Dosen Pengampuh:
Dr. Iswal Burhan, S.Pd., M.Pd.
Dosen Mitra:
Hilda Ashari, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Fadhil Dhanendra (220209501024)
Abstrak
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, memiliki nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman dalam membangun karakter bangsa menghadapi perkembangan era
society 5.0. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana generasi muda siap
menghadapi perkembangan teknologi di era revolusi industri 5.0 dan bagaimana Pancasila
mempengaruhi kehidupan berbangsa. Penelitian ini menggunakan metode campuran yang
mencakup pendekatan konseptual dan metode survei melalui penyebaran kuesioner untuk
memperoleh data yang valid. Dalam pendekatan konseptual, penelitian ini menggunakan buku
dan jurnal sebagai sumber referensi yang membahas tentang pembangunan karakter
berdasarkan Pancasila. Sementara itu, data kuantitatif diperoleh melalui survei terhadap
sejumlah responden, khususnya mahasiswa yang memiliki tingkat idealisme tinggi. Fokus
penelitian ini adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan pengaruhnya terhadap
pembangunan karakter masyarakat dalam menghadapi era society 5.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila memiliki peran yang signifikan dalam
pembangunan karakter di negara ini, namun masih terdapat kendala dalam kehidupan politik
yang menghambat terciptanya karakter Pancasila di masyarakat.
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang luas wilayahnya dan terdiri dari ribuan pulau, yang
menyebabkan keragaman budaya dan gaya hidup masyarakat. Perkembangan masyarakat dari
waktu ke waktu telah membentuk peradaban yang berbeda, dipengaruhi oleh globalisasi.
Pembangunan peradaban masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan sebagai
upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam membangun
karakter, termasuk pengembangan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan. Era disrupsi 4.0 tidak hanya menekankan kemajuan teknologi
seperti Internet of Things (internet untuk segala hal), kecerdasan buatan, big data, dan robot,
tetapi era Society 5.0 berusaha untuk mengimbangi berbagai inovasi yang ada di era 4.0 guna
mengatasi tantangan dan masalah sosial dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup
manusia.
Menurut pandangan Kaelan yang dikutip oleh (Burlian, 2020), dikemukakan bahwa
Pancasila, sebelum dijadikan dasar filsafat negara, telah ada dan berakar dari masyarakat
Indonesia secara turun-temurun, karena nilainilai tersebut sesuai dengan kehidupan
masyarakat. Kemudian, para pendiri negara Indonesia mengadopsi nilai-nilai tersebut untuk
dirumuskan melalui proses musyawarah dan mufakat berdasarkan moral yang tinggi. Proses
ini terjadi dalam sidang-sidang BPUPKI pertama dan sidang panitia sembilan yang
menghasilkan Piagam Jakarta yang pertama kali mencantumkan Pancasila. Selanjutnya,
dalam sidang BPUPKI kedua setelah kemerdekaan Indonesia, Pancasila sebagai calon dasar
filsafat negara dibahas kembali dan diperbaiki, hingga akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI menetapkannya sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Pancasila bukan hanya menjadi dasar filosofi bangsa, tetapi juga menjadi sebuah
ideologi. Sebelum Indonesia merdeka, berbagai ideologi berkembang dan tersebar di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Namun, ideologi-ideologi tersebut digabungkan dengan
kearifan lokal yang ada di Nusantara dan dirumuskan menjadi Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila, sebagai produk yang kaya akan nilai-nilai budaya dan politik dari kehidupan yang
beragam di Indonesia, seharusnya dapat menjadi payung bagi berbagai ideologi transnasional,
dengan mengambil nilai-nilai yang baik dari setiap ideologi tersebut. Sebagai contoh,
Pancasila dapat dipahami sebagai pengetahuan teologis yang beriringan dengan ideologi dan
agama/keyakinan yang ada. Pancasila tidak hanya dipandang sebagai ideologi semata, tetapi
lebih penting lagi, Pancasila menjadi acuan pengetahuan bagi berbagai ideologi yang diterima
oleh masyarakat. Dengan demikian, Pancasila dapat berfungsi untuk melawan dampak negatif
seperti radikalisme atau penafsiran yang salah dari berbagai ideologi yang dilakukan oleh
masyarakat. Pancasila sebaiknya tidak dipahami hanya sebagai satu prinsip tunggal, karena
hal ini akan mengurangi fleksibilitas Pancasila dalam menjadi pedoman dan referensi
pemikiran untuk tindakan yang diambil dalam kehidupan bernegara
Inti dari sila Pancasila adalah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Meskipun
nilai-nilai tersebut bervariasi, namun mereka tidak saling bertentangan, malah saling
melengkapi. Pancasila sebagai substansi adalah kesatuan utuh dan organik. Masyarakat dapat
menerima Pancasila secara substansial karena mencerminkan jiwa bangsa dan telah ada sejak
lama tanpa penolakan. Nilai-nilai ini dimiliki oleh bangsa Indonesia dan menjadi ciri khas
yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan tindakan mereka. Pancasila sebagai "Philosophische
Grondslag" atau dasar filosofis memiliki arti sebagai norma dasar yang memberikan pedoman
bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi perubahan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila juga berfungsi sebagai filter untuk menghindari pengaruh negatif yang
dapat merusak karakter bangsa, sambil memperkuat karakter bangsa itu sendiri..
Pembahasan
Pancasila Sebagai Pandangan Dunia
Pancasila muncul dari beragam pandangan hidup yang berbeda dan memiliki latar
belakang yang beragam. Namun, ini sebenarnya menjadi sebuah ciri khas Indonesia yang
mencerminkan keragaman elemen-elemen pembentuk bangsa. Pandangan hidup yang
bermunculan dari berbagai suku dan golongan tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki unsur
kesatuan yang saling terhubung untuk menjadi pedoman bersama. Dengan demikian, penting
bagi pandangan hidup ini untuk dirumuskan secara sistematis dan rasional, dan itulah
sebabnya Pancasila muncul sebagai Ideologi Negara. Selain itu, perlu diingat bahwa
pandangan hidup seluruh bangsa tidak selalu seragam. Dengan menggunakan pendekatan
filosofis, manusia berusaha memahami realitas dengan pemikiran yang mendalam untuk
menggali hakikat sesuatu, termasuk pemikiran filosofi Pancasila. Pancasila, sejak dirumuskan,
dianggap sebagai pandangan hidup bangsa dan menjadi prinsip dasar negara yang memiliki
makna dan nilai-nilai sosial sebagai referensi dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Kita dapat menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia semakin terkikis oleh perubahan zaman. Meskipun faktanya,
perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh globalisasi dan revolusi industri semakin
mengabaikan budaya, semangat nasional, dan warisan masa lalu sebagai warisan dari para
pendiri bangsa. Maka, penting bagi kita untuk menguatkan implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan seni, budaya, agama,
dan juga melalui kegiatan sosial di komunitas-komunitas sosial. Pentingnya melibatkan
partisipasi masyarakat secara luas akan memudahkan pembangunan karakter masyarakat yang
mencerminkan semangat Pancasila, sehingga bangsa Indonesia memiliki identitas yang unik
yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah ada dan sejalan dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di sisi lain, dalam situasi tertentu, partisipasi masyarakat akan memberikan
koreksi terhadap kepemimpinan elit untuk mencapai keseimbangan dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara sesuai dengan semangat Pancasila.
Pancasila juga dijadikan dasar Negara berdasarkan keputusan sidang PPKI yang
diadakan satu hari setelah kemerdekaan. Dalam keputusan tersebut, UUD 1945 ditetapkan dan
disahkan, dan nilai-nilai Pancasila terdapat dalam Alenia IV Pembukaan UUD 1945. Sejak
zaman kemerdekaan hingga saat ini, Pancasila menjadi dasar bernegara dan tujuan bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara merupakan pandangan hidup bangsa yang
mencerminkan jiwa dan kepribadian Indonesia, dengan nilai-nilainya yang berakar dari
budaya. Negara Indonesia harus memiliki dasar kenegaraan yang kuat dan hidup, yang lahir
dan muncul dari dalam negara sendiri, tanpa mengambil dari negara lain. Pancasila, yang
terdiri dari lima sila, merupakan rangkuman cita-cita luhur bangsa dan dapat menjadi panduan
bagi generasi mendatang dalam meneruskan cita-cita pendiri bangsa. Kelima sila tersebut
adalah: pertama, ketuhanan Yang Maha Esa; kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab;
ketiga, persatuan Indonesia; keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan; dan kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Meskipun terdapat perdebatan mengenai status Pancasila sebagai Ideologi bangsa atau
sebagai pandangan besar dunia (Weltanschauung), artikel ini tidak bertujuan untuk
mempersempit posisi Pancasila sebagai ideologi atau Weltanschauung. Beberapa orang
percaya bahwa Pancasila merupakan ideologi yang mendasari negara Indonesia, sementara
yang lain menganggapnya sebagai pandangan atau gagasan besar tentang dunia. Istilah
Weltanschauung berasal dari bahasa Jerman yang secara etimologis terdiri dari kata Welt
(dunia) dan Anschauung (pandangan), yang mengacu pada konsep dasar tentang ide-ide besar
yang dapat membangun kepercayaan pada individu, kelompok, atau entitas budaya, dan dapat
memberikan pengaruh spiritual untuk membangun interaksi yang kuat di antara manusia.
Pancasila, yang terbentuk setelah mengkaji dan menyelidiki nilai-nilai yang telah lama
ada di tengah masyarakat Indonesia, merupakan suatu pemberian Tuhan yang sejalan dengan
keragaman manusia di Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Soekarno dalam pidatonya
di istana Negara pada tahun 1960, Pancasila adalah hasil perumusan nilai-nilai yang diambil
dari kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri, termasuk masa sebelum kemerdekaan, masa
kerajaan, dan sejarah agama di Indonesia yang bahkan mencakup periode ketika agama belum
dikenal. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila mencerminkan identitas bangsa
Indonesia, seperti kebutuhan manusia akan dimensi spiritual (hubungan dengan Tuhan),
kehidupan bersama sebagai makhluk sosial, semangat kerja sama, dan cita-cita untuk hidup
dalam keberdayaan dan kesetaraan.
Pancasila memiliki pengaruh signifikan bukan hanya dalam bidang ekonomi dan
politik, tetapi juga dalam aspek hukum. Sebagai landasan negara Indonesia, Pancasila
dianggap sebagai sumber utama hukum dalam sistem peraturan di Indonesia. Dengan
demikian, hukum Pancasila ditempatkan pada posisi tertinggi dalam sistem hukum Indonesia.
Meskipun beberapa hukum di Indonesia masih menggunakan warisan kolonial Belanda,
Pancasila harus menjadi panduan dan arahan bagi masyarakat dalam merumuskan dan
menyempurnakan semua aturan hukum di negara ini. Mengingat hukum juga harus bersifat
dinamis untuk menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat, setiap perubahan yang
dilakukan harus disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai cita-
cita menjadi masyarakat adil dan sejahtera, Pancasila harus menjadi landasan dalam
pembangunan hukum. Dalam upaya mencapai tujuan ini, penegakan hukum dan partisipasi
aktif masyarakat sangat penting dalam membangun budaya tertib hukum di negara ini. Dalam
kondisi saat ini, semua kebijakan dan aturan hukum di Indonesia harus didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Namun, dalam praktiknya, masih ada banyak persoalan yang belum
terselesaikan dalam perumusan dan penerapan hukum, yang juga dipengaruhi oleh globalisasi.
Persoalan-persoalan ini menciptakan masalah yang kompleks, seperti korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta pengaruh budaya asing yang berdampak pada perubahan budaya leluhur
yang mengandung nilai-nilai kebaikan di masyarakat. Perubahan-perubahan ini tentu saja
berdampak pada kehidupan kontemporer yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi perkembangan hukum di Indonesia.
Pada dasarnya, Pancasila adalah sebuah konsep yang berasal dari Indonesia yang
menjadi nilai dasar kehidupan dan dihormati oleh seluruh masyarakat Indonesia, meskipun
masyarakat tersebut memiliki perbedaan dan karakter yang beragam. Namun, kita tidak dapat
menolak bahwa zaman terus berubah dan membawa berbagai tantangan dan ancaman yang
harus dihadapi oleh Pancasila. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu beradaptasi
dengan perkembangan zaman tersebut, terutama dalam bidang teknologi, yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi peradaban kita. Teknologi yang canggih pada dasarnya
diciptakan untuk membantu mempermudah kehidupan sehari-hari manusia. Namun, teknologi
juga dapat menjadi musuh jika tidak digunakan dengan bijaksana atau disalahgunakan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab, yang dapat menyebabkan bahaya. Dalam menghadapi
hal ini, kita perlu mengubah cara berpikir kita dari melihatnya sebagai kelemahan menjadi
sebuah tantangan, dengan tujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila agar dapat
menjadi konsep kehidupan yang dapat membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter.
Pancasila juga dianggap sebagai ideologi bangsa yang merupakan hasil pemikiran yang
dirumuskan dalam serangkaian kalimat yang memiliki makna filosofis, dan menjadi dasar,
prinsip, dan panduan dalam kehidupan bersama di negara Indonesia.
Beberapa pihak menganggap bahwa saat ini Pancasila terlihat kehilangan esensinya.
Banyak pelajar, termasuk mahasiswa, yang lupa atau tidak menghafal sila-sila dalam
Pancasila, sehingga sulit untuk menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, untuk membangun rasa nasionalisme pada generasi muda saat ini, diperlukan
upaya yang sungguh-sungguh. Berdasarkan fakta tersebut, salah satu cara untuk
menghidupkan kembali rasa nasionalisme adalah melalui pendidikan karakter yang dapat
mengembalikan identitas nasional dan jati diri bangsa. Pendidikan karakter dapat dimulai
dengan memberikan pemahaman tentang kebaikan dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman pengetahuan tentang nilai Pancasila dapat
dilakukan melalui pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang dianggap penting untuk
mengembalikan nilai-nilai moral dan nasionalisme serta membangun semangat Pancasila.
Tujuan dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kepada siswa dan mahasiswa adalah
untuk membentuk warga negara yang berperilaku baik, berdasarkan Pancasila, dengan
memiliki sikap religius, kemanusiaan, beradab, nasionalis, bertanggung jawab, adil terhadap
lingkungan sosial, dan berpartisipasi dalam kehidupan demokratis. Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan merupakan bagian penting dari sistem pendidikan formal, baik di sekolah
maupun perguruan tinggi. Oleh karena itu, penting untuk terus mempromosikan dan
menyebarkan nilai-nilai Pancasila melalui berbagai media dan dalam pembelajaran formal
maupun informal. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah suatu keharusan sebagai
instrumen dalam membentuk karakter Pancasila pada generasi muda, karena siswa dan
mahasiswa merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan bangsa Indonesia.
Dalam menghadapi era Society 5.0, akan terdapat banyak tantangan dan perubahan
yang berdampak negatif, seperti penurunan moral dan karakter bangsa. Revolusi industri 5.0,
atau yang juga dikenal sebagai era super smart society, diperkenalkan oleh pemerintah Jepang
pada tahun 2019 sebagai upaya untuk mengantisipasi gangguan perkembangan yang
kompleks akibat revolusi industri 4.0 yang membawa ketidakpastian. Salah satu solusi terbaik
untuk membangun karakter masyarakat adalah melalui sistem pendidikan yang menjadi
gerbang utama dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul. Peran penting dunia
pendidikan dalam meningkatkan kualitas masyarakat tidak dapat dipisahkan dari dukungan
semua elemen, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat (ormas), dan masyarakat umum
yang turut berkontribusi dalam menyambut era Society 5.0 yang akan datang. Di era Society
5.0, pendidik harus memiliki keterampilan dalam bidang literasi digital dan kreativitas
berpikir. Mereka juga diharapkan menjadi lebih inovatif dalam menggunakan media
pengajaran yang menarik dan dinamis, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, untuk
memfasilitasi pembelajaran. Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pendidik di era Society 5.0
antara lain kemampuan memanfaatkan Internet of Things (IoT) dalam konteks pendidikan,
pengetahuan tentang sistem realitas virtual dan augmented reality dalam pendidikan, serta
pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di bidang pendidikan dan
kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran baik dari sisi pengajar maupun
peserta belajar.
DAFTAR PUSTAKA
A.Barlian, A. E., & Herista, A. D. P. (2021). Pembangunan Sistem Hukum Indonesia
Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Politik Bangsa (Development Of
Indonesianlegal System Based On Pancasila Values As A Nation Political Ideology).
Jurnal Kajian Lemhanas RI, Vol. 9 (No. 1), 550–551.
Abidin, N. F. (2020). Pancasila Sebagai The Living Values Dalam Pengalaman Sejarah
Kebangsaan Indonesia. Jurnal Candi, Volume 20 (No.1), 107.
Handitya, B. (2019). Menyemai Nilai Pancasila Pada Generasi Muda Cendekia. Adil
Indonesia Jurnal, Volume 2 (Nomor 1), 18.
Widiatama, Mahmud, H., & Suparwi. (2020). Ideologi Pancasila Sebagai Dasar Membangun
Negara Hukum Indonesia. Jurnal USM Law Review, Vol. 3 (No. 2), 316–319.
Yalida, A. (2019). Pendiidikan Karakter Yang Berbasis Pada Nilai-Nilai Pancasiladi Kelas IV
SDN No.88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Al Ilmi Jurnal Pendidikan Islam, Vol 2 (No
1), 25–27.