Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Nama : Miza

NIM : 23231064

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Seksi : 202311280311

Dosen Pengampu : Dr. Serli Marlina, M. Pd

Soal:

1. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan!

Esensi Pendidikan Pancasila


Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan
pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi
penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara, secara berguna (berkaitan
dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif
dan psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa
berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan
hubungan internasionalnya (Rukiyati, dkk, 2012).
Pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan tetapi juga transfer nilai untuk
pembentukan karakter dan kepribadian warga negara, karena memang arah dan tujuan
pendidikan nasional adalah meningkatkan iman dan takwa serta pembinaan akhlak
mulia peserta didik. Menurut Zuchdi (2012) perlunya menanamkan karakter atau
akhlak mulia dalam setiap proses pendidikan dalam membantu membumikan nilai-nilai
agama dan kebangsaan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarakan
kepada seluruh peserta didik. Sedangkan Pancasila sebagai ideologi negara telah
disepakati oleh the founding fathers sejak tahun 1945. Namun nilai-nilai Pancasila tidak
berarti telah serta merta terinternalisasi dalam diri bangsa Indonesia. Bahkan, untuk
beberapa lama, Pancasila sepertinya hanya menjadi ungkapan simbolis kenegaraan
tanpa jelas implementasinya, baik dalam kehidupan kenegaraan maupun
kemasyarakatan. Penafsiran Pancasila pun kadang menjadi bermacam-macam
tergantung golongannya bahkan tergantung pada arus politik yang berkuasa (Maftuh,
2008). Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan,
suku bangsa, dan agama. Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’ diterapkan bagi
segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan kepentingan bangsa
dan negara Indonesia ditempatkan dalam kedudukan utama di atas kepentingan yang
lainnya (Asamaroini, 2017). Esensi Pancasila terdiri atas Ketuhanan sebagai esensi sila
pertama; kemanusiaan sebagai esensi sila kedua;persatuan sebagai esensi sila ketiga;
kerakyatan sebagai esensi sila keempat; dan keadilan sebagai esensi sila kelima.
Dengan demikian secara ontologis esensi sila-sila Pancasila mendasarkan pada
landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil. Dengan
demikian salah satu upaya memperkuat karakter generasi milenial adalah melalui
Pendidikan Pancasila. Zuchdi (2012) mengajukan upaya yang bisa dilakukan untuk
pembinaan karakter peserta didik diantaranya adalah dengan memaksimalkan fungsi
mata pelajaran (mata kuliah) yang sarat dengan materi pendidikan karakter
(akhlak/nilai) seperti pendidikan Agama dan Penidikan Kewarganegaraan, sedangkan
menurut UU pendidikan Tinggi No. 12 Tahun 2012 menyebutkan bahwa mata kuliah
pembentukan kepribadian adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan Pancasila dan Bahasa Indonesia. Pendidikan Pancasila adalah pendidikan
yang dimaksudkan agar warga negara lebih mendalami ideologi Pancasila dan dapat
membentuk kepribadian yang pancasilais.
Pendidikan Pancasila memiliki visi yaitu terwujudnya kepribadian sivitas
akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila, sedangkan misi Pendidikan
Pancasila adalah:
a. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis);
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara (misi psikososial);
c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural);
d. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik
(Sumber: Tim Dikti).

Generasi milenial ini adalah generasi yang cenderung mudah terpengaruh


dengan budaya baru yang dibawa oleh media sosila. Pengaruh hedonism, pragmatisem
dan materialisme. Hal tersebut dikarenakan generasi ini dekat dan dengan mudah
beradaptasi serta menguasai teknologi. Bahkan bentuk dari teknologi ini tidak bisa
dipisahkan dengan generasi milenial. McAlister (2002) mengungkapkan bahwa siswa
milenial merasa nyaman dan percaya diri ketika datang untuk bekerja dengan komputer
dan menghargai keterlibatan multi-indera yang berasal dari bekerja di berbagai media.
Maka dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila perlu mengadopsi
pembelajaran berbasis living values education untuk mengkaitkannya dengan
penguatan dan penanaman nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Pembelajaran ini
menurut Komasalari. dkk (2017) kaya akan nilai-nilai karena merefleksikan nilai-nilai
kehidupan dan dibelajarkan secara real dalam konteks yang sebenarnya di dalam kelas,
sekolah dan lingkungan sekitar.

Urgensi Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman benar akan
Pancasila. Tidak disadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang tidak
benar, yang merupakan bentuk tersamar dari ideology yang justru bertentangan dengan
Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah
Pancasila yang dapat dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan
obyektif-ilmiah. Secara yuridis-konstitusional Pancasila adalah dasar Negara yang
merupakan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Secara obyektif-ilmiah
Pancasila adalah paham filsafat yang dapat diuraikan dan diterima secara rasional. UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan dalam
PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum
tingkat Satuan Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Pendidikan
kewarganegaraan memuat pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan
mahasiswa terhadap ideologi negara.
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, dalam SK
No.43/DIKTI/Kep/2006 memutuskan tentang rambu-rmbu Pelaksanan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, termasuk di dalamnya
Pendidikan Pancasila. Pertanyaannya: Pancasila yang mana? Pertanyaan ini masuk akal
karena Indonesia pernah memiliki tiga UUD, yaini UUD 1945, Konstitusi RIS 1949,
dan UUDS 1950 yang memuat Pancasila pada pembukaannya. Agar tidak terjadi
kesalahpahaman, dikelurkan Instruksi Presiden (Inpres) No.12 Tahun 1968. Inpres ini
menyatakan bahwa Pancasila yang resmi adalah Pancasila yang tata urutan sila-silanya
terdapat pada alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi:
e. Ketuhanan Yang Maha Esa
f. Kemanusiaan yang adil dan beradab
g. Persatuan Indonesia
h. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
i. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia dalam Era Globalisasi saat ini!
Inti dari pemahaman mendalam tentang dinamika dan tantangan pendidikan
Pancasila di Indonesia mencakup pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila sebagai
dasar negara, upaya penyebaran nilai-nilai tersebut, serta perubahan sosial dan
teknologi yang mempengaruhi pendidikan Pancasila(Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan RI, 2016).Hal ini juga mencakup kemampuan
pendidikan Pancasila untuk beradaptasi dengan keragaman budaya dan nilai-nilai
global yang ada di Indonesia(Situru, 2019).Pancasila adalah ideologi dan dasar
negara Indonesia yang terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila harus mampu menginternalisasi nilai-nilai ini kepada
seluruh warganegara Indonesia(Semadi, 2019).Pendidikan Pancasila memiliki peran
penting dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda dan warga
negara agar mereka memiliki pemahaman yang baik terhadap ideologi tersebut.
Tantangan dalam upaya penyebaran meliputi kurikulum, metode pembelajaran, dan
pemahaman oleh pendidik yang sering kali harus berurusan dengan perbedaan
pandangan dan interpretasi terhadap Pancasila(Usmi & Samsuri, 2022).Masyarakat
Indonesia terus mengalami perubahan sosial, baik dari segi budaya, ekonomi, politik,
danteknologi. Pendidikan Pancasila harus mampu mengatasi tantangan dari
perubahan ini, mengakomodasi dinamika sosial, serta menjaga relevansi nilai-nilai
Pancasila dalam konteks masyarakat yang berkembang.Teknologi informasi dan
komunikasi memberikan dampaksignifikan pada cara pendidikan Pancasila
disampaikan. Perubahan ini memungkinkan adanya akses ke berbagai informasi, tetapi
juga membawa risiko disinformasi dan radikalisme. Pendidikan Pancasila harus bisa
memanfaatkan teknologi untuk penyampaian yang efektif dan sekaligus mengajarkan
literasi digital yang bijak(Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan RI,
2016).Indonesia adalah negara dengan keberagaman budaya dan agama.
Pendidikan Pancasila harus mampu mengakomodasi nilai-nilai lokal serta
mengajarkan toleransi, menghormati perbedaan, dan memperkuat persatuan dalam
kerangka globalisasi yang menghubungkan Indonesia dengan dunia luar.Pendidikan
Pancasila harus terus beradaptasi dengan dinamika dan tantangan tersebut, tetapi tetap
memegang teguh esensi nilai-nilai Pancasila sebagai YOHANES
MIHIT360JOURNAL OF EDUCATIONAL AND CULTURAL STUDIESfondasi
bangsa. Para pendidik dan pemangku kebijakan pendidikan harus memiliki komitmen
yang kuat untuk menjaga nilai-nilai Pancasila, mengintegrasikannya dalam
kurikulum, dan mengajarkan generasi muda tentang arti pentingnya bagi
pembangunan bangsa yang adil, beradab, dan berkelanjutan(Situru, 2019).Pendidikan
Pancasila di Indonesia saat ini menghadapi beberapa tantangan yang kompleks
dan perlu mendapatkan perhatian serius. Salah satu tantangan utama adalah
menjaga relevansi Pancasila dalam menghadapi dinamika globalisasi dan perubahan
sosial yang cepat. Masyarakat Indonesia kini semakin terhubung dengan informasi
dari berbagai belahan dunia, sehingga perlu upaya ekstra agar nilai-nilai Pancasila tetap
relevan dan berdaya saing di tengah arus globalisasi.Selain itu, salah satutantangan
yang tak kalah penting adalah menjaga keberagaman dan mengatasi potensi konflik
yang muncul dari perbedaan pandangan. Pancasila sebagai dasar negara yang
mengakui BhinekaTunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) memerlukan
pendekatan yang inklusif untuk merangkul keberagaman budaya, agama, dan suku
di Indonesia. Hal ini menjadi lebih rumit dengan munculnya isu-isu identitas yang
dapat mengganggu kerukunan sosial(Pratama et al., 2023).
Kualitas pendidikan Pancasila juga dihadapkan pada tantangan dalam hal
implementasi yang efektif. Bagaimana menyampaikan nilai-nilai luhur Pancasila
kepada generasi muda dengan cara yang menginspirasi dan relevan adalah hal yang
tidak mudah. Perlu diupayakan pendekatan yang inovatif dan interaktif agar pesan-
pesan moral dan etika dalam Pancasila dapat diterima dengan baik oleh
siswa.Selanjutnya, perlu diatasi pula tantangan kurikulum. Meskipun Pancasila
secara resmi sudah menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia, dalam
praktiknya, ada perbedaan implementasi yang signifikan antara satu sekolah dengan
yang lain. Perlu ada upaya serius untuk memastikan bahwa kurikulum pendidikan
Pancasila mencakup aspek-aspek penting dan mampu membentuk karakter yang kokoh
pada setiap lulusan.Tantangan lain adalah mengatasi pengaruh teknologi digital. Siswa
saat ini memiliki akses mudah ke internet dan media sosial, yang kadang-kadang
membawa informasi yang kurang tepat dan mempengaruhi persepsi mereka
terhadap nilai-nilai sosial. Membangun pemahaman yang kritis dan sehat tentang
Pancasila dalam era digital ini perlu mendapatkan perhatian khusus.Sementara itu,
masalah integritas dan kualitas guru dalam mengajar Pancasila adalah tantangan
lain yang tidak boleh diabaikan. Guru-guru perlu memiliki pemahaman mendalam
tentang Pancasila dan keterampilan untuk mengajarkan nilainya secara efektif.
Pelatihan dan peningkatan kompetensi guru dalam hal ini sangat penting.Tantangan
yang tidak kalah penting adalah memastikan partisipasi aktif dari semua pemangku
kepentingan dalam pendidikan Pancasila.

3. Jelaskan Alasan Hilangnya Status Kewarganegaraan Seseorang Berdasarkan Undang-


Undang Terbaru!

BAB IV Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia Pasal 23 Warga


Negara Indonesia. kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan :
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonan sendiri,
yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan
Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara
asing atau bagian dari negara asing tersebut;
g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya; atau i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia
selama 5 (lima) tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan
yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi
Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan
setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan
untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia Kepada Perwakilan Republik
Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan
padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan.

4. Jelaskan Bagaimana Pengembangan Integrasi di Indonesia untuk Mempertahankan


NKRI!
Howard Wriggins menyebut ada 5 pendekatan atau cara bagaimana bangsa dapat
mengembangkan integrasinya. Kelima cara tersebut adalah sebagai berikut.

a. Adanya Ancaman dari Luar


Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakat.
Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama dan ras ketika
menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika penjajah Belanda ingin kembali ke
Indonesia, masya- rakat Indonesia bersatu padu melawannya.
Suatu bangsa yang sebelumnya berseteru dengan saudara sendiri, suatu saat
dapat berintergrasi ketika ada musuh negara yang datang atau ancaman bersama
yang berasal dari luar negeri. Adanya anggapan musuh dari luar mengancam
bangsa juga mampu mengintegrasikan masyarakat bangsa itu.

b. Gaya Politik Kepemimpinan


Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau
mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut. Pemimpin yang karismatik, dicintai
rakyatnya dan memiliki jasa-jasa besar umumnya menyatukan bangsanya yang
sebelumnya tercerai berai. Misal Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Gaya politik
kepe- mimpinan bisa dipakai untuk mengembangkan integrasi bangsanya.
c. Kekuatan Lembaga-Lembaga Politik
Lembaga politik misal birokrasi juga dapat menjadi sarana mempersatukan
masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan sistem
pelayanan yang sama, baik dan diterima oleh masyarakat yang beragam. Pada
akhirnya masyarakat bersatu dalam satu sistem pelayanan.

d. Ideologi Nasional
Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan disepakati.
Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan bagaimana cara menuju visi
atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu
ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Pancasila
sebagai ideologi diterima oleh masyarakat Indonesia sehingga mampu
mengintegrasikan. Pancasila dapat menjadi sarana integrasi bangsa. Pancasila
adalah ligatur atau pemersatu bangsa (LPPKB, 2005)

e. Kesempatan Pembangunan Ekonomi


Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan, maka
masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu kesatuan. Namun jika
ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka muncul kesenjangan atau
ketimpangan. Orang-orang yang dirugikan dan miskin sulit untuk mau bersatu atau
merasa satu bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang mendapatkan
kekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka sebuah
masyarakat ingin memisahkan diri bangsa yang bersangkutan.

5. Jelaskan Dasar Pentingnya Konstitusi dalam kehidupan Berbangsa-Bernegara


Indonesia dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Bernegara!
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara
dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Selain itu,
konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers, serta
memberikan arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu
negara yang mereka pimpin.
Konstitusi dan konstitusionalisme di zaman sekarang merupakan kenis- cayaan
bagi setiap negara modern. Basis pokoknya adalah kesepakatan umum atau konsensus
diantara mayoritas rakyat mengenai pranata yang ideal berkenaan dengan negara. Jadi
kata kuncinya adalah konsensus atau kesepakatan dasar bangsa yang bersangkutan. Jika
kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang
bersangkutan, dan pada gilirannya akan terjadi suatu perang sipil (civil war), atau dapat
juga suatu revolusi.
Apa sajakah kesepakatan dasar tersebut? Jimly Asshiddiqie (2010) dengan
mengutip pendapat William Anderws, mengemukakan bahwa konsensus yang
menjamin tegaknya konstitusionalisme negara modern pada umumnya ber- sandar pada
3 (tiga) elemen kesepakatan (consensus), yaitu sebagai berikut.
a. Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama (the general goal of
societyor general acceptance of the same philosophy of government).
b. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan negara (the basis of government).
c. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
(the form of institutions and procedures).

Kesepakatan pertama, berkenaan dengan cita-cita bersama dan sangat


menentukan tegaknya konstitusi di suatu negara. Cita-cita bersama itulah yang pada
puncak abstraksi yang memungkinkan untuk mencerminkan kesamaan- kesamaan
kepentingan di antara sesama warga masyarakat, yang dalam kenya- taannya harus
hidup ditengah-tengah pluralisme atau kemajemukan. Oleh karena itu, dalam
kesepakatan untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara,
diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita- cita bersama yang biasa juga
disebut sebagai filsafat kenegaraan atau staatsidee (cita negara). Kesepakatan pertama
ini berfungsi sebagai filosofischegrondslag dan common platforms atau kalimatun sawa
di antara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.
Kesepakatan kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan dida- sarkan
atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga bersifat dasariah, karena
menyangkut dasar-dasar dalam kehidupan penyelenggaraan negara. Hal ini akan
memberikan landasan bahwa dalam segala hal yang dilakukan dalam penyelenggaraan
negara, haruslah didasarkan pada prinsip rule of the game, yang ditentukan secara
bersama. Istilah yang biasa digunakan untuk prinsip ini adalah the rule of law. Dalam
hubungan ini, hukum dipandang sebagai suatu kesatuan yang sistematis, yang di
puncaknya terdapat hukum dasar, baik dalam arti naskah tertulis atau Undang-Undang
Dasar, maupun tidak tertulis atau konvensi.
Kesepakatan ketiga, berkenaan dengan (1) bangunan organ negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaannya, (2) hubungan-hubungan antar organ
negara itu satu sama lain, serta (3) hubungan antara organ-organ negara itu dengan
warga negara. Dengan adanya kesepakatan itulah maka isi konstitusi dapat dengan
mudah dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keinginan bersama berkenaan
dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak
dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitutional state).
Kesepakatan-kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang
diharapkan dijadikan pegangan bersama.
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu negara. Hal-hal
mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-norma dasar yang dipakai sebagai
pedoman pokok bernegara. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda
baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai
kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai (a) hukum dasar, dan (b) hukum tertinggi.
a. Konstitusi sebagai Hukum Dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena ia berisi aturan dan
ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara, secara
khusus konstitusi memuat aturan tentang badan-badan pemerintahan (lembaga-
lembaga negara), dan sekaligus memberikan kewenangan kepadanya. Misalnya
saja di dalam konstitusi biasanya akan ditentukan adanya badan legislatif, cakupan
kekuasaan badan legislatif itu dan prosedur penggunaan kekuasaannya, demikian
pula dengan lembaga eksekutif dam yudikatif.
Jadi konstitusi menjadi (a) dasar adanya dan (b) sumber kekuasaan bagi
setiap lembaga negara. Oleh karena konstitusi juga mengatur kekuasaan badan
legislatif (pembuat undang-undang), maka UUD juga merupakan (c) dasar adanya
dan sumber bagi isi aturan hukum yang ada di bawahnya.

b. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi


Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi
dalam tata hukum negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan
yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih
tinggi (superior) terhadap aturan-aturan lainnya. Oleh karena itulah aturan- aturan
lain yang dibuat oleh pembentuk undang-undang harus sesuai atau tidak
bertentangan dengan undang-undang dasar.

Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara:


a. Perubahan konstitusi: Konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa
perubahan sejak pertama kali disahkan pada tahun 1945. Perubahan ini
terjadi sebagai respons atas dinamika dan tuntutan masyarakat yang terus
berubah. Namun, perubahan konstitusi juga menimbulkan beberapa
tantangan, seperti perdebatan tentang substansi perubahan dan bagaimana
perubahan tersebut dapat dilakukan secara konstitusional.
b. Konflik antara kebijakan pemerintah dan hak asasi manusia: Salah satu
tantangan yang sering muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia adalah konflik antara kebijakan pemerintah dan hak asasi manusia.
Dalam beberapa kasus, kebijakan pemerintah dapat melanggar hak asasi
manusia yang dijamin oleh konstitusi. Dalam hal ini, konstitusi dapat
menjadi alat untuk melindungi hak asasi manusia dan memastikan bahwa
kebijakan pemerintah berada dalam batas- batas konstitusional.
c. Kesenjangan sosial dan ekonomi: Kesenjangan sosial dan ekonomi yang
terus meningkat juga menjadi tantangan bagi konstitusi di Indonesia.
Konstitusi Indonesia menjamin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
namun implementasinya masih banyak yang tertinggal. Oleh karena itu,
tantangan bagi konstitusi adalah bagaimana menerapkan prinsip- prinsip
keadilan sosial dalam praktiknya.
d. Korupsi: Korupsi menjadi tantangan besar bagi konstitusi di Indonesia.
Korupsi merusak tata kelola pemerintahan yang baik dan merugikan
masyarakat. Konstitusi Indonesia menjamin pemberantasan korupsi, namun
implementasinya masih perlu diperkuat. Oleh karena itu, tantangan bagi
konstitusi adalah bagaimana memastikan bahwa lembaga-lembaga yang
bertanggung jawab dalam pemberantasan korupsi dapat
berfungsi secara efektif.
e. Multikulturalisme: Indonesia adalah negara yang sangat beragam budaya dan
agama. Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama dan menghargai
keragaman budaya. Namun, tantangan bagi konstitusi adalah bagaimana
mengelola perbedaan dan keragaman ini secara harmonis dan adil, sehingga
tidak menimbulkan konflik dan diskriminasi.Ancaman terhadap privasi dan
keamanan data pribadi, penyebaran berita palsu atau hoaks, dan kejahatan
siber. Oleh karena itu, diperlukan juga upaya untuk memperkuat
perlindungan hak-hak digital dan meningkatkan kesiapan dalam
menghadapi ancaman siber.
DAFTAR PUSAKA

Hanum, F. F. (2019, October). Pendidikan Pancasila bagi generasi milenial. In PROSIDING


SEMINAR NASIONAL “REAKTUALISASI KONSEP KEWARGANEGARAAN
INDONESIA” (Vol. 1, pp. 72-81). FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN.

Indonesia, R. (2002). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2002. Tentang


Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknolo. Lembaran Negara RI Tahun.
JUNIAR, FIRA. "ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK MASA
DEPAN."
Mihit, Y. (2023). Dinamika dan Tantangan dalam Pendidikan Pancasila di Era Globalisasi:
Tinjauan Literatur. Educationist: Journal of Educational and Cultural Studies, 2(1),
357-366.
Ragil, Muhammad. 6 Mei 2023. Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan
Berbangsa di Indonesia. Oleh Compasiana.Com.
https://www.kompasiana.com/muhamadragil4907/64559d8ea7e0fa063117f474/dinam
ika-dan-tantangan-konstitusi-dalam-kehidupan-berbagsa-dan-bernegara-di-indonesia
di akses pada 28 Oktober 2023.

Winarwo, 2019. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Surakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai