Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dasar
negara kita, negara republik indonesia. Di dalam Pancasila terkandung banyak
nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis
besar dalam kehidupan berbangsa negara.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau
tidaknya suatu bangsa, pendidikan sekarang menjadi kebutuhan yang sangat
diwajibkan untuk mengikuti perkembangan suatu zaman.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berisikan materi yang
berhubungan dengan nilai-nilai yang ada didalam Pancasila. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan ini sering dikaitkan dengan penanaman moral,
akhlak, karakter peserta didik. Selain itu pendidikan pancasila berkaitan dengan
Sumber Historis,Sosiologis,Politik Pendidikan Pancasila. Hal ini ditunjukkan
dengan tujuan dari mata pelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yakni membentuk setiap insan menjadi warga negara yang baik, taat
akan hukum dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila sangat penting, selain karena
Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman
budaya, Pancasila juga sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya
satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi
inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.
Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan dan menjadi kesatuan yang
bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan
semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dan urgensi pendidikan Pancasila ?
1
2. Apa yang dimaksud dengan sumber historis pendidikan Pancasila ?
3. Apa yang dimaksud dengan sumber sosiologis pendidikan Pancasila ?
4. Apa yang di maksud dengan sumber politik pendidikan Pancasila ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami konsep dan urgensi pendidikan Pancasila.
2. Mahasiswa dapat memahami sumber historis pendidikan Pancasila.
3. Mahasiswa dapat memahami sumber sosiologis pendidikan Pancasila.
4. Mahasiswa dapat memahami sumber politik pendidikan Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebut urgensi
adalah keharusan yang mendesak atau hal yang sangat penting. Urgensi yaitu
kata dasar dari 'urgen' mendapat akhiran 'i' yang berarti sesuatu yang jadi bagian
atau yang memegang peran utama atau unsur sangat penting.
Pendidikan Pancasila sangat penting untuk diberikan karena adanya
kesadaran akan perlunya pendidikan yang berkesinambungan mulai dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Diharapkan, dengan pemahaman yang semakin
mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Pancasila
juga diberikan karena fakta kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, baik individual maupun kolektif sebagai bangsa. Dengan
kata lain, mata kuliah ini dihidupkan karena adanya kesenjangan antara kata atau
pengetahuan dan perbuatan atau tingkah laku.
Kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dapat disaksikan di semua
bidang kehidupan, dari semua kelas sosial, dan di hampir semua profesi. Fakta
paling jelas adalah korupsi yang dilakukan di semua lini, mulai dari pejabat
pemerintah maupun institusi pemerintah dan swasta. Kasus terbaru yang
“mengguncang” seluruh kehidupan bangsa adalah tertangkap tangannya Ketua
Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar karena dugaan terlibat suap, merupakan
fakta betapa nilai Pancasila hanya menjadi hiasan bibir kala pejabat
mengucapkan sumpah jabatan.
Selain kasus korupsi, patut disebutkan beberapa gejala yang
mencerminkan kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila, seperti kerusuhan
dan sengketa berlatar belakang SARA, kekerasan dalam rumah tangga,
kesenjangan ekonomi, ketidakmampuan golongan rendah untuk masuk jenjang
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, berbagai macam dan tingkat kriminalitas,
diskriminasi perempuan, dan UU dan peraturan daerah yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.

3
Sistem ekonomi Indonesia yang dalam Pancasila dan UUD 1945 dikenal
sebagai demokrasi ekonomi berlandaskan gotong royong, pada praktiknya lebih
condong ke sistem ekonomi liberal yang makin memarginalkan kelas bawah.
Kesenjangan ekonomi tampak dengan jelas karena dalam sistem liberal seperti
ini hanya orang-orang kaya yang tambah kaya, sebaliknya orang miskin makin
terpuruk. Kekayaan tanah tumpah darah Indonesia yang sebetulnya dikelola
untuk kesejahteraan rakyat dikuasai oleh pihak asing.
Pendidikan Pancasila diberikan karena kesadaran akan semakin derasnya
arus ideology asing, khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang
berkat sayap raksasa globalisasi menggempur seluruh pelosok Indonesia
tanpa henti. Materialisme, hedonism, konsumtivisme, serta gaya hidup yang
dibentuknya telah dan sedang menerjang sudut-sudut terpencil Indonesia.
Nilai-nilai asing yang sangat digandrungi remaja dan kaum muda itu
dikhawatirkan akan semakin melunturkan nilai-nilai Pancasila. Sebab
itu dirasakan pendidikan Pancasila sebagai suatu keharusan. Pendidikan
Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman benar akan Pancasila. Oleh
sebab itu Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah Pancasila
yang dapat dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan obyektif-
ilmiah. Secara yuridis-konstitusional Pancasila adalah dasar Negara yang
merupakan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Secara obyektif-
ilmiah Pancasila adalah paham filsafat yang dapat diuraikan dan diterima secara
rasional. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
diejawantahkan dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menetapkan kurikulum tingkat Satuan Perguruan Tinggi wajib
memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan
bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Pendidikan kewarganegaraan memuat
pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi
negara. Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK
No.43/DIKTI/Kep/2006 memutuskan tentang rambu-rambu Pelaksanan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,
termasuk di dalamnya Pendidikan Pancasila.
Oleh karena ini, melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan
selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dalam

4
hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk
bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air
berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta
ketahanan nasional dalam diri warga negara Republik Indonesia. Selain itu
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani
dan rohani.
Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan
kepada peserta didik di Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya
Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan) yang
disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam
komponen kurikulum perguruan tinggi. Hak dan kewajiban warga negara,
terutama kesadaran bela negaraakan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila
ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia
sungguh– sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan
kehidupannya sehari–hari. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung
jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yaitu sebagai berikut :
 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati
nilai–nilai falsafah bangsa
 Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
 Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
 Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
 Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Tujuan pendidikan pancasila memiliki keterkaitan dengan tujuan nasional


dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek

5
didik memiliki moral yang sesuai dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu
terwujud dalam kehidupan sehari-hari (UU No.2 Tahun 1989). Perilaku moral
adalah perilaku keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilaku kemanusian yang adil
dan beradap, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia. Adapun
tujuan pendidikan pancasila diperguruan tinggi adalah agar mahasiswa:

 Dapat memahami dan mampu melaksanakan jika pancasila dan UUD 1945
dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia.
 Menguasai pengatahuan tentang beragam masalah dasar berkehidupan
bermasrakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan
penerapan pemikiran yang berlandasan pancasila dan UUD 1945.
 Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
pancasila, sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam
rangka keterpaduan iptek dan pembangunan.
 Membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan
masalah dan mengambil keputusan dengan menerapkan strategi heuristik
terhadap nilai-nilai pancasila.

B. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Sumber Historis Pendidikan Pancasila seperti yang pernah di ucapkan


oleh Presiden Soekarno yaitu, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”
Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting
dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan.
Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang bernama
Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae 28 Magistra”, yang
bermakna, “Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian lain dari istilah
tersebut yang sudah menjadi pendapat umum (common-sense) adalah
“Sejarah merupakan guru kehidupan”.

Landasan historis adalah landasan-landasan fakta sejarah yang dijadikan


dasar bagi pengembangan pendidikan pancasila, baik menyangkut formulasi
tujuan, pengembangan materinya, rancangan modal pembelajaranya, dan
evaluasinya. Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya memiliki

6
prespektif waktu kebelakang yang berisi alasan-alasan historis perlunya
perilaku tertentu bagi generasi muda. Pada dasarnya, tujuan pendidikan
pancasila memformulasikan apa yang penting dari masa lampau, masalah yang
dihadapi pada sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal dimasa lampau.
Implikasinya, pengayaan materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan
historis adalah amat penting dan tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan
kejayaan bangsa di kemudian hari. Melalui pendekatan ini, mahasiswa
diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa
sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai
Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu.
Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam
praktik pemujaan yang beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan
sudah diakui.

C. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila


Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Didalamnya
mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari
berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-
masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Melalui
pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur
sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah
sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai
yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain,
bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para
pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari
bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia. Makna penting lainnya dari
7
pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila sebagai dasar negara
merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila
dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa Pancasila merupakan
penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal
dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III
Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan, sebaiknya segala pemberian
Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk disyukuri.
Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan
adalah dengan memberikan kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam
masyarakat. Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan
kontribusi konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar
pajak, karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan
secara optimal.
Landasan keberlakuan sosiologis merujuk kepada penerimaan warga
masyarakat sebagai sesuatu yang dibutuhkan secara ideology, poltik, ekonomi,
social budaya. Pertahanan dan keamanan. Dengan penyelenggaraan pendidikan
pancasila sesuai dengan kebutuhan manusia ( human needs ), Maka pendidikan
pancasila akan berjalan efektif. Sejalan dengan Landasan keberlakuan sosiologis
Pancasila diharapkan kita dapat berpartisipasi dalam meningkatkan fungsi-
fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of social control) yang mengacu
kepada nilai-nilai Pancasila.

D. Sumber Politik Pendidikan Pancasila


Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila
adalah berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia.
Tujuannya agar mampu mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-
saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu
merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah
penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut: “Ideologi
politik adalah himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma, kepercayaan dan
keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok
oran, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema

8
politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.Melalui
pendekatan politik diharapkan mampu menafsirkan fenomena politik dalam
rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Pada gilirannya,
Anda akan mampu memberikan kontribusi konstruktif dalam menciptakan
struktur politik yang stabil dan dinamis.
Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu
menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam
mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi negara (state),
kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan
(policy), dan pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di pusat
maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, Anda diharapkan lebih termotivasi
berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik kepada infrastruktur politik
maupun suprastruktur politik.
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman
bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan
bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya nilai kerakyatan dapat
ditemukan dalam suasana kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama
yang bersatu dan demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan
sebagaimana tercermin dalam sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat
seperti ini diperlukan dalam mengambil keputusan yang mencerminkan
musyawarah.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Pancasila sangat penting untuk diberikan karena dengan pemahaman
yang semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena ini, melalui
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkan akan mampu
mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan
konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dalam hubungan internasional serta
memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir,
pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila.
Sumber historis pendidikan Pancasila adalah landasan-landasan fakta sejarah
yang dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan Pancasila dengan
memformulasikan apa yang penting dari masa lampau, masalah yang dihadapi pada
sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal dimasa lampau.
Sumber sosiologi pendidikan Pancasila adalah nilai-nilai Pancasila berasal dari
kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia, Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil
konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia
sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
Sumber politik pendidikan Pancasila adalah Pancasila dalam tataran tertentu
merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah
penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal.

B. Saran
Diharapkan konsep dan urgensi pendidikan Pancasila, serta sumber historis,
sosiologis dan politik pendidikan Pancasila mampu dipahami sehingga menjadi ciri

10
khas generasi muda untuk kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam lingkup masyarakat, bangsa dan negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani, Paristiyanti dkk.2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila.
Jakarta :Ristekdikti.

Hamonangan Simamora, Roymond dkk. 2019. Penguatan Peran perawat Dalam Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Melalui Pelatiahn Layanan Prima.JPPM (Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Masyarakat) 3 (1) 25-31. Diakses pada 01 November 2022.

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/
26942/75676577574

Sukma, Tania A. 2021. Sumber Historis Pancasila Sebagai Dasar Negara. Diakses pada 01
November 2022 dari OSF Preprints.

https://doi.10.31219/osf.io/hwxdz.

Taufik, M. 2021. Sumber sosiologis pendidikan Pancasila. Diakses pada 01 November 2022 dari
OSF Preprints.
https://doi.org/10.31219/osf.io/atzxv.

12

Anda mungkin juga menyukai