Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu

Drs. M. Fachri Nasution, M.Pd.,M.Si.

Oleh Kelompok 4

Chici Al Wafiq (2183111028)

Rosa Ramayani Purba (2181111006)

Rosdian Christin Nainggolan (2181111009)

Yolanda Rara Novandes (2181111012)

Prodi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa Dan Seni

Universitas Negeri Medan

T.A 2020/2021
A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Mata kuliah Pendidikan Pancasila diberikan karena adanya kesadaran akan perlunya
pendidikan yang berkesinambungan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Diharapkan, dengan pemahaman yang semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi
muda dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,

Pendidikan Pancasila juga diberikan karena fakta kemerosotan penghayatan nilai-nilai


Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik individual maupun kolektif sebagai bangsa.
Dengan kata lain, mata kuliah ini dihidupkan karena adanya kesenjangan antara
kata/pengetahuan dan perbuatan/tingkah laku.

Pendidikan Pancasila diberikan karena kesadaran akan semakin derasnya arus ideology asing,
khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang berkat sayap raksasa globalisasi
menggempur seluruh pelosok Indonesia tanpa henti. Materialisme, hedonism,
konsumtivisme, serta gaya hidup yang dibentuknya telah dan sedang menerjang sudut-sudut
terpencil Indonesia. Nilai-nilai asing yang sangat digandrungi remaja dan kaum muda itu
dikhawatirkan akan semakin melunturkan nilai-nilai Pancasila. Sebab itu dirasakan
pendidikan Pancasila sebagai suatu keharusan.

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman benar akan Pancasila. Tidak
disadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang tidak benar, yang merupakan
bentuk tersamar dari ideology yang justru bertentangan dengan Pancasila. Oleh sebab itu
Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah Pancasila yang dapat
dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan obyektif-ilmiah. Secara yuridis-
konstitusional Pancasila adalah dasar Negara yang merupakan dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara. Secara obyektif-ilmiah Pancasila adalah paham filsafat yang dapat
diuraikan dan diterima secara rasional.

B. Alasan Perlunya Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter manusia yang


profesional dan bermoral karena perubahan dan infiltrasi budaya asing yang bertubi-tubi
mendatangi masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan
dan teknologi, melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila diselenggarakan agar
masyarakat tidak tercerabut dari akar budaya yang menjadi identitas suatu bangsa
dan sekaligus menjadi pembeda antarasatu bangsa dan bangsa lainnya.

Selain itu, dekadensi moral yang terus melanda bangsa Indonesia yang
ditandai dengan mulai mengendurnya ketaatan masyarakat terhadap norma
norma sosial yang hidup dimasyarakat, menunjukkan pentingnya penanaman
nilai-nilai ideologi melalui pendidikan Pancasila.

Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya Pancasila diselenggarakan di


perguruan tinggi untuk menanamkan nilai-nilai moral Pancasila kepada
generasi penerus cita-cita bangsa. Dengan demikian, pendidikan Pancasila
diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik mahasiswa dalam
berperan serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain:

1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,


2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas)
nasional,
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

Penanaman dan penguatan kesadaran nasional tentang hal-hal tersebut


sangat penting karena apabila kesadaran tersebut tidak segera kembali
disosialisasikan, diinternalisasikan, dan diperkuat implementasinya, maka
masalah yang lebih besar akan segera melanda bangsa ini, yaitu musnahnya
suatu bangsa (meminjam istilah dari Kenichi Ohmae, 1995 yaitu, the end of the
nation-state). Punahnya suatu negara dapat terjadi karena empat “I”, yaitu
industri, investasi, individu, dan informasi (Ohmae, 2002: xv).
C. Sumber Historis, Sosiologis dan Politik Pendidikan Pancasila

1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Dilihat dari sisi historisnya, Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita
sendiri, dengan melihat pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan
besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri .
Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya
negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak
zaman kerajaan-kerajan.
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini
dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Pancasila memilki landasan historis yang kuat. Secara histories, sejak
zaman kerajaan unsur Pancasila sudah muncul dalam kehidupan bangsa kita. Agar nilai-nilai
Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka . nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap Pancasila tersebut kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar Negara. Sebagai sebuah dasar Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam
bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Semua peraturan
perundang-undangan yang ada juga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya


mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai
golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial,
perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa
dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-
nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji
struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah
sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu
kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada
suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan
dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual
seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).

3. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena
kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun kehidupan berpolitik yang
murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima sila yang mana dalam berpolitik
harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk
menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai metode kritis untuk memutuskan benar
atau slaah sebuah kebijakan dan tindakan pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian dan
tindakan pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila.
Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara konkrit
dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, para
pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi
demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus
dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak
menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak
pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan
penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi
momok masyarakat.

Dalam penerapan etika politik Pancasila di Indonesia tentunya mempunyai beberapa kendala-
kendala, yaitu :
1. Etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika seseorang
mengkritik sebuah ideologi, ia pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan
kekurangannya, baik secara konseptual maupun praksis. Hingga muncul sebuah
keyakinan bahwa etika politik menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien
dalam mengkritik ideologi, sehingga etika politik menjadi sebuah ideologi tersendiri.
2. Pancasila merupakan sebuah sistem filsafat yang lebih lengkap disbanding
etika politik Pancasila, sehingga kritik apa pun yang ditujukan kepada Pancasila oleh
etika politik Pancasila tidak mungkin berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu
tidak akan membuahkan apa-apa.
Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila tidak mampu menjadi alat atau
cara menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi dengan cara membuka lebar-
lebar pintu etika politik Pancasila terhadap kritik dan koreksi dari manapun, sehingga ia tidak
terjebak pada lingkaran itu. Kendala kedua dapat diatasi dengan menunjukkan kritik kepada
tingkatan praksis Pancasila terlebih dahulu, kemudian secara bertahap merunut kepada
pemahaman yang lebih umum hingga ontologi Pancasila menggunakan prinsip-prinsip norma
moral.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

1. Dinamika Pendidikan Pancasila

Sebagaimana diketahui upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut


telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaam sampai dengan sekarang. Pada
masa kemerdekaan, nilai-nilai pancasila dilakukan dalam bentuk pidato-pidato para tokoh
bangsa dalam rapat-rapat yang disiarkan melalui radio dan surat kabar. Pada tanggal 1 Juli
1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila.
Buku tersebut diterbitkan dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik
melalui pendidikan. Pada tahun 1961 terbit pula buku yang berjudul penetapan Tujuh Bahan-
Bahan Pokok Indoktrinasi. Buku tersebut ditujukan kepada masyarakat umum dan aparatur
Negara.

Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudian menjadi salah satu sumber pokok
materi pendidikan Pancasila. Diperkuat dengan Tap MPR RI Nomor 11/ MPR/ 1988 tentang
GBHN. Dirjen Dikti, dalam rangka menyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU) menerbitkan Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985. Dampak dari beberapa
kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa perguruan tinggi
terutama perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan penataran P-4 pola
100 jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan pancasila tanpa penataran
P-4 pola 45 jam. Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh keberadaan dan
menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :

a. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi.

b. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).

c. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/ 2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, kembali


mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan. Dalam rangka
membudayakan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerus bangsa. Penguat keberadaan
mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi ditegaskan dalam Pasal 35, Pasal 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012.

a. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhineka Tunggal Ika.

b. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata
kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.

c. Tantangan Pendidikan Pancasila


Tantangan ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah Pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan diberbagai program studi dengan menarik dan efektif. Tantangan ini berasal
dari perguruan tinggi, misalnya factor ketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang
bersifat eksternal, untuk memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan.

Dirjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi :

a. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila

b. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

c. Pancasila sebagai dasar Negara

d. Pancasila sebagai Ideologi Negara

e. Pancasila sebagai sistem Filsafat

f. Pancasila sebagai sistem etika

g. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Pendekatan pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah pendekatan


pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai
Pancasial, filsafat Negara, dan ideologi-ideologi bangsa. Agar mahasiswa menjadi jiwa
pancasila daam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan
Pancasila adalah untuk membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan dimasa
yang akan datang.

Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu program studi di


perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan Pancasila disebarluaskan secara benar,
antara lain melalui mata kuliah di perguruan tinggi. Karena mahasiswa sebagai bentuk
perubahan muda dimasa depan yang akan menjadi pembangunan dan pemimpin bangsa
dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga di Negara, lembaga daerah dan sebagainya. Dengan
demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa amat penting, yang
berprofesi sebagai pengusaha, pegawai swasta,pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua
masyarakat mempunyai peran penting terhadap kejayaan bangsa di masa depan.
E. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan

Pembentukan Karakter Bangsa Sebagai Esensi Pendidikan Kewarganegaraan. Beliau


mengukuhkan hal tersebut lantaran fenomena dan fakta empiris yang diberitakan di mass
media akhir-akhir ini merupakan gambaran realita kehidupan bangsa Indonesia yang sampai
saat ini masih mengalami krisis multidimensi.
Tujuan ini dapat tercapai jika didukung oleh masyarakat dan bangsa yang berkualitas atau
SDM Indonesia yang unggul. Untuk itulah peran pendidikan sangat penting, sebagaimana
tersirat dan tersurat dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa: Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam pasal 3, dikatakan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk


mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) berupaya mengantarkan warganegara
Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air; menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yang memiliki daya saing:
berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan
sistem nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting
menunjang tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKN
berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia. Maka untuk ke depannya, bangsa ini harus benar-benar berpedoman
terhadap pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Pancasila.


Jakarta: Penerbit Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia.

Nadiroh. 2011. Pembentukan Karakter Bangsa Sebagai Esensi Pendidikan Kewarganegaraan.


Diambil dari: https://profnadiroh.wordpress.com (16-02-2020)

Anda mungkin juga menyukai