PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah
perkembangan pemikiran akuntansi dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM – 1300 M,
Tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode
memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi.
Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu
akuntansi modern Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami
akuntansi sebagai alat hitung menghitung dan sumber informasi dalam pengambilan
keputusan
Teori akuntansi di kembangkan dan di saring lewat sebuah proses riset akuntansi.
Hasil riset pertama dari akuntan pendidik, dan pihak lain dari organisasi pembuatan
kebijakan, kantor akuntan publik, dan sektor industri swasta yang ikut berperan penting
dalam peran proses riset akuntansi. Standar dan pernyataan dan ketetapan yang di hasilkan
oleh organisasi pembuat kebijakan akan di interprestasikan dan di terapkan dalam praktek
pada tingkat organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kaidah Akuntansi Syariah ?
2. Apa Saja Landasan Syari’I Akuntansi Syariah ?
3. Bagaimana Prinsip-Prinsip Akuntansi Syariah ?
4. Apa Saja Sifat-Sifat Akuntansi Syariah ?
5. Bagaimana Perumusan Teori Akuntansi Syariah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
membawahi bagian-bagiannya untuk mengetahui hukum-hukum yang dicakupnya
berdasarkan aturan umum tersebut.1
Jadi Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam yaitu dapat didefinisikan
sebagai kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari
sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan
dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic
Accounting”, Pada Akuntansi Islam ada konsep Akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu
hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia dan Akuntansi Islam
sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu hanief yang menuntut agar perusahaan juga
memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat,
dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT.2
4
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya
dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi
Maha Perkasa.”
Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan
dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan
timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya.. Dalam hal ini, Al
Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syu’ara ayat 181-184
yang berbunyi: ”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu
dan umat-umat yang dahulu.”
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Dr. Umer
Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba
perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil.
Agar pengukuran tersebut dilakukan dengan benar, maka perlu adanya fungsi auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang dijelaskan
dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus
menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca,
sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’ ayat 35 yang berbunyi: “Dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
2. Sunah Nabawiyah
“Yang pertama di hisab di hari kiamat nanti adalah shalat. Jika shalat itu
dikerjakan dengan benar, benarlah semua perbuatannya. Tetapi jika shalat itu rusak,
rusaklah semua amal perbuatannya”. (H.R. Tabrani)
5
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan
orang lain”. (H.R. Ibnu Maajah, Ahmad dan Malik)
7
D. Sifat-sifat Akuntansi Syariah5
Berdasarkan pengertian, landasan syar’i, dan prinsip-prinsip Akutansi Syariah,
dapat kita simpulkan sifat-sifat spesifik akuntansi Syariah adalah sebagai berikut :
1. Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al Quran, Sunnah
Nabawiyyah serta fiqih para ulama. Oleh karena itu kaidah-kaidah ini memiliki
keistimewaan yaitu permanen dan objektif. Tidak akan berubah karena dasar akidah
ini berasal dari Allah dan sesuai untuk segala waktu dan kondisi, sesuai dengan
firman Allah, Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu
nyatakan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS.
al-Mulk: 14). Berdasarkan ayat ini, tidak boleh bagi seorang akuntan pun untuk
mengabaikan atau berpaling dari kaidah-kaidah akuntansi yang bersumber dari Al-
Quran dan As-Sunnah serta ijma ulama.
2. Akuntansi Islam dilandasi oleh akidah yang kuat, iman serta pengakuan bahwa
Allah itu adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah Nabi dan Rasul,
dan juga percaya pada hari akhir. Berdasarkan hal ini, wajiblah bagi setiap akuntan
yang menjalankan berbagai proses akuntansi untuk percaya bahwa harta yang ia
hitung itu ialah harta Allah, dan Allah telah menyuruhnya untuk mencatat
perputaran harta itu, seperti pemasukan dan pengeluaran berdasarkan kaidah-kaidah
hukum, karena Allah juga akan menghisabnya (akuntan / juru tulis) pada Hari
Kiamat terhadap sejauh mana ia melaksanakan pekerjaan ini dengan baik. Ia pun
harus percaya bahwa Allah selalu mengawasi perbuatannya dan mengetahui segala
informasi yang diberikannya kepada pihak yang berkepentingan. Ini termasuk
tanggungjawab dari segi akidah di hadapan Allah. Oleh karena itu seorang akuntan
harus menguasai hukum-hukum syariat Islam sehingga ia mampu menyebarluaskan
dan meneliti dengan cermat akuntan Islam. Dan ia juga harus konsisten dengan
kaidah-kaidah itu, baik dalam ucapan maupun perbuatan, seperti tidak takut cacian
orang.
3. Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya seorang akuntan
yang melaksanakan proses akuntansi harus mempunyai sifat amanah, jujur, netral,
5 Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem Operasional. Gema Insani :
Jakarta
8
adil dan profesional supaya setiap kliennya merasa tenang terhadap harta dan
terhadap orang yang berinteraksi dengannya.
4. Akuntansi Islam berkaitan dengan proses-proses keuangan yang sah. Seorang
akuntan harus menyiapkan laporan-laporan dan mendiskusikan akibat-akibat dari
proses keuangan untuk menghindari kesalahan yang serupa di masa mendatang.
5. Akuntansi Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai unsur
yang juga berperan dalam kesatuan ekonomi. Ketika merumuskan undang-undang
akuntansi dan penentuan petunjuk-petunjuk evaluasi kerja juga diperhatikan
motivasi-motivasi yang manusiawi, baik materiil maupun moril.
9
2. Teoritis
a) Deduktif
b)Induktif
c) Etis
d)Sosiologis
e) Ekonomis
1. Pendekatan non-teoritis
Pendekatan non-teoritis adalah suatu pendekatan pragmatis dan pendekatan
kekuasaan (otoriter). Pendekatan pragmatis terdiri atas penyusunan suatu teori yang
ditandai oleh kesamaan dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian
memberikan solusi yang sifatnya praktis. Pendekatan kekuasaan untuk perumusan
suatu teori yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional, terdiri atas
penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktik- praktik akuntansi dan pendekatan
kekuasaan memberikan solusi praktis. Kedua pendapatan ini berasumsi bahwa teori
akuntansi dan hasil teknik akuntansi harus disebut dalam dasar penggunaan akhir
laporan keuangan. Penggunaan utilitas sebagai kriteria pemilihan prinsip akuntansi
menghubungkan penyusunan teori akuntansi kepada praktif akuntansi, yang mungkin
menjelaskan kurangnya antusiasme yang ditimbulkan oleh pendekatan pragmatis.
Pendekatan pragmatis adalah bagian dari suatu teori akun. Pendekatan ini berdasar
pada rasionalisasi dari pembukuan berganda. Pendekatan teori akun
merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik akuntansi yang berdasarkan atas
pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan laba
akuntansi.
7 Ibid., hlm. 9
8 Nabilarachmas.(https://nabilarachmas.wordpress.com/2014/10/11/pendekatan-tradisional-untuk- perumusan-
teori-akuntansi/, diakses 10 Oktober 2018)
11
mengenai informasi keuangan dari perusahaan bisnis dan dilanjutkan dengan
menyusun generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi tersebut
berdasarkan kepada hubungan yang berulang kembali.
Pendekatan induktif mencakup empat tahap:
1. Mencatat seleuruh observasi
2. Menganalisis dan mengklasifikasi observasi ini untuk mendeteksi adanya
hubungan yang berulang kembali
3. Penurunan induktif dari generalisasi dari prinsip akuntansi dari observasi yang
menggambarkan hubungan berulang
4. Menguji generalisasi
Dalam pendekatan induktif, kebenaran dari dalil bergantung pada pengamat akan
adanya kecukupan contoh kejadian dari hubungan yang berulang. Beberapa pembuat
teori akuntansi bergantung pada observasi praktik akuntansi dalam mengusulkan
suatu kerangka berpikir bagi akuntansi. Bentuk pemikiran induktif untuk mencapai
tujuan yang implicit dalam perilaku suatu system yang ada tidak bermaksud untuk
mempertahankan status quo. Tujuan penggunaannya adalah untuk meyoroti dimana
perubahan-perubahan itu sangat diperlukan dan dimana perubahan itu dimungkinkan
terjadi. Perubahan member kesan sebagai suatu kesempatan lebih baik untuk
dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pengandaian tujuan kedalam model- model
normative atau tujuan yang dianjurkan dalam pembahasan kebijaksanaan semata-mata
sering kali dinyatakan atas dasar keyakinan dan preferensi seseorang., daripada
brdasarkan penyelidikan induktif terhadap system yang ada. Ini kemungkina dapat
menjadi alas an yang lebih penting mengapa demikian banyak model normative atau
usul kebijaksanaan normative tidak dilaksanakan dalam praktik.
c. Pendekatan Etis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep
keadilan,kejujuran,dan,kebenaran,serta kewajaran.konsep tersebut digunakan oleh
d.r.scott sebagai criteria utama untuk perumusan suatu teori akuntansi.ia menyamakn
perlakuan yang “justice” denagn perlakuan yang equitable, terhadap seluruh pihak
yang berkepentingan; menyamakan laporan akuntansi yang “truth” dengan laporan
12
akuntansi yang true and accurate tanpa kesalahan penyajian: dan menyamakan
“fairness” dengan penyajian yang fair,unbiased,dan impartial.
Para akuntan menganggap konsep tersebut mempunyai arti yang sama.
Sebaiknya yu hanya merasakan bahwa juitice dan fairness sebagai norma etis, dan
memandang truth sebagai suatu pernyataan nlai.7 Konsep fairness (kewajaran) di
terima umum. Hal ini secara kejiwaan dapat di anggap sebagai yang diperlukan
sekali, sebab dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai. Di pihak lain, dapat
menunjukkan suatu norma yang ganda,karena konsep “kewajaran” diganti dengan
pengujian prinsip akuntansi yang diteriam umum dan norma pemeriksaan yang
diterima umum.
Kewajaran merupakan suatu tujuan yang diperlukan sekali dalam pembentukan
suatu teori akuntansi apabila apa pun yang di paksakan pada dasarnya dapat dbuktikan
secara logis atau secara empiris dan apabial dioperasionalkan melalui suatu definisi
yang menandai dan melalui pengenalan sifat-sifatnya.
d. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologi menekankan pengaruh social dari teknik akuntansi. Hal
ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran yang
lebih luas, kesejahteraan social. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau
teknik akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh
laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas.
Pendekatan sosiologi terhadap formulasi suatu teori akuntansi telah
memberikan kontribusinya kepada evolusi dari sebuah subdisiplin ilmu akuntansi
baru, yang dikenal sebagai akuntansi sosioekonomi. Tujuan untama dari akuntansi
sosioekonomi adalh untuk mendorong entitas-entitas bisnis yang berfungsi di system
pasar bebas untuk memperhitungkan dampak dari pengaruh kegiatan produksi mereka
sendiri dalam lingkungan social melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan
dalam laporan keuangan mereka.
e. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi terhadap suatu perumusan suatu teoriakuntansi
menitikberatkan pengendalian perilaku indikator makroekonomi yang diakibatkan
oleh pemakaian berbagai teknik akuntansi. Sementara pendekatan etis memfokuskan
13
pada suatu konsep “kewajaran” dan pendekatan sosiologis memfokuskan pada suatu
konsep “kesejahteraan ekonomi umum”, menurut pendekatan ini, pemilihan teknik
akuntansi yang berbeda tergantung pada pengaruhnya terhadap kebaikan
perekonomian nasional. Swedia merupakan contoh yang lazim sebagai negara yang
menyesuaikan kebijaksanaan akuntansinya pada kebijaksanaan pada makro ekonomi
lainnya. Lebih tegasnya, pemilihan teknik akuntansi akan tergantung kepada situasi
ekonomi tertentu. Misal metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO
yakni last in first out) akan menjadi suatu teknik akuntansi yang lebih menarik
dalam suatu priode inflasi yang terus berlangsung.
Criteria umum yang digunakan oleh pendekatan makro ekonomi adalah:
1. Kebijaksanaan dan teknik akuntansi harus mencerminkan“realitas ekonomi”
2. Pemilihan teknik akuntansi harus tergantung pada”konsekuensi ekonomi”
Realitas ekonomi dan konsekuensi ekonomi merupakan istilah yang tepat
sekali untuk digunakan di dalam menunjukkan keuntungan pendekatan
mikroekonomi.
Sampai kehadiran The Finansial Standards Board (FASB), pendekatan
ekonomi dan konsep ”konsekuensi ekonomi” tidak banyak bermanfaat dalam
akuntansi. Lembaga- lemabaga professional didorong untuk memecahkan setiap
perdebatan penentuan norma dalam konteks akuntansi tradisional. Sedikit sekali
yang tertarik pada konsekuensi ekonomi karena kebijakan akuntansi. Karena sesuatu
hal perlakuan akuntansi terhadap The Investment Tax Credit menimbulkan suatu
perdebatan di antara The Accounting Principles Board, para wakil industry, dan
pemerintah Presiden Kennedy, Johnson, Nixon.
Pemerintah memperjuangkan pemakaian metode penanggulangan atas dasar
alasan bahwa metode tersebut memperlemah pengaruh intensif suatu intensif suatu
alat kebijakan fiscal. Pendekatan ekonomi dan konsep realitas ekonomi telah
dibangkitkan kembali sejak terbentuknya The FASB. Sebagian besar pengolahan
yang teruji selama umur The FASB yang relative pendek tersebut telah menjadi
sasaran utama suatu pengujian kritis ditinjau dari segi konsekuensi ekonomi karena
rekomendasi yang dimungkinkan. Beberapa contoh adalah akuntansi penelitian dan
pengembangan, cadangan bencana alam dan asuransinya sendiri, perusahan taraf
14
berkembang, fluktuasi mata uang asing, sewa-menyewa, penentuan kembali piutang
yang dipersoalkan, akuntansi inflasi, dan akuntansi industry minyak. Oleh karena
itu, dalam rangka penentuan norma akuntansi, pertimbangan- pertimbangan yang
dinyatakan oleh pendekatan ekonomi lebih bersifat ekonomis daripada operasional.
Walaupun dimasa lalu, telah menaruh kepercayaan pada pertimbangan akuntansi
teknis, namun perkembangan waktu memaksa agar penentuan norma mencakup
kepentingan ekonomi dan sosial.
15
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17