Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PANCASILA

Dosen Pengampuh:
Dr. Iswal Burhan, S.Pd., M.Pd.
Dosen Mitra:
Hilda Ashari, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Fadhil Dhanendra (220209501024)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2022/2023
MENGEMBANGKAN KARAKTER PANCASILA DALAM
MENGHADAPI ZAMAN SOCIETY 5.0.

Abstrak
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, memiliki nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman dalam membangun karakter bangsa menghadapi perkembangan era
society 5.0. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana generasi muda siap
menghadapi perkembangan teknologi di era revolusi industri 5.0 dan bagaimana Pancasila
mempengaruhi kehidupan berbangsa. Penelitian ini menggunakan metode campuran yang
mencakup pendekatan konseptual dan metode survei melalui penyebaran kuesioner untuk
memperoleh data yang valid. Dalam pendekatan konseptual, penelitian ini menggunakan buku
dan jurnal sebagai sumber referensi yang membahas tentang pembangunan karakter
berdasarkan Pancasila. Sementara itu, data kuantitatif diperoleh melalui survei terhadap
sejumlah responden, khususnya mahasiswa yang memiliki tingkat idealisme tinggi. Fokus
penelitian ini adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan pengaruhnya terhadap
pembangunan karakter masyarakat dalam menghadapi era society 5.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila memiliki peran yang signifikan dalam
pembangunan karakter di negara ini, namun masih terdapat kendala dalam kehidupan politik
yang menghambat terciptanya karakter Pancasila di masyarakat.

Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang luas wilayahnya dan terdiri dari ribuan pulau, yang
menyebabkan keragaman budaya dan gaya hidup masyarakat. Perkembangan masyarakat dari
waktu ke waktu telah membentuk peradaban yang berbeda, dipengaruhi oleh globalisasi.
Pembangunan peradaban masyarakat tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan sebagai
upaya sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam membangun
karakter, termasuk pengembangan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan. Era disrupsi 4.0 tidak hanya menekankan kemajuan teknologi
seperti Internet of Things (internet untuk segala hal), kecerdasan buatan, big data, dan robot,
tetapi era Society 5.0 berusaha untuk mengimbangi berbagai inovasi yang ada di era 4.0 guna
mengatasi tantangan dan masalah sosial dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup
manusia.

Diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk membangun karakter masyarakat, baik


melalui jalur resmi seperti sekolah maupun jalur informal seperti lokakarya, seminar umum,
pelatihan, dan forum diskusi. Dalam proses pembangunan karakter pada peserta didik, peran
pendidik memiliki peran yang sangat penting. Sebagai seorang pendidik di era Society 5.0,
penting bagi mereka untuk memiliki keterampilan terutama dalam bidang teknologi digital,
penggunaan realitas virtual/augmented, serta kemampuan berpikir kreatif, inovatif, dan
dinamis dalam menggunakan media pembelajaran. Era Society 5.0 bertujuan untuk
memperkuat kolaborasi antara manusia dan teknologi digital. Meskipun banyak teknologi
yang saat ini dikembangkan, melalui konsep Society 5.0, peran manusia sebagai pencipta dan
pengendali teknologi tetap tidak tergantikan, termasuk peran pendidik seperti guru dan dosen.

Pendidikan karakter merupakan salah satu metode dalam mengembangkan sifat-sifat


peserta didik agar mampu menerapkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma serta
mempersiapkan mereka menghadapi zaman Society 5.0. Menurut Rahayu (2021), ada lima
elemen pembangunan karakter yang perlu ditekankan dalam pendidikan, yaitu: 1) Keagamaan,
sebagai upaya untuk mengenalkan dan menghargai nilai-nilai agama yang berbeda sehingga
individu dapat menghormati pluralitas keyakinan; 2) Nasionalisme, untuk mengembangkan
sikap dan tindakan yang memprioritaskan kebutuhan dan kepentingan bangsa, serta
menghargai nilai dan budaya nasional serta cinta tanah air; 3) Mandiri, agar peserta didik
memiliki sikap kreatif, bertanggung jawab, percaya diri, mampu mengatasi masalah, dan
memiliki keterampilan untuk menghadapi perubahan besar tanpa bergantung pada orang lain;
4) Gotong royong, sebagai wujud kerjasama dalam berbagai hal, termasuk menghadapi
masalah, dengan tujuan menciptakan persatuan di era baru yang cenderung individualistis; 5)
Integritas, sebagai karakter yang fundamental dalam menjadi individu yang jujur,
berkomitmen, dan bertanggung jawab. Pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia dalam menghadapi perkembangan zaman Society 5.0 juga
memiliki kaitan dengan hal-hal yang disebutkan di atas. Dengan memperkuat eksistensi
Pancasila dalam sistem pendidikan nasional, diharapkan substansi nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dapat diwujudkan.

Menurut pandangan Kaelan yang dikutip oleh (Burlian, 2020), dikemukakan bahwa
Pancasila, sebelum dijadikan dasar filsafat negara, telah ada dan berakar dari masyarakat
Indonesia secara turun-temurun, karena nilainilai tersebut sesuai dengan kehidupan
masyarakat. Kemudian, para pendiri negara Indonesia mengadopsi nilai-nilai tersebut untuk
dirumuskan melalui proses musyawarah dan mufakat berdasarkan moral yang tinggi. Proses
ini terjadi dalam sidang-sidang BPUPKI pertama dan sidang panitia sembilan yang
menghasilkan Piagam Jakarta yang pertama kali mencantumkan Pancasila. Selanjutnya,
dalam sidang BPUPKI kedua setelah kemerdekaan Indonesia, Pancasila sebagai calon dasar
filsafat negara dibahas kembali dan diperbaiki, hingga akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945,
PPKI menetapkannya sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.

Pancasila bukan hanya menjadi dasar filosofi bangsa, tetapi juga menjadi sebuah
ideologi. Sebelum Indonesia merdeka, berbagai ideologi berkembang dan tersebar di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Namun, ideologi-ideologi tersebut digabungkan dengan
kearifan lokal yang ada di Nusantara dan dirumuskan menjadi Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila, sebagai produk yang kaya akan nilai-nilai budaya dan politik dari kehidupan yang
beragam di Indonesia, seharusnya dapat menjadi payung bagi berbagai ideologi transnasional,
dengan mengambil nilai-nilai yang baik dari setiap ideologi tersebut. Sebagai contoh,
Pancasila dapat dipahami sebagai pengetahuan teologis yang beriringan dengan ideologi dan
agama/keyakinan yang ada. Pancasila tidak hanya dipandang sebagai ideologi semata, tetapi
lebih penting lagi, Pancasila menjadi acuan pengetahuan bagi berbagai ideologi yang diterima
oleh masyarakat. Dengan demikian, Pancasila dapat berfungsi untuk melawan dampak negatif
seperti radikalisme atau penafsiran yang salah dari berbagai ideologi yang dilakukan oleh
masyarakat. Pancasila sebaiknya tidak dipahami hanya sebagai satu prinsip tunggal, karena
hal ini akan mengurangi fleksibilitas Pancasila dalam menjadi pedoman dan referensi
pemikiran untuk tindakan yang diambil dalam kehidupan bernegara

Inti dari sila Pancasila adalah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Meskipun
nilai-nilai tersebut bervariasi, namun mereka tidak saling bertentangan, malah saling
melengkapi. Pancasila sebagai substansi adalah kesatuan utuh dan organik. Masyarakat dapat
menerima Pancasila secara substansial karena mencerminkan jiwa bangsa dan telah ada sejak
lama tanpa penolakan. Nilai-nilai ini dimiliki oleh bangsa Indonesia dan menjadi ciri khas
yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan tindakan mereka. Pancasila sebagai "Philosophische
Grondslag" atau dasar filosofis memiliki arti sebagai norma dasar yang memberikan pedoman
bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi perubahan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila juga berfungsi sebagai filter untuk menghindari pengaruh negatif yang
dapat merusak karakter bangsa, sambil memperkuat karakter bangsa itu sendiri..

Pembahasan
Pancasila Sebagai Pandangan Dunia

Pancasila muncul dari beragam pandangan hidup yang berbeda dan memiliki latar
belakang yang beragam. Namun, ini sebenarnya menjadi sebuah ciri khas Indonesia yang
mencerminkan keragaman elemen-elemen pembentuk bangsa. Pandangan hidup yang
bermunculan dari berbagai suku dan golongan tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki unsur
kesatuan yang saling terhubung untuk menjadi pedoman bersama. Dengan demikian, penting
bagi pandangan hidup ini untuk dirumuskan secara sistematis dan rasional, dan itulah
sebabnya Pancasila muncul sebagai Ideologi Negara. Selain itu, perlu diingat bahwa
pandangan hidup seluruh bangsa tidak selalu seragam. Dengan menggunakan pendekatan
filosofis, manusia berusaha memahami realitas dengan pemikiran yang mendalam untuk
menggali hakikat sesuatu, termasuk pemikiran filosofi Pancasila. Pancasila, sejak dirumuskan,
dianggap sebagai pandangan hidup bangsa dan menjadi prinsip dasar negara yang memiliki
makna dan nilai-nilai sosial sebagai referensi dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Kita dapat menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia semakin terkikis oleh perubahan zaman. Meskipun faktanya,
perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh globalisasi dan revolusi industri semakin
mengabaikan budaya, semangat nasional, dan warisan masa lalu sebagai warisan dari para
pendiri bangsa. Maka, penting bagi kita untuk menguatkan implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui penguatan seni, budaya, agama,
dan juga melalui kegiatan sosial di komunitas-komunitas sosial. Pentingnya melibatkan
partisipasi masyarakat secara luas akan memudahkan pembangunan karakter masyarakat yang
mencerminkan semangat Pancasila, sehingga bangsa Indonesia memiliki identitas yang unik
yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah ada dan sejalan dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Di sisi lain, dalam situasi tertentu, partisipasi masyarakat akan memberikan
koreksi terhadap kepemimpinan elit untuk mencapai keseimbangan dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara sesuai dengan semangat Pancasila.

Pancasila juga dijadikan dasar Negara berdasarkan keputusan sidang PPKI yang
diadakan satu hari setelah kemerdekaan. Dalam keputusan tersebut, UUD 1945 ditetapkan dan
disahkan, dan nilai-nilai Pancasila terdapat dalam Alenia IV Pembukaan UUD 1945. Sejak
zaman kemerdekaan hingga saat ini, Pancasila menjadi dasar bernegara dan tujuan bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara merupakan pandangan hidup bangsa yang
mencerminkan jiwa dan kepribadian Indonesia, dengan nilai-nilainya yang berakar dari
budaya. Negara Indonesia harus memiliki dasar kenegaraan yang kuat dan hidup, yang lahir
dan muncul dari dalam negara sendiri, tanpa mengambil dari negara lain. Pancasila, yang
terdiri dari lima sila, merupakan rangkuman cita-cita luhur bangsa dan dapat menjadi panduan
bagi generasi mendatang dalam meneruskan cita-cita pendiri bangsa. Kelima sila tersebut
adalah: pertama, ketuhanan Yang Maha Esa; kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab;
ketiga, persatuan Indonesia; keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan; dan kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Meskipun terdapat perdebatan mengenai status Pancasila sebagai Ideologi bangsa atau
sebagai pandangan besar dunia (Weltanschauung), artikel ini tidak bertujuan untuk
mempersempit posisi Pancasila sebagai ideologi atau Weltanschauung. Beberapa orang
percaya bahwa Pancasila merupakan ideologi yang mendasari negara Indonesia, sementara
yang lain menganggapnya sebagai pandangan atau gagasan besar tentang dunia. Istilah
Weltanschauung berasal dari bahasa Jerman yang secara etimologis terdiri dari kata Welt
(dunia) dan Anschauung (pandangan), yang mengacu pada konsep dasar tentang ide-ide besar
yang dapat membangun kepercayaan pada individu, kelompok, atau entitas budaya, dan dapat
memberikan pengaruh spiritual untuk membangun interaksi yang kuat di antara manusia.

Pancasila sebagai weltanschauung dapat dikatakan bahwa prinsip yang terkandung


dalam Pancasila sebenarnya merupakan konsep yang telah ada sejak lama dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kemudian disepakati sebagai landasan negara.
Weltanschauung adalah pandangan dunia yang mencakup ajaran tentang makna dan tujuan
hidup manusia untuk mencapai kehidupan bangsa dan negara yang sejahtera. Nilai-nilai
dalam Pancasila mencakup etika sebagai panduan dalam kehidupan bersama dan juga sebagai
pedoman praktis bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi etika dalam
kehidupan bersama bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hubungan kepercayaan atau
keagamaan di mana semua agama mengajarkan toleransi dan saling menghargai meskipun
memiliki keyakinan yang berbeda. Namun, sebagai weltanschauung yang diakui, Pancasila
menghadapi berbagai tantangan dalam upaya mempertahankan eksistensinya dan
konsistensinya. Tantangan terbesar dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari justru berasal dari faktor internal, yaitu penurunan nilai-nilai kebangsaan Indonesia
seperti krisis multidimensi di berbagai bidang terutama karakter masyarakat. Beberapa di
antaranya adalah hilangnya rasa persatuan, kurangnya perhatian terhadap nilai-nilai agama
dan budaya, menurunnya budaya tolong-menolong dan toleransi, penyebaran paham
radikalisme dan terorisme, serta kehilangan semangat nasionalisme dan patriotisme.

Pancasila, yang terbentuk setelah mengkaji dan menyelidiki nilai-nilai yang telah lama
ada di tengah masyarakat Indonesia, merupakan suatu pemberian Tuhan yang sejalan dengan
keragaman manusia di Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Soekarno dalam pidatonya
di istana Negara pada tahun 1960, Pancasila adalah hasil perumusan nilai-nilai yang diambil
dari kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri, termasuk masa sebelum kemerdekaan, masa
kerajaan, dan sejarah agama di Indonesia yang bahkan mencakup periode ketika agama belum
dikenal. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila mencerminkan identitas bangsa
Indonesia, seperti kebutuhan manusia akan dimensi spiritual (hubungan dengan Tuhan),
kehidupan bersama sebagai makhluk sosial, semangat kerja sama, dan cita-cita untuk hidup
dalam keberdayaan dan kesetaraan.

Pancasila memiliki pengaruh signifikan bukan hanya dalam bidang ekonomi dan
politik, tetapi juga dalam aspek hukum. Sebagai landasan negara Indonesia, Pancasila
dianggap sebagai sumber utama hukum dalam sistem peraturan di Indonesia. Dengan
demikian, hukum Pancasila ditempatkan pada posisi tertinggi dalam sistem hukum Indonesia.
Meskipun beberapa hukum di Indonesia masih menggunakan warisan kolonial Belanda,
Pancasila harus menjadi panduan dan arahan bagi masyarakat dalam merumuskan dan
menyempurnakan semua aturan hukum di negara ini. Mengingat hukum juga harus bersifat
dinamis untuk menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat, setiap perubahan yang
dilakukan harus disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai cita-
cita menjadi masyarakat adil dan sejahtera, Pancasila harus menjadi landasan dalam
pembangunan hukum. Dalam upaya mencapai tujuan ini, penegakan hukum dan partisipasi
aktif masyarakat sangat penting dalam membangun budaya tertib hukum di negara ini. Dalam
kondisi saat ini, semua kebijakan dan aturan hukum di Indonesia harus didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Namun, dalam praktiknya, masih ada banyak persoalan yang belum
terselesaikan dalam perumusan dan penerapan hukum, yang juga dipengaruhi oleh globalisasi.
Persoalan-persoalan ini menciptakan masalah yang kompleks, seperti korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta pengaruh budaya asing yang berdampak pada perubahan budaya leluhur
yang mengandung nilai-nilai kebaikan di masyarakat. Perubahan-perubahan ini tentu saja
berdampak pada kehidupan kontemporer yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi perkembangan hukum di Indonesia.

Karakter Pancasila Dalam Menghadapi Era Society 5.0

Pada dasarnya, Pancasila adalah sebuah konsep yang berasal dari Indonesia yang
menjadi nilai dasar kehidupan dan dihormati oleh seluruh masyarakat Indonesia, meskipun
masyarakat tersebut memiliki perbedaan dan karakter yang beragam. Namun, kita tidak dapat
menolak bahwa zaman terus berubah dan membawa berbagai tantangan dan ancaman yang
harus dihadapi oleh Pancasila. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia perlu beradaptasi
dengan perkembangan zaman tersebut, terutama dalam bidang teknologi, yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi peradaban kita. Teknologi yang canggih pada dasarnya
diciptakan untuk membantu mempermudah kehidupan sehari-hari manusia. Namun, teknologi
juga dapat menjadi musuh jika tidak digunakan dengan bijaksana atau disalahgunakan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab, yang dapat menyebabkan bahaya. Dalam menghadapi
hal ini, kita perlu mengubah cara berpikir kita dari melihatnya sebagai kelemahan menjadi
sebuah tantangan, dengan tujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila agar dapat
menjadi konsep kehidupan yang dapat membangun masyarakat Indonesia yang berkarakter.
Pancasila juga dianggap sebagai ideologi bangsa yang merupakan hasil pemikiran yang
dirumuskan dalam serangkaian kalimat yang memiliki makna filosofis, dan menjadi dasar,
prinsip, dan panduan dalam kehidupan bersama di negara Indonesia.

Pancasila sebaiknya menjadi sebuah kekuatan moral yang mengikat seluruh


masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang mencintai Indonesia, kita
harus secara konsisten mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan menjalankan semua fungsinya
untuk mewujudkan tujuan hidup sebagai bangsa. Pancasila sendiri telah menghadapi banyak
rintangan dan ujian dalam sejarahnya, dengan berbagai bentuk penyimpangan selama
pelaksanaannya. Pengaruh globalisasi juga tidak bisa diabaikan karena membawa dampak
pada perubahan paradigma dalam pemahaman dan praktik Pancasila. Dengan globalisasi,
Indonesia memasuki periode baru dalam sejarah manusia, yang membawa perubahan dalam
cara berpikir dan bekerja yang berbeda dari era sebelumnya. Kemajuan teknologi seperti
media elektronik, komunikasi, dan teknologi lainnya juga telah mengubah tatanan kehidupan
dalam era Industri 4.0 atau era disrupsi, dan telah melampaui batas-batas wilayah negara. Kini,
peristiwa dan kejadian di berbagai belahan dunia dapat dilihat oleh manusia kapan saja dan di
mana saja. Hal ini menghilangkan kendala ruang dan waktu, sehingga dunia seolah-olah
berada di genggaman tangan manusia.

Beberapa pihak menganggap bahwa saat ini Pancasila terlihat kehilangan esensinya.
Banyak pelajar, termasuk mahasiswa, yang lupa atau tidak menghafal sila-sila dalam
Pancasila, sehingga sulit untuk menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, untuk membangun rasa nasionalisme pada generasi muda saat ini, diperlukan
upaya yang sungguh-sungguh. Berdasarkan fakta tersebut, salah satu cara untuk
menghidupkan kembali rasa nasionalisme adalah melalui pendidikan karakter yang dapat
mengembalikan identitas nasional dan jati diri bangsa. Pendidikan karakter dapat dimulai
dengan memberikan pemahaman tentang kebaikan dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman pengetahuan tentang nilai Pancasila dapat
dilakukan melalui pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang dianggap penting untuk
mengembalikan nilai-nilai moral dan nasionalisme serta membangun semangat Pancasila.
Tujuan dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan kepada siswa dan mahasiswa adalah
untuk membentuk warga negara yang berperilaku baik, berdasarkan Pancasila, dengan
memiliki sikap religius, kemanusiaan, beradab, nasionalis, bertanggung jawab, adil terhadap
lingkungan sosial, dan berpartisipasi dalam kehidupan demokratis. Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan merupakan bagian penting dari sistem pendidikan formal, baik di sekolah
maupun perguruan tinggi. Oleh karena itu, penting untuk terus mempromosikan dan
menyebarkan nilai-nilai Pancasila melalui berbagai media dan dalam pembelajaran formal
maupun informal. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah suatu keharusan sebagai
instrumen dalam membentuk karakter Pancasila pada generasi muda, karena siswa dan
mahasiswa merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan bangsa Indonesia.

Dalam upaya membangun pola kehidupan yang diinginkan, penting untuk


mengembangkan sistem pendidikan karakter yang berfokus pada penerapan nilai-nilai yang
terdapat dalam setiap sila Pancasila. Pancasila merupakan falsafah yang menjadi pedoman
perilaku bagi bangsa Indonesia, yang sesuai dengan budaya ketimuran yang unik. Pendidikan
karakter harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila agar dapat menciptakan individu Indonesia
yang cerdas, sopan, mampu hidup secara baik baik secara individu maupun sosial, sadar akan
hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta memiliki iman dan keyakinan kepada Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. Pengajaran karakter Pancasila
dapat dimasukkan ke dalam silabus mata kuliah atau mata pelajaran yang mencakup filsafat
pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila sendiri harus mencerminkan sifat
integralistik, etis, dan religius. Dalam melaksanakan kegiatan pengajaran ini, pendidik harus
menyadari tanggung jawab moral Pancasila dan memahami pentingnya pendidikan karakter.
Seorang pengajar dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila harus memahami nilai-nilai tersebut,
menjadikan Pancasila sebagai norma hukum dalam kehidupan, dan memberikan contoh yang
baik dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik. Dengan mengedepankan
tiga nilai tersebut, diharapkan cita-cita luhur bangsa yang ingin diwujudkan melalui
pendidikan berkarakter sesuai dengan falsafah Pancasila dapat tercapai. Kami menyadari
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari dan harus segera
disesuaikan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghadapi perkembangan ini adalah
dengan membangun karakter bangsa Indonesia yang kuat, dengan identitas yang khas
dibandingkan dengan negara lain.

Nilai-nilai fundamental kehidupan bangsa Indonesia telah menjadi nilai-nilai yang


tercermin dalam setiap sila Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila seharusnya menjadi penapis
dalam berbagai perkembangan kehidupan masyarakat, termasuk dalam pembangunan hukum,
untuk menghadapi dampak negatif dari globalisasi yang muncul akibat perkembangan IPTEK.
Pancasila berperan sebagai penapis dalam transformasi nilai-nilai global dalam kehidupan
nasional, karena pada dasarnya globalisasi tidak dapat diterima secara keseluruhan. Kemajuan
IPTEK membawa manusia ke dalam kehidupan yang tanpa batas, di mana semua informasi
dari siapa pun dan dari mana pun dapat langsung diterima oleh masyarakat Indonesia. Namun,
tidak semua bentuk perkembangan globalisasi dan informasi tersebut dapat diterima dan
diterapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Perkembangan masyarakat Indonesia harus
tetap berpegang pada nilai-nilai asli bangsa, yaitu Pancasila. Dalam konteks ini, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila sangat penting sebagai dasar untuk mengatasi berbagai
masalah yang mungkin timbul akibat perkembangan IPTEK. Semakin cepat perkembangan
IPTEK, keberadaan ideologi Pancasila membantu masyarakat dalam menciptakan identitas
nasional mereka sendiri untuk menghadapi tekanan kuat dari arus globalisasi.
Kesimpulan
Keterlibatan pendidikan dalam kemajuan suatu negara memiliki signifikansi yang
sangat penting. Untuk itu, diperlukan bimbingan dan pendampingan khusus bagi individu
maupun kelompok guna memperoleh pendidikan yang memadai. Pendidikan dan
pembangunan karakter bangsa memiliki peranan yang besar dalam memajukan peradaban
negara, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang menjadi pionir dengan Sumber Daya
Manusia yang berilmu, berwawasan, dan memiliki karakter yang baik. Pembentukan karakter
Pancasila di masyarakat Indonesia bertujuan untuk menghasilkan sikap-sikap warga negara
yang berikut ini: 1) memiliki keyakinan dan taqwa kepada Tuhan YME; 2) menghargai
martabat dan nilai-nilai kemanusiaan; 3) memiliki semangat kebangsaan; 4) menerapkan
demokrasi Pancasila; 5) mewujudkan keadilan sosial; 6) mengembangkan nilai-nilai dan
kompetensi berdasarkan Pancasila.

Dalam menghadapi era Society 5.0, akan terdapat banyak tantangan dan perubahan
yang berdampak negatif, seperti penurunan moral dan karakter bangsa. Revolusi industri 5.0,
atau yang juga dikenal sebagai era super smart society, diperkenalkan oleh pemerintah Jepang
pada tahun 2019 sebagai upaya untuk mengantisipasi gangguan perkembangan yang
kompleks akibat revolusi industri 4.0 yang membawa ketidakpastian. Salah satu solusi terbaik
untuk membangun karakter masyarakat adalah melalui sistem pendidikan yang menjadi
gerbang utama dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul. Peran penting dunia
pendidikan dalam meningkatkan kualitas masyarakat tidak dapat dipisahkan dari dukungan
semua elemen, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat (ormas), dan masyarakat umum
yang turut berkontribusi dalam menyambut era Society 5.0 yang akan datang. Di era Society
5.0, pendidik harus memiliki keterampilan dalam bidang literasi digital dan kreativitas
berpikir. Mereka juga diharapkan menjadi lebih inovatif dalam menggunakan media
pengajaran yang menarik dan dinamis, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, untuk
memfasilitasi pembelajaran. Beberapa hal yang harus dimiliki oleh pendidik di era Society 5.0
antara lain kemampuan memanfaatkan Internet of Things (IoT) dalam konteks pendidikan,
pengetahuan tentang sistem realitas virtual dan augmented reality dalam pendidikan, serta
pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di bidang pendidikan dan
kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran baik dari sisi pengajar maupun
peserta belajar.
DAFTAR PUSTAKA
A.Barlian, A. E., & Herista, A. D. P. (2021). Pembangunan Sistem Hukum Indonesia
Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Politik Bangsa (Development Of
Indonesianlegal System Based On Pancasila Values As A Nation Political Ideology).
Jurnal Kajian Lemhanas RI, Vol. 9 (No. 1), 550–551.

Abidin, N. F. (2020). Pancasila Sebagai The Living Values Dalam Pengalaman Sejarah
Kebangsaan Indonesia. Jurnal Candi, Volume 20 (No.1), 107.

Fatimah, S., & Dewi, D. A. (2021). Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila Dalam


Membangun Karakter Jati Diri Anak Bangsa. Antropocene : Jurnal Penelitian Ilmu
Humaniora, Vol. 1 (No. 5), 6.

Handitya, B. (2019). Menyemai Nilai Pancasila Pada Generasi Muda Cendekia. Adil
Indonesia Jurnal, Volume 2 (Nomor 1), 18.

Ismayawati, A. (2017). Pancasila sebagai Dasar Pembangunan Hukum Di Indonesia. Yudisia :


Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, Vol. 8 (No. 1), 57–59.

Malik, A. (2020). Membumikan Ideologi Pancasila Melalui Pendidikan Pancasila Sebagai


Upaya Membangkitkan Nasionalisme. Jurnal EduTech, Vol. 6 (No. 1), 105–106.

Rahayu, K. N. S. (2021). Sinergi Pendidikan Menyongsong Masa Depan Indonesia Di Era


Society 5.0. EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 2 (No. 1), 95–97.

Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan Di Indonesia Menuju Bangsa


Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 2 (No. 2), 88.

Widiatama, Mahmud, H., & Suparwi. (2020). Ideologi Pancasila Sebagai Dasar Membangun
Negara Hukum Indonesia. Jurnal USM Law Review, Vol. 3 (No. 2), 316–319.

Yalida, A. (2019). Pendiidikan Karakter Yang Berbasis Pada Nilai-Nilai Pancasiladi Kelas IV
SDN No.88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Al Ilmi Jurnal Pendidikan Islam, Vol 2 (No
1), 25–27.

Zuriah, N. (2021). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pancasila dalam Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan berbasis Polysynchronous di Era New Normal. Jurnal Moral
Kemasyarakatan, Vol. 6 (No. 1), 18.

Anda mungkin juga menyukai