Anda di halaman 1dari 51

1.

PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC


EDUCATION)
Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah
“Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic
Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education
pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh
Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6).
Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship
education or civics education didefinisikan sebagai berikut:
Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young
people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education
(trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara
luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung
jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya
persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Cogan
(1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational course work in school
designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives",
maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan
warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatn¬ya.
Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan
Kewarganegaraan adalah:
Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis
dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga
masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari
masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan
nilai-nilai demokrasi
Sementara itu, PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah
negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya
didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat
untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama, walaupun warga
masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia/PPKI).
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154)
mengemukakan bahwa:
PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan
dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara.
civic education1999:4Menurut Branson dalam demokrasi adalah pendidikan – untuk
mengembangkan dan memperkuat – dalam atau tentang pemerintahan otonom (self government).
Pemerintahan otonom demokratis berarti bahwa warga negara aktif terlibat dalam
pemerintahannya sendiri; mereka tidak hanya menerima didikte orang lain atau memenuhi
tuntutan orang lain.
Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn, antara lain (Somantri, 2001:158):
- Hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan
ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu.
- Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.
- Disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan.
- Disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya “ide fundamental” Ilmu Kewarganegaraan.
- Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD NRI 1945 dan perundangan negara serta
sejarah perjuangan bangsa.
- Kegiatan dasar manusia.
- Pengertian pendidikan IPS
Ketujuh unsur inilah yang akan mempengaruhi pengembangan PKn. Karena pengembangan
pendidikan Kewarganegaraan akan mempengaruhi pengertian PKn sebgai salah satu tujuan
pendidikan IPS.Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS yang
menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik, maka
batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut (Somantri, 2001:159):
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu
Kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan dan disajikan
secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuanpendidikan IPS.
Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan antara lain
(Somantri, 2001:161):
a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan pendidikannya
diorganisasikan secara terpadu (intergrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora,
dokumen negara, terutama Pancasila, UUD NRI 1945, GBHN, dan perundangan negara,
dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang
berkenaan dengan bela negara.
b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, Pancasila,
UUD NRI 1945 dan dokumen negara lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat jurusan PMPKN FPIPS
maupun dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah serta perguruan
tinggi.
d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berpikir secara integratif, yaitu
kesatuan yang utuh dari hubungan antara hubungan pengetahuan intraseptif (agama, nilai-
nilai) dengan pengetahuan ekstraseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan pendidikan
nasional, Pancasila, UUD1945, GBHN, filsasat pendidikan, psikologi pendidikan,
pengembangan kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian dibuat
program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan pendidikan, (ii) bahan pendidikan,
(iii) metode pendidikan, (iv) evaluasi.
e. PKn menitikberatkan pada kemampuan dan ketrampilan berpikir aktif warga negara,
terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik
(good citizen)dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan (civic
affairs).
f. Dalam kepustakan asing PKn sering disebut civic education, yang salah satu batasannya
ialah “seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat yang dapat menumbuhkan
demokrasi.
PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu siswa memilih sistem
nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang akan ditampilkan dalam
perilakunya. Seperti yang diungkapkan Al-Muchtar dalam Hand Out Strategi Belajar
Mengajar (2001:33), mengemukakan bahwa:
Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik menumbuhkan dan
memperkuat sistem nilai dipilihnya untuk dijadikan dasar bagi penampilan perilakunya.
Pendidikan nilai bertumpu pada pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda dengan
belajar mengajar dengan pendidikan kognitif atau psikomotor. Pendidikan nilai secara formal di
Indonesia diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakan pendidikan nilai Pancasila agar
dapat menjadi kepribadian yang fungsional.

2. LANDASAN FILSAFAT
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu ? Mengapa
pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat atau filsafat (falsafah, falsafah). Kata
filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philien berarti mencintai, dan sophos atau
sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh,
dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber
dari dua faktor, yaitu :
1. Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
2. Ilmu pengetahuan yang mengandalakan penelaran . Filsafat berada diantara keduanya :
Kawasannya seluas dengan relegi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena
filsafat timbul dari keragua-raguan dank arena mengandalkan akal manusia.
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang
pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu hal. Penggunaan istilah filsafat dapat diartikan
dalam dua pendekatan, yakni :
1. Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam member makna kepada ilmu penegatahuan
2. Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistimologi (tantang
benar atau salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek),
Metafisika (tentang hakikat yang ada, termasuk akal itu sendii), serta sosial dan politik
(filsafat pemerintah)
Landasan Hukum
1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 3
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 Jo. Permendikbud Nomor
87 Tahun 2013 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan.
9. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 126/P/2010 Tahun 2010 tentang
Penetapan LPTK Penyelenggara PPG bagi Guru Dalam Jabatan.
10. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 052/P/2011 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Kepmendiknas Nomor 126/P/2011 tentang Penetapan LPTK
Penyelenggara PPG bagi Guru Dalam Jabatan.
11. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 17g/DIKTI/Kep/2013
tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Rintisan Program Pendidikan Profesi
Guru Prajabatan.
12. Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 280/M/KPT/2017
tentang Perguruan Tinggi Penyelenggara Program PPG.
Berikut akan kami jelaskan landasan hukum pembentukan peraturan perundang-undangan
selengkapnya.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu peraturan
perundang-undangan bisa dikatakan memiliki landasan filosofis apabila rumusannya ataupun
normanya mendapatkan pembenaran setelah dikaji secara filosofis. Definisi landasan
pembentukan peraturan perundang-undangan yang berupa pertimbangan pandangan hidup ini
sesuai dengan cita-cita pandangan hidup manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan cita-
cita kebenaran, keadilan, jalan kehidupan, filsafat hidup bangsa serta kesusilaan.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu suatu peraturan
perundang-undangan bisa dikatakan memiliki landasan sosiologis bila sesuai dengan keyakinan
umum, kesadaran hukum masyarakat, tata nilai dan hukum yang hidup di masyarakat. Secara
umum, landasan pembentukan peraturan perundang-undangan harus berkaitan dengan kondisi
atau kenyataan yang ada supaya peraturan yang dibuat dapat dijalankan.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu peraturan perundang-
undangan bisa dikatakan memiliki landasan yudiris bila terdapat dasar hukum, legalitas atau
landasan yang terdapat dalam ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Dalam landasan
yuridis menekankan bahwa landasan pembentukan peraturan perundang-undangan harus
berkaitan dengan kondisi hukum di Indonesia

3. FILSAFAT SEBAGAI PANCASILA

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif.
 Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
 Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, ciri-ciri sistem yaitu
sebagai berikut :
 Suatu kestuan bagian-bagian
 Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
 Saling berhubungan, saling ketergantungan
 Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan system)
 Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:22)

Sila-sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Pancasila
pada hakikatnya merupakan sutu system, dalam pengertian bahwa bagian-bagian, sila-silanya
saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila
sebagai suatu system juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,
dengan dirinya sendiri, dengan sesam manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilainya
telah dimiiki oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan suatu system dalam
pengertian kefilsafatan sebagaimana system filsafat lainnya antara lain materlialisme, idealism,
rasionalisme liberalism, sosialisme dan sebagainya. Pancasila sebagai suatu system filsafat
bersifat khas dan berbeda dengan system-sistem filsafat lainnya misalnya lieralisme,
materialisme, komunisme dan aliran filsafat yang lainnya.
C. Kesatuan sila-Sila Pancasila
1. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Susunan pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Kalau dilihat dari
intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-
sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila dimukanya. Secara ontologisme kesatuan sila-
sila pancasila sebagai suatu system bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal adalah sebagai
berikut : bahwa hakikat adanya tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai Causa
Prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada termasuk manusia ada karena diciptakan tuhan
atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan (sila 1). Adapun manusia adalah sebagai subjek
pendukung pokok negara, karena negara adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah sebagai
persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia(sila 2). Maka negara adalah
sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3). Sehingga terbentuklah persekutuan hidup
bersama yang disebut rakyat. Maka rakyat pada hakikatnya merupakan unsur negara disamping
wilayah dan pemerintah. Rakyat adalah sebagai totalitas individu-individu dalam negara yang
bersatu (sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup
bersama atau dengan lain perkataan keadilan social (sila 5)pada hakikatnya sebagai tujuan dari
lembaga hidup bersama yang disebut negara ( lihat Notonagoro, 1984 : 61 dan 1975 : 52, 57)
2. Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang saling mengisi dan saling megkualifikasi
Sila-sila pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan dalam hubugannya saling mengisi
atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis piramidal tadi. Tiap-tiap sila dalam
pancasila saling mengkualifikasi antara sila yang satu dengan sila yang lainnya.
Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
1. Dasar Ontologis sila-sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

4. IDENTITAS NASIONAL
1. Pengertian Dan Manfaat Identitas Naasional
Jika kita simak dari struktur katanya, istilah identitas nasional terdiri dari dua kata yaitu
“identitas” dan “nasional”. Sebelum kita mengetahui arti atau maksud dari istilah identitas
nasional itu apa, tentunya kita harus lebih dulu tahu tentang arti dari kata yang menyusun istilah
itu. Kata “identitas”, jika kita mendengar kata itu dan diminta menuliskan atau menjelaskan
artinya, cara termudahnya pasti kita akan berpikir tentang kartu identitas. Dari itu, kita akan
berpikir, kartu identitas itu isinya tentang jati diri kita, tanda pengenal kita, yang membedakan
kita dengan orang lain, berarti identitas itu adalah jati diri kita, yang membedakan kita dengan
orang lain, apa betul seperti itu?
Sebenarnya kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang arti harfiahnya; ciri,
tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan
dengan yang lain. Nah, setelah mengetahui pengertian identitas, selanjutnya adalah pengertian
nasional. Apa itu nasional? Nasional adalah kata yang merujuk kepada kebangsaan. Sehingga,
dari arti dua kata penyusun istilah itu, dapat kita katakan bahwasanya identitas nasional adalah
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi
Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, arti lain juga sebagai
Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga
Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara,
demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia. Untuk lebih
memahami pengertian dari istilah Identitas Nasional, arti lain yang lebih sederhana untuk kita
pahami yaitu “identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain”. Jadi, dari pengertian itulah kita bisa
menyimpulkan bahwa kegunaan identitas nasional adalah untuk membedakan suatu bangsa
dengan bangsa lainnya.
2. Identitas Nasional Indonesia
Setelah mengetahui pengertian dan manfaat adanya identitas nasional, apakah rasa ingin
tahu kita berhenti sampai disitu? Tidakkah kita ingin lebih tahu lagi tentang identitas nasional
Indonesia?
Setelah ulasan tentang identitas nasional secara umum, selanjutnya akan dikupas habis
tentang identitas nasional Indonesia yang meliputi apa saja yang menjadi identitas nasional
Indonesia, unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia, pengertian pancasila sebagai
identitas nasional Indonesia serta alasan mengapa pancasila dijadikan sebagai identitas nasional
Indonesia.
a. Identitas Nasional Indonesia
Dari ulasan diatas dapat kita katakan bahwa identitas nasional Indonesia adalah
ciri, tanda atau jati diri bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lainnya. Berbicara tentang identitas nasional, Indonesia memiliki beberapa
identitas nasional yang membedakan dengan bangsa lain yaitu:
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.
b. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia
Untuk membuat suatu produk atau karya tentunya dibutuhkan komposisi-
komposisi agar yang diinginkan dapat terbentuk, begitu juga dengan identitas nasional
Indonesia. Dalam pembentukan identitas nasional Indonesia dibutuhkan komposisi-
komposisi atau unsur-unsur yang mendukung terbentuknya identitas nasional Indonesia
yaitu:
 Suku bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada
sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di
Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak
kurang 300 dialeg bangsa.
 Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Taukah anda tantang agama Kong Hu
Cu?Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi
negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama
resmi negara dihapuskan.
 Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif
digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
 Bahasa: merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-
unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar
manusia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3
bagian sebagai berikut :
 Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara,
dan Ideologi Negara
 Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
 Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme
dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.
c. Pancasila Sebagai Identitas Nasioanal Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu mendorong bangsa Indonesia
secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam koridornya yang bukan berarti menentang
arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi
tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan kebudayaan sebagai
karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai kepribadian bangsa, tentunya kedua hal ini
merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila yang mampu
menggambarkan karakteristik yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Naskah
Pancasila .
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas
Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa
pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan internasional.
Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era globalisasi dewasa ini, ideology
kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu
persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan
kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi,
yaitu dari ideologi partikular kearah ideologi universal dan dalam kondisi seperti ini
kapitalismelah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional akan
dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan
prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,negara-negara kebangsaan lambat laun akan
semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat
tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, cirri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence dan response. Jika
Challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan
hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di
Amerika. Namun demikian jika Challance kecil sementara response besar maka bangsa
tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi
maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi.
Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yangcenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran nasional.
d. Alasan Pancasila Dijadikan Sebagai Identitas Nasional Indonesia
Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional karena Bangsa Indonesia
sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip
dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia .Tatkala bangsa
Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakanlah prinsip-prinsip
dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari
filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada
pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.

5. TEORI DEMOKRASI:
a. Joseph A. Schmeter mengatakan, demokrasi merupakan suatu perencaan instutisional untuk
mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
B. Philippe C. Schmitter, demokrasi merupakan sebagai suatu sistem pemerintahan di mana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh
warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan
para wakil mereka yang telah terpilih.
Henry B. Mayo mengatakan, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Ada satu pengertian mengenai demokrasi yang di anggap paling populer diantara pengertian
yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan pada tahun 1863 oleh Abraham Lincoln yang
mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(government of the people, by the people, and for the peolple).
Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara itu mendapat mandat dari rakyat untuk
menyeleng-garakan perintahan. Pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan negara itu
dijalankan oleh rakyat. Pemerintahan untuk rakyat berarti pemerintahan itu menghasilkan dan
menjalankan kebijakan-kebijakan yang di arahkan untuk kepentingan dan kejahteraan
Teori Demokrasi Klasik
Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di
Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan secara langsung, dalam artian rakyat
berkumpul pada suatu tempat tertentu dalam rangka membahas pelbagai permasalahan
kenegaraan.
Bentuk negara demokrasi klasik lahir dari pemikiran aliran yang dikenal berpandangan a tree
partite classification of state yang membedakan bentuk negara atas tiga bentuk ideal yang
dikenal sebagai bentuk negara klasik-tradisional. Para penganut aliran ini adalah Plato,
Aristoteles, Polybius dan Thomas Aquinas.
Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk demokrasi, kekuasaan berada di tangan
rakyat sehingga kepentingan umum (kepentingan rakyat) lebih diutamakan. Secara prinsipil,
rakyat diberi kebebasan dan kemerdekaan. Akan tetapi kemudian rakyat kehilangan kendali,
rakyat hanya ingin memerintah dirinya sendiri dan tidak mau lagi diatur sehingga mengakibatkan
keadaan menjadi kacau, yang disebut Anarki.
Aristoteles sendiri mendefiniskan demokrasi sebagai penyimpangan kepentingan orang-orang
sebagai wakil rakyat terhadap kepentingan umum. Menurut Polybius, demokrasi dibentuk oleh
perwalian kekuasaan dari rakyat. Pada prinsipnya konsep demokrasi yang dikemukakan oleh
Polybius mirip dengan konsep ajaran Plato. Sedangkan Thomas Aquino memahami demokrasi
sebagai bentuk pemerintahan oleh seluruh rakyat dimana kepentingannya ditujukan untuk diri
sendiri.
Prinsip dasar demokrasi klasik adalah penduduk harus menikmati persamaan politik agar mereka
bebas mengatur atau memimpin dan dipimpin secara bergiliran.
Teori Civic Virtue
Pericles adalah negarawan Athena yang berjasa mengem-bangkan demokrasi. Prinsip-prinsip
pokok demokrasi yang dikembangkannya adalah: a. Kesetaraan warga negara, b.Kemerdekaan,
c.Penghormatan terhadap hukum dan keadilan, d.Kebajikan bersama
Prinsip kebajikan bersama menuntut setiap warga negara untuk mengabdikan diri sepenuhnya
untuk negara, menempatkan kepentingan republik dan kepentingan bersama diatas kepentingan
diri dan keluarga.Di masa Pericles dimulai penerapan demokrasi langsung (direct democrazy).
Model demokrasi ini bisa diterapkan karena jumlah penduduk negara kota masih terbatas, kurang
dari 300.000 jiwa, wilayah nya kecil, struktur sosialnya masih sederhana dan mereka terlibat
langsung dalam proses kenegaraan.
Menurut Robert Dahl,
Demokrasi mengandung dua dimensi: kontes dan partisipasi,yang merupakan hal yg
menentukan bagi demokrasi atau poliarki.Demokrasi mengimplikasikan adanya kebebasan sipil
dan politik yaitu kebebasan untuk berbicara, menerbitkan, berkumpul dan berorganisasi, yg
dibutuhkan perdebatan politik dan pelaksanaan kampanye2 pemilihan
Definisi demokrasi sebagai prosedur memberikan sejumlah patokan (Dahl) : sejauh mana
suatu sistem politik bersifat demokratis, membandingkan sistem2 dan menganalisis apakah suatu
sistem bertambah atau berkurang demokratis.
Definisi demokrasi berdasarkan pemilihan merupakan definisi yg minimal.
Demokrasi sejati berarti Liberte,Egalite dan Fraternite, kontrol yg efektif oleh warganegara
terhadap kebijakan pemerintah, pemerintah yg bertanggung jawab, kejujuran dan keterbukaan
dalam percaturan politik, musyawarah yg rasional dan didukung dg informasi yg cuku,
partisipasi dan kekuasaan yg setara dab berbagai kebajikan warganegara lainnya.
Bentuk pemerintahan bukan ukuran untuk menilai suatu sistem politik (demokrasi/diktator).
- Demokrasi politik berkaitan erat dg kebebasan individu. Akan tetapi secara keseluruhan
korelasi antara eksistensi demokrasi dg eksistensi kebebasan individu sngt tinggi. Adanya
kebebas-an individu merupakan komponen esensial dr demokrasi.
- Stabilitas politik dan bentuk pemerintahan merupakan dua bentuk variabel yg berbeda,
namun keduanya saling berkaitan.
- Negara demokrasi sering sulit dikendalikan, tetapi secara politik jarang menggunakan
kekerasan.
- Pemerintah yg demokratis jauh lebih sedikit menggunakan kekerasan terhadap warga
negaranya, ketimbang pemerintah otoriter.
- Demokrasi mempunyai andil bagi stabilitas dengan menyediakan kesempatan yg reguler
untuk mengganti para pemimpin politik dan mengubah kebijakan negara.
Demokrasi Barat (Liberal-Kapitalis)
Demokrasi Liberal adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif
lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Demokrasi liberal lebih menekankan pada pengakuan
terhadap hak-hak warga negara, baik sebagai individu ataupun masyarakat. Dan karenanya lebih
bertujuan menjaga tingkat represetansi warga negara dan melindunginya dari tindakan kelompok
atau negara lain. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses
perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan
pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.
Ciri-ciri demokrasi liberal sebagai berikut.
a. Kontrol terhadap negara, alokasi sumber daya alam dan manusia dapat terkontrol
b. Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional
c. Kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundangan
d. Kelompok minoritas (agama, etnis) boleh berjuang untuk memperjuangkan dirinya
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori
kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau. Semasa Perang
Dingin, istilah demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat.
Pada zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan
demokrasi langsung atau demokrasi partisipasi.
Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika
Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika Serikat,
India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi liberal dipakai
oleh negara yang menganut sistem presidensial (Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem
Westminster: Britania Raya dan Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial
(Perancis).

6.TEORI NEGARA
A. Konsepsi Negara
(a) Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata itu diambil
dari kata bahasa latin status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu
yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
(b) Secara terminology, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
(c) Roger F. Soultau (Oetari Budiyanto, 2012), Negara adalah alat (agency) atau
wewenang atau authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama
masyarakat.
Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara
lain serta memiliki kedaulatan.
(d) Berdasarkan pendapat-pendapat, dapat disimpulkan bahwa Negara adalah organisasi
tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai alat (agency) yang
mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat yang mempunyai cita-
cita untuk bersatu, hidup dalam wilayah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat
dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan dengan tujuan kesenangan dan
kehormatan bersama.
(e) Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari
negara lain.
B. Teori Tentang Terbentuknya Negara
-Teori kontrak sosial (social contract)/ Teori Perjanjian Masyarakat
Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat.
-Teori Ketuhanan
Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan Raja dan
pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapapun.
-Teori kekuatan
Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan, dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat
atas kelompok etnis yang lebih lemah.
-Teori Organis
hakikat dan asal mula negara adalah suatu konsep bilogis yang melukiskan negara dengan
istilah-istilah ilmu alam.
-Teori Historis
Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara
evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia
-Teori Kedaulatan Hukum
(Mienu, 2010) menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum.
-Teori Hukum Alam
negara terjadi karena kehendak alam yang merupakan lembaga alamiah yang diperlukan manusia
untuk menyelenggarakan kepentingan umum.

C. Tujuan Negara
Tujuan negara merupakan suatu harapan atau cita-cita yang akan dicapai oleh negara. Menurut
A. Ubaedillah & Abdul Rozak (2008: 91), Negara mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut.
a. Memperluas kekuasaan.
b. Menyelenggarakan ketertiban hukum.
c. Mencapai kesejahteraan umum.

Teori-teori Tujuan Negara


1) Teori Kekuasaan
penggunaan kekuasaan yang sebesar-besarnya itu bertujuan luhur, yakni kebebasan,
kehormatan dan kesejahteraan seluruh bangsa.
2) Teori Perdamaian Dunia
Perdamaian dunia akan terwujud apabila semua negara merdeka meleburkan diri dalam satu
imperium di bawah kepemimpinan seorang penguasa tertinggi.
3) Teori Jaminan atas Hak dan Kebebasan Manusia
tujuan negara adalah melindungi dan menjamin ketertiban hukum agar hak dan
kemerdekaan warga negara terbina dan terpelihara, serta aktif mengupayakan kesejahteraan
warganya.

D. FUNGSI NEGARA
fungsi negara merupakan upaya atau kegiatan negara untuk mengubah harapan itu menjadi
kenyataan. Fungsi Negara dapat dikatakan sebagai organisasi kekuasaan yang dibentuk untuk
menjalankan tugas-tugas tertentu.
Minimal, setiap negara harus melaksanakan fungsi:
-penertiban (law and order): untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah terjadinya konflik,
negara harus melaksanakan penertiban, menjadi stabilisator;
-mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
-pertahanan, menjaga kemungkinan serangan dari luar;
-menegakkan keadilan, melalui badan-badan pengadilan.

E. BENTUK NEGARA
a. Negara konfederasi
Negara konfederasi adalah negara yang terdiri dari persatuan beberapa negara yang
berdaulat.
b. Negara Kesatuan
negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, sifatnya tunggal.
Hanya ada satu pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.
c. Negara Serikat (Federal)
Negara Serikat (Federal) adalah negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula
berdiri sendiri-sendiri dan kemudian negara-negara tersebut mengadakan ikatan kerjasama
yang efektif, tetapi masih ingin mempunyai wewenang yang dapat diurus sendiri.

F. Unsur negara
ada 5 unsur yang harus dipenuhi untuk terbentuknya sebuah negara, yaitu :
a) Penghuni (penduduk/rakyat).
b) Wilayah.
c) Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).
d) Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain
e) Pengakuan dari negara lain.

G. SIFAT NEGARA
a. Sifat Memaksa yaitu negara mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan, agar
peraturan perundang-undangan ditaati dengan demikian penertiban dalam masyarakat
tercapai serta timbulnya anarkis dicegah.
b. Sifat Monopoli yaitu negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat atau untuk mencapai cita-cita Negara.
c. Mencakup Semua yakni semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang
tanpa terkecuali.
8.HAK ASASI MANUSIA
Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan.
HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan
Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945
Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1
dan pasal 31 ayat 1
Dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis. Pactum
Unionis adalah perjanjian antara individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat
membentuik suatu negara, sedangkan pactum unionis adalah perjanjian antara warga negara
dengan penguasa yang dipiliah di antara warga negara tersebut (Pactum Unionis). Thomas
Hobbes mengakui adanya Pactum Subjectionis saja. John Lock mengakui adanya Pactum
Unionis dan Pactum Subjectionis dan JJ Roessaeu mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga
paham ini berpenbdapat demikian. Namun pada intinya teori perjanjian ini meng-amanahkan
adanya perlindungan Hak Asasi Warga Negara yang harus dijamin oleh penguasa, bentuk
jaminan itu mustilah tertuang dalam konstitusi (Perjanjian Bernegara).
Dalam kaitannya dengan itu, HAM adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana
karena ia adalah seorang manusia. , misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan
Amerika atau Deklarasi Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang
dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak mengenal berbagai
batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak bisa berkelit untuk
tidak melindungi HAM yang bukan warga negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut
persoalan HAM setiap negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab,
utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk
orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat salah untuk
mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak yang dimiliki warga negara.
HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai manusia.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian dalam disiplin ilmu
hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas
internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di tingkat domestik.
Malahan, peran komunitas internasional sangat pokok dalam perlindungan HAM karena sifat dan
watak HAM itu sendiri yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan individu
terhadap kekuasaan negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana telah sering
dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:
1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang.
2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak rakyat
dan oposisi.
3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.
4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan partai
tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.
5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis terhadap
rakyat dan oposisi di manapun.
Ciri khas HAM
1. Hakiki
HAM bersifat hakiki artinya berarti telah ada sejak manusia lahir.
2. Tidak dapat dibagi
Semua manusia berhak memperoleh hak, baik hak politik, sosial, ekonomi, sipil, dan
budaya.
3. Tidak dapat dicabut
HAM tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada orang lain.
4. Universal
HAM berlaku untuk semua manusia tanpa kecuali. Disamping adanya hak asasi, adapula
kewajian asasi. Dalam praktiknya pelaksanaan ham tidak dapat dilaksanakan secara
mutlak karena akan dapat menimbulkan pelanggaran HAM itu sendiri ( hak asasi orang
lain)

Contoh teori HAM


Hak asasi manusia (Human Rights) adalah hak dasar atau hak pokok yang dibawa manusia sejak
lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia (Human Rights) dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang. Hak asasi
manusia (Human Rights) bersifat universal dan abadi. Selain gerakan hak asasi, ada beberapa
teori dari para ahli yang mendukung perkembangan hak asasi manusia. Teori hak asasi manusia
(theory of human rights) adalah sebagai berikut.
1) Teori Perjanjian Masyarakat / Theory Society Agreement (1632-1704)
Teori ini dikemukakan oleh John Locke. Teori ini menyebutkan bahwa ketika manusia
berkeinginan membentuk negara maka semua hak yang ada pada manusia harus dijamin dalam
undang-undang (Masyhur Effendi: 2005).
2) Teori Trias Politika / Theory Trias Politica (1688-1755)
Teori ini dikemukakan oleh Montesquieu. Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan negara
dipisahkan menjadi tiga, yaitu legislatif, yudikatif, dan eksekutif. Pemisahan ini dilakukan untuk
melindungi hak asasi dan kekuasaan penguasa (Masyhur Effendi : 2005).
3) Teori Kedaulatan Rakyat / Theory of Sovereignty of the People (1712-1778)
Teori ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau. Teori ini menyatakan bahwa penguasa diangkat oleh
rakyat untuk melindungi kepentingan rakyat, termasuk hak asasi (Masyhur Effendi : 2005).
4) Teori Negara Hukum / Theory State of Law (1724-1904)
Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant. Teori ini menyatakan bahwa negara bertujuan untuk
melindungi hak asasi dan kewajiban warga negara (M. Tahir Azhary : 1992).

9. TEORI KONSTITUSI
Bersamaan dengan teori Negara hukum, konstitusi berdasarkan kilas sejarah telah ada sejak
zaman Yunani Kuno. Hal ini berdasarkan teori Negara hukum yang dikembangkan saat itu oleh
Plato dan Aristoteles, guru dan murid yang dijuluki sebagai The Philosoper. Plato misalnya,
dalam Republic berpendapat bahwa adalah mungkin mewujudkan negara ideal untuk mencapai
kebaikan yang berintikan kebaikan. Untuk itu kekuasaan harus dipegang oleh orang yang
mengetahui kebaikan, yaitu seorang filosof (The Philosopher King). The Philosopher King
dituntut untuk mengajarkan dan mengedepankan kebijakan yang akan menjamin
terselenggaranya pemerintahan yang bersih dan berkeadilan.
Juga, dalam bukunya, The Statesman dan The Law, Plato mengemukakan pandangannya tentang
supremasi hukum. Menurutnya, pemerintahan yang mampu mencegah kemerosotan kekuasaan
seseorang adalah pemerintahan oleh hukum. Dalam The Law, hukum adalah logismos atau
reasoned thought (pikiran yang masuk akal) yang dirumuskan dalam putusan negara. Plato
menolak pandangan dan anggapan bahwa otoritas hukum bertumpu semata-mata pada kemauan
dan kehendak governing power (pihak-pihak yang memangku kekuasaan).
Aristoteles, murid Plato, juga berpendapat bahwa tujuan negara adalah untuk mencapai
kehidupan yang paling baik (the best life possible) yang dapat dicapai dengan supremasi hukum.
Hukum adalah wujud kebijaksanaan kolektif warga negara (collective wisdom), sehingga peran
warga negara diperlukan dalam pembentukannya. Berangkat dari pemikiran tersebut, Aristoteles
berpendapat bahwa suatu negara yang baik adalah negara yang diperintah dengan konstitusi.
Menurutnya, ada tiga unsur pemerintahan berkonstitusi; pertama, pemerintahan dilaksanakan
untuk kepentingan umum; kedua, pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasar
ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang mengesampingkan
konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang
dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan dan tekanan. Perlawanan terhadap
absolutisme yang melahirkan raja-raja yang memilki kekuasaan mutlak pada abad pertengahan,
akhirnya bermuara pada munculnya gagasan negara hukum.
Pada mulanya, kata “konstitusi”, berasal dari bahasa Perancis “constituer”, yaitu sebagai suatu
ungkapan yang berarti membentuk. Oleh karena itu, pemakaian kata konstitusi lebih dikenal
untuk maksud sebagai pembentukan, penyusunan atau menyatakan suatu negara. Dengan kata
lain, secara sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang bentuk dan
susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah berdirinya negara yang
bersangkutan.
Namun secara terminologi, konstitusi tidak hanya dipahami dengan arti yang sesederhana itu.
Konstitusi dipahami secara lebih luas, selain dikarenakan oleh kompleksitasnya permasalahan
mendasar yang harus diatur oleh negara, juga dikarenakan oleh perkembangan pemikiran
terhadap keilmuan dalam memahami konstitusi sebagai hukum dasar (gronwet) dalam suatu
negara.
Terlepas dari pendefinisian tentang konstitusi di atas, terdapat juga keanekaragaman dari para
ahli dalam memandang konstitusi. Leon Duguit misalnya, seorang sarjana dari Perancis yang
terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang sosiologi hukum. Dalam bukunya traite de droit
constututionnel, dia memandang negara dari fungsi sosialnya. Pemikiran Duguit banyak
dipengaruhi oleh aliran sosiologi yang diprakarsai oleh Auguste Comte, menurutnya hukum itu
adalah penjelmaan de facto dari ikatan solidaritas sosial yang nyata. Dia juga berpendapat bahwa
yang berdaulat itu bukanlah hukum yang tercantum dalam bunyi teks undang-undang, melainkan
yang terjelma di dalam sociale solidariteit (solidaritas sosial). Oleh karena itu, yang harus
diataati adalah sosiale recht itu. Bukan undang-undang yang hanya mencerminkan sekelompok
orang yang kuat dan berkuasa.
Selain itu, Ferdinand Lasalle, dalam bukunya uber verfassungwesseng, membagi konstitusi
dalam dua pengerian, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian Sosiologis dan Politis, konstitusi dilihat sebagai sintesis antara faktor-faktor
kekuatan politik yang nyata dalam masyarakat. Dinamika hubungan kekuatan-kekuatan
politik yang nyata itu dipahami sebagai konstitusi.
2. Pengertian yuridis (juridische begrip, konstitusi dilihat sebagi naskah hukum yang
memuat ketentuan dasar mengenai bangunan dasar negara dan sendi-sendi pemerintahan.
Menurutnya konstitusi pada dasarnya adalah apa yang tetulis di atas kertas Undang-Undang
Dasar mengenai lembaga-lembaga negara, prinsip-prinsip, sendi-sendi dasar pemerintahan.
Di samping Ferdinand Lasalle, K.C. Wheare, salah seorang pakar konstitusi modern, dikutip
dalam buku Jazim Hamidi yang berjudul Hukum Perbandingan Konstitusi berujar, “…it use to
describe the whole system of government of a country, the collection of rules which establish and
regulate or govern the governmonet”. Konstitusi dalam pandangan Wheare tersebut di atas,
selain dipahami sebagai istilah untuk menggambarkan keseluruhan sistem pemerintahan suatu
negara, juga sebagai kumpulan aturan yang membentuk dan mengatur atau menentukan
pemerintahan negara yang bersangkutan.
Sementara itu, Jimly Asshiddiqie, mendefinisikan konstitusi sebagai hukum dasar yang dijadikan
pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis
yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Hal tersebut tidak
terlepas karena tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-undang Dasar.
kerajaan Inggris misalnya, tidak memiliki satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi
tertulis, namun biasa disebut sebagai negara konstitusional.

10.GEOPOLITIK INDONESIA
Geopolitik berasal dari kata geo dan politik.Geo berarti bumi dan politik berasal dari bahasa
Yunani polite. Poli artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia artinya
urusan.Geopolitik biasa juga di sebut dengan wawasan nusantara. Geopolitik diartikan sebagai
sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang
didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang menitik beratkan pada
pertimbangan geografik, wilayah atau toritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila
dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik
suatu negara.
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik
(political geography) yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical
politic, disingkat geopolitik.
 Pengertian Geopolitik menurut beberapa para ahli :
a. Rudolf Kjellén seorang ilmuwan politik Swedia, pada awal abad ke-20 mendefinisikan
Geopolitik adalah seni dan praktek penggunaan kekuasaan politik atas suatu wilayah
tertentu.
b. Karl Haushofer (1869-1946), yang terinspirasi ide-rezim Nazi, ditambah proses politik
dengan definisi Geopolitics (Cohen, 2003): "Geopolitics adalah sains nasional baru negara,
sebuah doktrin pada determinesme spasial semua proses politik, berdasarkan dasar-dasar
geografi yang luas, terutama dari geografi politik." Geografi Politik Haushofer dianggap
sebagai bagian penting dari Geopolitics.
Saul Bernard Cohen menggunakan definisi ini dalam buku 2003: "Geopolitics adalah analisis
interaksi antara, di satu sisi, pengaturan dan perspektif geografis dan, di sisi lain, proses-proses
politik. Baik pengaturan geografis dan proses politik yang dinamis, dan masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
A. Perkembangan Geopolitik di Indonesia
Pembangunan geopolitik Indonesia sudah dimulai oleh para pendiri bangsa melalui ikrar sumpah
pemuda, satu nusa yang berarti keutuhan wilayah nusantara, satu bangsa yang merupakan
landasan kebangsaan Indonesia, satu bahasa yang merupakan faktor pemersatu seluruh wilayah
nusantara beserta isinya. Rasa kebangsaan merupakan perekat persatuan dan kesatuan, baik
dalam makna spirit maupun moral, sehingga membantu meniadakan adanya perbedaan fisik yang
disebabkan adanya perbedaan letak geografi.
Kondisi geografis suatu negara atau wilayah menjadi sangat penting dan menjadi pertimbangan
pokok berbagai kebijakan, termasuk juga dalam merumuskan kebijakan keamanan nasional atau
keamanan manusia . Berbagai bencana alam yang terjadi seperti : angin puting beliung, gempa
bumi, tsunami adalah beberapa ancaman terhadap manusia yang sebagian besar diantaranya
ditentukan oleh kondisi geografis.
Penyebaran konflik komunal tampaknya sedikit terbendung oleh faktor geografis, sebagaimana
terjadi di Afrika, Balkan dan Asia Tengah, dengan demikian posisi strategis Indonesia juga
membawa implikasi geopolitik dan geostrategi tertentu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pembangunan geopolitik hanya efektif apabila dilandasi oleh wawasan kebangsaan yang
mantap. Unsur-unsur dasar Wawasan Nusantara dalam mencapai kesatuan dan keserasian dapat
ditinjau melalui, Satu kesatuan wilayah, Satu kesatuan bangsa, Satu kesatuan sosial budaya, Satu
kesatuan ekonomi, Satu kesatuan pertahanan dan keamanan.Konsepsi geopolitik khas Indonesia
itu kemudian dirumuskan menjadi acuan dasar yang diberi nama Wawasan Nusantara, berbunyi
sebagai berikut:
“Wujud suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu Negara kepulauan yang dalam
kesemestaannya merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan untuk mencapai tujuan nasional dan cita-cita perjuangan bangsa melalui pembangunan
nasional segenap potensi darat, laut dan angkasa secara terpadu” .
Perkembangan Geopolitik di Indonesia juga dipengaruhi adanya Globalisasi dan kemajuan
teknologi yang menyebabkan wilayah kedaulatan suatu Negara terutama Negara Indonesia
menjadi semakin abstrak dan kurang pasti sehingga dapat dengan mudah ditembus oleh para
pelaku atau actor internasional. Kemudian adanya proses politik dan demokratisasi. Akhir tahun
2004 juga ditandai dengan keberhasilan bangsa Indonesia menyelenggarakan Pemilu dengan
sistem pemilihan langsung. Proses Pemilu yang sangat transparan merupakan kunci keberhasilan
KPU menyelenggarakan pesta demokrasi ini.Selanjutnya munculah tiga kasus besar, Pertama
adalah gerakan separatis politik dan bersenjata yang kini mengarah pada upaya pemisahan diri
dari NKRI yakni, gerakan separatis bersenjata di Aceh, Gerakan Aceh Merdeka/GAM (yang
telah sepakat untuk mengakui dan bergabung kembali dalam NKRI), kelompok separatis politik
(KSP) dan kelompok separatis bersenjata (KSB/TPN) yang berinduk di bawah OPM di Papua,
serta upaya pembentukan kembali Republik Maluku Selatan (RMS) melalui pembentukan
organisasi RMS gaya baru yakni Forum Kedaulatan Maluku (FKM). Hal tersebut tentu saja akan
mengancam keutuhan wilayah geografis dan persatuan NKRI sendiri.
Sedangkan kasus yang kedua yaitu aksi kekerasan dan konflik komunal. Meski langkah-langkah
penegakkan hukum telah diambil, namun diperkirakan kasus-kasus kekerasan dan konflik-
konflik komunal masih akan terjadi secara insidentil. Penanganannya diawali dengan pendekatan
pembangunan kebangsaan, tanpa mengabaikan keberagaman budaya dan pada saat yang sama
dilaksanakan pembangunan
kesejahteraan. Meskipun upaya peningkatan kualitas proses politik dalam rangka normalisasi dan
stabilisasi kehidupan masyarakat di sejumlah daerah konflik dan rawan konflik relatif berjalan
Iambat, tetapi perbaikan struktur dan proses politik menuju penyelesaian konflik secara bertahap
dapat berjalan dengan baik. Dan yang ketiga adalah isu keamanan teritorial, perbatasan dan
pulau terluar. Dalam isu keamanan perbatasan baik perbatasan darat maupun laut, terdapat
sejumlah permasalahan tapal batas wilayah yang harus segera diatasi. Isu keamanan perbatasan
tersebut, juga meliputi adanya kondisi pulau-pulau terluar yang berada dan berbatasan langsung
dengan beberapa negara tetangga yang sesungguhnya berpotensi dapat lepas dari NKRI bila
tidak dapat dipelihara dan dijaga dengan baik.
B. Unsur-unsur Geopolitik
Geopolitik memiliki unsur-unsur dasar konsepsi Geopolitik atau biasa disebut sebagai Wawasan
Nusantara ada tiga,yaitu :
1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sifat nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta
keanekaragaman budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik dan
wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud
infrastruktur politik.
2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang
berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di atas
bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
nasional yang berupa politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Isi menyangkut dua hal, pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama
(konsensus nasional) dan perwujudannya, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional , kedua
persatuan dan kesatuan dalam ke-bhineka-an yang meliputi semua aspek kehidupan
nasional.
3. Tata laku (conduct)
Hasil dari interaksi antara sebuah wadah dengan isi maka akan menghasilkan sebuah tata
laku yang terdiri dari tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas
yang baik dari bangsa Indonesia. Sedangkan tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam
tindakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia. Kedua tata laku tersebut akan
mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan asas kekeluargaan dan
kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga
menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.
C. Implementasi Geopolitik Indonesia
1. Sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
sesuai dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia sejak awal proses pembentukan Negara kesatuan Republik
Indonesia sampai sekarang. Konsep Wawasan Nusantara berpangkal pada dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagi sila pertama yang kemudian melahirkan hakikat
misi manusia Indonesia yang terjabarkan pada sila-sila berikutnya. Wawasan
nusantara sebagai aktualisasi falsafah Pancasila menjadi landasan dan pedoman
kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Dengan demikian wawasan Nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan
kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan dan
keutuhan bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia
dan Wawasan Nusantara merupakan konsep dasar bagi kebijakan dan strategi
pembangunan Nasional.
2. Pembangunan Nasional
a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu kesatuan Politik
1) Kebulatan wilayah dengan segala isinya merupakan modal dan milik bersama
bangsa indonesia.
2) Kenaneka ragaman suku, budaya, dan bahasa daerah serta agama yang
dianutnya tetap dalam kesatuan bangsa Indonesia .
3) Secara psikologis, bangsa Indonesia merasa satu persaudaraan, senasib dan
seperjuangan, sebangsa dan setanah air untuk mencapai satu cita-cita bangsa
yang sama.
4) Pancasila merupakan falsafah dan ideologi pemersatu bangsa Indonesia yang
membimbing ke arah tujuan dan cita-cita yang sama.
5) Kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara sistem hukun nasional .
6) Seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hubungan
nasional.
7) Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban
dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri bebas dan aktif.
8) Kekayaan di seluruh wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah
modal dan milik bangsa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di seluruh
wilayah Indonesia secara merata.
9) Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh daerah
tanpa mengabaikan ciri khas yang dimiliki daerah masing-masing.
10) Kehidupan perekonomian di seluruh Indonesia diselenggarakan sebagai usaha
bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial budaya
1) Masyarakat Indonesia adalah satu bangsa yang harus memiliki kehidupan
serasi dengan tingkat kemajuan yang merata dan seimbang sesuai dengan
kemajuan bangsa.
2) Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam
budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia
tidak menolak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati.
c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan pertahanan
Keamanan
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau satu daerah pada hakikatnya adalah
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
2) Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut
serta dalam pertahanan dan keamanan negara dalam rangka pembelaan negara
dan bangsa.

11. GEOSTRATEGI INDONESIA


a. Pengertian geostrategi indonesia
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha
dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu negara,
geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujdkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang
lebih baik, lebih aman dan bermartabat.
Bagi bangsa Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, melalui proses pembangunan
nasional.
Oleh karena itu geostrategi Indonesia sebagai suatu cara atau metode dalam memanfaatkan
segenap konstelasi geografi negara Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana-
sarana dalam mencapai tujuan seluruh bangsa dengan berdasar asas kemanusiaan dan keadilan
sosial.
b. Konsepsi Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pada hakikatnya bukan mengembangkan kekuatan untuk
penguasaan terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk ekspansi terhadap negara lain, tetapi
konsep strategi yang didasarkan pada kondisi metode, atau cara untuk mengembangkan potensi
kekuatan nasional yang ditujukan untuk pengamanan dan menjaga keutuhan kedaulatan Negara
Indonesia dan pembangunan nasional dari kemungkinan gangguan yang datang dari dalam
maupun dari luar negeri. Untuk mewujudkan geostrategis Indonesia akhirnya dirumuskan
Bangsa Indonesia dengan Ketahanan Nasional Republik Indonesia.

c. Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia


Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal 10
Juni 1948 di Kotaraja. Namun sayangnya gagasan ini kurang dikembangkan oleh para pejabat
bawahan, karena seperti yang kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir
Desember 1948, sehingga kurang berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan kemerdekaan
1950 garis pembangunan politik berupa “Nation and character and building“ yang merupakan
wujud tidak langsung dari geostrategi Indonesia yakni sebagai pembangunan jiwa bangsa.

Berikut beberapa tahapan geostrategi Indonesia dari awal pembentukan hingga sekarang :
1. Pada awalnya, geostrategi Indonesia digagas oleh Sekolah Staf dan Komando Angkatan
Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Konsep geostrategi Indonesia yang terumus adalah
pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan strategi di kawasan Indonesia
yang ditandai dengan meluasnya pengaruh komunis. Geostrategi Indonesia pada saat itu
dimaknai sebagai strategi untuk mengembangkan dan membangun kemampuan territorial
dan kemampuan gerilya untuk menghadapi ancaman komunis di Indonesia.
2. Pada tahun 1965-an Lembaga Ketahanan Nasional mengembangkan konsep geostrategi
Indonesia yang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut: bahwa geostrategi Indonesia
harus berupa sebuah konsep strategi untuk mengembangkan keuletan dan daya tahan, juga
pengembangan kekuatan nasional untuk menghadapi dan menangkal ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik bersifat internal maupun eksternal. Gagasan ini agak lebih
progresif tapi tetap terlihat sebagai konsep geostrategi Indonesia awal dalam membangun
kemampuan nasional sebagai faktor kekuatan pengangguh bahaya.
3. Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian tentang
geostrategi Indonesia yang lebih sesuai dengan konstitusi Indonesia. Pada era itu konsepsi
geostrategi Indonesia dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi ketahanan
nasional dalam menciptakan kesejahteraan menjaga indentitas kelangsungan serta integritas
nasional.
4. Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan dalam bentuk rumusan
ketahanan nasional sebagai kondisi metode dan doktrin dalam pembangunan nasional.

d. Tujuan Geostrategi Indonesia


Berbagai konsep dasar serta pengembangan geostrategi Indonesia pada dasarnya bertujuan
untuk:
1. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang berbasis pada aspek
ideologi, politik, sosial budaya, bahkan aspek-aspek alamiah. Hal ini untuk upaya
kelestarian dan eksistensi hidup Negara dan Bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasi
dan tujuan nasional.
2. Menunjang tugas pokok pemerintah Indonesia dalam:
a. Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
b. Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity)
c. Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prosperity)
d. Terwujudnya keadilan hukum & keadilan sosial (yuridical justice & social justice)
e. Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom of the people)

Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara ini mengandung
sekian banyak anasir-anasir pemecah belah yang setiap saat dapat meledak dan mencabik-cabik
persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam era kepemimpinan Habibie dapat disaksikan dengan jelas
bagaimana hal itu terjadi beserta akibatnya. Tidak hanya itu saja, tatkala bangsa kita lemah
karena sedang berada dalam suasana tercabik-cabik maka serentak pulalah harga diri dan
kehormatan dengan mudah menjadi bahan tertawaan di forum internasional. Disitulah
ketidakberdayaan kita menjadi tontonan masyarakat internasional.
2. RUMUSAN GEOSTRATEGI INDONESIA DALAM WUJUD
KETAHANAN NASIONAL
a. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan Nasional ditinjau secara antropologis mengandung arti kemampuan manusia
atau suatu kesatuan kemampuan manusia untuk tetap memperjuangkan kehidupannya. Rumusan
ketahanan nasional sebagaimana disusun oleh Lemhamnas adalah: Ketahanan Nasional Idonesia
adalah kondisi dinamis Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek, kehidupan nasional yang
terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan
mencapai tujuan nasional.
b. Ciri-ciri Ketahanan Nasional
a) Merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi negara berkembang
b) Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan
kehidupan
c) Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk menghadapi dan mengatasi tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, baik
secara langsung maupun tidak langsung
d) Didasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek kehidupan nasional tercermin dalam
sistematika astagarata yang terdiri atas 3 aspek alamiah (trigatra) dan lima aspek sosial
(pancagatra).
e) Berpedoman pada wawasan nasional. Wawasan nusantara merupakan cara pandang
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan
yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara
dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan nasional
c. Hakikat Ketahanan Nasional
Kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya
menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional mengandung makna keutuhan semua
potensi yang terdapat dalam wilayah nasional, baik fisik maupun sosial, sehingga kelemahan dari
satu aspek akan mempengaruhi yang lain. Ketahanan nasional merupakan interaksi positif dari
semua gatra kehidupan nasional yang terkandung dalam astagatra.
d. Sifat-sifat Ketahanan Nasional
a) Manunggal artinya antara trigatra dan panca gatra, tidak campur aduk melainkan serasi,
seimbang dan harmonis.
b) Mawas ke dalam artinya untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasional.
c) Kewibawaan artinya menjaga harkat dan martabat bangsa dan negara sebagai daya
pencegah dan penangkalan.
d) Berubah menurut waktu yaitu ketahanan nasional bersifat dinamis atau berubah sesuai
dengan fungsi dan waktu.
e) Tidak membenarkan adanya adu kekuasaan atau adu kekuatan.
f) Percaya pada diri sendiri (self confidence).
g) Tidak tergantung pada pihak lain (self relience) yaitu ketahanan nasional dikembangkan
atas dasar kemampuan diri sendiri
e. Asas-asas Tannas Indonesia
Adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara yang
terdiri dari:
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
Asas kesejahteraan dan keamanan adalah suatu asas yang tidak bisa dipisahkan karena
keduanya saling memengaruhi. Keamanan dan kesejahteraan harus berdampingan
dalam kondisi apapun. Kesejahteraan adalah suatu kondisi manusia yang berada pada
keadaan makmur, sehat, damai dan kebutuhannya terpenuhi. Sedangkan keamanan
adalah keadaan yang bebas dari bahaya.
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
Menurut pengertiannya, komprehensif bersifat mampu menerima dengan baik, dan
memiliki wawasan yang luas dan menyeluruh. Sedangkan integral berarti terintegrasi
atau menyatu. Jadi asas komprehensif integral adalah bagaimana cara menyikapi dan
menyelesaikan masalah yang timbul dalam suatu negara secara baik, berwawasan luas,
menyeluruh dan terintegrasi serta saling menyatu.
3. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi nasional itu sendiri
berdasarkan nilai- nilai kemandirian. Mawas ke luar bertujuan untuk dapat
mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri
dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergatungan dengan dunia
internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang paling menonjol adalah kekeluargaan dan
musyawarah yang bersumber pada Pancasila.

12. Pengertian Negara Indonesia adalah Negara Hukum


Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945
setelah diamandemen ketiga disahkan 10 Nopember 2001. Penegasan ketentuan konstitusi ini
bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan dan
pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum.Untuk mewujudkan negara hukum
salah satunya diperlukan perangkat hukum yang digunakan untuk mengatur keseimbangan
dan keadilan di segala bidang kehidupan dan penghidupan rakyat melalui peraturan
perundang-undangan dengan tidak mengesampingkan fungsi yurisprudensi. Hal ini
memperlihatkan bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai peranan yang penting
dalam negara hukum Indonesia. Menurut A.Hamid S. Attamimi, peraturan perundang-
undangan adalah semua aturan hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam
bentuk tertentu, dengan prosedur tertentu, biasanya disertai sanksi dan berlaku umum serta
mengikat rakyat. Kemudian Bagir Manan memberikan definisi bahwa peraturan perundang-
undangan adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikat umum. Bersifat dan berlaku
secara umum maksudnya tidak mengidentifikasi individu tertentu sehingga berlaku bagi
setiap subyek hukum yang memenuhi unsur yang terkandung dalam ketentuan mengenai pola
tingkah laku tersebut. Terakhir setelah mendapat persetujuan bersama antara lembaga
legislatif dan eksekutif, maka disahkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mendefinisikan bahwa peraturan
perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga Negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.
Dengan pertimbangan tersebut lembaga Negara atau pejabat yang berwenang dalam
membentuk atau menyusun peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun
daerah wajib mengikuti pedoman atau bimbingan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2004.
Konsep pembentukan hukum
Konsep pembentukan hukum atau peraturan perundang-undangan adalah bahwa peraturan
perundang-undangan dapat dijalankan dan diterima oleh masyarakat, akan tetapi pada
kenyataannya banyak peraturan perundang-undangan yang tidak dapat diimplementasikan. Hal
tersebut karena kadang kala peraturan perundang-undangan yang sudah ada, harus diganti
walaupun sebenarnya peraturan perundang-undangan tersebut masih relevan dengan keadaan
saat itu. Alasannya karena :
 produk tersebut tinggalan dari zaman Hindia Belanda, Orde Lama, Orde Baru, pejabat
lama, atau ingin tampil beda
 hanya ingin mengejar target, seolah-olah dengan pembentukan peraturan perundang-
undangan tugas mereka dianggap berhasil
 peraturan perundang-undangan dibuat asal saja tanpa melalui penelitian (research) atau
dengan penelitian tetapi tidak sesuai dengan metode penelitian yang benar
 terpengaruh dengan studi banding di negara lain, yang di negara lain dapat
diimplementasikan, maka tanpa melalui saduran seluruh peraturan perundang-undangan
asing tersebut diadopsi
 transplantasi (pencangkokan) dengan peraturan perundang-undangan milik negara lain.
Dalam kaitan dengan tidak dapat diimplimentasikannya peraturan perundang-undangan,
Hikmahanto Juwana mengatakan: Pelebelan rejim dan keinginan untuk berbeda dari satu
pemerintahan ke pemerintahan lain lebih berdampak fatal bagi reformasi hukum. Reformasi yang
dilakukan cenderung seperti pendulum, hanya mengayun dari satu sisi kesisi lainnya. Reformasi
tidak ditujukan untuk membangun dan menyempurnakan sistem hukum yang ada.
Menurut Erman Rajagukguk bahwa, hukum baru dapat berperan dalam pembangunan, bila
hukum dapat menciptakan lima kualitas kondusif untuk pembangunan, yaitu :
1. Stabilitas, hukum harus dapat menciptakan Stability, atau mengakomodir
menyeimbangkan kepentingan yang saling bersaing di masyarakat.
2. Prediktabilitas, hukum harus menciptakan Predictability sehingga setiap orang dapat
memperkirakan akibat dari langkah-langkah atau perbuatan yang diambil.
3. Adil, rasa adil dalam bentuk persamaan di depan hukum, perlakuan yang sama dan
adanya standar.
4. Pendidikan, hukum berfungsi sebagai Instrumen pendidikan dalam perubahan sosial,
umpamanya undang-undang perpajakan akan bisa mendidik masyarakat untuk membayar
Pajak, dengan memberikan Insentif dari pada ancaman hukuman.
5. Adanya kemampuan khusus dari Sarjana Hukum, hukum untuk dapat berperan dalam
pembangunan ekonomi memerlukan Sarjana Hukum yang memahami hubungan hukum
dengan masalah-masalah pembangunan.

13. TEORI POLITIK


Teori Politik berasal dari dua suku kata, Teori dan Politik. Teori dapat diartikan sebagai cara,
model kerangka fikiran ataupun pedapat yang dikemukakan oleh seseorang sebagai keterangan
mengenai suatu peristiwa. Sedangkan politik berarti negara (berasal dari kata polis).
Politik juga memiliki arti sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai
hakekat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
 Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles).
 Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.
 Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat.
 Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Batasan Teori Politik
Teori Politik memiliki dua makna, yaitu:
1. Teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat
yang ideal.
2. Teori menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk
hidup dalam kebersamaan.

Teori Politik Zaman Klasik


Teori Politik Socrates
Socrates memiliki kepribadian sebagai seorang teoritikus politik yang berupaya jujur, adil dan
rasional dalam hidup kemasyarakatan dan mengembangkan teori politik yang radikal. Namun
keinginan dan kecenderungan politik Socrates sebagai teoritikus politik membawa kematian
melalui hukuman mati oleh Mahkamah Rakyat (MR). Metode Socrates yang berbentuk Maieutik
dan mengembangkan metode induksi dan definisi. Pada sisi lain Socrates memaparkan etika
yang berintikan budi yakni orang tahu tentang kehidupan dan pengetahuan yang luas. Dan pada
akhirnya akan menumbuhkan rasa rasionalisme sebagai wujud teori politik Socrates

Teori Politik Plato


Filsafat politik yang diuraikan oleh Plato sebagai cerminan teori politik. Dalam teori ini yakni
filsafat politik tentang keberadaan manusia di dunia terdiri dari tiga bagian yaitu, Pikiran atau
akal, Semangat/keberanian dan Nafsu/keinginan berkuasa.
Plato memiliki idealisme yang secara operasional meliputi: Pengertian budi yang akan
menentukan tujuan dan nilai dari pada penghidupan etik, Pengertian matematik, Etika hidup
manusia yaitu hidup senang dan bahagia dan bersifat intelektual dan rasional, Teori tentang
negara ideal, Teori tentang asal mula negara, tujuan negara, fungsi negara dan bentuk negara,
Penggolongan dari kelas dalam negara, Teori tentang keadilan dalam negara dan Tori kekuasaan
Plato.

Teori Politik Aristoteles


Teori politik Aristoteles bernuansa filsafat politik yang meliputi: Filsafat teoritis, Filsafat praktek
dan Filsafat produktif. Teori negara yang dinyatakan sebagai bentuk persekutuan hidup yang
akrab di antara warga negara untuk menciptakan persatuan yang kukuh. Untuk itu perlu dibentuk
negara kota (Polis).
Asal mula negara, Negara dibentuk berawal dari persekutuan desa dan lama kelamaan
membentuk polis atau negara kota. Tujuan negara harus disesuaikan dengan keinginan warga
negara merupakan kebaikan yang tertinggi. Aristoteles berpendapat sumbu kekuasaan dalam
negara yaitu hukum. Oleh karena itu para penguasa harus memiliki pengetahuan dan kebajikan
yang sempurna. Sedangkan warga negara adalah manusia yang masih mampu berperan.

Teori Politik Zaman Pertengahan


Teori Politik Agustinus
Agustinus melihat perbandingan Negara sekuler dan negara Tuhan. Negara sekuler dianggap
sebagai penyelewengan oleh para penguasa yang arif dan bijaksana sehingga kekuasaan
bagaikan keangkuhan dengan berbagai kejahatan. Sedangkan negara Tuhan menghargai segala
sesuatu yang baik dan mengutamakan nilai kebenaran.
Perkembangan negara sekuler dalam bentuk negara modern dimana penguasa berupaya untuk
menggunakan cara paksa menurut kehendak pribadi. Sedangkan perkembangan negara Tuhan
didasarkan atas kasih Tuhan. Masalah politik negara sekuler yang membawa ketidakstabilan dari
konflik kepentingan yang dominan, rakus kekuasaan, ketidakadilan dalam pengadilan,
peperangan.
Keadilan politik dalam negara Tuhan karena ditopang oleh adanya nilai kepercayaan dan
keyakinan tentang:
 Tuhan menjadi raja sebagai dasar negara
 Keadilan diletakkan sebagai dasar negara
 Kehidupan warga negara penuh kepatuhan
 Penguasa bertindak selaku pelayan dan pengabdi masyarakat.

Teori Politik Thomas Aquinas


Teori politik Thomas Aquinas meliputi:
1. Pembagian negara baik dan negara buruk yang menerapkan sumber teori politik.
2. Tujuan negara yang diidentik dengan tujuan manusia dalam hidup yakni mencapai
kemuliaan abadi dalam hidup. Untuk mencapai kemuliaan abadi maka diperlukan
pemerintah yang berbentuk Monarkhi.
3. Dalam negara diperlukan adanya hukum abadi yang berakar dari jiwa Tuhan yang
mengatur alam semesta dan hukum alam manusia untuk merasionalkan manusia mentaati
hukum. Hukum positif yang merupakan pelaksanaan hukum alam dan untuk
menyempurnakan pikiran manusia maka diperlukan Hukum Tuhan.

Teori Politik Marthen Luther


Teori politik Marthen Luther meliputi:
1. Teori politik reformasi yakni kebebasan politik dengan cara membatasi kekuasaan raja
dan kebebasan diserahkan pada rakyat.
2. Kekuasaan raja-raja diperjelas dan tidak diperlukan adanya campur tangan gereja atas
unsur negara. Menempatkan kekuasaan negara lebih tinggi dari kekuasaan gereja.
3. Kekuasaan Tuhan atas manusia bersifat langsung dan tidak melalui perantara. Pada sisi
lain dikatakan gereja yang sejati yaitu gereja yang didirikan manusia

Teori Politik Ibnu Khaldun


Yaitu Teori tentang negara yang dikategorikan atas pengertian pemerintah manusia dan
keterbatasan manusia dalam negara yang disebut negara modern. Setiap warga negara perlu
memiliki Askabiyah untuk menumbuhkan kesatuan dalam negara. Untuk itu dikembangkan teori
politik askabiyah dan rasa keagamaan oleh pemimpin negara.
Perkembangan negara harus didasarkan pada solidaritas dengan keyakinan agama untuk dapat
menstabilkan negara. Hal ini perlu didukung oleh penguasa yang memiliki perangkat dominasi
pemerintah dan kekuasaan untuk mengatasi manusia-manusia yang memiliki sifatsifat
kebinatangan. Untuk mempertahankan negara maka diperlukan teori pedang dan teori pena
dalam menjalankan kekuasaan negara.

Teori Politik Machiavelli


Menurut Machiavelli Bentuk negara meliputi negara republik dan monarkhi. Selanjutnya
Monarkhi dibagi atas dua yaitu Monarkhi Warisan dan Monarkhi Baru. Tujuan negara yaitu
memenuhi berbagai kebutuhan warga negara selama negara tidak dirugikan karena negara juga
memiliki berbagai kepentingan dan kepentingan utama.
Kekuasaan negara merupakan alat yang harus digunakan untuk mengabdi pada kepentingan
negara. Oleh karena itu sumber kekuasaan adalah negara. Dalam hal penyelenggaraan kekuasaan
negara membutuhkan kekuasaan, wujud kekuasaan fisik, kualitas penguasa untuk
mempertahankan kekuasaan negara, maka diperlukan militer. Penguasa yang ideal yaitu
penguasa militer, hal ini digambarkan dalam teori politik dan etika Machiavelli sebagai dasar
nasionalisme.

Teori Politik Liberalis


Pengertian dan faham liberal menunjuk pada kebebasan warga negara untuk memenuhi
kebutuhan hidup bidang politik ekonomi, sosial dan budaya. Liberalisme sebagai faham
kenegaraan menekankan pada kebebasan yang didasarkan pada faktor alamiah, moral, agama,
akal kebaikan, kemajuan, sekularisme, toleransi. Pada sisi lain liberalisme sebagai sistem politik
didasarkan atas negara dan kemerdekaan negara.
Unsur-unsur demokrasi liberal juga merupakan hal yang mendasar untuk difahami dalam
berbagai sistem politik. Oleh karena itu perwujudan demokrasi liberal dalam negara harus
mengutamakan kebebasan warga negara. Hal ini dapat terealisir dan tergantung pada model
liberalisme dalam struktur kekuasaan.

Teori Politik Modern


Teori Politik Thomas Hobbes
Teori politik Thomas Hobbes yang mencakup: Pengaruh situasi politik pada masa sistem politik
absolut di bawah kekuasaan Charles I dan Charles II di Inggris, kemudian Hobbes menulis Buku
Decove 1642 dan Leviathan 1951, Runtuhnya kekuasaan Absolute sebagai akibat dari
petentangan antara cendikiawan dengan raja-raja dalam hal pembatasan kekuasaan raja yang
menimbul teori politik liberal.
Thomas Hobbes mengemukakan teori politik State Of Nature yakni manusia yang satu menjadi
lawan terhadap manusia lain. Keadaan ini disebut In Abstracto yang memiliki sifat: bersaing,
membela diri, dan ingin dihormati. Untuk menghindari kematian, Hobbes mengemukakan teori
perjanjian sosial untuk merubah bentuk kehidupan manusia dari keadaan alamiah ke dalam
bentuk negara atau Commen Wealth.
Hobbes sebagai seorang filosof ditandai dengan adanya keinginan untuk memperoleh
kenikmatan hidup dalam hal materi. Oleh sebab itu dia disebut filosof yang materialistis. Pada
sisi teori politik dan teori kekuasaan ini digambarkan oleh Hobbes dalam buku Leviathan.
Namun dari segi praktis teori politik Hobbes dominan berlaku pada saat sekarang.
Teori Politik John Locke
John Locke mampu berkarya dalam bidang teori politik ditulis dalam buku Two Treatises On
Civil Government. State of Nature juga merupakan karya teori politik yang beda dengan
Hobbes. John Locke menekankan bahwa dalam state of nature terjadi: Kebingungan, Ketidak
pastian, Ketidakaturan, Tidak ada kematian.
Pada sisi lain Locke mengemukakan hak-hak alamiah sebagai berikut: hak akan hidup, hak atas
kebebasan dan kemerdekaan, hak memiliki sesuatu. Konsep perjanjian masyarakat merupakan
cara untuk membentuk negara. Oleh karena itu negara harus mendistribusi kekuasaan kepada
lembaga: legislatif, eksekutif dan yudikatif dan federatif.Dalam hal bentuk negara Locke
membagi atas: Monarkhi, Aristokrasi dan Demokrasi. tujuan negara yang dikehendaki Locke
yaitu untuk kebaikan ummat manusia melalui kegiatan kewajiban negara memelihara dan
menjamin hak-hak azasi manusia. Dan pada akhirnya Hobbes dan Locke memiliki perbedaan
dalam hal teori perjanjian sosial.

Teori Politik Montesquine


Montesquieu terkenal dengan dunia ilmu pengetahan tentang negara, hukum dan kemudian dia
mengemukakan state of nature yang diartikan dalam keadaan alamiah kualitas hidup manusia
rendah.Teori politik Trias Politika yang dikemukakan oleh Montesquieu merupakan landasan
pembangunan teori demokrasi dalam sistem politik yang menekankan adanya Check And
Balance terhadap mekanisme pembangian kekuasaan. Demokrasi yang dibentuk yaitu demokrasi
liberal yang masih mengalami kekurangan. Untuk memantapkan dan menyempurnakan teori
demokrasi liberal maka dibutuhkan berbagai unsur-unsur demokrasi liberal untuk mengukuhkan
Montesquieu sebagai pencetus demokrasi liberal.

Teori Kekuasaan Tuhan


Teori Kekuasaan Tuhan yang tidak rasional karena penguasa menganggap diri mendapat
kekuasaan dari Tuhan dan menempatkan diri sebagai wakil Tuhan di dunia. Pada sisi lain,
terdapat teori kekuasaan Tuhan Rasional yang beranggapan bahwa seorang penguasa yang
dinobatkan menjadi penguasa karena kehendak Tuhan. Dalam teori kekuasaan Tuhan, keadilan
dijadikan dasar negara Tuhan untuk mengatur kehidupan warga negara. Dalam kehidupan warga
negara menurut teori kekuasaan Tuhan diperlukan adanya kebebasan bagi warga negara dan ada
batas-batas kekuasaan dari para penguasa.

Teori Kekuasaan Hukum


Teori politik hukum yang dominan mengutarakan kegiatan-kegiatan penguasa yang harus
berdasarkan hukum yang disebut Rule of Law. Perkembangan teori kekuasaan hukum menurut
Thomas Aquiras, John Locke, Krabe, dan Krenen Berg. Kebaikan-kebaikan teori kekuasaan
hukum meliputi: Penguasa menjalankan kekuasaan sesuai UUD, Penguasa berkuasa sesuai
hukum, Penguasa berupaya menerapkan open manajemen, Pers yang bebas sesuai dengan UUD
Negara, Adanya kepastian hukum dalam sistem demokrasi, Pemilu yang bebas dan rahasia,
Setiap warga negara diikutkan dalam mekanisme politik, Setiap warga negara sama di depan
hukum dan Diperlukan pengawasan masyarakat. Kelemahan-kelemahan dari teori kekuasaan
hukum apabila penguasa sudah menggunakan kekuasaan semena-mena maka pada saat itu teori
kekuasaan hukum menjadi lunak.

Teori Kekuasaan Negara


Teori kekuasaan negara yang meliputi: Sifat memaksa dari kekuasaan negara. Karena setiap
negara dalam bentuk negara selalu menggunakan paksa pada rakyat untuk kepentingan penguasa
dan kepentingan rakyat. Sifat menopoli dari kekuasaan negara dalam bentuk menetapkan tujuan
bersama. Negaralah yang menentukan hidup matinya warga negara dan pengelompokan warga
negara dalam berbagai organisasi. Sifat mencakup semua dari kekuasaan negara. Aturan yang
dibuat oleh pemerintah atas nama negara harus diterapkan mencakup semua warga negara tanpa
kecuali. Untuk implementasi berbagai sifat negara maka kekuatan militer merupakan alat yang
ampuh untuk melaksanakan kekuasaan negara.

Teori Kekuasaan Rakyat


Kekuasaan rakyat yaitu penguasaan rakyat atas lembaga perundangundang yang sekarang
disebut legislatif. Menurut Rousseau kekuasaan rakyat dalam negara merupakan akibat
perjanjian antara individu untuk menyerahkan semua hak politik kepada masyarakat. Menurut
Montesquieu dalam pemerintahan republik kekuasaan tertinggi ada pada seluruh rakyat atau
sebagian besar rakyat. Secara teoritis disebut Trias Politika.
Teori Politik Demokrasi
Demokrasi Rakyat merupakan negara dalam masa transisi, bertugas menjamin perkembangan
negara ke arah sosialisme. Demokrasi Rakyat RRC menurut pola Mao Tse Tung mendominankan
kepemimpinan politik dan pembuatan kebijakan dengan tujuan membantu seluruh rakyat agar
ikut dalam modernisasi ekonomi, sosial dan politik.

Teori Politik Kedaulatan


Teori kedaulatan terdapat berbagai teori yang pada umumnya menekankan pada kekuasaan
sebagai suatu tandingan atau perimbangan terhadap kekuasaan penguasa atau kekuasaan tunggal.
Penerapan kedaulatan rakyat di Indonesia diwujudkan dalam berbagai segi kehidupan
kenegaraan menurut UUD 1945: Kedaulatan rakyat di bidang politik dan Hak-hak azasi manusia
dan faham kekeluargaan.
Struktur kedaulatan rakyat yang dipandang dari: bentuk geografis jumlah penduduk suatu negara,
Pemilu sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, Berserikat dan berorganisasi sebagai salah
satu implementasi kedaulatan rakyat dan Kedaulatan rakyat dibidang ekonomi.

Teori Kedaulatan Intern dan Ektern


Kedaulatan intern yang memperlihatkan batas lingkup kekuasaan negara yang berbentuk fisik.
Batas kedaulatan ini meliputi: Kedaulatan bidang politik, Kebebasan kemerdekaan, Keadilan,
Kemakmuran atau kesejahteraan dan Keamanan. Kedaulatan ekstern yang dominan
menunjukkan pada kebebasan negara dan kekuasaan-kekuasaan negara lain yang tidak dijajah
oleh negara lain. Kedaulatan ekstern ini dalam penerapan pada saat negara memutuskan untuk
melakukan hubungan kerja sama dengan negara lain dalam bidang tertentu.

Teori Kedaulatan de facto dan de jure


Teori kedaulatan ini menunjuk pada pelaksanaan kekuasaan yang nyata dalam suatu masyarakat
merdeka atau telah memiliki independensi, diantaranya: Kedaulatan de facto yang tidak sah dan
Kedaulatan de facto yang sah. Sedangkan Teori kedaulatan de jure. Dalam teori politik,
kedaulatan de jure menunjuk pada pengakuan suatu wilayah atau suatu situasi menurut hukum
yang berlaku. Oleh karena itu kajian kedaulatan de jure lebih menitikberatkan penggunaan aspek
hukum sebagai dasar yuridis formal atas hak politik warga negara dan wilayah negara dengan
penguasa negara.

14. PENDIDIKAN PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA


Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai arti setiap warga negara dalam kehidupannya
menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka mencapai daya saing bangsa,
kesejahteraan dan keadilan, baik lahir maupun batin. Pemahaman implementasi pancasila
diharapkan akan adanya tata kehidupan yang serasi dan harmonis dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
1. Implementasi Sila Pertama
Ketuhanan yang Maha Esa, sila ini menghendaki setiap warga negaranya untuk menjunjung
tinggi agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa. Beberapa pedoman yang
dapat dilakukan warga negara yaitu:
a) Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
b) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Implementasi Sila Kedua


Sila Kedua menghendaki warga negara untuk menghormati kedudukan setiap warga negara
untuk menghormati kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Setiap manusia barhak mempunyai kehidupan yang layak serta menggunakan norma
sopan santun dalam pergaulan sesame manusia. Implementasi Sila Kedua antara lain:
a) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak, dan perasamaan kewajiban antara sesama
manusia.
b) Saling mencintai sesama umat manusia.
c) Mengembangkan sikap tenggan rasa.
d) Tidak semena-mene tarhadap orang lain.
e) Bangsa indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, kerena itu
dikembangkan sikap saling menghormati dengan bangsa lain.

3. Implementasi Sila Ketiga


Sila Ketiga merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak terpecah belah atau bersatunya
bermacam-macam perbedaan suku, agama, dan lain lain-lain yang berada di wilayah indonesia.
Butir-butir implementasi sila ketiga antara lain:
a) Menempatkan persatuan , kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
b) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c) Cinta bangsa dan tanah air.
d) Bangga sebagai bangsa indonesia bertanah air air indonesia.

4. Implementasi Sila Keempat


Sila ini memiliki makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam melaksanakan
kekuasaannya, rakyat menjalanka sistem perwakilan dan keputusan-keputusan yang diambil
dilakukan dengan cara permusyawarah. Butirbutir
implementasi sila keempat antara lain:
a) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusanuntuk kepentingan bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
e) Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
f) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g) Keputusan yang diambil harus dapat di pertanggungjawabkan kepada tuhan yang mha
esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
5. Implementasi Sila Kelima
Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rahyat indonesia mendapatkan perlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spiritual rohani sehingga
tercipta masyarakat yang dail dan makmur.
Butir implementasi sila kelima antara lain:
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b) Bersikap adil.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d) Menghomati hak-hak orang lain.
e) Suka memberi pertolonga kepada orang lain.
f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g) Tidak bersikap boros.
h) Tidak bergaya hidup mewah.
i) Tidak melakukan perbuatan yang merugika umum.
j) Suka bekerja keras.
k) Menghargai karya orang lain.
l) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam hidup berbangsa dan bernegara, sebagai warga negara Indonesia kita harus
berpegang teguh pada Pancasila yang mana itu adalah ideologi dasar negara kita. Dalam
kehidupan sehari-hari pastinya kita harus bersikap baik, Pancasila sebagai pedoman bagi seluruh
warga negara Indonesia seharusnya lebih dari cukup untuk menjadi arah hidup kita dalam
berbangsa dan bernegara. Seharusnya pengamalan butir-butir Pancasila telah ditata dalam Tap
MPR no.I/MPR/2003 yang terdapat 45 butir Pancasila. Dalam ketetapan tersebut sudah
dijelaskan bagaimana pengamalan dalam keseharian warga negara Indonesia. Mungkin banyak
orang yang belum mengetahui dan mengamalkannya akibat kurangnya pengetahuan dan
masuknya pengaruh globalisasi yang mungkin dapat merusak ideologi dasar negara ini.

Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia Indonesia percaya
dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Seharusnya dalam sila pertama ini,
warga Negara Indonesia sudah jelas dan mengerti tentang Tuhan Yang Maha Esa. Meyakini
bahwa perbuatan dan sikap kita pasti akan diperhatikan oleh Tuhan kita masingmasing. Tetapi
pada kenyataannya masih banyak orang yang merasa bahwa hidupnya bebas tanpa pengawasan
dari Tuhan Yang Maha Mengetahui. Kenyataannya masih banyak kebohongan, kecurangan,
konspirasi, dan masih banyak hal lainnya yang diperbuat oleh manusia. Sebagai contoh kecil
yaitu masih banyak pelajar yang berbuat kecurangan dalam pembelajaran seperti mencontek,
membuat cara apapun untuk mendapatkan jawaban saat ujian, dan masih banyak lagi. Juga
seperti koruptor, yang berbuat seenaknya merampas uang yang bukan haknya. Hal-hal tersebut
menandakan bahwa orang tersebut merasa tidak diawasi oleh Tuhan mereka. Kemudian
mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina kerukunan
hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Akur
dalam bermasyarakat sebagai umat beragama saling menghormati kehendak beribadah satu sama
lain sesuai agama yang sah di Indonesia. Tidak menghalang-halangi umat beragama lain untuk
beribadah dan berdakwah masing-masing asalkan masih dalam norma-norma yang berlaku.
Beranggapan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Digaris bawahi,
bahwa adanya sangkut paut kita terhadap Tuhan. Kita yakin bahwa tuhan menilai setiap
perbuatan kita, maka dari itu kita harus berbuat yang terbaik di mata Tuhan kita. Mulailah
mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. Jangan memaksakan agama kepada orang lain,
biarkan mereka memilih dan menilai setiap agama. Masih banyak juga doktrinisasi agama yang
memaksa secara langsung maupun tidak langsung. Doktrinisasi secara langsung salah satunya
adalah penculikan, terorisme, dan pengakuan jaminan masuk surga. Sebenarnya yang lebih parah
adalah doktrinisasi secara tidak langsung salah satunya adalah bantuan finansial, secara sengaja
mereka memberikan bantuan finansial yang banyak kepada seseorang dan pada akhirnya orang
tersebut dipaksakan masuk agama tersebut dengan alasan bantuan yang telah diberikan.

Sila kedua yaitu Kemanusian yang adil dan beradab, mengakui dan memperlakukan
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya. Tidak merendahkan orang lain dengan mudah tetapi bersikaplah
rendah diri agar tidak menimbulkan perpecahan satu sama lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap 6saling tenggang
rasa dan tepa selira, dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Mulailah menghargai satu
sama lain memberikan perhatian kepada mereka yang mengalami kesusahan. Gemar melakukan
kegiatan kemanusiaan memberikan bantuan sukarela kepada mereka yang membutuhkan. Berani
membela kebenaran dan keadilan, pada kenyataannya sekarang ini banyak orang yang
menganggap yang benar itu salah dan yang salah itu benar. Sudah susah membedakan benar dan
salah menjadikan pudarnya sudut pandang kebenaran dan keadilan itu sendiri. Bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, buatlah yang terbaik sebagai warga
negara Indonesia di mata dunia. Sekarang ini banyak sekali saling menghina antar negara, dan
mungkin memalukan nama harum bangsa ini. Mulailah mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, kita sebagai warga negara Indonesia harus Mampu
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban
untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa sudah tidak
sedikit lagi orangorang yang sudah hilang rasa persatuan dan nasionalisme, mulai acuh tak acuh
apa yang terjadi pada negara kita. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa dan
mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Mulailah dengan
cara mencintai produk Indonesia, saat ini banyak pemuda yang menggunakan dan membuat
trademark Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika dan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Menjalin hubungan baik
antara negara lain, tidak saling menjatuhkan dan menimbulkan perselisihan.

Sila keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dan tidak boleh memaksakan
kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama , mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan, menghormati dan
menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah dengan iktikad baik
dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Di dalam
musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan,
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan
yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. Memberikan kepercayaan
kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. Tetapi saat ini
banyaknya krisis kepercayaan, banyak orang yang dipercaya tetapi ingkar. Oleh sebab itu saat ini
sudah kurangnya kepercayaan satu sama lain.
Sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Mengembangkan perbuatan
yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan, sikap
adil terhadap sesama. Tingkatkan rasa kerjasama kepada siapapun untuk meningkatkan keadilan
satu sama lain, tidak saling melempar kesalah satu sama lain. Menjaga keseimbangan antara hak
dan kewajiban, menghormati hak orang lain, dan suka memberi pertolongan kepada orang lain
agar dapat berdiri sendiri. Yang perlu digaris bawahi adalah jangan menggunakan hak milik
untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah, maupun bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum. Banyaknya penggunaan hak milik yang telah dijelaskan membuat banyak timbulnya
penipuan dan berperilaku konsumtif yang merusak bangsa kita. Mulailah dengan hal yang positif
seperti bekerja keras, menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama, dan melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial. Bukan melakukan tindakan yang merusak dan merugikan orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai