Anda di halaman 1dari 2

Nama: Rizkiyah Afdhaliyah

Kelas: 2C-PBSI
NIM: 11190130000079

BAB I Pengantar Memahami Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi
Kegiatan belajar 1
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang
mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui
koridor “value based education”. Democracy education menurut Winataputera
(2012: 185), diartikan upaya sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk
memfasilitasi individu warganegaranya.
Landasan pertama yang harus menjadi rujukan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia adalah Pancasila. Landasan kedua yang harus menjadi
rujuakan dalam Pendidikan Kewarganegaraan adalah norma konstitusional UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan ketiga yang harus menjadi
rujukan Pendidikan Kewarganegaraan adalah semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Landasan keempat yang harus menjadi pijakan dalam pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah komitmen terhadap NKRI.
Tujuan Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah: 1. Sikap
kewarganegaraan 2. Pengetahuan kewarganegaraan 3. Keterampilan kewarganegaraan

Kegiatan belajar 2
Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membekali dan
memantapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan
warga negara Indonsia yang Pancasilais dengan negara dan sesama warganegara,
contohnya Bela Negara. Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara dengan tujuan melestarikan budaya.
Di dalam konferensi Berlin dari kelompok yang menyebut dirinya sosial
demokrat, Shimon Peres (Tilaar: 2002: 56) menyatakan kekuatan globalisasi sebagai
pengalaman seseorang yang bangun pagi dan melihat segala sesuatu sudah berubah.
Begitu dahsyatnya gelombang globalisasi sampai-sampai ada yang mengkhawatirkan
dan menyebutnya globaphobia.
Istilah “Civics” dan “Civic Education", cenderung digunakan dalam makna
yang serupa untuk mata pelajaran di sekolah yang memiliki tujuan utama
mengembangkan peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Civics
berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin sejarah, geografi,
ekonomi, sampai pengetahuan tentang perserikatan bangsa-bangsa. Dalam konteks
kehidupan global, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan selain harus
meneguhkan keadaban Pancasila juga harus membekali peserta didik untuk hidup
dalam kancah global sebagai warga dunia.
Pendidikan Kewarganegaraan melandasi dan memfasilitasi pengembangan dan
pelaksanaan pendidikan demokrasi di sekolah dan luar sekolah dan mefasilitasi
berkembangnya demokratisasi secara sosial kultural dalam masyarakat. Sedangkan
sistem pendidikan kewarganegaraan dipengaruhi oleh agama dan Pancasila, ilmu,
teknologi, dan seni, cita-cita, nilai, konsep, prinsip, dan praksis demokrasi.
BAB 2 Pancasila sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional
Kegiatan Belajar 1
Filsafat artinya cinta dan kebijakan atau hakikat kebenaran. Berfilsafat berarti
berpikir secara dalam-dalamnya terhadap sesuatu secara metodik, sistematis,
menyeluruh dan universal dan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus seperti
pemikiran tentang manusia. Ajaran Pancasila tersusun secara harmonis dalam suatu
sistem filsafat. Seperti Kartohadiprodjo menegaskan Pancasila sebagai Filsafat adalah
isi jiwa bangsa Indonesia.
Pemikiran filsafat terlahir dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia
sebagai subjek. Perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya
filsafat, melainkan oleh watak isi dan nilai ajarannya. Sila-sila Pancasila yang
merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis.
Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki
ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme,
idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
Pemikiran yang dicetuskan oleh filsuf, dalam perkembangannya bisa berubah
menjadi suatu aliran pemikiran atau paham yang mempunyai pengikut sendiri-sendiri.
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dulu sampai sekarang adalah aliran
materialisme, alirian spiritualisme, aliran relisme.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.
Kegiatan Belajar 2
Ideologi negara dapat dimaknai sebagai cita-cita negara yang menjadi dasar
bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
Pancasila negara pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan integral dari unsur-unsur
yang menyusunnya.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia digali atau bersumber dari tata nilai
sosial budaya bangsa yang merupakan nilai luhur kepribadian bangsa, yang intisari
nilai praktika moralnya sudah dilaksanakan sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
bersumber kepada nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta keagamaan yang
dimiliki bangsa Indonesia sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara.
Sikap nasionalisme membutuhkan sebuah wisdom dalam melihat segala
kekurangan yang masih kita miliki dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, sekaligus kemauan untuk terus mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita
nasional.

Anda mungkin juga menyukai