PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DISUSUN OLEH
Achmad (2020210065 )
Dari pengertian-pengertian diatas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, bisa kita
simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
memuat nilai-nilai moral untuk membentuk kepribadian siswa agar menjadi warga
negara yang baik sekaligus akan paham hak dan kewajiban dalam konteks kehidupan
yang demokratis, dan kelak dapat membangun sistem politik yang demokratis.
o Secara historis, PKN di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi
pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita
Indonesia merdeka.
o Secara sosiologis, PKN Indonesia dilakukan pada tataran sosial kultural oleh
para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air dan
bangsa Indonesia.
o Secara politis, PKN di Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD
1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan
masanya.
Kelima dasar nilai tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi dalam penyusunan
dan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai MPK mencerminkan pendidikan demokrasi, HAM, dan
persoalan kewarganegaraan lainnya berperspektif Pancasila. Jadi, arah pengembangan
kompetensi keilmuan PKN di perguruan tinggi Indonesia memiliki karakter sendiri
SUMBER
http://legowojr.blogspot.com/2019/09/pendidikan-kewarganegaraan-pkn-sebagai.html
http://nabilanaradjalazuardi.blogspot.com/2014/06/pendidikan-kewarganegaraan-sebagai.html
http://dosen.stiealanwar.ac.id/file/content/2020/10/Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGAR
AAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN_nurrohman.pdf
Budimansyah, D & Winataputra. (2007). Civic education ‘konteks, landasan, bahan ajar, dan
kultur kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Seklah Pasca Sarjana UPI.
Abdul, Latief. (2016). Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pendidikan Karakter
Peserta Didik kelas X Di SMK Negeri Paku. Jurnal Pepatuzdu, 11
“ IDENTITAS NASIONAL “
Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud sebagai
suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain. Sedangkan nasional atau
Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu
harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah kepribadian nasional
atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa
yang lainnya. Identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbolsimbol
kenegaraan seperti:
Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan
Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum
Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain. Dengan terwujudnya identitas
bersama sebagai bangsa dan Negara Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan
daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional
akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.
Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jati diri serta kepribadiannya Rasa
solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi
kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara di masa depan.1 Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis
dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional 1
yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran Nasional.
Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang mempengaruhi
terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai 2 Faktor yang tak
kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah
mereka dapat menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman
masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas
tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
Disebutkan dalam cerita ramayana dan bharatayuda. Adapun makna yang terkandumg
dalam simbol-simbol Pancasila
1. Bintang yang memiliki lima sudut melambangkan sila pertama pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa. Bintang melambangkan sebuah cahaya, seperti cahaya yang
dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia.
2. Rantai melambangkan sila kedua Pancasila yaitu kemanusian yang adil dan beradab.
Rantai tersebut terdiri atas mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran yang
saling berkaitan membentuk lingkaran. Mata rantai 6 segi empat melambangkan laki-
laki, sedangkan yang lingkaran melambaikan perempuan mata rantai yang saling
berkaitpun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan,
menumbuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah
rantai
3. Pohon beringin melambangkan sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Pohon beringin
melambaikan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang sebagai tempat
berteduh dibawahnya. Hal ini mewakili keragaman suku bangsa yang menyatu di
Indonesia.
4. Kepala banteng melambangkan sila keempat pancasila, Yaitu kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kepala banteng
melambangkan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah dimana
orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
5. Padi dan kapas melambangkan sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia. Padi dan kapas dapat mewakili sila kelima, karena padin dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat
utama untuk mencapai kemakmuran.
d. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam undang-undang No. 24 Tahun 2009 mulai
Pasal 58-64, sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada Kongres pemuda II
tanggal 28 Oktober 1928. Selanjutnya menjadi lagu kebangsaan yang diperdengar pada
setiap upacara kenegaraan. 4 us 1945. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan
dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta
e. Hukum
Negara indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi pasal 1 Ayat 3 UUD 1945
setelah diamandemen ketiga disahkan 10 November 2001. Penegasan ketentuan
konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan,
kenegaraan dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan hukum. 5
SUMBER :
A. Ubaidillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Jakarta: IAIN Jakarta
Press, 2000.
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Yogyakarta: Samudra
Biru, 2018.
Nikmah, Azah. “http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-dan
Bernegara, diakses pada selasa, 17 september 2017.
Sunarso, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi),
Yogyakarta: UNY Press, 2013.
Khon, Prof. Hans, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlangga, 1984.
A. Pengertian Negara
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pada
prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada
kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat
ingin mewujutkan tujuan tujuan tertentu sepertti teerwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyrakat.
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai pilar-
pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir
setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan
dengan optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa
dipandang sebelah mata.
Di dunia ini negara terbagi dalam macam macam bentuk negara. Negara besar atau kecil,
kaya atau miskin, kuat atau lemah dan maju atau berkembang. Tapi pada dasarnya macam macam
terbagi atas beberapa bentuk.berikut bentuk negara diantaranya:
1. Negara Kesatuan (unitaris) Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara
yang hanya berdiri satu Negara saja, tidak terdapat Negara dalam suatu Negara.Dalam
pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di laksanakan dengan dua alternative
system, yaitu:Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan keleluasaan dan
kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi) Sistem sentralisasi: dimana
segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung diatu an di urus oleh pemerintah pusat,
termasuk segala hal yang menyangkut pemerintahan dan kekuasaan di daerah.
2. Negara Serikat (federasi) Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan dari
beberapa, kemudian menjadi negara-negara bagian dari pada suatu Negara serkat.
Carl J.Friedrich, Constitutional Government and Democracy: Theory and Practice in Europe
and America, Waltham, Massachusetts, Toronto-London: Blaidell Publishing Company, Edisi IV,
1967
Carl Schmitt, Verfassungslehre, Duncer & Humbolt, Berlin Unverandester neudruk, 1954.
Dicey, Introduction to the Study of the Law of the Constitution, London, 1971.
Djokosutono, Hukum Tata Negara, Dihimpun Harun Alrasid, Jakarta: Ghalia Indonesia,
Cet. Pertamja, 1982.
Eric Barendt, An Introduction to Constitutional Law, London: Oxford University Press, 1998
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak,Kewajiban,Warga Negara ........................................... 2
B. Hak,Kewajiban Negara/ Pemerintah .................................................... 6
C. Asas kewarganegaraan .........................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,
sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak
merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan /
kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga
negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan
secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu
ketimpangan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam
pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan
oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan. Hak pada umumnya didapat dengan cara diperjuangkan
melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Contoh Hak
Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan
hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan di dalam pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang
dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara
kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan
tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN
warga Negara dalam UUD 1945 ;
• Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang- orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara pada
ayat 2, syarat –syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dgn undang-undang.
• Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukan nya didalam hukum dan pemerintahan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
• Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya
ditetapkan dgn undang-undang.
• Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk
ikut serta dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan
pengaturan lebih lanjut diatur dengan UU.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur
oleh Pemerintah Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal
pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
adalah sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan
keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban
dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu. Sedangkan
menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk itu sendiri.
keamanan.
kebudayaan nasional.
rakyat.
layak.
2. Asas Kewarganegaraan
3. Kriterium kelahiran.
yaitu:
dilahirkan.
yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan
bedakan dalam:
tahun.
negara RI.
ibunya itu.
aturan undang-
Indonesia adalah:
b. Karena pengangkatan;
d. Karena pewarganegaraan;
g. Karena pernyataan.
kewarganegaraan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
orang banyak.
4. Dsb
DAFTAR PUSTAKA
Nama Penerbit.
Panut Panuju, Ida Umami ; Psikologi Remaja, PT. Tiara Wacana Yogya,
Yogyakarta, 1999
Jakarta, 2001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi.................................................................................... 5
B. Prinsip Demokrasi .......................................................................................... 6
C. Jenis-jenis Demokrasi .................................................................................... 7
D. Ciri-ciri Demokrasi......................................................................................... 8
E. Contoh Demokrasi .......................................................................................... 8
BAB III
Kesimpulan dan Saran
A.Simpulan ........................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................ 10
1
BAB I PENDAHULUAN
2
1.2.2. Apa sajakah jenis-jenis demokrasi?
1.2.3. Bagaimana ciri-ciri demokrasi?
1.3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
4
bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap
paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
5. Demokrasi menurut International Commission of Juris tadalah bentuk
pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu keputusan politik harus
diselenggarakan oleh rakyat melalui para wakil yang terpilih dalam suatu proses
pemilu.
B. Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik
a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
b. Pemerintahan konstitusional
c. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
d. Pers yang bebas
e. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
f. Pengawasan terhadap administrasi negara
g. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
h. Pemerintahan yang diskusi
i. Pemilihan umum yang bebas
j. Pemerintahan berdasarkan hukum
2. Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
a. Pemusatan kekuasaan
Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif menjadi satu dan dipegang
serta dijalankan oleh satu lembaga.
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusional
Pemerintahan dijalankan berdasarakan kekuasaan. Konstitusinya
memberi kekuasaan yang besar pada negara atau pemerintah.
c. Rule of Power
Prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan supremasi kekuasaan
yang besar pada negara atau pemerintah..
d. Pembentukan pemerintah tidak berdasarkan musyawarah tetapi melalui
dekrit
e. Pemilihan umum yang tidak demokratis.
5
Pemilihan umum dijalankan hanya untuk memperkuat keabsahan
penguasa atau pemerintah negara.
f. Manajemen dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak bertanggung jawab
g. Tidak ada dan atau dibatasinya kebebasan berpendapat, berbicara dan
kebebasan pers.
h. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan
penggunaan paksaan.
i. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi
pelanggaran hal asasi manusia.
j. Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara.
C. Jenis-jenis Demokrasi
Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Berikut beberapa jenis dari demokrasi :
1. Demokrasi menurut cara aspirasi rakyat
a. Demokrasi Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang memberikan kesempatan kepada seluruh
warga negaranya dalam permusyawaratan saat menentukan arah kebijakan
umum dari negara atau undang-undang.
b. Demokrasi Tidak Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang dijalankan menggunakan sistem
perwakilan.
2. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi
a. Demokrasi Liberal
Merupakan Kebebasan individu yang lebih ditekankan dan mengabaikan
kepentingan umum
b. Demokrasi Rakyat
Merupakan demokrasi yang didasarkan pada paham sosialisme dan
komunisme dan lebih mengutamakan kepentingan umum atau negara.
c. Demokrasi Pancasila
Merupakan demokrasi yang ada di Indonesia bersumberkan pada nilai- nilai
sosial budaya bangsa serta berazaskan musyawarah mufakat dengan
memprioritaskan kepentingan seluruh msyarakat atau warga negara. Demokrasi
pancasila fokus pada kepentingan dan aspirasi serta hati nurani rakyat. Sampai
6
saat ini Indonesia menganut demokrasi pancasila yang bersumber pada falsafah
pancasila.
D. Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi
seperti:
Pemerintahan didasarkan kehendak dan kepentingan semua rakyat.
Ciri konstitusional ialah hal yang berhubungan denag kepentingan, kehendak
atau kemauan atau kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi dan
undang-undang negara tersebut.
Ciri perwakilan yakni dalam mengatur negaranya kedaulatan rakyat akan
diwakilkan oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri. Ciri
pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk
memilih pihak dalam pemerintahan.
Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi
bagian dalam melaksanakan sistem demokrasi.
Ciri kekuasaan ialah adanya pembagian dan pemisah kekuasaan.
Ciri tanggung jawab ialah adanya tanggung jawab dari pihal yang sudah dipilih
untuk ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.
E. Contoh Demokrasi
1. Jenis-Jenis Demokrasi Demokrasi Langsung
Contoh : Ikut mencoblos saat pemilu atau pilkada, dan memilih secara
langsung ketua kelas.
Demokrasi Perwakilan
Contoh : Pembuatan undang-undang yang diwakili oleh anggota DPR
2. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
dibagi 3 :
Referendum Wajib
Contoh : Pemungutan suara pemisahan Timor-Timur, dan persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan UUD.
Referendum Tidak Wajib
Contoh : Peranan partai politik tidak begitu menonjol tetapi kehendak
rakyat dapat diketahui secara langsung dalam demokrasi.
7
Referendum Konsultatif
Contoh : Rayat sendiri kurang memahami tentang ini maka pada saat materi
UU rakyat hanya diminta persetujuan.
3. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritas :
Demokrasi Formal
Contoh : adanya keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
Demokrasi Material
Contoh : Mungkin keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat hanya
sebagai simbol saja, dan hanya mementingkan kepentingan negara saja
dibandingkan rakyat.
Demokrasi Campuran
Contoh : Rakyat memilih wakil di DPRD kemudian wakil itu dikontrol oleh
rakyat dengan sistem referendum.
4. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi :
Demokrasi Liberal
Contoh : Dalam demokrasi ini adanya sistem multi partai dan Demokrasi ini
telah mendorong untuk lahirnya partai-partai politik.
Demokrasi Rakyat adalah Demokrasi dimana rakyat yang menentukan saat
ada masalah penting.
Contoh : Pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden
8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama bagi semua warga negara
2. Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua yaitu Prinsip Demokrasi
Sebagai Sistem Politik dan Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
3. Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Yaitu Demokrasi menurut cara
aspirasi rakyat (Demokrasi Langsung, Demokrasi Tidak Langsung)
dan Demokrasi (Berdasarkan Prinsip Ideologi,
Demokrasi Liberal, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Pancasila)
3.2 Saran
Demokrasi di indonesia harus di pahamin karna agar semua masyarakat
Indonesia bisa menggunakan demokrasi masing-masing dengan sebaik-baiknya.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pe
ngertian-demokrasi-dan-jenis-jenis.html
http://www.informasi-pendidikan.com/2016/02/ciri-ciri-
demokrasi.html
http://www.tugassekolah.com/2017/09/contoh-contoh-demokrasi-
dalam-kehidupan.html
https://guruppkn.com/contoh-perwujudan-demokrasi-di-lingkungan-bangsa- dan-
negara
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................... iv
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menerapkan Prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya sebagai warga negara ?
C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui pengertian dari pada Hak Asasi Manusia dan seperti apa praktek pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Serta hukuman apa yang diberlakukan untuk orang yang melanggar Hak Asasi
Manusia.
D. MANFAAT
Agar para intelektual khusus nya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi tentang sistem
Negara hukum di Indonesia dan prinsip-prinsip Negara hukum dan juga mengerti tentang paradigma hak
asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus dimaknai bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang
membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara
luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional Indonesia
harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung
keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai
pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan
jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa
depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam
praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang
berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945,
yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke
dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945
tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang kemungkinan
dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada
Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal
33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi. Prinsip
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945).
Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).
B. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN HAM
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a
perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para anggotanya
mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah
kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu adanya penghargaan nilai-
nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama
anggotamasyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami
dirinya sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini pengertian negara
seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan eksternal, there exists onlyone
perfect society in the natural order, namely the state (Henry J. Koren(1995:24).
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam formulasinya, misalnya
menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles. Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya
karena perbedaan cara-cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu
bentuk masyarakat yang sempurnya. Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern tentang
negara, kemudian dikenal istilah negara hukum. Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan
dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan
istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah
Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri negara
Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu .
Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda)
dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen,
berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara
hukum yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang mengatakan cita negara hukum yang
demokratis pertama kali dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan. Para
pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum. Ketika para pendiri negara
bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep
Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan
istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara, 2010:2).
Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang ketatanegaraan
sepert i: negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh para pendiri negara.
Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa dan
semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung tinggi azas
kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapatditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 danUUDS 1950. Dalam
konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB
tahun 1948. Hal itumenunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan, danperlindungan
HAM perlu dan penting unt uk dimasukkan ke dalam konstitusinegara (Abdul Hakim G Nusantara,
2010:2)Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanyapenyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur unsur lembaga di dalamnya
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal
(2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasihukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara
Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga),
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya
kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam konsep negara
hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari
perumusan mengenai t ujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945
Alenia IV. Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi
keberadaan negara hukumIndonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34UUD
Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atasperekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita
mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sebagainya.
Apabila melanggar HAM maka seseorang akan bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia
yaitu Komnas HAM.
Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga
diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu
tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda
dari Indonesia.
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasipolitik lainnya.
Isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen) mengatur hak asasi manusia dalam 7
pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34. Namun setelah UUD 1945 dilakukan
perubahan (amandemen) maka ada bagian khusus tentang hak asasi manusia yaitu dengan rincian
sebagai berikut:
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban.
(4) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
dijalankan.
Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak azasi manusia dan
menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi
prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya
perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar
kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian
Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis
didasarkan pada UUD Negara RI 1945.
Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderungmengarah pada konsep
negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukumdalam arti sempit. Dalam Prinsip ini negara hukum
diposisikan ke dalamruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Seperti dalam uraian
terdahulunegara hukum dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur - unsur lembaganya dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif.
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara hukum dalam arti
material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan jaman. Prinsip Negara Hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya
memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :
Supremasi hukum.
Pemilihan umum yang bebas dan Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik. Maksudnya terhadap
berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para pelaku pelanggaran diselesaikan melalui
Pengadilan HAM bagi pelanggaran HAM berat dan melalui KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).
Upaya penegakan HAM melalui jalur Pengadilan HAM, mengikuti ketentuan-ketentuan antara lain,
sebagai berikut:
Kewenangan memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat tersebut di
atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku bagi pelaku yang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan.
Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkan UURI No.26
Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM adhoc. Pembentukan Pengadilan HAM ad hoc
diusulkan oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang dibatasi pada tempat dan waktu perbuatan tertentu (locus dan tempos delicti ) yang terjadi
sebelum diundangkannya UURI No. 26 Tahun 2000. Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur,
maka pemeriksaan perkaranya dilakukan majelis hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5 orang. Lima
orang tersebut, terdiri atas 2 orang hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 orang hakim
ad hoc (diangkat di luar hakim karir). Sedang penegakan HAM melalui KKR penyelesaian pelanggaran
HAM dengan cara para pelaku mengungkapkan pengakuan atas kebenaran bahwa ia telah melakukan
pelanggaran HAM terhadap korban atau keluarganya, kemudian dilakukan perdamaian. Jadi KKR
berfungsi sebagai mediator antara pelaku pelanggaran dan korban atau keluarganya untuk melakukan
penyelesaian lewat perdamaian bukan lewat jalur Pengadilan HAM.
Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan HAM, antara lain :
Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi serta rehabilitasi;
Memberikan informasi kepada aparat penegak hokum dan lembaga – lembaga HAM bila terjadi
pelanggaran HAM;
Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau lewat jalan Peradilan HAM
mengalami jalan buntu, demi menghapus dendam yang berkepanjangan yang dapat menghambat
kehidupan yang damai dan harmonis dalam bermasyarakat.
Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM diatur pelaksanaannya dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
UUD 1945
UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak mendapat pengajaran. Maka
untuk mencapainya Pemerintah membangun gedung-gedung sekolah, mengangkat guru, memberikan
bea siswa pada anak berprestasi tetapi dari segi ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.
Ketetapan MPR
TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk membentuk lembaga yang
melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka
dibentuklah KOMNAS HAM melalu Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.
Undang-Undang
UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup. Maka manakala terjadi
pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah menggelar peradilan HAM.
E. CONTOH KASUS YANG MELANGGAR HAM
Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992
yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan
memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan
senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahnya beban pengeluaran perusahaan.
Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat
Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan
4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp1700 menjadi Rp2250.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif dalam aksi unjuk rasa buruh.
Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas
rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo.3 Mei 1993, para buruh
mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan
mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk
perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250. Tunjangan tetap
Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk
rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan
yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13
buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di
tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap
dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk
menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar
pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-
rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Marsinah adalah salah satu korban pelanggaran HAM di negeri ini. Marsinah memperjuangkan haknya
sebagai buruh untuk meningkatkan kesejahteraan seperti tertera dalam surat edaran gubernur. Namun
demikian perusahaan kiranya memiliki pandangan berseberangan dengan kaum buruh tersebut.
Perusahaan cenderung untuk tetap tidak memberikan hak buruh berupa kenaikan gaji. Atas keadaan
tersebut buruh bereaksi dengan berdemonstrasi beberapa kali. Demonstrasi buru tersebut direaksi
dengan aksi represif oleh pihak perusahaan. Dengan menggandeng pihak militer mereka memaksa kaum
buruh untuk menghentikan aksinya. Tekanan-tekanan dari pihak perusahaan kiranya tidak menyurutkan
langkah mereka, hingga akhirnya perusahaan memutuskan untuk membunuh para pimpinan yang
dianggap sebagai penggerak demonstrasi tersebut. Sepertinya kasus ini adalah suatu hasil konspirasi
tingkat tinggi, karena penyelidikan polisi seolah membentur tembok. Hingga saat ini, kasus pembunuhan
Marsinah menjadi satu kasus misterius tak terpecahkan. Padahal sebenarnya boleh jadi cukup mudah
untuk mengungkap kebenaran kasus ini, akan tetapi adanya pihak-pihak yang tidak menginginkan kasus
ini terungkap berusaha serapat mungkin menutupi kasus ini.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Pengertian Negara hukum yang berbeda beda memiliki makna yang sama yaitu Negara yang
menjamin keamanan warga Negara nya dan Negara yang menjadikan hukum sebagai kekuasaan
tertinggi. Hukum itu ada yang di sebut dengan hukum Formil dan hukum Materil,hukum formil dapat di
sebut juga dengan hukum dasar tertulis (UUD) yang diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang
brita cara mengajukan perkara baik gugatan maupun permohonan,memeriksa perkara dan memberikan
putusan dengan tujuan untuk mempertahankan hukum materil sedangkan hukum Materil dan di sebut
juga dengan hukum dasar yang tidak terulis (Convensi) memiliki arti aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.Negara hukum
memiliki ciri-ciri yaitu percaya akan adanya tuhan dan pengakuan dari perlindungan hak-hak asasi
manusia yang mengandung persamaan di bidang politik,sosial,ekonomi dan kebudayaan serta peradilan
yang bebas dan tidak memihak dan tidak terpengaruhi sesuatu kekuasaan apapun.
Negara hukum dan HAM adalah satu kesatuan yang tidah di pisahkan satu sama lainnya, karena
kalau salah satunya tidak ada maka tidak akan berjalan dengan semestinya sebab itu yang dapat
membuat warga Negara Indonesia mendapat suatu keadialan,perlindungan dan pengakuan
secara sah dan sebagai pembentuk suatu Negara yang adil makmur dan sejahtera.
B. SARAN
Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat, namun waktu seperti itu
bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada
kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin HAM warganya. Di butuhkan keseriusan pemerintah
untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah
namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia
yang semoga baik-baik saja. Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya
membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah
saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan
tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.
Demikinlah makalah yang dapat kami sampaikan , kami sadar kalau dalam pembuatan makalah
ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami mohon maaf . atas perhatiannya, saya ucapkan terima
kasih
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, S.H. Negara Hukum dan HAM. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Kansil, CST.1983. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: balai Pustaka.
GEOPOLITIK
Geopolitik secara umum dapat dimaknai sebagai sebuah kebijakan politik suatu
negara yang memfungsikan geografi sebagai dasar penguasaan ruang hidup untuk menjamin
kelangsungan hidup dan pengembangan kehidupan negara yang bersangkutan.
A. Definisi Geopolitik
Geopolitik terdiri dari dua kata; “Geo” dan “Politik”. Mengutip pendapat Preston E.
James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sebuah sistem dalam hal menempati sebuah
ruang di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan dengan hubungan antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Adapun “Politik”, bermakna sebagai kekuatan yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.
1. Wadah
Unsur ini terdiri dari wujud wilayah yang ditentukan oleh lautan dan gugusan
ribuan pulau, tata inti organisasi yakni sistem pemerintahan, dan tata kelengkapan
organisasi tentang kesadaran politik dan bernegara.
2. Inti
Isi geopolitik di Indonesia tercermin dalam perspektif kehidupan manusia
Indonesia yang memiliki cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945.
3. Tata laku
Tata laku memiliki 2 unsur yakni, tata laku batiniah yang terbentuk karena
kondisi dalam pertumbuhan hidupnya dan tata laku lahiriah yakni tentang tata
perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan.
C. Teori-Teori Geopolitik
Menurut Rudolf Kjellen, Negara merupakan satuan dan sistem politik yang menyeluruh
dan meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan krato
politik. Sebagai organisme yang hidup dan bersifat intelektual, Negara wajib dan harus
mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya melalui ekspansi.
Karl Haushofer yang memiliki latar belakang militer di Jepang juga pernah meramalkan
bahwa Jepang akan menjadi negara berjaya di dunia apabila dapat menguasaibenua-benua di
dunia. Ia berpendapat bahwa pada dasarnya dunia terbagi menjadi empat kawasan benua dan
dipimpin oleh negara adidaya.
WAWASAN NUSANTARA
Selanjutnya, Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara bermakna menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di
antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni
Samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
berposisi di antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu
samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pemahaman kontemporer, kata “Nusantara”
digunakan sebagai penyebutan lain dari nama Indonesia.
Selain itu, dalam paradigma nasional, posisi atau kedudukan wawasan nusantara adalah
sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai
landasan idiil.
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai landasan
konstitusional.
3. GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional atau
sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan operasioal.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai landasan
konsepsional.
5. Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional.
Indonesia sebagai negara kepulauan dan bangsa yang majemuk memiliki geopolitik
tersendiri, yaitu Wawasan Nusantara.
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. 4. Merentang
hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.
• Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta dalam mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial serta mengembangkan hubungan kerja sama dan
saling menghormati.
• Tujuan ke dalam, yaitu menjamin persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan
nasional, antara lain politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan.
Kesimpulan
Geostrategi adalah metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses
pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan
keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman,
dan bermartabat.
Saran - saran
Sebagai warga negara Indonesia kita seharusnya ikut berpartisipasi dalam hal pembangunan bangsa ini,
agar tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.
Sumber
Kaelan dan Zubaidi, Ahmad. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Sarbaini dan Akhyar, Zaini. 2013. Membina Karakter Warga Negara yang Baik. Banjarmasin: FKIP
Universitas Lambung Mangkurat.
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat-Nya yaitu sehat dan
sempat. Sehingga dapat meyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “INTEGRASI
NASIONAL ”.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari Integrasi Nasional
di Indonesia, dan kami sadar materi kuliah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih
baik lagi. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa. Supaya kelak menjadi pribadi yang berintegrasai nasional, karena kita adalah penerus
Bangsa Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAULUAN
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 17
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................................... iv
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ vi ............... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Integrasi Nasional ................................................................................................... 1
2.2 Konsep Integrasi Nasioanal .................................................................................................. 1
2.3 Faktor Terbentuknya Integrasi Nasional ............................................................................... 2
2.4 Syarat Integrasi Nasional di Indonesia .................................................................................. 3
2.5 Jenis-Jenis Integrasi Nasional ............................................................................................... 3
2.6 Penghambat Integrasi Nasional .............................................................................................. 3
2.7 Manfaat Integrasi Nasional ................................................................................................... 4
2.8 Contoh Integrasi Nasional..................................................................................................... 4
2.9 Undang-Undang Terkait Integrasi Nasional .......................................................................... 5
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 7
3.2 Saran ................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu Bapak HEDIR selain itu menjadi langkah awal untuk mengasah kemampuan kami
dalam membuat makalah sekaligus menambah wawasan mengenai Integrasi Nasional. Makalah ini juga
berisikan tentang betapa pentingnya Integrasi Nasional dalam keterkaitannya dengan pluralitas.
Pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah kurang, anak muda zaman sekarang lebih
megetahui tentang moderanisasi ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya
pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan yang ada di Indonesia. Kurangnya pengetahuan akan hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara menimbulkan hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama
maupun negara. Masing-masing individu lebih mementingkan kepentingannya sendiri, tanpa ada rasa peduli
terhadap sesamanya.
Sifat masyarakat Indonesia yang indiviualisme menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya jiwa
persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu diperlukan pendidikan kewarganegaraan sejak dini untuk
menumbuhkan semangat jiwa berbangsa dan patriotisme. Semangat jiwa berbangsa dan patriotisme
diperlukan untuk tetap menjaga kebhinekaan bangsa, sebab dengan menjaga kebhinekaan akan tercipta
kehidupan yang aman dan tentram di setiap lapisan masyarakat.
Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap keutuhan dan
kesatuan bangsa. Tidak hanya sebagai generasi penerus bangsa, tetapi kita adalah generasi pelurus bangsa
dimana menjunjung tinggi sikap keadilan adalah suatu keharusan demi terciptanya kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita memiliki rasa Integrasi Nasional. Yaitu suatu
sikap kepedulian terhadap sesame, serta memiliki rasa persatuan yang tinggi, baik terhadap bangsa, negara,
agama, social, budaya, maupun keluarga. Tidak ada kata terlambat untuk memulai terciptanya kehidupan
yang berlandaskan Pancasia, berpegang teguh pada semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” dan bersandar
hukum pada UUD.
Integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai unsur, seperti suku bangsa, tradisi,
kepercayaan atau agama, sosial budaya, dan budaya ekonomi sehingga terwujud satu kesatuan wilayah,
iv
politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang membentuk jati diri suatu bangsa. Menurut Liddle, suatu integrasi
nasional yang tangguh hanya bisa berkembang apabila:
1. Sebagian besar anggota suatu masyarakat bersepakat tentang batas-batas teritorial dari negara sebagai
suatu kehidupan politik di mana mereka menjadi warganya.
2. Apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan
aturan-aturan daripada proses-proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah negara
tersebut.
Suatu konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional mengenai “sistem nilai” yang akan
mendasari hubungan-hubungan sosial di antara anggota suatu masyarakat negara. Adapun langkah-langkah
yang dapat dilakukan adalah:
1. Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak perbedaan, perasaan, keinginan dan
ukuran penilaian.
5. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya
dan ekonomi.
Dalam konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan alamiah, sesuai dengan
keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi peran politik etnik tertentu. Suatu
integrasi nasional yang tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas-batas
suatu masyarakat politik dan sistem politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut.
v
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
6
vi
BAB II
PEMBAHASAN
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini berasal dari Bahasa
Inggris (integrate) yang memiliki arti menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan.
Menurut Kamus Besar Bangsa Indonesia (KBBI), integrasi memiliki arti pembauran sampai menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Sedangkan arti dari kata "nasional", berarti bangsa. Jadi, integrasi nasional
adalah proses persatuan wilayah yang di dalamnya terdapat sebuah perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi
suku, budaya, bahasa, ras, agama, dan faktor kebangsaan lain. Berikut beberapa pengertian integrasi nasional
menurut beberapa ahli:
• Safroedin Bahar; Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya.
• Myron Weiner; Intergrasi nasional merupakan proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional.
• Howard Wriggins; Intergrasi nasional merupakan penyatuan bagian dalam suatu negara, mulai dari
keseluruhan masyarakat yang berbeda-beda menjadi sebuah kesatuan tanpa memandang dari segi apa pun.
• J. Soedjati Djiwandono; Intergrasi nasional merupakan sebagai cara dan bagaimana kelestarian persatuan
nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentuan nasib sendiri.
• Menurut Dr. Nazaruddin Sjamsuddin; Intergrasi nasional merupakan proses penyatuan suatu bangsa yang
mencangkup semua aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Pengertian umum integrasi nasional adalah suatu upaya atau proses untuk menyatukan perbedaan-
perbedaan yang ada dalam suatu negara untuk menciptakan kerukunan dan kerukunan nasional. Integrasi
nasional penting untuk tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Intinya ialah keinginan dan kesadaran
untuk bersatu sebagai satu negara, negara Indonesia.
a. Konsep Vertikal
Konsep integrasi nasional secara vertikal melibatkan hubungan orang- orang dengan pemerintah
yang hubungannya saling terintegrasi secara vertikal. Konsep integrasi ini juga mencakup bagaimana
pemerintah pusat dan daerah dapat terintegrasi.
1
b. Konsep Horizontal
Konsep integrasi nasional secara horizontal mencakup penyatuan bangsa Indonesia yang memiliki
tingkat kemajemukan yang relatif tinggi. Bagaimana membangun identitas nasional yang sama, meskipun
kelompok masyarakat, agama, suku, dan identitas berbeda- beda. c. konsep Politik
Pengertian Politik Integrasi Nasional adalah proses mengintegrasikan kelompok-kelompok budaya
dan sosial yang berbeda ke dalam satu kesatuan wilayah nasional, yang membentuk identitas nasional.
d. Konsep Antropologis
Pengertian Antropologis integrasi nasional adalah proses mengadaptasi unsur-unsur yang berbeda
dari kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi keselarasan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Menginginkan Persatuan
Salah satu peristiwa yang menunjukkan keinginan Indonesia untuk bersatu adalah peristiwa Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa Indonesia ingin bersatu dengan semangat juang yang
sama sesuai dengan cita-cita bangsa.
8
2.5 Jenis-Jenis Integrasi Nasional
1. Integrasi asimilasi adalah bentuk integrasi yang merupakan perpaduan dua budaya atau lebih yang
menghilangkan ciri- ciri budaya asli yang diterima masyarakat.
2. Integrasi akulturasi adalah perpaduan dua budaya atau lebih tanpa menghilangkan ciri-ciri budaya asli
di lingkungannya.
3. Integrasi normatif adalah integrasi yang didasarkan pada norma- norma yang menghubungkan
masyarakat.
4. Keterpaduan perangkat merupakan keterpaduan yang terbukti merupakan hasil kesatuan individu
dalam masyarakat.
5. Integrasi idealis adalah integrasi yang dilakukan dan dibuktikan dengan ikatan spiritual yang kuat
tanpa adanya paksaan.
6. Integrasi fungsional adalah integrasi yang berlangsung untuk fungsi tertentu semua pihak dalam
masyarakat.
Penerapan integrasi nasional dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah contoh
integrasi nasional lingkungan sekolah dan juga masyarakat:
1. Seragam
Seragam sekolah berbentuk sama untuk semua anak sekolah. Terlepas dari kelas orang tua, ekonomi,
suku, ras atau agama, mereka berseragam sekolah. Biasanya hanya karakter lembaga yang
membedakan mereka. Jika sekolah muslim maka akan menggunakan seragam dengan bentuk yang
lebih tertutup atau berhijab untuk murid- murid perempuannya. Ini semua berarti integrasi nasional di
sekolah. Menggabungkan semua elemen yang ada untuk mencapai tujuan bersama. Seragam guru dan
kepala sekolah serta siswa juga merupakan bagian dari integrasi nasional.
3. Saling Menghargai
Saling menghargai dan menghormati adalah bentuk lain dari integrasi nasional. Hal ini sangat penting
dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Saling menghormati dan berterima kasih di antara orang-
orang yang berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat, berbeda ras dan berbeda agama.
Sikap ini membimbing manusia untuk hidup rukun dan damai.
4. Akulturasi dan Akulturasi Budaya
Semua daerah di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Proses integrasi
bangsa dari segi budaya terjadi melalui akulturasi dan asimilasi. Oleh karena itu, semua budaya yang
sejalan berusaha untuk bersatu dan beradaptasi. Akulturasi dan asimilasi seringkali menciptakan budaya
negara yang lebih maju tanpa mengabaikan budaya lokal. Contoh akulturasi dan asimilasi paling
terkenal terjadi ketika pendatang dari Jawa menetap di Lampung. Dua budaya yang berbeda disatukan
dalam bidang yang sama. Awalnya, karena perbedaan suku dan perbedaan, sering terjadi konflik antara
kedua suku tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat Lampung dan pendatang dari Jawa
mampu hidup berdampingan secara damai.
10
6. Toleransi Beragama
Indonesia memiliki enam agama yang diakui sebagai agama negara. Hak asasi manusia sangat
dilindungi di sini. Agama dan kebebasan menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya berkembang
dengan baik. Bangsa Indonesia yang memiliki keragaman ras dan agama memiliki tingkat toleransi yang
tinggi dibandingkan dengan negara lain yang hanya memiliki keragaman ras. Teladan toleransi
antarumat beragama ini telah membawa keberhasilan integrasi nasional dalam beberapa dekade
kemerdekaan. Ingatlah bahwa pengampunan tidak berarti bahwa semua orang percaya harus
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keagamaan. Toleransi berarti tidak mengganggu ibadah atau
kegiatan keagamaan lainnya.
7. Upacara Bendera
Contoh identitas nasional adalah upacara bendera. Ritual bendera yang dilaksanakan setiap hari
Senin di sekolah, berlangsung pada hari-hari libur tertentu, seperti Hari Kemerdekaan dan Hari Sumpah
Pemuda, dan merupakan bagian dari integrasi nasional. Saat ini, dengan mengibarkan bendera merah
putih dan menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu kebangsaan, rasa cinta tanah air dan sikap rela
berkorban merasuki para siswa. Dalam upacara bendera, siswa juga melatih kedisiplinan tentang
menaati peraturan, menaati guru, dan memakai seragam yang merupakan bagian dari menaati peraturan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Artinya bahwa Bangsa
Indonesia dimaksudkan agar selalu terikat dalam persatuan dan kesatuan atau sering dikenal dengan
istilah “integrasi”. Mengenai kedudukan integrasi diperkuat lagi pengaturannya dalam peraturan dasar
Negara Indonesia (staatfundamentalnorm) yaitu Pancasila, tepatnya pada Sila Pancasila yang ke-tiga
yaitu “Persatuan Indonesia”. Namun di sisi lain Negara Indonesia juga menegaskan bahwa guna
menunjukan diri sebagai negara kebangsaan (nation state) yang terdiri dari berbagai ikatan
primordialisme (Suku, Agama, Ras, Antar golongan (SARA)) yang ingin bersatu (berintegrasi) secara
kokoh menghendaki agar negara kebangsaan dibangun secara demokratis agar semua aspirasi berbagai
ikatan primordial tersebut mendapatkan saluran.
5
Dengan demikian dapat disimpulkan, jika Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
menekankan pada pentingnya “integrasi”, namun lain halnya dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 yang lebih menekankan kepada pentingnya “demokrasi”. Sehingga demikian dapat
dikatakan bahwa Negara Indonesia mengedepankan demokrasi dan juga integrasi, yang keduanya
diharapkan dapat berjalan secara seimbang tanpa saling berbenturan.
Menurut Clifford Geertz dalam tulisannya tentang sentimen primordial di negara-negara baru
mengatakan bahwa negara-negara kebangsaan (nation state) yang baru biasanya dihadapkan pada
dilema antara “integrasi” dan “demokrasi”. Dikatakan dilema, karena negara kebangsaan (nation state)
membutuhkan keduanya (integrasi dan demokrasi) sekaligus, namun watak keduanya bertentangan.
Integrasi berwatak ingin mengikat persatuan dan kesatuan yang sekokoh mungkin, sedangkan
demokrasi berwatak membuka keran kebebasan agar semua aspirasi dapat tersalurkan. Demokrasi
mutlak dibutuhkan karena negara kebangsaan dari berbagai ikatan primordial semua aspirasinya harus
diagregasi secara demokratis, sedangkan integrasi mutlak juga dibutuhkan karena 1 Moh. Mahfud MD.
Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), halaman 34
– 35. 3 demokrasi tanpa integrasi, negara bisa hancur. Tegasnya dilema itu muncul karena, jika
demokrasi dibuka maka integrasi bisa terancam, karena akan timbul ketegangan antar- ikatan
primordial, tetapi jika integrasi harus ditegakkan, maka demokrasi harus relatif dikorbankan karena
harus ada sentralisasi penguatan negara. Sebagai contoh, India terpaksa pecah, ketika kelompok
primordial Islam mendirikan Negara Pakistan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa Negara Indonesia sebagai negara
kebangsaan membutuhkan integrasi dan demokrasi sekaligus, walaupun watak keduanya saling
bertentangan, namun tetap diharapkan dapat berjalan seimbang tanpa saling berbenturan. Oleh karena,
dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, di mana rumusannya dapat diketemukan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam secara yuridis normatif
mengenai peran Pancasila dan Undang-Undang DasarTahun 1945 di tengah perjalanan integrasi dan
demokrasi agar tidak saling berbenturan.
6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu
negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui,
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia
secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
3.2 Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional dapat
mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya konflik perpecahan
yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini berbedabeda suku, ras, agama, dan
budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan
negara indonesia.
Oleh karena itu, perlu kiranya kita sebangai bangsa Indonesia yang cinta akan tanah air
menerapkan ‘Bhinnika Tunggal Ika’. Meskipun kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sehingga dapat
terwujudlah integrasi ini, Integrasi Nasional.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bola.com/ragam/read/4905461/pengertian-integrasi-nasional-faktor-syarat-manfaat-
jenis-dan-contoh-wujudnya
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/6bfed1ab6721a7e36e217799d6017460.pdf
8