Fathul Huda
Sekolah Dasar Negeri Dengkol 03 Singosari, Malang
inifatkhulhuda@gmail.com
ABSTRACT
Citizenship Education is a subject that focuses on the formation of citizens who
understand and are able to fulfill their rights and obligations to become intelligent, skillful,
and well behaviour mandated by Pancasila and the 1945 Constitution. Civics aims to
provide knowledge about matters relating to citizenship. Actualization of Pancasila should
start echoed from various educational environments. It is primarily basic education, so the
values of Pancasila can be internalized in everyday life. The results of this study indicated
that the average grade value at the time of the initial test was 64. In the second meeting of
cycle 1, students who reached KKM were 12 students and 11 students did not reach KKM,
on the other words, 52% reached KKM and the remaining 48% did not reach KKM. The
average grade achieved by grade VI SDN Dengkol 03 was 71. The second cycle showed an
increase compared to previous meetings. The increase was the mastery of class VI on the
process of formulating Pancasila as the basis of the State and the value of togetherness in
the process of formulating Pancasila as the basis of the State. Students reaching KKM were
20 students or 87% and students that were not reaching KKM were 3 students or 13%, with
an average value of 75.
ABSTRAK
45
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 Tahun dan menengah tahun 2006 adalah untuk
2003 tentang Sisdiknas pada pasal 3 peningkatan kesadaran dan wawasan
menyatakan bahwa Pendidikan nasional peserta didik akan status, hak, dan
berfungsi mengembangkan kemampuan kewajibannya dalam kehidupan
dan membent uk watak serta peradaban bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
bangsa yang bermartabat dalam rangka serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
mencerdaskan kehidupan bangsa , manusia. Kesadaran dan wawasan
bertujuan untuk berkembangnya potensi termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan
peserta didik agar menjadi manusia yang patriotisme bela negara, penghargaan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan terhadap hak-hak asasi manusia,
Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, kemajemukan bangsa, pelestarian
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan lingkungan hidup, kesetaraan gender,
menjadi warga negara yang demokratis demokrasi, tanggung jawab sosial,
serta bertanggung jawab. ketaatan pada hukum, ketaatan membayar
Undang-undang No. 17 Tahun pajak, dan sikap serta perilaku anti
2007 tentang Rencana Pembangunan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 Dalam lampiran Permendiknas No
menetapkan bahwa visi pembangunan 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa “
nasional adalah untuk mewujudkan mata pelajaran Pendidikan
Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil Dan Kewarganegaraan merupakan mata
Makmur. Visi tersebut diwujudkan Pelajaran yang memfokuskan pada
melalui 8 (delapan) misi yang pada urutan pembentukkan warga negara yang
pertamanya adalah Mewujudkan memahami dan mampu melakssanakan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
beretika, berbudaya, dan beradab warga negara Indonesia yang cerdas,
berdasarkan falsafah Pancasila. Dalam terampil, dan berkarekter yang
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di 1945” Sedangkan tujuannya digariskan
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan dengan tegas adalah agar peserta didik
wajib memuat terdiri dari Pendidikan memiliki kemampuan sebagai berikut:
Bahasa, Pendidikan Agama, dan 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan
Pendidikan Kewarganegaraan. kreatif dalam menaggapi isu
Pendidikan merupakan kegiatan kewarganegaraan.
yang universal dalam kehidupan manusia, 2. Berpartisipasi secara aktif dan
dengan pendidikan manusia berusaha bertanggung jawab, dan bertindak
mengembangkan potensi yang secara cerdas dalam kegiatan
dimilikinya, mengubah tingkah laku ke bermasyarakat, berbangsa, dan
arah yang lebih baik. Maju mundurnya bernegara serta anti korupsi.
suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju 3. Berkembang secara fositif dan
mundurnya suatu pendidikan di Negara demokratis untuk membentuk diri
tersebut. Kualitas pendidikan yang tinggi berdasarkan karekter-karekter
diperlukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat Indonesia agar dpa hidup
yang cerdas, damai, terbuka, demokratis bersama dengan bangsa-bangsa lain.
dan mampu bersaing (Winaputra, 2010). 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
Cakupan mata pelajaran PKn atau dalam peraturan dunia seccara
kewarganegaraan dan kepribadian langsung atau idak langsung dengan
menurut Permendiknas No. 22 tentang memanfaatkan teknologi informasi dan
standar isi untuk satuan pendidikan dasar komunikasi.
46
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
47
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
Pancasila sebagai dasar Negara Republik dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
Indonesia (RI). Hal itu disebabkan belum berbeda, serta (4) Penghargaan lebih
adanya metode pembelajaran yang berorientasi kelompok ketimbang
membuat siswa menemukan konsep individu.
dengan belajar sendiri. Siswa cenderung Metode Talking Stick adalah
hanya mendengar penjelasan guru saja proses pembelajaran dengan bantuan
dalam pelajaran apalagi dengan metode tongkat yang berfungsi sebagai alat untuk
ceramah seperti biasanya. menentukan siswa yang akan menjawab
Ketidakberhasilan pembelajaran pertanyaan. Pembelajaran dengan metode
dapat dilihat melalui indicator evaluasi Talking Stick bertujuan untuk mendorong
yang dilakukan guru. Salah satunya adalah siswa agar berani mengemukakan
melalui ulangan harian peserta didik pendapat. Metode pembelajaran Talking
banyak yang belum mencapai KKM Stick dalam proses belajar mengajar di
pelajaran PKn. Maka untuk mengatasi kelas berorientasi pada terciptanya kondisi
masalah tersebut diperlukan suatu metode belajar melalui permainan tongkat yang
yang dapat membuat siswa aktif, dapat diberikan dari satu siswa kepada siswa
menemukan konsep sendiri dan yang lainnya. Tongkat digulirkan dengan
meningkatkan hasil belajar siswa dan diiringi musik. Pada saat musik berhenti
yang terpenting adalah menimbulkan maka siswa yang sedang memegang
semangat siswa dalam pembelajaran PKn. tongkat itulah yang memperoleh
Model pembelajaran talking stick kesempatan untuk menjawab pertanyaan
merupakan salah satu dari model tersebut.
pembelajaran kooperatif, guru Metode pembelajaran Talking
memberikan siswa kesempatan untuk Stick dilakukan hingga sebagian besar
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan siswa berkesempatan mendapat giliran
orang lain dengan cara menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
mengoptimalisasikan partisipasi siswa Penggunaan metode ini menuntut siswa
(Lie, 2002:56). Kemudian menurut untuk berpartisipasi aktif selama
Widodo (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran, siswa harus selalu siap
talking stick merupakan suatu model menjawab pertanyaan dari guru ketika
pembelajaran yang menggunakan sebuah stick yang digulirkan jatuh kepadanya
tongkat sebagai alat penunjuk giliran. (Rahayu, 2013). Metode Talking Stick
Siswa yang mendapat tongkat akan diberi sebaiknya menggunakan iringan musik
pertanyaan dan harus menjawabnya. ketika stick bergulir dari satu siswa ke
Kemudian secara estafet tongkat tersebut siswa lainnya dalam menentukan siswa
berpindah ke tangan siswa lainnya secara yang menjawab pertanyaan didalam
bergiliran. Demikian seterusnya sampai tongkat bertujuan siswa menjadi lebih
seluruh siswa mendapat tongkat dan semangat, termotivasi serta proses belajar
pertanyaan. mengajar menjadi lebih menyenangkan
Menurut Sugihharto (2009) (Suprijono, 2009).
mengemukakan bahwa model Penelitian tindakan kelas yang
pembelajaran talking stick termasuk dalam diajukan ini mempunyai judul “Penerapan
pembelajaran kooperatif karena memiliki Model Pembelajaran Talking Stick Dalam
ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pokok
kooperatif yaitu: (1) Siswa bekerja dalam Bahasan Pancasila Sebagai Dasar Negara
kelompok secara kooperatif untuk Republik Indonesia Kelas VI SDN
menuntaskan materi belajarnya, (2) Dengkol 03.
Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah, (3) Anggota kelompok berasal
48
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
49
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
kelompok yang lebih banyak dari siklus I pada saat tes awal adalah 64, atau dapat
sehingga anggota kelompok lebih sedikit, dikatakan secara rata-rata kelas belum
memantau perkembangan membuat mencapai KKM yang berjumlah 75. Dari
talking stick dalam pembelajaran. hasil di atas menunjukkan bahwa siswa
Tahap observasi dilakukan dengan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan
mengamati proses pembelajaran (kegiatan Minimum (KKM).
siswa dan guru). Observasi diarahkan
pada poin-poin pedoman observasi yang
Frekuensi
telah disiapkan oleh peneliti. Dilanjutkan HASIL TESPersentase
AWAL (%)
Persentas
dalam tahap refleksi, peneliti melakukan Persentas e (%),
Persentas e (%), Jumlah,
penilaian dan pengkajian terhadap hasil e (%), 56%-75%,Persentas 100
Frekuensi Frekuensi
evaluasi data kaitannya dengan indikator Frekuensi e (%),
76%- , 56%-65 Frekuensi Frekuensi
Persentas
, Jumlah,
, 76%- 40%-55%,
, 40%- , 0%-39%,
e (%), 0%- 23
kinerja Siklus II. Penilaian formatif 100%,, 30
100%,, 7 75%, 15 55%, 15 039%, 0
dilakukan untuk menilai hasil atau
dampak metode talking stick yang akan
telah dilaksanakan pada siklus II.
Indikator keberhasilan pada hasil
Grafik 1 Hasil Tes Awal
belajar ini adalah 80% siswa mencapai
nilai di atas KKM. Nilai KKM pada
Hasil belajar pada tes pertemuan
pelajaran PKn di SDN Dengkol 03 sebesar
kedua siklus I menunjukkan peningkatan.
75.
Hal ini dapat dilihat pada tes awal tidak
ada siswa yang mencapai kategori nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
sangat tinggi, tetapi pada pertemuan kedua
Berdasarkan data yang
siklus I sudah ada 7 siswa dengan
dikumpulkan melalui hasil tes awal, dapat
persentase mencapai 30 persen telah
diketahui bahwa tingkat pemahaman
mencapai kategori ini. Kemudian pada
siswa dalam menyelesaikan soal tes pada
capaian kategori tinggi pada pertemuan
mata pelajaran PKn dengan materi proses
awal sebagian besar siswa atau 87 persen
awal perumusan Pancasila menunjukkan
memang mencapai kategori tinggi tetapi
hasil yang kurang menggembirakan.
dengan siswa yang tidak mencapai KKM
Tabel 1. Persentase Nilai Hasil Belajar yang cukup banyak.
Tes Awal Pada pertemuan kedua siswa yang
Tabel Frekuensi Persentase Kategori mencapai kategori ini ini terdiri atas 15
Penguasaan (%) siswa dengan rincian yang mencapai
76%-100%, 0 0 Sangat KKM sebanyak 5 siswa dan yang belum
Tinggi
56%-75% 20 87 Tinggi
mencapai KKM sebanyak 10 siswa.
40%-55% 3 13 Sedang Secara garis besar siswa yang telah
0%-39% 0 0 Rendah mencapai KKM sebanyak 12 siswa dan 11
Jumlah 23 100 siswa yang belum mencapai KKM, atau
dengan persentase 52 persen telah
mencapai KKM dan 48 persen sisanya
Berdasarkan tabel dan grafik diatas
masih belum mencapai KKM sebesar 75.
menunjukkan bahwa hasil belajar pada tes
Rata-rata nilai yang telah dicapai kelas VI
awal menunjukkan persentase 87 persen
SDN Dengkol 03 adalah 71.
masuk kategori tinggi, tetapi dari 87
Selengkapnya dapat dilihat dari tabel 2.
persen tersebut atau 20 siswa pada kelas 6
SDN Dengkol 03 tersebut yang mencapai
KKM PKn hanya berjumlah 4 siswa
dengan nilai berturut-turut adalah 75, 75,
78 dan 79. Nilai rata-rata kelas tersebut
50
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
Tabel 2. Persentase Nilai Hasil Belajar Tes kebersamaan dalam proses perumusan
Siklus 1 Pancasila sebagai dasar Negara, siswa
Tabel Frekuensi Persentase Kategori
Penguasaan (%)
yang mencapai KKM sebanyak 20 siswa
76%-100%, 7 30 Sangat atau 87 persen dan siswa yang belum
Tinggi mencapai KKM sebanyak 3 siswa atau 13
56%-75% 15 65 Tinggi persen, dengan nilai rata-rata adalah 75.
40%-55% 1 5 Sedang Perolehan hasil belajar pada siklus
0%-39% 0 0 Rendah 2 mengalami peningkatan yang sangat
Jumlah 23 100
signifikan dikarenakan siswa lebih
bersemangat dalam belajar kelompok,
lebih aktif menjawab pertanyaan dan
Persenta
Persenta Persentase (%)
Frekuensi berkonsentrasi pada penjelasan yang telah
HASIL TES SIKLUS 1
se (%),
se (%),
Jumlah, diberikan oleh guru didalam kelas
PERTEMUAN
56%-75%,
65
KEDUA 100 sehingga siswa memahami materi pelaku-
Persenta pelaku ekonomi dengan menggunakan
se (%), model pembelajaran kooperatif tipe
76%- Frekuensi
100%,,Frekuensi
30 Persenta , Jumlah, talking stick pada proses pembelajaran.
Frekuensi , 56%- Persenta Penggunaan metode belajar akan efektif
se (%), 23
, 76%- 75%, 15 Frekuensi Frekuensi
40%-55%,
se (%),
, 40%- , 0%-39%,
0%-39%, apabila disesuaikan dengan materi yang
100%,, 7 5
55%, 1 0 0 akan disampaikan. Dalam penelitian
Nurhidayati (2017), penggunaan metode
Grafik 2 Hasil Tes Siklus 1 Pertemuan Kedua Card Sort untuk bahasan Sikap
Kepahlawanan dan Patriotisme dapat
Siklus pertama dengan gambaran meningkatkan penguasaan materi siswa.
hasil yang diperoleh siswa dalam Dalam penelitian ini, talking stick dipilih
pelajaran PKn materi proses perumusan karena dapat disesuaikan dengan materi
Pancasila sebagai dasar Negara dan nilai yang akan diberikan ke siswa.
kebersamaan dalam proses perumusan Dari data-data di atas dan
Pancasila sebagai dasar Negara, akan berdasarkan hasil diskusi dengan teman
dilanjutkan menuju siklus kedua, dan sejawat, maka kegiatan penelitian dengan
diharapkan pada siklus kedua akan menggunakan model pembelajaran
tercapai tujuan sebagaian besar peserta kooperatif tipe talking stick pada mata
didik atau 80 persen peserta didik atau pelajaran PKn dengan materi proses
siswa mencapai KKM yaitu minimal 75. perumusan Pancasila sebagai dasar negara
Berdasarkan tabel 3 dan grafik 3 dan nilai kebersamaan dalam proses
menunjukkan bahwa hasil belajar pada tes perumusan Pancasila sebagai dasar negara
pertemuan pertama pada siklus kedua dinyatakan berhasil pada siklus.
menunjukkan peningkatan yang Berdasarkan hasil penelitian yang
signifikan. Hal ini dapat dilihat pada hasil dilakukan setelah menerapkan model
tes yang menunjukkan bahwa sebanyak 10 pembelajaran kooperatif tipe talking stick
siswa mencapai kategori nilai sangat menunjukkan bahwa pembelajaran
tinggi, kemudian 12 siswa mencapai nilai kooperatif tipe talking stick menciptakan
kategori tinggi dengan rincian 10 siswa suasana belajar yang efektif dan
mencapai KKM dan 2 siswa belum menyenangkan bagi siswa, walaupun
mencapai KKM, dan 1 siswa masih terdapat kendala-kendala pada pertemuan
mendapat nilai kategori sedang yaitu nilai pertama dimana dalam melakukan
siswa tersebut adalah 55. Tetapi secara kegiatan tanya jawab ada beberapa siswa
keseluruhan ketuntasan kelas VI pada masih kaku, takut dan kelihatan gugup
meteri proses perumusan Pancasila karena mereka belum terbiasa dan baru
sebagai dasar Negara dan nilai pertama kali diperkenalkan dengan model
51
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
pembelajaran kooperatif tipe talking stick, Oleh sebab itu dengan penerapan metode
namun pada pertemuan berikutnya hal pembelajaran talking stick dapat
tersebut dapat diatasi. Siswa mulai dikembangkan untuk meningkatkan
terbiasa dan sangat bersemangat dalam proses pembelajaran di kelas dan hasil
pembelajaran. Hasil belajar siswa belajar siswa.
mengalami peningkatan (Tabel 3).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta,
Tabel 3 Persentase Nilai Hasil Belajar Tes Agus Suprijono. 2009 Cooperative
Siklus 2 Learning Teori dan Aplikasi
Tabel Frekuensi Persentase Kategori PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka
Penguasaan (%) Pelajar.
76%-100%, 10 43 Sangat Anita Lie. 2002. Cooperative Learning
Tinggi
56%-75% 12 52 Tinggi Mempraktikkan Cooperative
40%-55% 1 5 Sedang Learning di Ruang-Ruang Kelas).
0%-39% 0 0 Rendah Jakarta: PT. Grasindo Widia Sarana
Jumlah 23 100 Indonesia
Arifin. 2010. Penelitian Pendidikan :
Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Lilin Persada Press.
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami
Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bobbi De Porter. 2000. Quantum
Teaching/Learning. Bandung :
Kaifa.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Jarolimek, John. 1993. Social studies in
Grafik 3 Hasil Tes Siklus 2 Pertemuan Pertama Elementary Education (9th.Ed). New
York: Macmilan Publishing.co.Ltd)
PENUTUP Kokom Komalasari. 2011. Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
pembahasan yang telah dipaparkan oleh Bandung : PT Refika Aditama
peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa: Kunandar. 2012. Langkah Mudah
1. Metode pembelajaran talking stick Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
dapat meningkatkan hasil belajar Pengembangan Profesi Guru.
siswa. Jakarta : Rajawali Pers.
2. Dengan metode pembelajaran talking Muhammad Asrori, 2012. Penelitian
stick membuat siswa menjadi lebih Tindakan Kelas. Bandung: CV
paham dalam menjawab soal yang Wacana Prima
diberikan pada materi PKn. Nurhidayati. 2017. Penerapan metode
pembelajaran card sort dalam
52
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
53
Jurnal PTK dan Pendidikan
Vol. 3 No. 2. Juli - Desember 2017 (45-54)
54