Pkn di PT merupakan salah satu bentuk pendidikan untuk: a. mengembangkan kultur demokratis yang mencakup kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk menahan diri di kalangan mahasiswa. b. Berdasarkan UU no 20/2003, tentang sistem pendidikan nasional, serta SK dirjen DIKTI nomor 43/DIKTI/Kep/2006, mata kuliah pengembangan kepribadian yg terdiri atas: pendidikan agama, Pkn, dan bahasa Indonesia. c. Cakupan materi Mk PKn: identitas nasional, hak dan kewajiban, negara, konstitusi, demokrasi dan pendidikan demokrasi, HAM dan rule of law, Geopolitik Indonesia dan Geostrategi Indonesia. d. Dalam UU no.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat (3) Juga mewajibkan mata kuliah Kewarganegaraan disampaikan di PT. e. Dalam penjelasan pasal 35 ayat (3), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ”mk kewarganegaraan” adalah pendidikan mencakup Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Nu,man Somantri dalam dikti (2014:7), PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan (sekolah, masyarakat, dan orang tua), yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa/Mhs untuk berfikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata kuliah wajib nasional yang harus diambil oleh seluruh mahasiswa pada jenjang pendidikan diploma maupun sarjana. Namun demikian, pendidikan kewarganegaraan harus disampaikan dengan metode dan pendekatan yang bukan indoktrinasi melainkan dengan metode yang memungkinkan daya kritis mahasiswa terhadap berbagai persoalan bangsa. Pendidikan kewarganegaraan diberikan agar mahasiswa memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban, berdaya saing, disiplin dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi, PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 Dalam hal ini, PKn berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelegence), menumbuhkan partisipasi warga negara (civic participation) dan mengembangkan tanggungjawab warganegara untuk bela negara (civic responsibility). Warganegara yang cerdas diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi negara dan bangsanya. Melalui partisipasi warganegara akan membawa kemajuan negara,karena tidak ada satu negara pun di dunia maju tanpa partisipasi aktif dari warga negaranya. Begitu pula dengan tanggungjawab warganegara atas persoalan yang dihadapi negara dan bangsanya akan berkontribusi untuk kemajuan negara dan bangsanya 2. Latar belakang Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan sejak dini. Karena salah satu tujuannya untuk membentuk karakter dan kepribadian masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
Pendidikan kewarganegaraan atau civic education sudah diajarkan
sejak era Presiden Soekarno, tepatnya sekitar tahun 1901 hingga 1970.
Menurut Edi Rohani dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Perspektif Santri) (2019), nama atau istilah untuk pendidikan kewarganegaraan beberapa kali mengalami perubahan
Pada 1968, Pendidikan Kewarganegaraan diubah menjadi Pendidikan
Kewargaan Negara. Namanya diubah lagi pada 1975 menjadi Pendidikan Moral Pancasila atau PMP. 1. Secara etomologis (asal usul kata) Latar belakang etimologis dari pendidikan kewarganegaraan berasal dari pemaknaan kedua kata tersebut, yakni kata “pendidikan” serta kata 'kewarganegaraan'. Pendidikan-> merupakan usaha yang dilakukan secara sadar maupun terencana dalam proses pembelajaran agar bisa mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Sedangkan kewarganegaraan-> merupakan segala sesuatu hal yang memiliki keterkaitan dengan warga negara, hukum serta politik. 2. Secara yuridis Pendidikan kewarganegaraan tercantum dalam batang tubuh UUD 1945 serta rumusan Pancasila. pendidikan kewarganegaraan juga tercantum dalam peraturan yang dibuat pemerintah dan MPR. Contohnya: Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Seluruh hal ini saling berhubungan dan memiliki kekuatan yang mengikat satu sama lain. Pendidikan kewarganegaraan secara yuridis memiliki agar masyarakat memiliki rasa cinta tanah air serta kebangsaan 3. Secara terminologis (peristilahan)
Latar belakang terminologis dari pendidikan
kewarganegaraan ialah pendidikan yang berlandaskan demokrasi politik yang kemudian diperluas dengan sumber pengetahuan lainnya
Tujuannya agar melatih kemampuan berpikir
yang kritis, analitis serta bertindak secara demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban, memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa: 1. mampu berfikir rasional,
2. bersikap dewasa dan dinamis,
3. berpandangan luas dan
4. bersikap demokratis yang berkeadaban
Harapannya : 1. mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar sepanjang hayat (long live learning), 2. menjadi ilmuwan profesional yang berkepribadian
3. menjunjung nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. untuk membekali dan memantapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar hubungan warga negara Indonesia yang Pancasilais dengan negara dan sesama warga negara Menurut UU Nomor:20/2003 tentang sistem pendidikan nasional jo. Pasal 35 UU Nomor12/2012 tentang pendidikan tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar peserta didik memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Abdul Azis Wahab dan Sapriya (2012:311) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah: untuk membentuk warga negara yang baik.
Menurut SK Dirjen Dikti Nomor 43/2006, Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan agar peserta didik menjadi: a. ilmuwan dan profesional yang memiliki:
b. rasa kebangsaan dan cinta tanah air
c. demokratis yang berkeadaban
d. menjadi warganegara yang memiliki daya saing;
e. berdisiplin;
f. berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila. Menurut Martini, dkk (2013:3) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yaitu: 1. membantu mahasiswa mengembangkan potensinya untuk menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kewarganegaraan dan nilai-nilai yang diperlukan dalam rangka penerapan ilmu, profesi dan keahliannya serta berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat bangsa dan dunia. 2. membantu mahasiswa menjadi warganegara yang cerdas, demokratik berkeadaban, bertanggungjwab, dan menggalang kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi. Selaras dengan tujuan pendidikan tinggi adalah:
a) berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsanya. b) dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan / atau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa c) dihasilkannya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. d) terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. (UU Nomor12 Tahun 2012) C. Kompetensi, Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan a. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Sumarsono, dkk (2002) kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan adalah:
1. Partisipasi aktif dengan tindakan yang cerdas 2. penuh rasa tanggungjawab 3. dapat memecahkan masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional. 4. SK Dirjen Dikri Nomor 43 Tahun 2006 Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan adalah: a. menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air b. demokratis yang berkeadaban c. menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin dan berpa membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilaiPancasila. D. Visi Pendidikan Kewarganegaraan visi matakuliah pengembangan kepribadian merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Martini, dkk (2013:2) visi matakuliah pendidikan kewarganegaraan adalah: 1) mampu untuk membawa mahasiswa melihat inti dari suatu persoalan secara lebih mendalam dengan melalui khayalan, penglihatan maupun pengamatan. 2) Dengan melakukan hal itu secara baik, akan menjadikan kepribadian mahasiswa lebih baik. 3) Pendidikan kewarganegaraan diharapkan berperan penting dalam memantapkan kepribadian manusia dalam hal ini mahasiswa seutuhnya, dalam arti memiliki keutuhan dan keterpaduan antara kemantapan unsur rohani dan unsur jasmaninya, sejahtera lahir dan bathin. C. Misi Pendidikan Kewarganegaraan Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai- nilai dasar Pancasila. melalui berbagai jalur, salah satunya adalah melalui pendidikan. melalui pendidikan kewarganegaraan diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan bahkan dalam percaturan internasional sekalipun. (PKn mempunyai kewajiban untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya).
4. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan
1) UUD 1945; Pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan keempat, pasal 27, pasal 30 (1), pasal 31 (1) 2) Tap MPR Nomor II/MPR/1999 3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara 4) Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas 5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi 6) SK Dirjen Dikti nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi 5. Landasan Historis Pendidikan Kewarganegaraan Secara historis, PKn sering berganti-ganti nama atau istilah, dapat dijabarkan berikut: 1) Perkembangan Civics di Amerika, pelajaran civics pertama kali diperkenalkan pada tahun 1790 dalam rangka “meng-Amerikakan” bangsa Amerika (Theory of Americanization). Negara Amerika yang terdiri dari imigran yang memiliki latar belakang kultur bermacam- macam, oleh karena itu mereka harus di Amerikakan supaya warganegaranya memiliki persepsi yang sama tentang Negara serta memahami hak dan kewajibanya sebagai warganegara Amerika. 2) Perkembangan Civics di Indonesia, yang diajarkan di SD, SMP, dan SMA. 3) Kewarganegaraan (1957): membahas cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan. 4) Civics (1961), membahas tentang sejarah kebangkitan nasional, UUD 1945, pidato-pidato politik kenegaraan, yang terutama diarahkan untuk “nation and character building” bangsa Indonesia. 5) Pendidikan kewarganegaraan (1968) yang berdasarkan kurikulum 1968 berada dalam kelompok pembinaan jiwa Pancasila untuk di SD maupun menengah: (pendidikan agama, kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa daerah dan oleh raga, sedangkan untuk SMA tanpa bahasa daerah) 6) Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Kurikulum 1975 yang bertujuan untuk membentuk warganegara Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian disempurnakan dengan kurikulum 1984. 7) Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) kurikulum 1994, kemudian disempurnakan dengan suplemen tahun 1999. 8. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di perguruan tinggi: Kewiraan mulai diselenggarakan sebagai kurikulum pendidikan tahun 1973/1974. Kemudian mengalami perubahan menjadi Pendidikan kewarganegaraan dengan mengacu kepada: a. UU Nomor20 Tahun 1982 tentang petahanan keamanan Republik Indonesia yang disempurnakan oleh UU Nomor3 Tahun 2002 tentang Undang-Undang Pertahanan Negara b. UU Nomor2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional c. Keputusan Mendiknas Nomor232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum . Pendidikan Tinggi dan penilaian hasil Belajar Mahasiswa d. SK Dirjen Dikti Nomor38/DIKTI/Kep.2002 jo. Nomor43/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok MPK. e. Pendidikan Kewarganegaraan UU Nomor20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional f. Kewarganegaraan (PPKn) UU Nomor: 12 Tahun 2012. a. Objek Material, Segala hal yang berkaitan dengan Warganegara, yang empirik maupun yang non-empirik, meliputi wawasan, sikap dan perilaku Warganegara dalam kesatuan bangsa dan negara. b. Objek Formal. Mencakup 2 segi, yaitu segi hubungan antara Warganegara dan Negara (termasuk hubungan antar warga negara) dan segi bela negara. c. Rumpun Keilmuan. Pendidikan Kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan diambil dari berbagai disiplin ilmu. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut Kaelen (2007:3), setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nila-nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, 2007). Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan Objek dari pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik empirik maupun nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Objek formal mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warga negara dan negara dan segi pembelaan negara. (Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, 2007).