Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya. Pendidikan tinggi berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tinggi berfungsi mengembangkan
potensi mahasiswa. Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran strategis dalam
menyiapkan warga Negara yang sadar akan hak dan kewajibannya, peduli
terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut UUD 1945 pasal 35 No. 12 tahun 2012, kurikulum pendidikan
tinggi untuk program sarjana dan program diplomat wajib memuat matakuliah:
Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia. Atas dasar ketentuan
tersebut jelaslah bahwa mata kuliah kewarganegaraan (Pendidikan
Kewarganegaraan) adalah mata kuliah wajib yang diberikan kepada mahasiswa
program sarjana dan program diploma baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan diposisikan sebagai MPK ?
2. Apa Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK ?
3. Bagaimana latar belakang Pendidikan Kewarganegaraan ?

C. Tujuan
1. Mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya sebagai manusia
Indonesia seutuhnya yang bermoral tinggi.
2. Untuk menimbulkan kesadaran mahasiswa terhadap tujuan nasional bangsa
Indonesia agar berjiwa patriotisme dan cinta tanah air.
3. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami latar belakang Pendidikam
Kewarganegaraan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Kelompok MPK

Di Perguruan Tinggi memberikan Mata Kuliah Umum Pendidikan


Kewarganegaraan (MPK) sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan
Kewarganegaraan dapat membantu mahasiwa menjadi warga negara yang baik
sekaligus paham antara hak dan kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis,
dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.

Menurut UUD 1945 pasal 35 No. 12 tahun 2012, kurikulum pendidikan


tinggi untuk program sarjana dan program diplomat wajib memuat mata kuliah :
Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia.

Perguruan tinggi adalah satuan penddikan yang menyelenggarakan


pendidikan tinggi yang bertujuan:

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki


kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
2. Mengembangkan dan menyebaarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Sesuai dengan harapan, bahwa pendidikan tinggi dikembangkan dan


peranan perguruan tinggi diarahkan untuk:

1. Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan pengetahuan ilmu


pengetahuan.
2. Mendidik mahasiswa agar mampu mengusai ilmu pengetahuan.
3. Mengembangkan tata kehidupan kampus sebagai masyarakat ilmiah yang
berbudaya, bermoral panncasila dan berkepribadian Indonesia.

2
Peranan perguruan tinggi makin ditingkatkan, antara lain dengan cara:

1. Menjamin penggunaan kebebasan mimbar akademik dalam bentuk yang kreatif,


konstruktif, dan bertanggungjawab, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat
dan oembangunan.
2. Melanjutkan usaha-usaha kea rah integrasi dan konsolidasi kegiatan mahasiswa
dan cendekiawan sesuai dengan disiplin ilmu dan profesinya.

Landasan ilmiah dan landasan hukum

Landasan ilmiah:

a. Dasar pemikiran pendidikan kewarganegaraan


Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
Negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya.
b. Objek pembahasan pendidikan kewarganegaraan
Objek material dari pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan
dengan warganegara baik yang empiric maupun nonempirik, yang meliputi
wawasan, sikap, dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan Negara.
Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antar warga
negara dan Negara dan segi pembelaan Negara.

Landasan hukum
1. UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, pasal 27(1), pasal 30 (1), pasal 31 (1)
2. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang garis-garis besar haluan Negara
3. Undang-undang No. 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia
4. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

Dalam keputusan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia No.


232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan

3
penilaian hasil belajar smahasiawa, ditetapkan pengelompolan matakuliah pada
program sarjana dan diploma terdiri atas:

 Matakuliah Pengembang kepribadian (MPK)


 Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
 Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB)
 Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB)

Pendidikan kewarganegaraan sendiri merupakan salah satu MPK, yaitu


kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Penyelenggaraan MPK di perguruan tinggi
merupakan kegiatan yang sangat mendasar, karena hal itu menyangkut aspek
kepribadian yang akan mawarnai sikap dan perilaku calon intelektual yang kelak
akan hidup dan mengabdikan dirinya ditenah-tengah masyarakat, bangsa dan
Negara.

Secara umum visi MPK di perguruan tinggi menjadi sumber nilai dan
pedoman studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan
kepribadiannya. Misi MPK di perguruan tinggi adalah membantu mehasiswa
mamantapkan kepribadiannya agar secara konsiten mampu mewujudkan nilai-
nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Setandar kompetensi MPK yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi pengetahuan
tentang nilai-nilai agama, budaya dan kewarganegaraan, dan mampu menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang
mantap, berfikir kritis, bersikap rasional, etis, esstetis , dan dinamis, berpandangan
luas, dan bersikap demokratis yang berkeadaban. Adapun kompetensi dasar
pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari MPK adalah menjadi ilmuan
dan professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis
yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin,
dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan
system nilai Pancasila.

4
B. Latar Belakang Kewarganegaraan

Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era


sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan
menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan jamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh Bangsa
Indonesia berdasarkan kesamaan nilai–nilai perjuangan bangsa yang senantiasa
tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai–nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan
semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu
mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
wadah Nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan
17 Agustus 1945 tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut
merupakan nilai–nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus
dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia. Selain itu nilai–nilai
perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan setiap permasalahan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta terbukti keandalannya.
Tetapi nilai–nilai perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai
dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat
perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini
disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.
Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga–lembaga
kemasyarakatan internasional, negara–negara maju yang ikut mengatur
percaturan politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan
global. Disamping itu, isu global yang meliputi demokratisasi, hak asasi manusia,
dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.
Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual
telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik.
Sedangkan dalam era globalisasi dan masa yang akan datang kita memerlukan
perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing–masing. Perjuangan
non fisik ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara

5
Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada
khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan
bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional
dalam diri para mahasiswa calon sarjana/ilmuwan warga negara Republik
Indonesia yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni.
Berkaitan dengan pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan
pembekalan kepada peserta didik di Indonesia yang dilakukan melalui Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu
Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan) yang disebut kelompok
Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) dalam komponen kurikulum
perguruan tinggi.
Setiap warga negara Republik Indonesia harus menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni yang merupakan misi atau tanggung jawab
Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan warga negara
dalam hal persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran
bela negara, dan sikap serta perilaku yang bersendikan nilai–nilai budaya bangsa.
Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negara akan
terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi
demokrasi dan hak asasi manusia sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang
paling sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.
Rakyat Indonesia, melalui MPR menyatakan bahwa : Pendidikan
Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk
“meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan
manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berkualitas mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa “.
Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif.

6
Terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Undang–Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan
terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap
mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini
disertai dengan perilaku yang :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–
nilai falsafah bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah
yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan
dalam Pembukaan UUD 1945 “.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai
IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing;
memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif
rasional serta mandiri.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak
lain karena ingin menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Hal ini jelas seperti yang disebutkan dalam landasan
Pendidikan Kewarganegaraan. Kita tentu tidak ingin masalah-masalah di
Indonesia yang berhubungan dengan Pendidikan Kewarganegaraan ini
kembali terjadi di masa depan. Pastinya kita berharap Indonesia menjadi lebih
baik nantinya. Tidak ada lagi masalah sosial seperti kemiskinan dan kualitas
pendidikan yang rendah, banyaknya kasus sara, korupsi yang merajalela, dan
daerah-daerah yang semakin tertinggal dan diabaikan oleh pemerintah pusat.
Jadi, butuh partisipasi dari masyarakat khususnya mahasiswa sebagai bagian
dari pendidikan tinggi negeri ini untuk dapat mengamalkan pembelajaran
yang dipelajari dari Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Saran

Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu untuk lebih


mengefisienkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraaan ini. Pendidikan
Kewarganegaraan dinilai masih kurang, dengan pembelajaran yang hanya
diadakan satu kali dalam seminggu. Sebaiknya pembelajaran ebih
diefektifkan lagi. Masyarakat juga harus lebih berpartisipasi dalam
pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan, harus dapat memahami dan
mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya menjadi sebatas
teori didalam kelas saja. Kita sebagai masyarakat juga harus mendukung
setiap upaya dari pemerintah dalam mengatasi setiap permasalahan di negeri
ini. Sehingga dapat tercipta Indonesia yang lebih baik kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, Agustinus Sugeng dkk. 2018. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi. Semarang: UNNES PRESS.

Syarbaini, Syahrial. 2015. Pendidikam Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Semarang: UNNES PRESS.

https://sabrinarahmautami.wordpress.com/2017/03/17/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan-pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan-di-perguruan-tinggi/

Anda mungkin juga menyukai