PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan para
pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan
kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas.
Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana
ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum
menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan yaitu
ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk tidak
menjadi perawan tua. Menjadi perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap
sebagai bentuk kekurangan yang terjadi pada diri perempuan. Untuk itu, dalam
bayangan ketakutan yang tidak beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya
pada usia muda. Kondisi itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa
akan lebih dulu menikah dari pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul
karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi
remaja. Pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga,
keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego remaja masih
tinggi.Dilihat dari aspek pendidikan, remaja Di Dusun Nglamuk mayoritas lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebanyakan
dari mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dikarenakan faktor sosial
budaya dan tingkat pendidikan rata-rata orang tua mereka juga rendah, sehingga kurang
mendukung anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pernikahan Usia Dini
2. Batas Usia Pernikahan dalam Islam dan UUD 1945
3. Hukum Pernikahan Dalam Isalm
4. Persoalan Nikah Dalam Kuliah
5. Hukum Menunda Keturunan dalam Perkuliahan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1 Subekti R., 1994, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, hlm. 23.
2 Subekti R., 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT Pradnya Paramita, hlm. 8
3 Kamus Besar Bahasa Indonesia mangartikan ‘Islam’ adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad
SAW dengan berpedoman kepada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah
SWT
2
disebut dengan sebutan az-zawaj al-mubakkir.4 Pernikahan dini dalam wacana fuqaha`
klasik dipahami sebagai sebuah perkawinan di mana pengantinnya belum menginjak
usia baligh. Tanda baligh/ah bagi anak laki-laki ditandai dengan mimpi basah ( ihtilam),
dan bagi anak perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi, pernikahan dalam
rentang usia sebelum baligh/ah seperti ini, di masa kini lebih tepat disebut sebagai
pernikahan anak-anak.
Tujuan Pernikahan adalah untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual
antara laki-laki dan perempuan. untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban
masing-masing termasuk di dalamnya pelarangan atau penghambatan terjadinya
poligami. Untuk pendataan dan kepentingan demografi.
Kriteria keberhasilan suatu pernikahan, kebahagiaan suami isteri, hubungan
yang baik antara orang tua dan anak, penyesuaian yang baik antara anak-
anak, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan,
penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan, penyesuaian yang baik dari pihak
keluarga pasangan.
4 Lihat tulisan Hussein Muhammad, Fiqh Perempuan; Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender,
Cet. IV, ( Yogyakarta : LKiS, 2007 ), hlm. 89.
3
Artinya: Hai pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu maka
menikahlah. Menikah itu menundukkan pandangan dan lebih baik untuk
kemaluan. Namun siapa yang belum mampu maka hendaknya ia puasa, karena
itu lebih baik baginya. (HR. al-Bukhari)
Teks hadis lain tidak menggunakan kata ba’ah, tapi menggunakan kata thawl
sebagaimana terdapat dalam Riwayat Sahabat Utsman ibn ‘Affan yang
mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: Siapa di antara kalian yang memiliki kemampuan, maka menikahlah,
karena itu lebih baik untuk pandangannya dan kemaluannya. Jika tidak, maka
berpuasalah, karena itu lebih baik. (HR. al-Nasai).
Pesan Rasulullah Saw. di atas adalah menikah kepada yang subur dan memiliki
cinta kasih. Bahkan dalam sebuah kisah, Rasulullah Saw sampai tiga kali
menolak seorang pemuda yang ingin menikah tapi tidak memenuhi ketentuan di
atas. Berdasarkan penjelasan di atas, usia ideal untuk menikah adalah ketika
telah mampu secara finansial, walaupun menikah tidak harus kaya. Kedua
adalah siap secara mental. Yakni memiliki kesanggupan untuk menerima beban
baik jadi suami maupun menjadi istri. Terakahir adalah memiliki kesiapan
secara biologis. Sedangkan batasan usianya sangat tergantung pada masing-
masing orang.
4
rumah tangga dan melaksanakan kewajiban-kewajiban selama berumah tangga ,
sehingga apabila dia menikah akan menelantarkan istrinya dan istrinya atau
bahkan hanya menyakiti istrinya.
Makruh: Nikah makruh adalah pernikahan seorang laki – laki yang
mempunyai kemauan untuk melakukanNya juga mempunyai kemampuan untuk
menahan diri dari perbuatan zina sehingga tidak memungkinkan tergelincir
untuk berbuat zina jika sekiranya tidak nikah. Namun orang ini tidak
mempunyai keinginan ntuk dapat memenuhi kewajiban sebagai suami istri yang
baik.
Mubah: Nikah mubah adalah pernikahan bagi mereka yang punya kemampuan
dan kemauan untuk melakukannya, tetapi jika tidak melakukannya tidak
dikhawatirkan akan berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan
menelantarkan istri.
5
Keempat masalah kelangsungan pendidikan dan perkuliahannya.5
Mahasiswa yang masih kuliah, berarti mereka sedang menjalani suatu
kewajiban, yaitu menuntut ilmu.Sedangkan menikah hukum asalnya adalah
tetap sunah baginya, tidak wajib, selama dia masih dapat memelihara kesucian
jiwa dan akhlaknya, dan tidak sampai terperosok kepada yang haram meskipun
tidak menikah. Karena itu, dalam keadaan demikian harus ditetapkan kaidah.
5 Rochimatul Mukorroma dan Fathul Lubabin Nuqul, Pengambilan Keputusan Mahasiswa Menikah
Saat KuliahPada Mahasiswa UIN Malik Ibrahim Malang.(Surabaya: Promoting Harmony in Urban
Community: a Multi-Perspective Approach, 2012), h. 138
6
kehamilan. Riwayat ini pula yang dijadikan dasar oleh banyak ulama di Indonesia
dan di dunia Islam yang lain untuk membolehkan program Keluarga Berencana
(KB) dalam pengertian mengatur jarak kehamilan, bukan membatasi keturunan,
dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom. Saya pribadi dalam hal ini
cenderung mengikuti pendapat ulama-ulama yang membolehkan dengan alasan
yang dapat dibenarkan, seperti Syaikh Utsaimin di atas.
6 Aprilina Prastari & Miyosi ariefiansyah, Nikah Muda (Jakarta: Qibla, 20130, h. 13
7 bid, h. 17
8 Sukron Abdilah, Cinta Dunia Akhirat (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.30
7
lebih matang dalam melakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
Dengan menikah, seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Karena pada hakikatnya semua proses pembelajaran adalah proses menerapi
pola pikir.
4) Belajar untuk bisa membuat keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitifyang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan
di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan
selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan atau tindakan serta membentuk pribadi-pribadi yang
berintegritas untuk menjamin agar kehidupan sosial berjalan sesuai dengan akal
sehat. Salah satu hal sulit yang dihadapi oleh sebagian besar manusia adalah
membuat keputusan. Begitu banyak pilihan yang ada di depan mata, sementara
waktu dan kapsitas kita sebagai manusia sengat terbatas. Menikah muda bisa
menjadikan wahana untuk belajar membuat keputusan dari apa pun yang kita
ambil. Seseorang yang meutuskan untuk menikah muda tentu sudah memikirkan
dengan baik mengapa ia meilih hal tersebut. Keberaniannya untuk memutuskan
sesuatu yang berpengaruh begitu besar dalam hidupnya, yang tidak dilandasi
karena factor emosional semata, merupakan langkah awal bahwa ia adalah
seseorang yang berani mengambil sikap untuk hal-hal yang menyangkut prinsip
hidup.
5) Mengurangi stress
Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima
sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan
kehidupan seseorang.Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari
stimulus atau respon yang dialami seseorang. Menurut Robert S. Fieldman,
stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang
mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon
peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa
yang memunculkan stress dapat saja positif, misalnya merencanakan perkawinan
atau yang negatif berupa kematian keluarga. Sesuatu didefinisikan sebagai
8
peristiwa yang menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon
yang diberikan oleh individu. Dengan adanya pernikahan, segala permasalahan
dapat terselesaikan.Suami-isteri dapat saling membantu dalam menyelesaian
permsalahan yang ada. Dan hal ini akan mengurangi stress yang dialami oleh
keduanya.
6) Belajar untuk meraih kesuksesan dari nol
Salah satu konsekuensi yang harus siap ditanggung dari menikah muda adalah
kondisi ekonomi keluarga yang mungkin belum mapan. Menikah muda bisa
dijadikan sebagai wahana untuk berjuang dari nol. Pelaku menikah muda harus
siap dengan kondisi yang tidak nayaman karena masih dalam masa
perjuangan.Di masa-masa penuh perjuangan itulah kita bisa mengetahu seberapa
beasar cinta dan ketulusan pasangan hidup kita. Karena semua orang
menginginkan kesuksesan hidup di masa depan. Kesuksesan yang dimaksudkan
itu biasanya menyeluruh, yaitu meliputi kehidupan spiritual, social, ekonomi,
intelektual, kesehatan, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa kesuksesan apa
pun di dunia akan sia-sia jika tidak terkait dengan kebajikan.
Selain beberapa kelebihan menikah muda, terdapat pula beberapa
kekurangannya, yakni:
1) Rentan terhadap perceraian dan perselingkuhan
Dua hal yang sangat ditakuti dalam kehidupan rumah tangga adalah perceraian
dan perselingkuhan. Sebenarnya, tak hanya mereka yang menikah di usia muda
saja yang rentan terhadap kedua hal tersebut. Namun, kesempatan untuk
melakukan hal tersebut ungkin akan lebih banyak dilakukan oleh pasangan
menikah muda yang asal menikah. Hal ini bisa terjadi bila menikah dilakuakan
hanya karena mengikuti tren, pernikahan terjadi karena “kecelakaan” untuk
menutupi aib.9
2) Rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga
Konflik dalam rumah tangga kerap muncul dari ketidakjujuran. Kejujuran dalam
rumah tangga akan menciptakan hubungan yang harmonis. Sedangkan emosi
yang masih labil, ego yang masih tinggi, dan segala macam “nafsu” biasanya
9 Amatullah Binti Abd Al-Muthallib, Suami Idaman (Solo: Tinta Medina, 2016), h. 27
9
akan memicu hal-hal yang tak diinginkan, salah satunya adalah kekerasan dalam
rumah tangga. Tak hanya fisik, tetapi juga psikis. Dan, bukan hanya suami
yang bisa melakukannya, isteri pun bisa.
3) Rentan terhadap permusuhan tak berujung
Ketidakmampuan beradaptasi, baik pada pasangan maupun keluarga psangan,
biasanya akan membuat permusuhan tak berujung, baik nampak maupun
terselubung. Ego yang masih di atas langit, keinginan untuk dipahami dan bukan
memahami, serta tidak adanya toleransi bisa membuat hati sakit dan berujung
pada dendam. Sudah harus disadari bagi semua pasangan muda, bahwa kita tak
hanya menikah dengan kelebihan pasangan, tetapi juga dengan kekurangannya,
kita juga tak hanya menikah dengannya saja, tetapi juga “menikah” dengan
seluruh keluarga besarnya.
4) Stres dan depresi
Suka atau tidak, kondisi sebelum dan sesudah menikah pasti berbeda.Bila
sebelumnya kita hanya memikirkan diri sendiri, maka setelah menikah semua
keputusan, sekecil apa pun itu, pasti berdampak pada keluarga. Kondisi tersebut
membuat pasangan suami-isteri tak bisa berbuat semaunya sendiri.Dan, hal
tersebut tentu sangat kontra dengan sifat kebanyakan kaum muda yang masih
suka semau guedan tak suka diatur. Kekurangpahaman status dan kewajiban
baru tersebut membuat pelaku nikah muda mudah stress bahkan depresi.
5) Karier tidak bisa berkembang
Menikah muda tak berarti harus mengubur mimpi untuk jadi lebih baik dan
menggapai cita-cita.Walupun memang tak bisa dimungkiri, dalam praktiknyam
tugas seorang wanita yang sudah menikah dan keukeuh memperjuangkan cita-
citanya akan lebih berat daripada yang tidak. Biasanya, seorang wanita yang
sudah menikah akan malas untuk memperjuangkan impiannya dan memilih
untuk menyerah. Dari situlah pada akhirnya timbul anggapan bahwa menikah
bisa menghambat impian dan cita-cita.10
10 Aprilina Prastari & Miyosi ariefiansyah, Nikah Muda (Jakarta: Qibla, 2013), h. 29
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada berbagai penyebab pernikahan dini contohnya adalah karena hamil diluar
nikah (kecelakaan), ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada juga paksaan dari
orangtua.Pernikahan dini diperbolehkan dalam agama hal itu karena apabila si remaja
tidak bisa menahan nafsu, jadi lebih baik dia menikah. Ada berbagai dampak yang
disebabkan oleh pernikahan dini.Dampak biologis, Dampak psikologis, Dampak sosial,
Dampak perilaku seksual menyimpang, Dampak terhadap suami, Dampak terhadap
anak-anaknya, Dampak terhadap masing-masing keluarga. Pada dasarnya, Rumah
tangga dibangun oleh komitmen bersama dan merupakan pertemuan dua pribadi
berbeda namun hal ini sulit dilakukan pada usia remaja. Hal tersebut memacu konflik
yang bias berakibat pisah rumah atau perceraian itu semua karena emosi remaja masih
labil terkadang masalah-masalah rumah tangga juga bisa menyebabkan neoritis depresi
sehingga remaja mengalami kebingungan dalam memikirkan kehidupan keluarga.
Remaja tidak bisa membagi waktu antara sekolah dan keluarga, sehingga menjadi
depresi berat.
Saran
Pernikahan dini bisa menyebabkan kanker leher Rahim. Untuk itu perempuan yang aktif
secara seksual di anjurkan untuk melakukan tes pap smear dua sampai tiga tahun sekali.
Sebelum melakukan pernikahan dini, hendaknya kita dapat memikirkan resiko yang
akan terjadi. Dan juga melakukan persiapan yang akan dibutuhkan dalam pernikahan
tersebut. Apabila ada masalah dalam keluarga pernikahan dini, hendaknya diselesaikan
baik-baik atau minta tolong dan saran pada orang yang lebih tau dan berpengalaman.
11
DAFTAR PUSTAKA
12