Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA PENDIDIKAN PANCASILA DI SEKOLAH DASAR DALAM ERA

DISRUPSI

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar PKN SD

Dosen Pengampu : Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:

Nama : Ayu Widayati

Nim : 1191111067

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

GENAP 2020
ABSTRACT

The development of the era that continues to grow until the era of disruption revolution becomes a challenge to
pay more attention to character. Character is a character that must be instilled in students to become dignified
creatures. Character becomes something that cannot be separated from educational goals. Character
development must always be encouraged for the realization of a society that is in accordance with the values of
Pancasila. Pancasila values play an important role in the life of the nation. Disruption era is an era where
technology becomes a necessity in facilitating every job, there is an urgent matter in developing the character of
elementary students by practicing Pancasila, which is good in using social media. This is due to frequent noise
that can solve the Homeland so that the values of Pancasila are no longer sturdy. For this reason, Pancasila
values must be integrated in learning to improve the character of elementary school students in the era of
disruption.

Keywords: Pancasila, Chacacter of Elementary School Students


PENDAHULUAN

Pancasila sebagai ideologi negara telah disepakati oleh the founding fathers sejak
tahun 1945. Namun nilai-nilai Pancasila tidak berarti telah serta merta terinternalisasi dalam
diri bangsa Indonesia. Bahkan, untuk beberapa lama, Pancasila sepertinya hanya menjadi
ungkapan simbolis kenegaraan tanpa jelas implementasinya, baik dalam kehidupan
kenegaraan maupun kemasyarakatan. Penafsiran Pancasila pun kadang menjadi bermacam-
macam tergantung golongannya bahkan tergantung pada arus politik yang berkuasa.
Pancasila dapat didefinisikan sebagai lima dasar pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pedoman ini berarti nilai-nilai yang
terkandung pada pencasila sebagai acuan dalam berkehidupan seluruh masyarakat, untuk
mewujudkan hal tersebut maka perlunya seluruh lapisan masyarakat mengetahui pancasila
dan bagaimana cara mengimplementasikannya. Sehingga pancasila tidak hanya menjadi
ungkapan simbolis semata.

Banyak cara untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila. Dalam praktik keseharian


kehidupan masyarakat terkait dengan nilai-nilai Pancasila. Penguatan nilai-nilai Pancasila
tidak terlepas dari partisipasi siswa sebagai bagian dari warga negara. Dalam penelitian ini
dikhususkan pada siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar umumnya berusia antara 7
sampai 12 tahun yang merupakan masa sangat penting untuk mengembangkan individu
sebagaimana yang dibutuhkan masyarakat (Kus, 2015). Dalam hal ini, mengembangkan
siswanya dalam kehidupan bermasyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Karakter-
karakter siswa pada sekolah dasar dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses penyusunan
media dalam penguatan nilai-nilai Pancasila yang akan dilakukan, karena menurut Mares,
Sivakumar, & Stephenson (2015), media yang baik adalah media yang sesuai dengan usia
siswa.

Namun pada era disrupsi menimbulkan banyak permasalahan yang terjadi terhadap
pelanggaran nilai-nilai pancasila. Era disrupsi merupakan era digital yang dimana kehidupan
manusia menggunakan teknologi dalam sebagian besar pemenuhan kebutuhannya. Era digital
terlahir dengan kemunculan digital, jaringan internet khususnya teknologi informasi
komputer, seperti media sosial yang berkembang saat ini misalnya Twitter dan Blog (Novak,
Razzouk, & Johnson, 2012; Setiawan, 2017). Meluasnya teknologi ini juga mempengaruhi
pembelajaran di setiap jenjang, termasuk sekolah dasar. Media sosial digambarkan sebagai
saluran yang digunakan untuk mentransmisikan pengetahuan antara komunitas dan pemelajar
(Al-Rahmi & Zeki, 2017).

Tingginya penggunaan media sosial seharusnya mampu meningkatkan perilaku pro


sosial karena media sosial sangat bermanfaat sebagai salah satu sarana untuk berinteraksi.
Namun demikian media sosial justru menimbulkan perilaku anti sosial di kalangan
masyarakat. Media sosial telah mengubah generasi yang ada pada saat ini menjadi generasi
yang paling anti sosial (Amedie, 2015).

Permasalahan yang sering terjadi pada pendidikan yaitu merosotnya karakter peserta
didik. Sebagaimana kehidupan yang sekarang berbasis digital, semuanya begitu mudah untuk
diakses melalui teknologi. Selama ini banyak peserta didik bebas melakukan apa saja dalam
dunia teknologi. Termasuk meng-upload foto-foto yang tidak sesuai dengan etika kehidupan.
Budaya malu peserta didik sudah teregradasi sehingga mereka bebas melakukan apa saja
pada dunia teknologi.

Begitu hebatnya perubahan teknologi mengubah sikap manusia. Kurangnya sosialisasi


terhadap antar teman, antar guru. Karena masing-masing peserta didik sudah banyak yang
menggunakan gadget. Sehingga, jarang sekali terjadi komunikasi. Tidak hanya itu, pada era
disrupsi ini dapat membuat peserta didik melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pancasila bukanlah sebuah teks yang hanya dihapal saja. Melainkan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya harus dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Untuk itu
pendidikan salah satu upaya untuk merubah karakter siswa sekolah dasar berbasis Pancasila
di era disrupsi.
KAJIAN TEORI

Pancasila

Pancasila merupakan sebuah ideologi bagi bangsa Indonesia sebab Pancasila


merupakan suatu kepercayaan yang dianggap satu-satunya ideologi yang paling tepat dalam
menjalankan sistem kenegaraan Republik Indonesia. Pancasila merupakan science of ideas
dari founding father kita seperti Ir. Soekarno, Soepomo, M. Yamin, dan KH. Bagus
Hadikusumo dan tokoh-tokoh nasional yang terllibat dalam penyusunan Ideologi Pancasila
tanpa terkecuali.

Pancasila merupakan lima dasar disepakati bersama oleh bangsa Indonesia melalui
founding Father yang harus dijalankan bangsa Indonesia dalam sistem kehidupan sosial
maupun sistem kenegaraan. Lima dasar pancasila tersebut antara lain:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan lima dasar inilah yang menjadi landasan negara dalam menghadapi tantangan
Ideologi Pancasila dari berbagai terjangan ideologi dunia dan kebudayaan global. Magnis
Suseno menegaskan bahwa pelaksanaan ideologi Pancasila bagi penyelenggara Negara
merupakan suatu orientasi kehidupan kounstitusional Artinya ideologi Pancasila dijabarkan
kedalam berbagai peraturan perundang-undangan. Ada unsur penting kedudukan Pancasila
sebagai orientasi kehidupan kosntitusional. a) Kesediaan untuk saling menghargai dalam
kekhasan masing-masing, Pluralisme merupakan nilai dasar Pancasila untuk mewujudkan
Bhineka Tunggal Ika. Hal ini Pancasila diletakan kedalam ideologi terbuka. b) aktualisasi
lima sila Pancasila artinya sila-sila dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. (Suseno, 2011:
118-121). Proses terjadinya Pancasila adalah melalui suatu proses kualitas. Artinya, sebelum
disahkan menjadi dasar negara, baik sebagai pandangan hidup maupun filsafat hidup bangsa
Indonesia.
Fungsinya adalah sebagai motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam
mencapai tujuan. Pancasila merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang mempribadi dalam masyarakat dan
merupakan sesuatu living reality. Pancasila ini sekaligus merupakan jati diri bangsa
Indonesia. Pancasila juga dapat menuntun segala tindak tanduk yang dilakukan manusia
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak melanggar hukum dan juga tidak merampas hak-
hak sebagai manusia.

Nilai-nilai Pancasila

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila bukan hanya sekedar teks
yang harus dihapal melainkan makna dari setiap butir kalimat yang mengandung nilai-nilai
harus diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila Moerdiono dalam Setiawan
(2014:130) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam ideologi Pancasila, yaitu :

1. Nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang terlepas dari
pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara.
Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan
dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
kebersamaan, pesatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
2. Nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat konstektual. Nilai instrumental
merupakan penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan kinerjanya untuk
kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu.
3. Nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara
bagaimana rakyatmelaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila.

Pentingnya Pendidikan Pancasila Pada Siswa Sekolah Dasar

Pancasila dirumuskan sebagai Dasar Negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung


dalam pancasila adalah pedoman yang mendasari sikap dalam berbangsa dan bernegara,
karena itu pendidikan pancasila sangat penting di sekolah dasar. Tidak hanya itu, pentingnya
pendidikan pancasila di sekolah dasar agar siswa-siswi dapat memahami pancasila dan
mampu menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan mereka.

Dapat diketahui bersama bahwa di era disrupsi ini anak yang masih duduk dibangku
sekolah dasar sudah paham menggunakan teknologi berupa gadget. Namun tidak sedikit
dampak dari penggunakan teknologi tersebut, contohnya kemerosotannya moral dan karakter
anak akibat dari teknologi informasi tersebut.

Pendidikan karakter berbasis Pancasila harus ditanamkan sejak peserta didik duduk
dibangku sekolah dasar. Karena pada tahap awal ini peserta didik sangat mudah menerima
dan mencontoh apa yang mereka lihat dengan nyata. Untuk itu penanaman nilai-nilai
Pancasila harus diintegrasikan dalam proses pembelajaran sehingga nantinya dapat di
aplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan nyata.

Salah satu mata pelajaran yang dapat menanamkan nilai-nilai Pancasila yaitu PKn.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwasanya
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Tidak hanya PKn, mata pelajaran lainnya
juga harus memperhatikan nilai-nilai karakter di dalamnya.

Perkembangan kurikulum K-13 (Kurikulum 2013) dimana pada kurikulum tersebut


tidak hanya berfokus pada pengetahuan semata, melainkan sikap dan juga keterampilan.
Ketiga penilaian ini digunakan untuk semua mata pelajaran. Untuk itu, kerja sama antara
guru dan peserta didik sangat diharuskan demi meningkatnya karakter.

Menurut Setiawan, (2017:92) karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah jawaban dari akibat yang
dibuatnya, (Suyatno : 2009).

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek


pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona
dalam Setiawan (2017:92) tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif. Hal
ini sejalan dengan penilaian pada kurikulum 2013, dimana aspek yang dinilai yaitu
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sebagaimana dalam Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka “pendidikan budaya dan karakter bangsa
diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah
dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah dan
masyarakat.

Menyikapi dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan pancasila sebagai
pendidikan karakter anak menjadi yang lebih baik tentunya harus dicampur tangani oleh
seorang guru yang dapat mengemas materi pembelajaran dengan baik dan mampu
menciptakan suasana yang asik agar siswa tidak merasa jenuh dan mampu menyerap dan
menerapkan nilai-nilai pancasila dalam dirinya, sehingga dengan begitu maka akan
terbentuklah karakter baik anak yang didasari dari pancasila.
PEMBAHASAN

Penguatan nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar termasuk dalam jalur pendidikan


pembelajaran karena kegiatan yang dilakukan di sekolah dasar tidak terlepas dari kegiatan
pembelajaran yang menyangkut tiga aspek, yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam
pendidikan tidak selalu meluaskan sebuah pengetahuan, tetapi juga sikapnya yang baik,
kecerdasannya untuk mengekspresikan pikirannya, untuk mendengarkan dengan cermat,
untuk membuat gerakan balik yang tepat, dengan martabat dan sesuai dengan kondisi untuk
berperilaku.

Upaya dalam menguatkan nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar dapat dilihat dari
kegiatan yang dilakukan di sekolah itu sendiri. Partisipasi sebagai warga sekolah dasar sangat
berguna bagi keberhasilan program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mewujudkan
kuatnya nilai Pncasila dalam kehidupan siswa. Upaya penguatan nilai-nilai Pancasila melalui
partisipasi warga sekolah sangat berkaitan dengan perubahan sosial di lingkungan sekolah
karena proses di dalamnya berkaitan dengan munculnya permasalahan sosial yang
mengakibatkan melemahnya nilai-nilai Pancasila. Sekolah berupaya menguatkan nilai-nilai
Pancasila dengan mengubah siswanya baik menjadi lebih baik dari sebelumnya berdasarkan
Pancasila.

Kegiatan di sekolah dasar yang dapat mendukung untuk menguatkan nilai-nilai


Pancasila seperti penerapan pada contoh sila pertama yaitu: Salah satu kegiatan dari umat
Islam adalah salat jamaah. Kegiatan ini dilakukan saat istirahat kedua tepat dengan waktu
salat zuhur. Pada kegiatan ini, guru laki-laki berperan sebagai imam, karena belum
memungkinkan jika imam dari siswa itu sendiri. Mulai dari kegiatan wudhu, guru mengawasi
setiap siswanya dan memberi sedikit penjelasan mengenai kewajiban sebagai umat muslim.
Selanjutnya kegiatan di sekolah yang mendukung untuk menguatkan nilai-nilai pancasila, sila
kedua sampai kelima yaitu dengan cara guru selalu menjelaskan lima dasar pancasila ini dan
menjelaskan bagimana penerapannya dan memberikan contoh-contoh nyata pada anak, misal
dalm memilih ketua kelas harus diadakan musyawarah demi kenyamanan bersama itu sudah
termasuk dalam penerapan dalam menguatkan nilai-nilai pancasila.

Sehingga dari upaya guru dan pihak sekolah lainnya dalam menguatkan nilai-nilai
oancasila akan berdampak pada timbulnya karakter baik pada diri anak. Anak akan
mengetahui mana hak dan kewajiban mereka, anak juga akan paham bagaimana perilaku
yang baik sesuai dalam nilai pancasila.
Dari penjelasan tersebut tentunya pendidikan pancasila sangat penting pada siswa sekolah
dasar karena negara sangat membutuhkan generasi-generasi yang paham akan nilai pancasila
dan mampu menerapkannya. Maka dari itu dimulailah pendidikan pancasila pada usia
sekolah dasar .
KESIMPULAN

Era disrupsi ini harus dijadikan sebagai peluang bagi para pendidik khususnya guru
dalam meningkatkan kemajuan pendidikan. Pendidikan berbasis digital jangan dijadikan
sebagai bencana, melainkan tantangan yang harus dipecahkan dan berusaha untuk
menjadikan tantangan ini sebagai peluang dalam pendidikan yang lebih berkompeten
terutama dalam meningkatkan karakter siswa sekolah dasar yang berbasis nilai-nilai
Pancasila. Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan dengan sangat baik dan tetap
memperhatikan nilai-nilai Pancasila agar nantinya peserta didik dapat menjadi generasi
penerus bangsa yang cerdas, terampil dan berkarakter.

Membentuk karakter siswa sekolah dasar yang berbasis nilai-nilai Pancasila di era
disrupsi dapat menjadikan peserta didik menjadi generasi yang akan terus mengindahkan
nilai-nilai Pancasila untuk menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa dan tidak
tertinggal dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
REFERENSI

Al-Rahmi, W. M., & Zeki, A. M. (2017). A model of using social media for collaborative
learning to enhance learners’ performance on learning. Journal of King Saud University-
Computer and Information Sciences, 29(4), 526–535.

Asmaroini, Puji Ambiro. 2017. Menjaga Eksistensi Pancasila Dan Penerapannya Bagi
Masyarakat Di Era Globalisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1 No. 2
Januari 2017.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun


karakter bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Harun, H., & Aziz, Z. (2011). Meningkatkan Perpaduan dalam Kalangan Pelajar Melalui
Mata Pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan (PSK). In Seminar Pendidikan
Serantau 2011 (Vol.1, pp. 548–553)

https://www.kompasiana.com/dewinabila1549/5ce8d2caaa3ccd1e756b8bf6/implementasi-
etika-pancasila-dalam-menjawab-tantangan-revolusi--4-0

Ibda, Hamidulloh. 2018. Penguatan Literasi Baru Pada Guru Madrasah Ibtidaiyah Dalam
Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0. Journal Of Research And Thought Of
Islamic Education, (Online). Vol.1 No.1 2018.

Kaelan.(2003). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit PRadigma

Nabila, Dewi .(2019). Implementasi Pancasila dalam Menjawab Tantangan Revolusi 4.0.

Setiawan, Deny. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: Madenatera.

Anda mungkin juga menyukai