seorang diantara kalian berkata: ‘Ya Allah, peliharalah aku dari
fitnah (ujian).’ Sebab tidak ada seorangpun dari kalian yang kembali kepada harta, keluarga, dan
anak kecuali ia diliputi fitnah (ujian). Akan tetapi, katakanlah: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari ujian yang menyesatkan’.”

Diriwayatkan oleh imam Ahmad bahwa Abu Buraidah berkata,”Rasulullah saw. Pernah
berkhotbah, kemudian datang Hasan r.a dan Husain r.a. keduanya memakai baju gamis berwarna
merah, keduanya berjalan dan terjatuh. Kemudian Rasulullah saw. turun dari mimbar,
menggendong keduanya dan meletakkannya dihadapannya lalu bersabda, ‘benarlah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhya harta dan anak kamu itu merupakan fitnah (cobaan). Aku telah melihat
dua anak yang berjalan dan terjatuh ini, dan aku tidak sabar sehingga aku menghentikan
khotbahku dan menggendong keduanya.’

“Dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” Yang dimaksud dengan pahala yang besar disini
adalah surga. Sebab surga adalah balasan yang paling tinggi dan menurut para mufassir tidak
ada pahala yang lebih besar dari pada surga. Disatu sisi harta dan anak bisa menjerumuskan
manusia ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala
yang besar dari Allah swt.5

e. Istinbat Ayat

Dari ayat diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pada dasarnya harta dan anak merupakan cobaan dan ujian dari Allah untuk hamba-
hamba-Nya. Kekayaan yang diamanatkan oleh Allah kepada kita, semua itu adalah
titipan dan amanah yang diberikan oleh Allah sebagai ujian, jangan sampai karena
adanya anak dan harta menyebabkan kita lalai dan berbuat maksiat kepada Allah swt.
2) Disatu sisi harta dan anak bisa menjerumuskan manusia ke dalam kemaksiatan, namun di
sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt. Karena
Allah telah menjajikan, barang siapa yang bisa lolos dari ujian dan cobaan yang berupa
anak dan harta maka Allah akan memberinya pahala yang besar yaitu surga.

Kedua: Harta adalah Perhiasan Dunia


1. Surat al-Kahfi : 46

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

b. Makna Mufradat

1) amalan-amalan shaleh dari semua jenis peribadatan dan yang mendekatkan diri kepada Allah
swt.

2) suatu keajaiban yang diangan-angankan dan dinanti-nanti oleh setiap manusia.

c. Makna Global

Pada ayat sebelumnya6 menjelaskan tentang kenisbian kehidupan dunia yang dilukiskan
laksana air hujan yang turun dan menghidupkan pepohonan dengan indahnya, tetapi kemudian
dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama, berangsur- angsur mengalami kekeringan dan daun-
daunnya kemudian berguguran. Pada ayat 6 Lihat Surat al-Kahfi: 45. ini kemudian dijelaskan
bahwa kehidupan duniawi itu benar-benar dihiasi oleh harta dan keturunan yang sangat dicintai
manusia, tetapi pada saat yang bersamaan Allah swt tetap mengingatkan keabadian amal shaleh
yang kekal di balik kehidupan duniawi yang nisbi itu.

d. Tafsir Ayat

Harta kekayaan dan anak keturunan merupakan sebagian dari perhiasan kehidupan dunia,
bukan perhiasan dari kehidupan akhirat yang langgeng (kekal), mengingat harta dan anak
keturuna adalah cepat rusak atau musnah dan lalu menghilang. Dalam kehidupan dunia ini, harta
kekayaan dan anak keturunan lebih ditonjolkan karena dalam harta kekayaan terhimpun
keindahan dan kemanfaatan, sementara dalam anak keturunan terkumpul kekuatan dan
pertahanan, maka tersusunlah kehidupan dunia. Lebih dari itu, dalam kehidupan sosial kenyataan
menunjukan bahwa sesorang, terutama yang memiliki kedudukan penting, tidak merasa cukup
dengan hanya memiliki anak keturunan. Akan tetepi, sangat mungkin termasuk didalamnya anak
buah atau pengikut yang selalu berlomba-lomba untuk mendapatkan jumlah terbanyak.
Singkatnya setiap komunitas dapat dipastikan berkeinginan untuk memiliki pendukung atau
pengikut sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, bagaimanapun semua itu dipastikan tidak akan
berjalan lama dan akan ditelan zaman.

Sesungguhnya amal kebajikan dan perbuatan-perbuatan yang bernilai ketaatan, seperti shalat
lima waktu, sedekah, jihad fi sabilillah, pelayanan terhadap orang- orang kafir serta zikir yang
menghadirkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt, justru lebih kekal dimata Allah
dan lebih abadi nilainya, mengingat pahalanya kelak akan terus kembali dan mengalir kepada
para pelakunya. Lagi pula, amalan-amalan yang abadi itu akan diraih oleh pengamalnya kelak di
akhirat sesuai dengan yang didambakan di dunia.

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan penggalan ayat:

Para ulama salaf, termasuk didalamnya Ibnu Abbas, menafsirkan kalimat tersebut dengan shalat
lima waktu dan zikir.7

Sementara mufassir kontemporer, didalamnya Wahbah al-Zuhaili, memasukan aspek lain,


semisal membantu orang-orang kafir termasuk amalan-amalan kekal. Sebagaimana ungkapan Ali
bin Abi Thalib: “Harta dan keturunan itu ladang dunia, sedangkan amal shaleh itu ladang akhirat.
Allah menghimpunkan keduanya untuk (kekuatan) umat dan bangsa,”8

e. Istinbat Ayat

Dari ayat diatas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

1) Kehidupan duniawi itu bersifat sementara, tidak akan lama, apalagi abadi selamanya. Seperti
halnya harta dan keturunan yang sebatas perhiasan dunia saja. Oleh karena itu, maka waspadalah
dengan kehidupan dunia yang bisa jadi sangat menipu dan palsu.

2) Amalan yang kekal abadi adalah amalan-amalan shaleh saja. para ulama tafsir berbeda
pendapat tentang jenis amalan-amalan shaleh itu sendiri. Indahnya perbedaan pendapat disini
tidak dalam konteks pertentangan, melainkan dalam konteks melengkapi. Apalagi ungkapan kata
mutiara Ali bin Abi Thalib di atas, yang intinya perlu memadukan antara ladang dunia dengan
ladang akhirat.9
Ketiga: Anjuran Bekerja dan Usaha Mencari Harta

1. Surat al-Jumu’ah:

a. Teks Ayat dan Terjemahannya

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

b. Makna Mufradat

1) maka hendaklah kamu (umat islam) bertebaran. Kata intasyara artinya terbentang,
tersiar, tersebar, atau terpencar. Adapun yang dimaksud

dengannya adalah bertebaran dimuka bumi usai melaksanakan shalat Jumat.

2) Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ahli tafsir tentang

maksud dari kalimat ini. Salah satunya ada yang menafsirkan dengan makna rezeki dari jual-beli
atau perdagangan. Seperti penggalan ayat yang menyatakan:

“ini adalah rezeki dari Rabb-ku.”

c. Tafsir Global

Pada ayat sebelumnya11 dijelaskan bahwa bagaimanapun sibuknya orang-orang beriman di hari
Jumat karena melakukan aktivitas ekonomi dan keuangan, maka ketika kumandang adzan
dilantunkan maka orang-orang beriman harus bergegas meninggalkan aktivitas ekonomi tersebut
untuk melaksanakan shalat Jumat secara berjamaah. Kemudian pada ayat ini dijelaskan apabila
usai memimpin atau mengikuti shalat Jumat tersebut, barulah dipersilahkan kembali untuk
melaksanakan aktivitas ekonomi sebagaimana dilakukan sebelum masuk waktu shalat Jumat.

d. Tafsir Ayat

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi” al-Qurthubi dalam
tafsirnya mengatakan bahwa perintah ini merupakan perintah yang menunjukan hukum boleh
( bukan wajib), seperti halnya dalam ayat berikut :
“Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.”

Pada ayat diatas, Allah berfirman: Apabila kalian selesai menunaikan shalat, maka bertebaranlah
kalian di bumi untuk berniaga dan memenuhi kebutuhan.

Jadi intinya, manakala telah menghadiri pangilan adzan dan setelah menunaikan
shalatnya, maka dipersilahkan bertebaran kembali di muka bumi, untuk berdagang atau
melakukan aktivitas lain yang membawa mashlahat bagi kehidupanmu dan silahkan juga
mencari pemberian Allah serta nikmat-nikmat-Nya. Dan adapun yang dimaksud dengan:

“Dan carilah karunia Allah.” Maksudnya adalah rezeki-Nya.”

Maksudnya adalah disaat-saat kita sedang berdagang atau berbisnis, sebaiknya tetap berzikir
kepada Allah swt dengan zikir yang sangat banyak. Intinya, jangan sampai urusan duniawi
(termasuk bisnis dan semua aktivitas yang bermotifkan ekonomi), itu menyebabkanmu
lupa diri dari hal-hal yang memberikan manfaat di akhirat kelak.

e. Istinbat Ayat

Dari ayat diatas, dapat disimpulkan:

1) Setelah selesai melaksanakan shalat Jumat, orang-orang beriman dibolehkan kembali


bertebaran di muka bumi untuk melakukan berbagai aktivitas keduniawian. Ini
mengisyaratkan prinsip keseimbangan antara ibadah di satu pihak dengan muamalah di
pihak lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan tentang harta di atas, dapat kita ketahui bahwa hakikatnya harta memiliki
implikasi dan multi efek yang sangat luas. Tidak hanya berpengaruh terhadap sikap
kepemilikannya, akan tetapi lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap mekanisme hak milik dan
pemanfaatannya. Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan yang tegas dan bijaksana,
karena Allah SWT. menjadikan harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini diberikan
kepada orang yang dikehendakinya untuk dipergunakan pada jalan Allah. Selain itu, harta juga
bisa menjadi ladang pahala bagi kita dan harta juga bisa menjerumuskan kita kepada perbuatan
dosa. Oleh karena itu carilah dan pergunakanlah harta dengan sebaik- baiknya sesuai yang
disyariatkan oleh ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari‘ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press,
2001.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Mu`jam Mufahras li al-Fazh al-Qur’an al-Karim Kairo: Dar al-
Hadits, 2001.

Dahlan, Abdul Azis (ed.) et. al., Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996.

Dimasyqi, Abu al-Fida’ al-Hafiz ibn Katsir al-, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, juz. 2, Beirut: Dar al-
Fikr, 1994.

Golay, A. Hamid Hasan, Indeks Terjemah AlQur’an al-Karim, Jilid 2, Jakarta: Yayasan
Halimatussa’diyah, 1997.

Hamshy, Muhammad Hasan, Mufradat al-Qur’an Tafsir wa al-Bayan, Beirut: Dar al-Rasyid, t.th.

Anda mungkin juga menyukai