Anda di halaman 1dari 73

KUMPULAN SEMUA MATERI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH
Achmad (2020210065 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS MADURA

TAHUN AJARAN 2022/2023

“Pendidikan Kewarnegaraan sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian”


A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
• Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
• Kewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan dengan warga negara.

Pendefinisian mengenai pendidikan kewarganegaraan terdiri atas beberapa pengertian


yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti yang dijelaskan di bawah ini: a. John
Mahoney, 1976
Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan meliputi seluruh kegiatan sekolah,
termasuk kegiatan ekstra kurikuler seperti kegiatan di dalam dan di luar kelas, diskusi,
dan organisasi kegiatan siswa. Pendidikan kewarganegaraan diupayakan memuat nilai-
nilai moral yang berguna bagi pembentukan kepribadian peserta didik sebagai bekal
hidup bermasyarakat masa kini dan masa datang.
b. Soedijarto
Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta
didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis.
c. Merphin Panjaitan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif
melalui suatu pendidikan yang diagonal.
d. M. Nu’man Somantri (2001) adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi
politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya
itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan
bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air, dan membentuk warga negara
yang baik.

Dari pengertian-pengertian diatas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, bisa kita
simpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
memuat nilai-nilai moral untuk membentuk kepribadian siswa agar menjadi warga
negara yang baik sekaligus akan paham hak dan kewajiban dalam konteks kehidupan
yang demokratis, dan kelak dapat membangun sistem politik yang demokratis.
o Secara historis, PKN di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi
pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita
Indonesia merdeka.
o Secara sosiologis, PKN Indonesia dilakukan pada tataran sosial kultural oleh
para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air dan
bangsa Indonesia.
o Secara politis, PKN di Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD
1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan
masanya.

B. Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pengembangan Kepribadian


a. Mata kuliah kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga
negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
b. MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian) adalah suatu program pendidikan nilai
yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran di Perguruan Tinggi dan berfungsi
sebagai model pengembangan jati diri dan kepribadian para mahasiswa serta bertujuan
membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian baik, mandiri, serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
c. Konsekuensi PKN sebagai MPK yaitu keseluruhan materi program pembelajaran
PKN disirati nilai-nilai Pancasila. Pengertian nilai dasar harus difahami bahwa nilai-
nilai Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan sumber orientasi pengembangan
kekaryaan setiap lulusan Perguruan Tinggi.

C. Tujuan program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi:
1. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai
moral-etika dan religius.
2. Menjadi warga negara yang cerdas, berkarakter, dan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan.
3. Menumbuhkan jiwa semangat nasionalisme dan rasa cinta pada tanah air.
4. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggung jawab serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

D. Peran nilai-nilai dalam setiap Sila Pancasila adalah sebagai berikut :


1. Nilai Ketuhanan dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : Sila ini menempatkan
manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya. Faham nilai ketuhanan
dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa tidak memberikan ruang bagi faham anti Tuhan
dan yang sejenisnya.
2. NIlai Kemanusiaan dalam Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab : Sila ini
memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu harus
didasarkan pada fungsinya semula yaitu untuk mencerdaskan, mensejahterakan, dan
memartabatkan manusia, tanpa memandang kelompok atau lapisan tertentu.
3. Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia : Sila ini mencakup pengakuan
perbedaan dalam kesatuan, hidup berdampingan secara damai, memiliki rasa
kekeluargaan yang tinggi, dan menegakkan hukum di posisi tertinggi.
4. Nilai Kerakyatan dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan : Sila ini mencakup penerapan dan penyebaran
ilmu pengetahuan yang harus dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari
kebijakan, penelitian sampai penerapan masal. Sila ini memiliki esensi menjunjung
tinggi nilai-nilai demokrasi yang berkeadaban. Tidak memberi ruang bagi faham
egoisme keilmuan, liberalisme, dan individualsime.
5. Nilai Keadilan dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia : Sila ini
menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena
kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu.

Kelima dasar nilai tersebut sebagai pedoman dan sumber orientasi dalam penyusunan
dan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai MPK mencerminkan pendidikan demokrasi, HAM, dan
persoalan kewarganegaraan lainnya berperspektif Pancasila. Jadi, arah pengembangan
kompetensi keilmuan PKN di perguruan tinggi Indonesia memiliki karakter sendiri

Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (MPK) sebagai


pengembangan kepribadian karena pendidikan kewarganegaraan dapat membantu
mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara yang baik sekaligus paham antara hak dan
kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis, dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-
norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pelajaran yang
menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum, multikultural, dan
kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga Negara yang sadar akan
hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter sehingga dapat diandalkan untuk
membangun bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai bidang keilmuan dan
profesinya.
Bukti Undang- Undang serta pasal, mengapa hal ini diwajibkan :
o Hal ini diperkuat juga dengan, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 37 Ayat (1) huruf b yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat pendidikan kewarganegaraan. Demikian pula
pada ayat (2) huruf b dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
pendidikan kewarganegaraan. Bahkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi lebih eksplisit dan tegas dengan menyatakan nama mata kuliah
kewarganegaraan sebagai mata kuliah wajib.
o Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) ditetapkan melalui: (1) Kepmendiknas No. 232/U/2000, tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa, menetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok
program studi. (2) Kepmendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi menetapkan bahwa Pendidikan Agama,
Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata
Kuliah Pegembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap
program studi/kelmpok program studi. (3) Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No.
43/Dikti/Kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, menetapkan status dan beban
studi kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian. Bahwasannya beban studi
untuk Mata Kuliah Pendidikan Agama, Kewarganegaraan dan Bahasa masing-
masing sebanyak 3 sks. Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK karena PKn merupakan bagian
kelompok MPK.

Menurut Iriyanto, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (MPK) adalah suatu


program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran di Perguruan
Tinggi dan berfungsi sebagai model pengembangan jati diri dan kepribadian para
mahasiswa, bertujuan untuk membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan
mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka Pendidikan
Nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan pendidikan ke masa
depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi sangat strategis yaitu
“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) di perguruan tinggi sebagai
kelompok MPK diharapkan dapat mengemban misi fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tersebut. Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yang
substansi kajian dan materi instruksionalnya menunjang dan relevan dengan pembangunan
masyarakat demokratik berkeadaban, diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi
ilmuwan atau profesional, berdaya saing secara internasionasional, warganegara Indonesia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Pergeseran nilai dapat terjadi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal adalah pengaruh dari adanya globalisasi yang masuk kedalam
bangsa kita. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang bersumber dari bangsa Indonesia
sendiri. Contoh dari faktor eksternal adalah globalisasi yang di semangati liberalisme
mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang
politik. Munculnya sistem baru seperti ini mampu menggeser tatanan dunia lama yang
lokal regional menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global. Masuknya nilai dan sistem
– sistem baru dari luar seperti ini menyebabkan terjadinya loncatan atau pergeseran dalam
sistem tata nilai kita. Muncul suatu keraguan untuk menerima nilai – nilai baru tersebut
atau mempertahankan nilai – nilai dasar yang dipegang oleh negara kita.
Sedangkan contoh dari faktor internal adalah faktor yang bersumber dari bangsa
Indonesia sendiri. Hal seperti ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman seorang
warga negara dalam memahami Pancasila. Pancasila dianggap sebagai sebuah alat
legitimasi kekuasaan Orde Baru yang tidak dapat menyelesaikan krisis yang sedang
dihadapi oleh negara. Pemikiran seperti ini membuat semakin banyak orang yang
menganggap remeh Pancasila, bahkan menjadi anti Pancasila. Kesalahpahaman seperti ini
menjadikan masyarakat telah kehilangan sumber dan sarana orientasi terhadap nilai sikap
anti Pancasila seperti ini dapat menimbulkan masalah baru dalam masyarakat, yaitu
berkurangnya sikap nasionalisme.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana
warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan
bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini
membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan
juga pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang
lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan
tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi
jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengembangan diri seluas-luasnya. Rasa
kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan
imingiming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah
terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga
menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap
tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu Pendidikan
Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di masa depan harus segera dilakukan
perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan evaluasi
pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara
demokratis dan juga terdidik.

SUMBER

http://legowojr.blogspot.com/2019/09/pendidikan-kewarganegaraan-pkn-sebagai.html

http://nabilanaradjalazuardi.blogspot.com/2014/06/pendidikan-kewarganegaraan-sebagai.html

http://dosen.stiealanwar.ac.id/file/content/2020/10/Bab_1_PENDIDIKAN_KEWARGANEGAR
AAN_SEBAGAI_MATA_KULIAH_PENGEMBANGAN_KEPRIBADIAN_nurrohman.pdf

Budimansyah, D & Winataputra. (2007). Civic education ‘konteks, landasan, bahan ajar, dan
kultur kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Seklah Pasca Sarjana UPI.

Budiutomo, Triwahyudi. (2013). “Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Karakter


Bangsa”. Jurnal Academy Of Education, 4

Abdul, Latief. (2016). Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pendidikan Karakter
Peserta Didik kelas X Di SMK Negeri Paku. Jurnal Pepatuzdu, 11
“ IDENTITAS NASIONAL “

A. Pengertian Identitas Nasional

Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud sebagai
suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain. Sedangkan nasional atau
Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu
harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah kepribadian nasional
atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa
yang lainnya. Identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbolsimbol
kenegaraan seperti:

Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan
Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum
Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain. Dengan terwujudnya identitas
bersama sebagai bangsa dan Negara Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan
daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional
akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.

Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jati diri serta kepribadiannya Rasa
solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi
kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara di masa depan.1 Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis
dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional 1
yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan
kembali kesadaran Nasional.

B. Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor
primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau factor objektif adalah faktor bawaan
yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan
demografi. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan
yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antara wilayah dunia di Asia
Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan
kultural bangsa Indonesia.

Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang mempengaruhi
terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai 2 Faktor yang tak
kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah
mereka dapat menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman
masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas
tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.

Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan profesi


sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan
masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling
bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan
dalam masyarakat. 3 Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile
Durkheim disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti
Amerika Utara dan Eropa Barat. Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-
lembaga itu seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-
lembaga itu melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan
golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan
orang sebagai satu bangsa.

C. Identitas Negara Indonesia


Setelah Indonesia lahir maka dibentuk terkait karakteristik Negara Indonesia yang di
dalamnnya berisikan Identitas nasional Indonesia. Setiap negara Indonesia memiliki identitas
untuk melambangkan keagungan suatu negara. Seperti negara Indoenesia yang memiliki
identitas yang dapat menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia. Identitas
Indonesia menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemersatu dan simbol kehormatan negara.
Selain itu identitas Nasional menjadikan negara Indonesia yang bermartabat diantara negara-
negara lain yang memiliki beragam kebudayaan, agama dan memiliki jiwa toleransi maupun
solidaritas tinggi. Berikut penjelesan mengenai identitas Negara Indonesia yaitu bendera negara
Sang Merah Putih, Bahasa indonesia, Lambang Negara Indonesia beserta simbol-simbol
Pancasila, lagu kebangsaan dan Hukum.
a. Bendera Negara Sang Merah Putih Bendera negara diatur dalam Undang-Undang No. 24
Tagun 2009 pasal 4 sampai 24, bendera warna merah putih dikibarkan pertama kali
pada tanggal 17 Agustb. Bahasa Negara Indonesia
b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara merupakan hasil kesepakatan para pendiri
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahasa Indonesia berasal dari rumpun
bahasa melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca), setelah itu
diangkat dan diikrarkan srbagai bahasa persatuan pada kongkres Pemuda II tanggal 28
oktober 1928. Bangsa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus jati diri dan
Identitas nasional Indonesia.
c. Lambang Negara Garuda Pancasila dan Simbol-simbol Pancasila Pada tanggal 13 juli
1945, dalam rapat panitia perancangan Undang-undang Dasar 1945. Salah seorang
anggota panitia bernama Parada Harahap mengusulkan tentang lambang negara .
tanggal 16 November 1945 baru dibentuk panita Indonesia Raya, panitia ini bertugas
menyelidiki arti lambang-lambang dalam peradaban bangsa Indonesia sebagai langkah
awal untuk mempersiapkan bahan kajian tentang lambang negara.

Disebutkan dalam cerita ramayana dan bharatayuda. Adapun makna yang terkandumg
dalam simbol-simbol Pancasila

1. Bintang yang memiliki lima sudut melambangkan sila pertama pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa. Bintang melambangkan sebuah cahaya, seperti cahaya yang
dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia.
2. Rantai melambangkan sila kedua Pancasila yaitu kemanusian yang adil dan beradab.
Rantai tersebut terdiri atas mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran yang
saling berkaitan membentuk lingkaran. Mata rantai 6 segi empat melambangkan laki-
laki, sedangkan yang lingkaran melambaikan perempuan mata rantai yang saling
berkaitpun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan,
menumbuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah
rantai
3. Pohon beringin melambangkan sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Pohon beringin
melambaikan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang sebagai tempat
berteduh dibawahnya. Hal ini mewakili keragaman suku bangsa yang menyatu di
Indonesia.
4. Kepala banteng melambangkan sila keempat pancasila, Yaitu kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kepala banteng
melambangkan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah dimana
orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
5. Padi dan kapas melambangkan sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia. Padi dan kapas dapat mewakili sila kelima, karena padin dan kapas
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat
utama untuk mencapai kemakmuran.
d. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam undang-undang No. 24 Tahun 2009 mulai
Pasal 58-64, sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada Kongres pemuda II
tanggal 28 Oktober 1928. Selanjutnya menjadi lagu kebangsaan yang diperdengar pada
setiap upacara kenegaraan. 4 us 1945. Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan
dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta
e. Hukum
Negara indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi pasal 1 Ayat 3 UUD 1945
setelah diamandemen ketiga disahkan 10 November 2001. Penegasan ketentuan
konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan,
kenegaraan dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan hukum. 5

SUMBER :
A. Ubaidillah, dkk. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Jakarta: IAIN Jakarta
Press, 2000.
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Yogyakarta: Samudra
Biru, 2018.
Nikmah, Azah. “http://nikmahajah.blogspot.co.id/2013/11/proses-berbangsa-dan
Bernegara, diakses pada selasa, 17 september 2017.
Sunarso, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi),
Yogyakarta: UNY Press, 2013.
Khon, Prof. Hans, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlangga, 1984.
A. Pengertian Negara
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pada
prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada
kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat
ingin mewujutkan tujuan tujuan tertentu sepertti teerwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyrakat.
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai pilar-
pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir
setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan
dengan optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa
dipandang sebelah mata.
Di dunia ini negara terbagi dalam macam macam bentuk negara. Negara besar atau kecil,
kaya atau miskin, kuat atau lemah dan maju atau berkembang. Tapi pada dasarnya macam macam
terbagi atas beberapa bentuk.berikut bentuk negara diantaranya:
1. Negara Kesatuan (unitaris) Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara
yang hanya berdiri satu Negara saja, tidak terdapat Negara dalam suatu Negara.Dalam
pelaksanaan pemerintah derah di nrgara kesatuan dapat di laksanakan dengan dua alternative
system, yaitu:Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan keleluasaan dan
kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi) Sistem sentralisasi: dimana
segala sesuatu urusan dalam Negara tersebut langsung diatu an di urus oleh pemerintah pusat,
termasuk segala hal yang menyangkut pemerintahan dan kekuasaan di daerah.
2. Negara Serikat (federasi) Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan dari
beberapa, kemudian menjadi negara-negara bagian dari pada suatu Negara serkat.

➢ Unsur-unsur Negara Menurut Oppenheim-Lauterpacht, unsur-unsur negara adalah:


a) Unsur pembentuk negara (konstitutif): wilayah/daerah, rakyat, pemerintah yang berdaulat
b) Unsur deklaratif: pengakuan oleh negara lain.
Secara yuridis, konstitusi merupakan naskah yang berisi segala bangunan serta sendi-sendi
pemerintahan dalam suatu negara.
Secara sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sintesis faktor-faktor yang terjadi di dalam
masyarakat. Konstitusi menjelaskan hubungan antara kekuasaan yang berada di suatu negara, seperti
kabinet, parlemen, raja, parpol, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua pengertian konstitusi,
yakni konstitusi dalam arti sempit dan dalam arti luas.
1) Pertama, dalam pengertian sempit, konstitusi adalah Undang-Undang Dasar (hukum dasar
tertulis), yakni suatu dokumen yang berisi aturan serta ketentuan yang bersifat pokok dari
ketatanegaraan suatu negara.
2) Kedua, dalam arti luas, konstitusi merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan
dasar (hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis)
yang mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu
negara.
Pengertian Tujuan dan Fungsi Negara Secara Universal Antara tujuan dan fungsi negara
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Namun demikian keduanya memiliki
arti yang berbeda yaitu:
Apabila dihubungkan dengan negara, maka
▪ Tujuan menunjukkan apa yang secara ideal hendak dicapai oleh suatu negara, sedangkan
▪ Fungsi adalah pelaksanaan cita-cita itu dalam kenyataan.

➢ Jenis Konstitusi dan Contohnya


Secara umum, terdapat 2 jenis konstitusi jika dilihat dari bentuknya. Kedua jenis itu adalah
konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis
1. Konstitusi Tertulis
Konstitusi tertulis merupakan sekumpulan aturan pokok dasar negara, bangunan negara dan tata negara
yang mengatur perikehidupan satu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
Contoh konstitusi tertulis yang pernah berlaku di Indonesia adalah:
a) UUD 1945
a) UUDRIS
b) UUD Sementara
c) UUD 1945 Hasil Amandemen.

2. Konstitusi Tidak Tertulis


Konstitusi tidak tertulis disebut juga dengan konvensi, yakni kebiasaan ketatanegaraan yang sering
timbul dalam sebuah negara.
Contoh konvensi dalam ketatanegaraan Indonesia, yakni:
Pengembalian keputusan di MPR berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
Pidato Presiden setiap tanggal 16 Agustus 1945 di depan sidang paripurna DPR, dan sebelum MPR
bersidang, Presiden telah menyiapkan bahan-bahan untuk sidang umum MPR yang akan datang, Adat
istiadat.
B. Negara Konstitusional
Secara umum konstitusi dan negara merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya . Bahkan setelah abad pertengahan dapat dikatakan, tanpa konstitusi negara tidak
mungkin terbentuk . Setiap negara memiliki konstitusi tetapi tidak setiap negara mempunyai undang
undang dasar . Inggris tidak punya Undang Undang Dasar, namun bukan berarti Inggris tidak
memiliki Konstitusi . Konstitusi Inggris terdiri atas berbagai prisip dan aturan dasar yang timbul dan
berkembang selama berabad-abad sejarah bengsa dan negerinya (konvensi konstitusi) . Aturan dasar
tersebut antara lain tersebar dalam Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689), dan Parliament Act
(1911) .
➢ Sifat Konstitusi
Konstitusi disamping bersifat yuridis juga memiliki makna sosiologis dan politis. Pandangan ini
sejalan dengan pendapat Herman Heller seorang sarjana Jerman, yang membagi pengertian konstitusi
ke dalam tiga pengertian :
1) Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan (Die
politische verfassung als gesellschaftliche Wirklichkeit) dan ia belum merupakan konstitusi
dalam arti hukum (ein Rechtsverfassung) atau dengan perkataan lain konstitusi itu masih
merupakan pengertian sosiologi atau politis dan belum merupakan pengertian hukum. Baru
setelah orang mencari unsur-unsur hukumnya dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat
itu untuk dijadikan sebagai suatu kesatuan kaidah hukum, maka konstitusi itu disebut
Rechtverfassung (Die verselbastandigte Rechtverfassung).
Kemudian orang mulai menulisnya dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu negara.
Sementara K.C. Wheare F.B.A dalam buku Modern Constitution , menjelaskan istilah
konstitusi, secara garis besarnya dapat dibedakan ke dalam dua pengertian, yaitu:
a) Pertama, istilah konstitusi dipergunakan untuk menunjuk kepada seluruh rules mengenai
sistem ketatanegaraan.
b) Kedua, istilah konstitusi menunjuk kepada suatu dokumen atau beberapa dokumen yang
memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tertentu yang bersifat pokok atau dasar saja
mengenai ketetanegaraan suatu negara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa pengertian konstitusi dan undang
undang dasar menunjuk kepada pengertian hukum dasar suatu negara, yang mengatur susunan
organisasi pemerintahan , menetapkan badan-badan negara dan cara kerja badan tersebut, menetapkan
hubungan antara pemerintah dan warga negara , serta mengawasi pelaksanaan pemerintahan .
Perbedaannya hanya terletak pada proses terjadinya konstitusi itu . Oleh karena itu, perbedaan
istilah antara konstitusi dan undang-undang dasar itu tidak menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini.
Di Indonesia sendiri pernah memakai kedua istilah tersebut, yaitu ketika tahun 1945 dan tahun 1950,
hukum dasar negara Indonesia diberi nama dengan istilah “undangundang dasar” yaitu Undang
Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Dasar.
Sementara 1950. Sementara pada tahun 1949 negara Indonesia menggunakan istilah “konstitusi”
untuk menyebut hukum dasarnya yakni Konsitusi Republik Indonesia Serikat.
Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Jimly Asshiddiqie, guru besar hukum
tata negara, diperinci sebagai berikut :
a) Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
b) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
d) Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
e) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kuasaan yang asli (yang dalam sistem
demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
f) Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan (identity of nation), serta sebagai center of ceremony.
g) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit hanya
dibidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.
h) Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaruan masyarakat
SUMBER

Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia, Jakarta:


Grafity, 1995.

B.N. Marbun, Demokrasi Jerman, Perkembangan dan Masalahnya, Jakarta: Sinar


Harapan, 1983.

Carl J.Friedrich, Constitutional Government and Democracy: Theory and Practice in Europe
and America, Waltham, Massachusetts, Toronto-London: Blaidell Publishing Company, Edisi IV,
1967

Carl Schmitt, Verfassungslehre, Duncer & Humbolt, Berlin Unverandester neudruk, 1954.

Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahannya,


Jakarta: LP3S, cet.1, 1990.

Dennis C.Mueller, Constitutional Democracy, Oxford University Press, 1996

Dicey, Introduction to the Study of the Law of the Constitution, London, 1971.

Djokosutono, Hukum Tata Negara, Dihimpun Harun Alrasid, Jakarta: Ghalia Indonesia,
Cet. Pertamja, 1982.

Eric Barendt, An Introduction to Constitutional Law, London: Oxford University Press, 1998

Greg Russell, Bentuk Pemerintahan Berdasarkan Konstitusi Amerika dan Negaranegara


Lain” dalam “Jurnal Demokrasi”, Office of International Informayion Programs U.S. Departement
af State, tanpa tahun,

M.Solly Lubis, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1978

Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum, Jakarta: Bulan Bintang,1992

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak,Kewajiban,Warga Negara ........................................... 2
B. Hak,Kewajiban Negara/ Pemerintah .................................................... 6
C. Asas kewarganegaraan .........................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,
sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak
merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan /
kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga
negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan
secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu
ketimpangan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam
pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara.

Dewasa ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan


kewajiban, terutama dalam bidang lapangan pekerjaan dan tingkat
kehidupan yang layak bagi setiap warga negara. Lapangan pekerjaan dan
tingkat kehidupan yang layak merupakan hal yang perlu diperhatikan .
Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “ Tiap - tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “ .
Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat
kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap warga negara sebagai
salah satu tanda adanya perikemanusiaan

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara


2. Menjelaskan Hak, kewajiban Negara / pemerintah
3. Menjelaskan asas kewarganegaraan

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping


untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan
semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami hak dan kewajiban
warga Negara.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan
oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam
kandungan. Hak pada umumnya didapat dengan cara diperjuangkan
melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Contoh Hak
Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan
hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata
hukum dan di dalam pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan
menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang
dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara
kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan
berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan
tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu


keharusan / kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota
warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk didapat .
Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan / kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara
guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut . Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia ;
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta
dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia
dari serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
(pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi
dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta
dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh
terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara
Indonesia.
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju
ke arah yang lebih baik

Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :


a. Membayar pajak.
b. Membela pertahanan dan keamanan.
c. Menghormati hak asasi.
d. Menjunjung hukum dan pemerintahan.
e. Ikut serta membela negara.
f. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
g. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN
warga Negara dalam UUD 1945 ;
• Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang- orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara pada
ayat 2, syarat –syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dgn undang-undang.
• Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukan nya didalam hukum dan pemerintahan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
• Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dgn lisan dan sebagainya
ditetapkan dgn undang-undang.
• Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk
ikut serta dalam pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan
pengaturan lebih lanjut diatur dengan UU.
Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur
oleh Pemerintah Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal
pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
adalah sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan
keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban
dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu. Sedangkan
menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk itu sendiri.

Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD


1945, pasal 26 menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli
dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara”.
Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan kepada peraturan
yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah orang yang berdasarkan
perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan
yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga
negara RI.

Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan


penanggung jawab kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh karena
itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah
ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara
menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara harus
mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan
ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat
diklasifikasikian menjadi :
a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
b.
Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara
bersifat sementara sesuai dengan visa (surat ijin untuk
memasuki suatu negara dan tinggal sementara yang diberikan
oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara
melalui kantor imigrasi.
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara,
digunakan 2 kriterium.
1. Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula
Ius Sanguinis. Di dalam asas ini, seseorang memperoleh
kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas
kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli.
Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya
berdasarkan negara tempat di mana dia dilahirkan, meskipun orang
tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.
Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan
mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik
antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya
kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya
kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu, maka
untuk menentukan kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel
kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan
stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:
o Hak Opsi, ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan
(pelaksanaan stelsel aktif); o Hak Reputasi, ialah hak untuk
menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan


Adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang dengan
syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan negara lain
1. Hak dan Kewajiban Negara/ Pemerintah

Hak dan kewajiban negara adalah menggambarkan apa yang

seharusnya diterima dan dilakukan oleh negara atau pemerintah dalam

melindungi dan menjamin kelangsungan kehidupan negara serta

terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam

pembukaan UUD 1945.

1. Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :

i. Menciptakan peraturan dan UU untuk ketertiban dan

keamanan.

ii. Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat

hidup orang banyak.

iii. Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.

2. Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :

a. Melindungi wilayah dan warga negara.

b. Memajukan kesejahteraan umum.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan


perdamaian abadi dan keadilan sosial.

e. Menjamin kemerdekaan penduduk memeluk agama.

f. Membiayai pendidikan dasar.

g. Menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.


h. Memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari

anggaran belanja negara dan belanja daerah.

i. Memajukan pendidikan dan kebudayaan.

j. Mengembangkan sistem jaminan sosial.

k. Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai

kebudayaan nasional.

l. lMenguasai cabang-cabang produksi penting bagi negara dan

menguasai hidup orang banyak.

m. Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi kemakmuran

rakyat.

n. Memelihara fakir miskin.

o. Mengembangkan sistem jaminan sosial.

p. Menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan publik yang

layak.

Pasal 27 Ayat 2 Uud 1945 Dan Hubungan Dengan Warga Negara

Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi “ Tiap - tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “ .

Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap individu sebagai anggota warga

negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan serta kehidupan yang layak

dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa , dan bernegara

Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna

menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan


kehidupan yang layak . Penghidupan yang layak diartikan sebagai

kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar , seperti :

pangan , sandang , dan papan .

2. Asas Kewarganegaraan

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara,

digunakan 2 kriterium, yaitu:

3. Kriterium kelahiran.

Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2,

yaitu:

i. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau

disebut pula Ius Sanguinis. Di dalam asas ini, seseorang

memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan

asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia

dilahirkan.

ii. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau

Ius Soli. Di dalam asas ini, seseorang memperoleh

kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana

dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara

dari negara tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama

dengan mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan

yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan

menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-

patride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali

(a-patride). Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan

kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel

kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel


aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelselo ini kita

bedakan dalam:

o Hak Opsi : ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan

(pelaksanaan stelsel aktif); o Hak Reputasi, ialah hak

untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).

4. Naturalisasi atau pewarganegaraan

Adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang


dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan
negara lain.

Di indonesia, siapa-siapa yang menjadi warga negara telah

disebutkan di dalam pasal 26 UUD 1945, yaitu:

a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan

dengan undang-undang sebagai warga negara.

b. Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan


undang-undang.

Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur

dalam UU nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia, yang pasal 1-nya.

a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan

dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau

peraturanperaturan yang berlaku sejak Proklamasi 17

Agustus 1945 sudah warga negara Republik Indonesia.

b. Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan

hukum kekeluargaan dengan ayahnya, seorang warga

negara RI, dengan pengertian bahwa kewarganegaraan

karena RI tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum

kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18


tahun, atau sebelum ia kawin pada usia di bawah umur 18

tahun.

c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal

dunia, apabila ayah itu pada waktu meninggal dunia warga

negara RI.

d. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI,

apabila ia pada waktu itu tidak mempunyai hubungan hukum

kekeluargaan dengan ayahnya.

e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI,

jika ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau

selama tidak diketahui kewarganegaraan ayahnya.

f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang

tuanya tidak diketahui.

g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama

tidak diketahui kedua orang tuanya.

h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang

tuanya tidak mempunyai kewarganegaraan atau selama

kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak diketahui.

i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu

lahirnya tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau

ibunya itu.

j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut

aturan undang-

undang ini.a menyebutkan: Warga Negara Republik

Indonesia adalah:

Selanjutnya di dalam Penjelasan Umum UU No. 62 Tahun

1958 ini dikatakan bahwa kewarganegaraan RI diperoleh:


a. Karena kelahiran;

b. Karena pengangkatan;

c. Karena dikabulkan permohonan;

d. Karena pewarganegaraan;

e. Karena atau sebagai akibat dari perkawinan

f. Karena turut ayah/ibunya;

g. Karena pernyataan.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 62 Tahun

ini disebutkan: b, c, d, dan e. Sudah selayaknya keturunan

warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah diterangkan

di atas dalam bab I huruf a yang menentukan status anak ialah

ayahnya. Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan

dengan ayahnya atau apabila ayahnya tidak mempunyai

kewarganegaraan ataupun (selama) tidak diketahui

kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan

status anak itu. Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan

anak selalu mengadakan hukum secara yuridis. Anak baru turut

kewarganegaraan ayahnya, setelah ayah itu mengadakan

hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum itu

baru diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak

turut kewarganegaraan ayahnya. Menjalankan ius soli supaya

orang-orang yang lahir di Indonesia tidak ada yang tanpa

kewarganegaraan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk


didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih
berada dalam kandungan. Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap
sebagai suatu keharusan / kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu
sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk
didapat . Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur
oleh Pemerintah Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.
Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal
pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.

Hak negara atau pemerintah adalah meliputi :Menciptakan peraturan dan


UU untuk ketertiban dan keamanan.

1. Melakukan monopoli sumber daya yang menguasai hajat hidup

orang banyak.

2. Memaksa warga negara taat akan hukum yang berlaku.


Kewajiban negara berdasarkan UUD 1945 :

1. Melindungi wilayah dan warga negara.

2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Dsb
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

Sadjiman, Djunaedi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Daerah :Tanpa

Nama Penerbit.

Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Sunarto, agung Hartono; Perkembangan Peserta Didik, PT. Rineka

Cipta, Jakarta, 2002

Panut Panuju, Ida Umami ; Psikologi Remaja, PT. Tiara Wacana Yogya,

Yogyakarta, 1999

Hasbullah ; Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT. RajaGravindo Persada,

Jakarta, 2001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi.................................................................................... 5
B. Prinsip Demokrasi .......................................................................................... 6
C. Jenis-jenis Demokrasi .................................................................................... 7
D. Ciri-ciri Demokrasi......................................................................................... 8
E. Contoh Demokrasi .......................................................................................... 8

BAB III
Kesimpulan dan Saran
A.Simpulan ........................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya.


Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998
sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat
beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka
dengan diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah
menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan
pendapat dan aspirasinya masing-masing.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan


suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan
oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum.

Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan


adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa


Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia.
Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan
karunia Tuhan yang patut kita syukuri.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan demokrasi?

2
1.2.2. Apa sajakah jenis-jenis demokrasi?
1.2.3. Bagaimana ciri-ciri demokrasi?

1.2.4. Apa sajakah contoh-contoh demokrasi?

1.2.5. Bagaimanakah prinsip demokrasi?

1.3. Tujuan

1.3.1. Dapat mengetahui pengertian demokrasi

1.3.2. Dapat mengetahui jenis-jenis demokrasi

1.3.3. Dapat mengetahui ciri-ciri demokrasi

1.3.4. Dapat mengetahui contoh-contoh demokrasi

1.3.5. Dapat mengetahui prinsip demokrasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan


rakyat. Demokrasi berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang memiliki arti
rakyat dan Kratos yang memiliki arti kekuasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara. Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :

1. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi dan


dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu
sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaaan
untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan
dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan
masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi
oleh institusi lainnya.
2. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
3. Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu kebebasan atau
prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap
warga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun
mengatakan apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.
4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat,
karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM

4
bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap
paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
5. Demokrasi menurut International Commission of Juris tadalah bentuk
pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu keputusan politik harus
diselenggarakan oleh rakyat melalui para wakil yang terpilih dalam suatu proses
pemilu.

B. Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik
a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
b. Pemerintahan konstitusional
c. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
d. Pers yang bebas
e. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
f. Pengawasan terhadap administrasi negara
g. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
h. Pemerintahan yang diskusi
i. Pemilihan umum yang bebas
j. Pemerintahan berdasarkan hukum
2. Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
a. Pemusatan kekuasaan
Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif menjadi satu dan dipegang
serta dijalankan oleh satu lembaga.
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusional
Pemerintahan dijalankan berdasarakan kekuasaan. Konstitusinya
memberi kekuasaan yang besar pada negara atau pemerintah.
c. Rule of Power
Prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan supremasi kekuasaan
yang besar pada negara atau pemerintah..
d. Pembentukan pemerintah tidak berdasarkan musyawarah tetapi melalui
dekrit
e. Pemilihan umum yang tidak demokratis.

5
Pemilihan umum dijalankan hanya untuk memperkuat keabsahan
penguasa atau pemerintah negara.
f. Manajemen dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak bertanggung jawab
g. Tidak ada dan atau dibatasinya kebebasan berpendapat, berbicara dan
kebebasan pers.
h. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan
penggunaan paksaan.
i. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi
pelanggaran hal asasi manusia.
j. Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara.

C. Jenis-jenis Demokrasi
Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Berikut beberapa jenis dari demokrasi :
1. Demokrasi menurut cara aspirasi rakyat
a. Demokrasi Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang memberikan kesempatan kepada seluruh
warga negaranya dalam permusyawaratan saat menentukan arah kebijakan
umum dari negara atau undang-undang.
b. Demokrasi Tidak Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang dijalankan menggunakan sistem
perwakilan.
2. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi
a. Demokrasi Liberal
Merupakan Kebebasan individu yang lebih ditekankan dan mengabaikan
kepentingan umum
b. Demokrasi Rakyat
Merupakan demokrasi yang didasarkan pada paham sosialisme dan
komunisme dan lebih mengutamakan kepentingan umum atau negara.
c. Demokrasi Pancasila
Merupakan demokrasi yang ada di Indonesia bersumberkan pada nilai- nilai
sosial budaya bangsa serta berazaskan musyawarah mufakat dengan
memprioritaskan kepentingan seluruh msyarakat atau warga negara. Demokrasi
pancasila fokus pada kepentingan dan aspirasi serta hati nurani rakyat. Sampai

6
saat ini Indonesia menganut demokrasi pancasila yang bersumber pada falsafah
pancasila.
D. Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi
seperti:
Pemerintahan didasarkan kehendak dan kepentingan semua rakyat.
Ciri konstitusional ialah hal yang berhubungan denag kepentingan, kehendak
atau kemauan atau kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi dan
undang-undang negara tersebut.
Ciri perwakilan yakni dalam mengatur negaranya kedaulatan rakyat akan
diwakilkan oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri. Ciri
pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk
memilih pihak dalam pemerintahan.
Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi
bagian dalam melaksanakan sistem demokrasi.
Ciri kekuasaan ialah adanya pembagian dan pemisah kekuasaan.
Ciri tanggung jawab ialah adanya tanggung jawab dari pihal yang sudah dipilih
untuk ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.

E. Contoh Demokrasi
1. Jenis-Jenis Demokrasi Demokrasi Langsung
Contoh : Ikut mencoblos saat pemilu atau pilkada, dan memilih secara
langsung ketua kelas.
Demokrasi Perwakilan
Contoh : Pembuatan undang-undang yang diwakili oleh anggota DPR
2. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
dibagi 3 :

Referendum Wajib
Contoh : Pemungutan suara pemisahan Timor-Timur, dan persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan UUD.
Referendum Tidak Wajib
Contoh : Peranan partai politik tidak begitu menonjol tetapi kehendak
rakyat dapat diketahui secara langsung dalam demokrasi.

7
Referendum Konsultatif
Contoh : Rayat sendiri kurang memahami tentang ini maka pada saat materi
UU rakyat hanya diminta persetujuan.
3. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritas :
Demokrasi Formal
Contoh : adanya keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
Demokrasi Material
Contoh : Mungkin keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat hanya
sebagai simbol saja, dan hanya mementingkan kepentingan negara saja
dibandingkan rakyat.
Demokrasi Campuran
Contoh : Rakyat memilih wakil di DPRD kemudian wakil itu dikontrol oleh
rakyat dengan sistem referendum.
4. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi :
Demokrasi Liberal
Contoh : Dalam demokrasi ini adanya sistem multi partai dan Demokrasi ini
telah mendorong untuk lahirnya partai-partai politik.
Demokrasi Rakyat adalah Demokrasi dimana rakyat yang menentukan saat
ada masalah penting.
Contoh : Pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden

8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama bagi semua warga negara
2. Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua yaitu Prinsip Demokrasi
Sebagai Sistem Politik dan Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
3. Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Yaitu Demokrasi menurut cara
aspirasi rakyat (Demokrasi Langsung, Demokrasi Tidak Langsung)
dan Demokrasi (Berdasarkan Prinsip Ideologi,
Demokrasi Liberal, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Pancasila)

3.2 Saran
Demokrasi di indonesia harus di pahamin karna agar semua masyarakat
Indonesia bisa menggunakan demokrasi masing-masing dengan sebaik-baiknya.
10
DAFTAR PUSTAKA

http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pe
ngertian-demokrasi-dan-jenis-jenis.html

http://www.informasi-pendidikan.com/2016/02/ciri-ciri-
demokrasi.html

http://www.tugassekolah.com/2017/09/contoh-contoh-demokrasi-
dalam-kehidupan.html

https://guruppkn.com/contoh-perwujudan-demokrasi-di-lingkungan-bangsa- dan-
negara
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................... iii

DAFTAR ISI.......................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................2

Makna Negara Indonesia Sebagai Negara Hukum .............................. 2

Hubungan Negara Hukum dan HAM ……………………………………….. 3

Prinsip Negara Hukum dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara ..... 10

Upaya Penegakkan HAM di Indonesia ................................................10

Contoh Kasus yang Melanggar HAM ................................................. 12

BAB III. PENUTUP ................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,


meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata
kuliah pengembangan kepribadian tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma
baru, yaitu pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila. Sehingga seluruh penerus bangsa Indonesia
bisa memahami arti dari Negara yang memiliki hukum dan arti dari hak asasi manusia sehingga bisa
saling menghargai satu sama lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah makna Indonesia sebagai Negara Hukum ?

Bagaimanakah hubungan Negara Hukum dengan HAM ?

Bagaimana menerapkan Prinsip Negara Hukum dalam kehidupannya sebagai warga negara ?

Bagaimana mendukung Penegakkan HAM di Indonesia ?

C. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui pengertian dari pada Hak Asasi Manusia dan seperti apa praktek pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Serta hukuman apa yang diberlakukan untuk orang yang melanggar Hak Asasi
Manusia.

D. MANFAAT

Agar para intelektual khusus nya para mahasiswa bisa lebih memahami lagi tentang sistem
Negara hukum di Indonesia dan prinsip-prinsip Negara hukum dan juga mengerti tentang paradigma hak
asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II

PEMBAHASAN

MAKNA NEGARA INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut harus dimaknai bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang
membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara
luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional Indonesia
harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung
keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai
pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan
jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa
depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam
praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang
berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945,
yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke
dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945
tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut :

1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).

2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang kemungkinan
dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental.

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada
Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia
adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal
33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.

Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi. Prinsip
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945).

Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).

Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.

Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);

Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD 1945).
B. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN HAM

PENGERTIAN NEGARA HUKUM

Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat yang sempurna (a
perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat sempurna yang para anggotanya
mentaati aturan yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah
kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu adanya penghargaan nilai-
nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama
anggotamasyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami
dirinya sebagai bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini pengertian negara
seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan eksternal, there exists onlyone
perfect society in the natural order, namely the state (Henry J. Koren(1995:24).

Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam ragam formulasinya, misalnya
menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles. Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya
karena perbedaan cara-cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu
bentuk masyarakat yang sempurnya. Teori klasik menginspirasikan lahirnya teori modern tentang
negara, kemudian dikenal istilah negara hukum. Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan
dari kata Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan
istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah
Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan oleh para pendiri negara
Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu .
Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda)
dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen,
berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara
hukum yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang mengatakan cita negara hukum yang
demokratis pertama kali dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa menyesatkan. Para

pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara hukum. Ketika para pendiri negara
bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep
Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut dikemukakan
istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusant ara, 2010:2).
Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep alternatif tentang ketatanegaraan
sepert i: negara sosialis, negara serikat dikemukakan oleh para pendiri negara.

Perdebatan pun dalam sidang terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa dan
semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung tinggi azas
kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapatditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 danUUDS 1950. Dalam
konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasalyang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB
tahun 1948. Hal itumenunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan, danperlindungan
HAM perlu dan penting unt uk dimasukkan ke dalam konstitusinegara (Abdul Hakim G Nusantara,
2010:2)Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanyapenyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur unsur lembaga di dalamnya
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal
(2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasihukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketert iban hukum. Dasar yuridis bagi negara
Indonesia sebagai negara hukum tertera pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga),
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya
kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di masukkan dalam konsep negara
hukum dalam arti material atau negara hukum dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari
perumusan mengenai t ujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945
Alenia IV. Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi
keberadaan negara hukumIndonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34UUD
Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atasperekonomian negara dan
kesejahteraan rakyat.

PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita
mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sebagainya.

Apabila melanggar HAM maka seseorang akan bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia
yaitu Komnas HAM.

Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga
diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu
tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda
dari Indonesia.

1. Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia:

- Hak Asasi Pribadi / Personal Right:

- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.

- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.


- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.

- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama


dankepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Politik / Political Right:

- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.

- Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasipolitik lainnya.

- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum / Legal Equality Right:

- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

-Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.

- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi / Property Rigths:

- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.

- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.

- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:

- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di


mata hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya / Social Culture Right:

- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.

- Hak mendapatkan pengajaran.

- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakatdan minat.


Jenis-Jenis HAM

Isi UUD 1945 sebelum dilakukan perubahan (amandemen) mengatur hak asasi manusia dalam 7
pasal antara lain adalah pasal 27, 28, 29, 30, 31, 33 dan 34. Namun setelah UUD 1945 dilakukan
perubahan (amandemen) maka ada bagian khusus tentang hak asasi manusia yaitu dengan rincian
sebagai berikut:

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pasal 28 B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Pasal 28 D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28 E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasab berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28 G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atas perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28 H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih
secara sewenang-wenang oleh siapapun.

Pasal 28 I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman
dan peradaban.

(4) Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.

Pasal 28 J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
dijalankan.

Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak azasi manusia dan
menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi
prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya
perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar
kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian
Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis
didasarkan pada UUD Negara RI 1945.

C. PRINSIP NEGARA HUKUM DALAM KEHIDUPAN SEBAGAI WARGA NEGARA

Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderungmengarah pada konsep
negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukumdalam arti sempit. Dalam Prinsip ini negara hukum
diposisikan ke dalamruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Seperti dalam uraian
terdahulunegara hukum dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan
negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur - unsur lembaganya dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif.
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara hukum dalam arti
material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan jaman. Prinsip Negara Hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya
memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :

HAM terjamin oleh undang-undang.

Supremasi hukum.

Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.

Kesamaan kedudukan di depan hukum.

Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.

Pemilihan umum yang bebas dan Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

D. UPAYA PENEGAKKAN HAM DI INDONESIA

Upaya penegakan HAM dapat dilakukan melalui jalur hukum dan politik. Maksudnya terhadap
berbagai pelanggaran HAM maka upaya menindak para pelaku pelanggaran diselesaikan melalui
Pengadilan HAM bagi pelanggaran HAM berat dan melalui KKR (Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi).

Upaya penegakan HAM melalui jalur Pengadilan HAM, mengikuti ketentuan-ketentuan antara lain,
sebagai berikut:

Kewenangan memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat tersebut di
atas oleh Pengadilan HAM tidak berlaku bagi pelaku yang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan.
Terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkan UURI No.26
Tahun 2000, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM adhoc. Pembentukan Pengadilan HAM ad hoc
diusulkan oleh DPR berdasarkan pada dugaan telah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang dibatasi pada tempat dan waktu perbuatan tertentu (locus dan tempos delicti ) yang terjadi
sebelum diundangkannya UURI No. 26 Tahun 2000. Agar pelaksanaan Pengadilan HAM bersifat jujur,
maka pemeriksaan perkaranya dilakukan majelis hakim Pengadilan HAM yang berjumlah 5 orang. Lima
orang tersebut, terdiri atas 2 orang hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 orang hakim
ad hoc (diangkat di luar hakim karir). Sedang penegakan HAM melalui KKR penyelesaian pelanggaran
HAM dengan cara para pelaku mengungkapkan pengakuan atas kebenaran bahwa ia telah melakukan
pelanggaran HAM terhadap korban atau keluarganya, kemudian dilakukan perdamaian. Jadi KKR
berfungsi sebagai mediator antara pelaku pelanggaran dan korban atau keluarganya untuk melakukan
penyelesaian lewat perdamaian bukan lewat jalur Pengadilan HAM.

Beberapa contoh kegiatan yang dapat dimasukan menghargai upaya penegakan HAM, antara lain :

Membantu dengan menjadi saksi dalam proses penegakan HAM;

Mendukung para korban untuk memperoleh restitusi maupun kompensasi serta rehabilitasi;

Tidak mengganggu jalannya persidangan HAM di Pengadilan HAM;

Memberikan informasi kepada aparat penegak hokum dan lembaga – lembaga HAM bila terjadi
pelanggaran HAM;

Mendorong untuk dapat menerima cara rekonsiliasi melalui KKR kalau lewat jalan Peradilan HAM
mengalami jalan buntu, demi menghapus dendam yang berkepanjangan yang dapat menghambat
kehidupan yang damai dan harmonis dalam bermasyarakat.

Sebagai negara hukum, maka dalam upaya menegakan HAM diatur pelaksanaannya dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:

UUD 1945

UUD 1945 Pasal 31, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak mendapat pengajaran. Maka
untuk mencapainya Pemerintah membangun gedung-gedung sekolah, mengangkat guru, memberikan
bea siswa pada anak berprestasi tetapi dari segi ekonomi kurang mampu, dan lain-lain.

Ketetapan MPR

TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, menugaskan Presiden dan DPR untuk membentuk lembaga yang
melakukan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian, dan mediasi tentang HAM. Maka
dibentuklah KOMNAS HAM melalu Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993.

Undang-Undang

UU Nomor 39 tahun 1999 Pasal 9, menegaskan tentang hak untuk hidup. Maka manakala terjadi
pelanggaran terhadap hak ini, maka pemerintah menggelar peradilan HAM.
E. CONTOH KASUS YANG MELANGGAR HAM

Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992
yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan
memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan
senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahnya beban pengeluaran perusahaan.
Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat
Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan
4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp1700 menjadi Rp2250.

Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Surya yang aktif dalam aksi unjuk rasa buruh.
Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas
rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo.3 Mei 1993, para buruh
mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan
mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk
perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250. Tunjangan tetap
Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.

Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk
rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan
yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13
buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di
tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap
dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk
menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar
pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-
rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

Marsinah adalah salah satu korban pelanggaran HAM di negeri ini. Marsinah memperjuangkan haknya
sebagai buruh untuk meningkatkan kesejahteraan seperti tertera dalam surat edaran gubernur. Namun
demikian perusahaan kiranya memiliki pandangan berseberangan dengan kaum buruh tersebut.
Perusahaan cenderung untuk tetap tidak memberikan hak buruh berupa kenaikan gaji. Atas keadaan
tersebut buruh bereaksi dengan berdemonstrasi beberapa kali. Demonstrasi buru tersebut direaksi
dengan aksi represif oleh pihak perusahaan. Dengan menggandeng pihak militer mereka memaksa kaum
buruh untuk menghentikan aksinya. Tekanan-tekanan dari pihak perusahaan kiranya tidak menyurutkan
langkah mereka, hingga akhirnya perusahaan memutuskan untuk membunuh para pimpinan yang
dianggap sebagai penggerak demonstrasi tersebut. Sepertinya kasus ini adalah suatu hasil konspirasi
tingkat tinggi, karena penyelidikan polisi seolah membentur tembok. Hingga saat ini, kasus pembunuhan
Marsinah menjadi satu kasus misterius tak terpecahkan. Padahal sebenarnya boleh jadi cukup mudah
untuk mengungkap kebenaran kasus ini, akan tetapi adanya pihak-pihak yang tidak menginginkan kasus
ini terungkap berusaha serapat mungkin menutupi kasus ini.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Pengertian Negara hukum yang berbeda beda memiliki makna yang sama yaitu Negara yang
menjamin keamanan warga Negara nya dan Negara yang menjadikan hukum sebagai kekuasaan
tertinggi. Hukum itu ada yang di sebut dengan hukum Formil dan hukum Materil,hukum formil dapat di
sebut juga dengan hukum dasar tertulis (UUD) yang diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang
brita cara mengajukan perkara baik gugatan maupun permohonan,memeriksa perkara dan memberikan
putusan dengan tujuan untuk mempertahankan hukum materil sedangkan hukum Materil dan di sebut
juga dengan hukum dasar yang tidak terulis (Convensi) memiliki arti aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.Negara hukum
memiliki ciri-ciri yaitu percaya akan adanya tuhan dan pengakuan dari perlindungan hak-hak asasi
manusia yang mengandung persamaan di bidang politik,sosial,ekonomi dan kebudayaan serta peradilan
yang bebas dan tidak memihak dan tidak terpengaruhi sesuatu kekuasaan apapun.

Negara hukum dan HAM adalah satu kesatuan yang tidah di pisahkan satu sama lainnya, karena
kalau salah satunya tidak ada maka tidak akan berjalan dengan semestinya sebab itu yang dapat
membuat warga Negara Indonesia mendapat suatu keadialan,perlindungan dan pengakuan
secara sah dan sebagai pembentuk suatu Negara yang adil makmur dan sejahtera.

B. SARAN

Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara barat, namun waktu seperti itu
bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada
kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin HAM warganya. Di butuhkan keseriusan pemerintah
untuk mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah
namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia
yang semoga baik-baik saja. Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah semestinya
membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah
saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan
tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.

Demikinlah makalah yang dapat kami sampaikan , kami sadar kalau dalam pembuatan makalah
ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami mohon maaf . atas perhatiannya, saya ucapkan terima
kasih
DAFTAR PUSTAKA

Adib. MOHAMMAD. DKK. 2014. PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN.

Asshiddiqie, Prof. Dr. Jimly, S.H. Negara Hukum dan HAM. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Kansil, CST.1983. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: balai Pustaka.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia


GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA

GEOPOLITIK

Geopolitik secara umum dapat dimaknai sebagai sebuah kebijakan politik suatu
negara yang memfungsikan geografi sebagai dasar penguasaan ruang hidup untuk menjamin
kelangsungan hidup dan pengembangan kehidupan negara yang bersangkutan.

A. Definisi Geopolitik

Geopolitik terdiri dari dua kata; “Geo” dan “Politik”. Mengutip pendapat Preston E.
James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sebuah sistem dalam hal menempati sebuah
ruang di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan dengan hubungan antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Adapun “Politik”, bermakna sebagai kekuatan yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif
kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.

Secara khusus, geopolitik didefinisikan sebagai sistem politik atau peraturan-


peraturan yang berbentuk kebijaksanaan nasional dengan didukung oleh aspirasi nasional
geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
territorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dijalankan dan berhasil akan memberi
dampak langsung kepada sistem politik sebuah negara. Dalam makna lain, Geopolitik juga
merupakan penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya berkaitan dengan masalah-
masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.

B. Unsur Geopolitik Indonesia

1. Wadah
Unsur ini terdiri dari wujud wilayah yang ditentukan oleh lautan dan gugusan
ribuan pulau, tata inti organisasi yakni sistem pemerintahan, dan tata kelengkapan
organisasi tentang kesadaran politik dan bernegara.
2. Inti
Isi geopolitik di Indonesia tercermin dalam perspektif kehidupan manusia
Indonesia yang memiliki cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945.
3. Tata laku
Tata laku memiliki 2 unsur yakni, tata laku batiniah yang terbentuk karena
kondisi dalam pertumbuhan hidupnya dan tata laku lahiriah yakni tentang tata
perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan.

C. Teori-Teori Geopolitik

1. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904)

Frederich Ratzel berpendapat bahwa negara diibaratkan sebagai organisme yang


hidup. Pertumbuhan Negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang membutuhkan ruang
hidup (Lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur. Ketika ruang hidup
semakin luas, maka Negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Teori ini populer sebagai
teori organisme atau teori biologis.

2. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922)

Menurut Rudolf Kjellen, Negara merupakan satuan dan sistem politik yang menyeluruh
dan meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan krato
politik. Sebagai organisme yang hidup dan bersifat intelektual, Negara wajib dan harus
mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya melalui ekspansi.

3. Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946)

Melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen, terutama pandangan tentang Lebensraum


(ruang hidup) dan paham ekspansionisme, Karl Haushofer mengungkapkan bahwa jika
jumlah penduduk suatu wilayah Negara semakin banyak sehingga luas wilayah tidak dapat
menampung lagi, maka Negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai
ruang hidup bagi warga Negara.

Karl Haushofer yang memiliki latar belakang militer di Jepang juga pernah meramalkan
bahwa Jepang akan menjadi negara berjaya di dunia apabila dapat menguasaibenua-benua di
dunia. Ia berpendapat bahwa pada dasarnya dunia terbagi menjadi empat kawasan benua dan
dipimpin oleh negara adidaya.

WAWASAN NUSANTARA

A. Pengertian Wawasan Nusantara Secara Etimologis


Secara etimologis, Wawasan Nusantara terdiri dari kata Wawasan dan Nusantara.
Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang bermakna sebagai tinjauan, pandangan,
dan penglihatan indrawi. Dengan demikian, wawasan adalah tinjauan, pandangan dan
penglihatan indrawi, jika dikhususkan lagi, memiliki makna sebagai cara melihat dan cara
pandang.

Selanjutnya, Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. Antara bermakna menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di
antara dua hal (dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni
Samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
berposisi di antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia, serta dua samudra, yaitu
samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pemahaman kontemporer, kata “Nusantara”
digunakan sebagai penyebutan lain dari nama Indonesia.

Hakikat Wawasan Nusantara adalah Keutuhan Nusantara atau Nasional, dimaknai


pula sebagai cara pandang yang utuh/menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi
kepentingan nasional. Hal Ini berarti, setiap warga dan aparat negara harus berpikir, bersikap
dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan nasional, bangsa
dan negara Indonesia.

B. Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara memiliki kedudukan sebagai visi bangsa. Dalam kaitannya


dengan kedudukan, wawasan Nusantara merupakan visi bangsa Indonesia dalam menuju
masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara yaitu menjadi
bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.

Selain itu, dalam paradigma nasional, posisi atau kedudukan wawasan nusantara adalah
sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai
landasan idiil.
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai landasan
konstitusional.
3. GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional atau
sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan operasioal.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai landasan
konsepsional.
5. Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional.

Konsep Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik IndonesiaGeopolitik kita pahami sebagai


pertimbangan dasar dalam penyelenggaraan negara berdasarkan letak geografisnya. Untuk
menjadi pemenang dalam suatu perlombaan, kita wajib memahami medan sehingga
mengetahui strategi terbaik apa yang harus dilakukan di dalamnya. Suatu negara
membutuhkan geopolitik untuk menentukan pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi
dan situasi geografis untuk mencapai tujuan negara tersebut.

Indonesia sebagai negara kepulauan dan bangsa yang majemuk memiliki geopolitik
tersendiri, yaitu Wawasan Nusantara.

C. Peran Wawasan Nusantara

1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. 4. Merentang
hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

D. Fungsi Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

1. Konsepsi Nusantara di forum internasional diterima dan diakui.


2. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.
3. Penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan wilayah
nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
4. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya yang
besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
5. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.

E. Tujuan Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

• Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah, dan ikut serta dalam mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial serta mengembangkan hubungan kerja sama dan
saling menghormati.

• Tujuan ke dalam, yaitu menjamin persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan
nasional, antara lain politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan.

Demikianlah penjabaran mengenai konsep geopolitik Indonesia dengan Wawasan Nusantara.


Istana Merdeka (Sumber: Wikimedia Commons
A. Pengertian Geostrategi Indonesia
Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih
baik, lebih aman, dan bermartabat.
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha dengan
menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu geostrategi Indonesia sebagai suatu cara atau metode dalam memanfaatkan segenap
konstelasi geografi negara Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana-sarana dalam
mencapai tujuan seluruh bangsa dengan berdasar asas kemanusiaan dan keadilan sosial.
B. konsepsi Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya bukan mengembangkan kekuatan untuk penguasaan
terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk ekspansi terhadap negara lain, tetapi konsep strategi
yang didasarkan pada kondisi metode, atau cara untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional
yang ditujukan untuk pengamanan dan menjaga keutuhan kedaulatan Negara Indonesia dan
pembangunan nasional dari kemungkinan gangguan yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
Untuk mewujudkan geostrategis Indonesia akhirnya dirumuskan Bangsa Indonesia dengan Ketahanan
Nasional Republik Indonesia.
C. Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal 10 Juni
1948 di Kotaraja. Namun sayangnya gagasan ini kurang dikembangkan oleh para pejabat bawahan,
karena seperti yang kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir Desember 1948,
sehingga kurang berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan kemerdekaan 1950 garis
pembangunan politik berupa “ Nation and character and building “ yang merupakan wujud tidak
langsung dari geostrategi Indonesia yakni sebagai pembangunan jiwa bangsa.
D. Tujuan Geostrategi Indonesia
Berbagai konsep dasar serta pengembangan geostrategi Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk:
1. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang berbasis pada aspek ideologi,
politik, sosial budaya, bahkan aspek-aspek alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian dan eksistansi
hidup Negara dan Bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. [1]
2. Menunjang tugas pokok pemerintah Indonesia dalam :
a. Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
b. Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity)
c. Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prosperity)
d. Terwujudnya keadilan hukum & keadilan sosial ( yuridical justice & social justice)
e. Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom of the people)
Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara ini mengandung sekian
banyak anasir-anasir pemecah belah yang setiap saat dapat meledak dan mencabik-cabik persatuan
dan kesatuan bangsa. Dalam era kepemimpinan Habibie dapat disaksikan dengan jelas bagaimana hal
itu terjadi beserta akibatnya. Tidak hanya itu saja, tatkala bangsa kita lemah karena sedang berada
dalam suasana tercabik-cabik maka serentak pulalah harga diri dan kehormatan dengan mudah
menjadi bahan tertawaan di forum internasional. Disitulah ketidakberdayaan kita menjadi tontonan
masyarakat internasional, yang sekaligus, apabila kita sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran
berharga.
E. Ketahanan Nasional
Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis di Asia
Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia Tenggara Indonesia memiliki posisi yang sangat penting,
sehingga tidak menutup kemungkinan di era global dewasa ini menjadi perhatian banyak negara di
dunia. Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dari
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan rasional dalam menghadapi
dan mengatsi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun
dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan Nasional Indonesia.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasioanal. Dalam hubungan ini cara
mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nsional, setiap bangsa berbeda-beda, sesuai dengan
falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia
Ketahanan Nasional di atas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia yaitu Pancasila. Sebagai dasar
falsafah bangsa dan negara, pancasila tidak hanya merupakan hasil pemikiran seseorang saja,
melainkan nilai-nilai Pancasila telah hidup dan berkembang dalam kehidupan objektif bangsa
Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara hal inilah yang menurut
Notonagaro disebut sebagai kuasa materialis Pancasila. Kemudian dalam proses pembentukan negara,
nilai-nilai Pancasila dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia ( founding fathers ), dan secara
formal yudiris Pancasila ditetapkan sebagai dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia, dan
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu dalam pengertian ini pancasila sebagai suatu
dasar filsafat dan sekaligus sebagai landasan ideologis ketahanan nasional Indonesia.

Kesimpulan
Geostrategi adalah metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses
pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan
keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman,
dan bermartabat.
Saran - saran
Sebagai warga negara Indonesia kita seharusnya ikut berpartisipasi dalam hal pembangunan bangsa ini,
agar tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

Sumber
Kaelan dan Zubaidi, Ahmad. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Sarbaini dan Akhyar, Zaini. 2013. Membina Karakter Warga Negara yang Baik. Banjarmasin: FKIP
Universitas Lambung Mangkurat.
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat-Nya yaitu sehat dan
sempat. Sehingga dapat meyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judul “INTEGRASI
NASIONAL ”.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari Integrasi Nasional
di Indonesia, dan kami sadar materi kuliah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih
baik lagi. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa. Supaya kelak menjadi pribadi yang berintegrasai nasional, karena kita adalah penerus
Bangsa Indonesia.

Pamekasan, 3 April 2022

ii
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAULUAN
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 17
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................................... iv
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ vi ............... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Integrasi Nasional ................................................................................................... 1
2.2 Konsep Integrasi Nasioanal .................................................................................................. 1
2.3 Faktor Terbentuknya Integrasi Nasional ............................................................................... 2
2.4 Syarat Integrasi Nasional di Indonesia .................................................................................. 3
2.5 Jenis-Jenis Integrasi Nasional ............................................................................................... 3
2.6 Penghambat Integrasi Nasional .............................................................................................. 3
2.7 Manfaat Integrasi Nasional ................................................................................................... 4
2.8 Contoh Integrasi Nasional..................................................................................................... 4
2.9 Undang-Undang Terkait Integrasi Nasional .......................................................................... 5
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 7
3.2 Saran ................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, yaitu Bapak HEDIR selain itu menjadi langkah awal untuk mengasah kemampuan kami
dalam membuat makalah sekaligus menambah wawasan mengenai Integrasi Nasional. Makalah ini juga
berisikan tentang betapa pentingnya Integrasi Nasional dalam keterkaitannya dengan pluralitas.

Pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah kurang, anak muda zaman sekarang lebih
megetahui tentang moderanisasi ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya
pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan yang ada di Indonesia. Kurangnya pengetahuan akan hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara menimbulkan hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama
maupun negara. Masing-masing individu lebih mementingkan kepentingannya sendiri, tanpa ada rasa peduli
terhadap sesamanya.

Sifat masyarakat Indonesia yang indiviualisme menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya jiwa
persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu diperlukan pendidikan kewarganegaraan sejak dini untuk
menumbuhkan semangat jiwa berbangsa dan patriotisme. Semangat jiwa berbangsa dan patriotisme
diperlukan untuk tetap menjaga kebhinekaan bangsa, sebab dengan menjaga kebhinekaan akan tercipta
kehidupan yang aman dan tentram di setiap lapisan masyarakat.

Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap keutuhan dan
kesatuan bangsa. Tidak hanya sebagai generasi penerus bangsa, tetapi kita adalah generasi pelurus bangsa
dimana menjunjung tinggi sikap keadilan adalah suatu keharusan demi terciptanya kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa.

Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita memiliki rasa Integrasi Nasional. Yaitu suatu
sikap kepedulian terhadap sesame, serta memiliki rasa persatuan yang tinggi, baik terhadap bangsa, negara,
agama, social, budaya, maupun keluarga. Tidak ada kata terlambat untuk memulai terciptanya kehidupan
yang berlandaskan Pancasia, berpegang teguh pada semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” dan bersandar
hukum pada UUD.

Integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai unsur, seperti suku bangsa, tradisi,
kepercayaan atau agama, sosial budaya, dan budaya ekonomi sehingga terwujud satu kesatuan wilayah,

iv
politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang membentuk jati diri suatu bangsa. Menurut Liddle, suatu integrasi
nasional yang tangguh hanya bisa berkembang apabila:

1. Sebagian besar anggota suatu masyarakat bersepakat tentang batas-batas teritorial dari negara sebagai
suatu kehidupan politik di mana mereka menjadi warganya.

2. Apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan
aturan-aturan daripada proses-proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah negara
tersebut.

Suatu konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional mengenai “sistem nilai” yang akan
mendasari hubungan-hubungan sosial di antara anggota suatu masyarakat negara. Adapun langkah-langkah
yang dapat dilakukan adalah:

1. Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak perbedaan, perasaan, keinginan dan
ukuran penilaian.

2. Mengembangkan sikap toleransi di dalam kelompok sosial.

3. Terciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.

4. Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang ada.

5. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya
dan ekonomi.

6. Mengakomodasi timbulnya etnis.

7. Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi.

8. Menghilangkan pengkotak-pengkotakan kebudayaan.

Dalam konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan alamiah, sesuai dengan
keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi peran politik etnik tertentu. Suatu
integrasi nasional yang tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas-batas
suatu masyarakat politik dan sistem politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut.

v
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Integrasi Nasional ?

2. Apa saja konsep Integrasi Nasional ?

3. Sebutkan factor yang menjadi pembentuk Integrasi nasional !

4. Apa saja Syarat dari Integrai Nasional?

5. Apa Jenis-Jenis dari Integrasi Nasional?

6. Faktor apa saja yang menjadi penghambat Integrasi Nasional?

7. Sebutkan manfaat dari pada Integrasi Nasional!

8. Bagaimana contoh integrasi nasional dalam kehidupan sehari-hari ?

9. Bagaimana keterkaitan Undang-Undang mengenai Integrasi Nasional?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi Integrasi Nasional.

2. Mengetahui Konsep dari pada Integrasi Nasional.

3. Mengetahui Faktor pembentuk Integrasi Nasional.

4. Mengetahui Syarat Integrasi Nasional.

5. Mengetahui Jenis Integrasi Nasional.

6. Mengetahui beberapa Faktor penghambat Integrasi Nasional.

7. Mengetahui Manfaat Integrasi Nasional.

8. Mengetahui Contoh pengimplementasian Integrasi Nasional.

9. Mengetahui Undang-Undang yang terkait Integrasi Nasional.

6
vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Integrasi Nasional

Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini berasal dari Bahasa
Inggris (integrate) yang memiliki arti menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan.

Menurut Kamus Besar Bangsa Indonesia (KBBI), integrasi memiliki arti pembauran sampai menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Sedangkan arti dari kata "nasional", berarti bangsa. Jadi, integrasi nasional
adalah proses persatuan wilayah yang di dalamnya terdapat sebuah perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi
suku, budaya, bahasa, ras, agama, dan faktor kebangsaan lain. Berikut beberapa pengertian integrasi nasional
menurut beberapa ahli:

• Safroedin Bahar; Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya.
• Myron Weiner; Intergrasi nasional merupakan proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional.
• Howard Wriggins; Intergrasi nasional merupakan penyatuan bagian dalam suatu negara, mulai dari
keseluruhan masyarakat yang berbeda-beda menjadi sebuah kesatuan tanpa memandang dari segi apa pun.
• J. Soedjati Djiwandono; Intergrasi nasional merupakan sebagai cara dan bagaimana kelestarian persatuan
nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentuan nasib sendiri.
• Menurut Dr. Nazaruddin Sjamsuddin; Intergrasi nasional merupakan proses penyatuan suatu bangsa yang
mencangkup semua aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

Pengertian umum integrasi nasional adalah suatu upaya atau proses untuk menyatukan perbedaan-
perbedaan yang ada dalam suatu negara untuk menciptakan kerukunan dan kerukunan nasional. Integrasi
nasional penting untuk tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Intinya ialah keinginan dan kesadaran
untuk bersatu sebagai satu negara, negara Indonesia.

2.2 Konsep Integrasi Nasional

a. Konsep Vertikal
Konsep integrasi nasional secara vertikal melibatkan hubungan orang- orang dengan pemerintah
yang hubungannya saling terintegrasi secara vertikal. Konsep integrasi ini juga mencakup bagaimana
pemerintah pusat dan daerah dapat terintegrasi.
1
b. Konsep Horizontal
Konsep integrasi nasional secara horizontal mencakup penyatuan bangsa Indonesia yang memiliki
tingkat kemajemukan yang relatif tinggi. Bagaimana membangun identitas nasional yang sama, meskipun
kelompok masyarakat, agama, suku, dan identitas berbeda- beda. c. konsep Politik
Pengertian Politik Integrasi Nasional adalah proses mengintegrasikan kelompok-kelompok budaya
dan sosial yang berbeda ke dalam satu kesatuan wilayah nasional, yang membentuk identitas nasional.
d. Konsep Antropologis
Pengertian Antropologis integrasi nasional adalah proses mengadaptasi unsur-unsur yang berbeda
dari kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi keselarasan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.

2.3 Faktor terbentuknya Integrasi Nasional

1. Perasaan Persatuan dan Perjuangan


Salah satu faktor dan kontributor terpenting bagi integritas dan persatuan nasional adalah perasaan
berbagi nasib dan persahabatan yang sama. Ini dimulai pada masa kolonial ketika orang Indonesia, tanpa
memandang suku, agama, ras, atau kelas, bersatu untuk kemerdekaan dari keinginan yang sama.

2. Menginginkan Persatuan
Salah satu peristiwa yang menunjukkan keinginan Indonesia untuk bersatu adalah peristiwa Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa Indonesia ingin bersatu dengan semangat juang yang
sama sesuai dengan cita-cita bangsa.

3. Cinta Tanah Air


Faktor- faktor yang mempengaruhi integrasi nasional juga disebabkan oleh kecintaan masyarakat
Indonesia terhadap tanah air. Hal ini terbukti sampai hari ini dalam perjuangan penaklukan,
pemeliharaan dan pendudukan Republik Indonesia.

4. Bentuk Idealisme Nasional


Integrasi Nasional merupakan bentuk ideologi nasional yang disepakati bersama. Melalui ideologi
Pancasila, Indonesia yang memiliki banyak perbedaan dan keragaman dapat terus bersatu. Hal ini karena
nilai- nilai Pancasila berlaku bagi masyarakat, bangsa, dan kehidupan bangsa.

5. Budaya Gotong Royong


Faktor yang memungkinkan terjadinya integrasi nasional adalah adanya Budaya Gotong Royong.
Budaya Gotong Royong dikenal sebagai ciri khas dari individualitas masyarakat Indonesia yang
diturunkan secara turun temurun dan dilestarikan hingga saat ini.

6. Memprediksi Ancaman Asing


Integrasi nasional juga penting dalam memprediksi ancaman eksternal. Bentuk ancaman eksternal dapat
berupa pendudukan wilayah atau pulau terluar Indonesia.
2.4 Syarat Integrasi Nasional

a. Terpenuhinya kebutuhan setiap anggota masyarakat oleh anggota masyarakat lainnya.


b. Terciptanya kesepakatan bersama mengenai macam-macam norma yang berlaku di masyarakat dan
nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman.
c. Nilai dan norma sosial yang ada dijadikan sebagai aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi
sosial.

8
2.5 Jenis-Jenis Integrasi Nasional
1. Integrasi asimilasi adalah bentuk integrasi yang merupakan perpaduan dua budaya atau lebih yang
menghilangkan ciri- ciri budaya asli yang diterima masyarakat.
2. Integrasi akulturasi adalah perpaduan dua budaya atau lebih tanpa menghilangkan ciri-ciri budaya asli
di lingkungannya.
3. Integrasi normatif adalah integrasi yang didasarkan pada norma- norma yang menghubungkan
masyarakat.
4. Keterpaduan perangkat merupakan keterpaduan yang terbukti merupakan hasil kesatuan individu
dalam masyarakat.
5. Integrasi idealis adalah integrasi yang dilakukan dan dibuktikan dengan ikatan spiritual yang kuat
tanpa adanya paksaan.
6. Integrasi fungsional adalah integrasi yang berlangsung untuk fungsi tertentu semua pihak dalam
masyarakat.

2.6 Penghambat Integrasi Nasional

1. Masyarakat Indonesia Yang Beragam


Masyarakat yang ada sangat beragam dan mencakup berbagai suku, agama, ras dan golongan lainnya.
Bahkan terbukti ada ribuan suku bangsa di Indonesia yang menghambat integrasi bangsa karena
perbedaan yang tegas.

2. Luas wilayah Indonesia


Luas wilayah Indonesia juga dapat menghambat integrasi nasional. Indonesia dikenal sebagai negara
kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau yang dipisahkan oleh lautan luas.

3. Pemahaman Etnosentrisme Yang Kuat


Etnosentrisme adalah bentuk fanatisme kelompok etnis yang mengakui budaya mereka lebih unggul dari
budaya lain. Hal ini memungkinkan semua suku bangsa Indonesia untuk percaya bahwa budaya mereka
lebih unggul dari suku-suku lain. Situasi ini dapat menjadi ancaman bagi integrasi nasional.

4. Pembangunan yang Tidak Merata


Mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas, tantangan dalam melaksanakan integrasi nasional adalah
ketimpangan pembangunan. Wilayah Jawa dan Indonesia bagian barat mungkin lebih berkembang
daripada Indonesia bagian timur. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dengan beberapa pemangku
kepentingan
5. Erosi Budaya Adat Dimulai
Indonesia Erosi budaya adat juga dapat menghambat integrasi nasional. Lemahnya nilai budaya suatu
negara bermula dari kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian negara
tersebut, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung.

2.7 Manfaat Integrasi Nasional

• Menumbuhkan kesetiaan nasional.


• Menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas nasional.
• Menumbuhkan rasa nasionalisme.
• Menumbuhkan rasa cinta tanah air.
• Menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan.
• Menumbuhkan rasa tenggang rasa, toleransi, gotong royong, dan solidaritas. Menghargai perbedaan.

2.8 Contoh Integrasi Nasional

Penerapan integrasi nasional dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah contoh
integrasi nasional lingkungan sekolah dan juga masyarakat:

1. Seragam
Seragam sekolah berbentuk sama untuk semua anak sekolah. Terlepas dari kelas orang tua, ekonomi,
suku, ras atau agama, mereka berseragam sekolah. Biasanya hanya karakter lembaga yang
membedakan mereka. Jika sekolah muslim maka akan menggunakan seragam dengan bentuk yang
lebih tertutup atau berhijab untuk murid- murid perempuannya. Ini semua berarti integrasi nasional di
sekolah. Menggabungkan semua elemen yang ada untuk mencapai tujuan bersama. Seragam guru dan
kepala sekolah serta siswa juga merupakan bagian dari integrasi nasional.

2. Pelaksanaan Gotong royong


Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memiliki nilai kemanusiaan yang sangat tinggi.
Gotong Royong meninggalkan banyak perbedaan dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
Bekerja sama menyederhanakan semua masalah yang ada. Beratnya sama dengan membawanya, dan
itu sama dengan membawanya dengan ringan. Ini adalah istilah yang sering kita dengar dan baca.
Pelaksanaan gotong royong lebih rendah terjadi di masyarakat perkotaan. Hanya sedikit orang yang
melakukannya. Masih banyak daerah di masyarakat pedesaan di mana segala sesuatu dinilai
berdasarkan ketulusan, bukan materi.

3. Saling Menghargai
Saling menghargai dan menghormati adalah bentuk lain dari integrasi nasional. Hal ini sangat penting
dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Saling menghormati dan berterima kasih di antara orang-
orang yang berbeda suku, berbeda budaya, berbeda adat, berbeda ras dan berbeda agama.
Sikap ini membimbing manusia untuk hidup rukun dan damai.
4. Akulturasi dan Akulturasi Budaya
Semua daerah di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Proses integrasi
bangsa dari segi budaya terjadi melalui akulturasi dan asimilasi. Oleh karena itu, semua budaya yang
sejalan berusaha untuk bersatu dan beradaptasi. Akulturasi dan asimilasi seringkali menciptakan budaya
negara yang lebih maju tanpa mengabaikan budaya lokal. Contoh akulturasi dan asimilasi paling
terkenal terjadi ketika pendatang dari Jawa menetap di Lampung. Dua budaya yang berbeda disatukan
dalam bidang yang sama. Awalnya, karena perbedaan suku dan perbedaan, sering terjadi konflik antara
kedua suku tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat Lampung dan pendatang dari Jawa
mampu hidup berdampingan secara damai.

5. Kepatuhan Terhadap Hukum


Aturan dikeluarkan untuk kepentingan umum. Hal ini untuk memastikan bahwa hak seseorang
tidak bertentangan dengan hak orang lain. Dengan demikian, integrasi nasional juga dicapai melalui
kepatuhan terhadap peraturan. Misalnya, ikuti aturan lalu lintas: Jika orang tidak saling mengikuti, jalan
akan kacau, sehingga pada persimpangan untuk pejalan kaki dan mobil memudahkan terjadinya
kecelakaan.

10
6. Toleransi Beragama
Indonesia memiliki enam agama yang diakui sebagai agama negara. Hak asasi manusia sangat
dilindungi di sini. Agama dan kebebasan menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya berkembang
dengan baik. Bangsa Indonesia yang memiliki keragaman ras dan agama memiliki tingkat toleransi yang
tinggi dibandingkan dengan negara lain yang hanya memiliki keragaman ras. Teladan toleransi
antarumat beragama ini telah membawa keberhasilan integrasi nasional dalam beberapa dekade
kemerdekaan. Ingatlah bahwa pengampunan tidak berarti bahwa semua orang percaya harus
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keagamaan. Toleransi berarti tidak mengganggu ibadah atau
kegiatan keagamaan lainnya.

7. Upacara Bendera
Contoh identitas nasional adalah upacara bendera. Ritual bendera yang dilaksanakan setiap hari
Senin di sekolah, berlangsung pada hari-hari libur tertentu, seperti Hari Kemerdekaan dan Hari Sumpah
Pemuda, dan merupakan bagian dari integrasi nasional. Saat ini, dengan mengibarkan bendera merah
putih dan menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu kebangsaan, rasa cinta tanah air dan sikap rela
berkorban merasuki para siswa. Dalam upacara bendera, siswa juga melatih kedisiplinan tentang
menaati peraturan, menaati guru, dan memakai seragam yang merupakan bagian dari menaati peraturan.

2.9 Undang-Undang terkait Integrasi Nasional

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Artinya bahwa Bangsa
Indonesia dimaksudkan agar selalu terikat dalam persatuan dan kesatuan atau sering dikenal dengan
istilah “integrasi”. Mengenai kedudukan integrasi diperkuat lagi pengaturannya dalam peraturan dasar
Negara Indonesia (staatfundamentalnorm) yaitu Pancasila, tepatnya pada Sila Pancasila yang ke-tiga
yaitu “Persatuan Indonesia”. Namun di sisi lain Negara Indonesia juga menegaskan bahwa guna
menunjukan diri sebagai negara kebangsaan (nation state) yang terdiri dari berbagai ikatan
primordialisme (Suku, Agama, Ras, Antar golongan (SARA)) yang ingin bersatu (berintegrasi) secara
kokoh menghendaki agar negara kebangsaan dibangun secara demokratis agar semua aspirasi berbagai
ikatan primordial tersebut mendapatkan saluran.

5
Dengan demikian dapat disimpulkan, jika Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
menekankan pada pentingnya “integrasi”, namun lain halnya dengan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 yang lebih menekankan kepada pentingnya “demokrasi”. Sehingga demikian dapat
dikatakan bahwa Negara Indonesia mengedepankan demokrasi dan juga integrasi, yang keduanya
diharapkan dapat berjalan secara seimbang tanpa saling berbenturan.

Menurut Clifford Geertz dalam tulisannya tentang sentimen primordial di negara-negara baru
mengatakan bahwa negara-negara kebangsaan (nation state) yang baru biasanya dihadapkan pada
dilema antara “integrasi” dan “demokrasi”. Dikatakan dilema, karena negara kebangsaan (nation state)
membutuhkan keduanya (integrasi dan demokrasi) sekaligus, namun watak keduanya bertentangan.
Integrasi berwatak ingin mengikat persatuan dan kesatuan yang sekokoh mungkin, sedangkan
demokrasi berwatak membuka keran kebebasan agar semua aspirasi dapat tersalurkan. Demokrasi
mutlak dibutuhkan karena negara kebangsaan dari berbagai ikatan primordial semua aspirasinya harus
diagregasi secara demokratis, sedangkan integrasi mutlak juga dibutuhkan karena 1 Moh. Mahfud MD.
Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), halaman 34
– 35. 3 demokrasi tanpa integrasi, negara bisa hancur. Tegasnya dilema itu muncul karena, jika
demokrasi dibuka maka integrasi bisa terancam, karena akan timbul ketegangan antar- ikatan
primordial, tetapi jika integrasi harus ditegakkan, maka demokrasi harus relatif dikorbankan karena
harus ada sentralisasi penguatan negara. Sebagai contoh, India terpaksa pecah, ketika kelompok
primordial Islam mendirikan Negara Pakistan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah kiranya bahwa Negara Indonesia sebagai negara
kebangsaan membutuhkan integrasi dan demokrasi sekaligus, walaupun watak keduanya saling
bertentangan, namun tetap diharapkan dapat berjalan seimbang tanpa saling berbenturan. Oleh karena,
dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, di mana rumusannya dapat diketemukan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam secara yuridis normatif
mengenai peran Pancasila dan Undang-Undang DasarTahun 1945 di tengah perjalanan integrasi dan
demokrasi agar tidak saling berbenturan.
6
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu
negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui,
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia
secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

3.2 Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional dapat
mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya konflik perpecahan
yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini berbedabeda suku, ras, agama, dan
budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan
negara indonesia.
Oleh karena itu, perlu kiranya kita sebangai bangsa Indonesia yang cinta akan tanah air
menerapkan ‘Bhinnika Tunggal Ika’. Meskipun kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sehingga dapat
terwujudlah integrasi ini, Integrasi Nasional.
7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bola.com/ragam/read/4905461/pengertian-integrasi-nasional-faktor-syarat-manfaat-
jenis-dan-contoh-wujudnya
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/6bfed1ab6721a7e36e217799d6017460.pdf
8

Anda mungkin juga menyukai