Anda di halaman 1dari 11

ORIENTASI TERHADAP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OLEH:

KELOMPOK : 1 (SATU)

ANGGOTA KELOMPOK : 1. FIRMANSYAH (200105502014)

2. ANDI AMPAULENG (200105502004)

3. NURUL HIDAYAH (200105501002)

4. CAROLINE SHEILA (200105502016)

5. TRIYANTI WULANDARI (200105501008)

FAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2021
A. LATAR BELAKANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
1. Perubahan Pendidikan ke Masa Depan

Pendidikan nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan pendidikan


ke masa depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi sangat strategis, yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuan dari pendidikan nasional, yaitu dapat
berkembangnya potensi peserta anak didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan di
perguruan tinggi diharapkan dapat mengemban atau melaksanakan misi fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tersebut. Serta diharapkan, mahasiswa akan tumbuh menjadi ilmuwan
atau profesional, berdaya saing secara internasional, dan warga Negara Indonesia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

2. Dinamika Internal Bangsa Indonesia

Dalam kurun dasarwarsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan perubahan yang
luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada lagi
batas kerahasiaan di negara kita, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan.
Liberalisasi bersamaan dengan demokratisasi di bidak politik, melahirkan system multi partai
yang cenderung tidak efektif, pemilihan presiden – wakil presiden secara langsung yang
belum diimbangi kesiapan infrastruktur sosial berupa kesiapan mental elite politik dan
masyarakat yang kondusif bagi terciptanyademokrasi yang bermartabat. Kesiapan DPR-
DPRD yang sangat kuat sering kali disalahgunakan sebagai ajang manuver kekuatan politik
yang berdampak timbulnya ketegangan-ketegangan suasana politik nasional, dan hubungan
eksekutif dan legislatif.

Ada dua faktor penyebab melemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar
yang telah lama menjadi prinsip dan sebagai pandangan hidup bangsa, yang mengakibatkan
sistem filosofi Indonesia menjadi rapuh, yaitu:
a. faktor eksternal
faktor eksternal berupa pengaruh globalisasi yang disemangati liberalisme yang
mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi di bidang
politik. Dalam praktiknya system kapitalisme dan demokrasi liberal yang disponsori oleh
negara-negara maju seperti Amerika, mampu menggeser tatanan dunia lama yang lokal
regional menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global modial. Bahkan mampu
menyusup dan memengaruhi tatanan nilai kehidupan internal setiap bangsa di dunia.

b. faktor internal
faktor internal, yaitu bersumber dari internal bangsa Indonesia sendiri. Kenyataan seperti
ini muncul dari kesalahan sebagai masyarakat dalam memahami Pancasila. Banyak
kalangan masyarakat memandang bahwa Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis.
Sebagian lain masyarakat menganggap, bahwa Pancasila merupakan alat legitimasi
kekuasaan Orde Baru. Akibat yang timbul dari kesalahan pemahaman tentang Pancasila
ini sebagian masyarakat menyalahkan Pancasila, bahkan anti Pancasila.
Kesalahan pemahaman ini telah menjadikan masyarakat kehilangan sumber dan sarana
orientasi nilai.

B. PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan, bahwa pemerintahan


mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa
yang diatur dengan undang-undang.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


merupakan jawaban atas amanat UUD 1945 sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 ayat
(3) UUD 1945 sebagai usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar Mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu,
pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggapterhadap
tuntutan perubahan zaman.

Di dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa
kurikulum pendidikan tinggi memuat:

a. Pendidikan Agama
Untuk Pendidikan Agama lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki etos kerja, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan.

b. Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk Pendidikan Agama lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelakasanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokritis yang berkeadaban, menjadi warganegara
yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

c. Bahasa
Untuk Pendidikan Agama lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelakasanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki
pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan
bahasa nasional dan mampu menggunakannya secara baik dan benar untuk
mengungkapkan pemahaman rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai
keperluan dalam bidang ilmu, teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing.
Sementara itu, dalam Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tetntang
Pendidikan Tinggi dirumuskan materi kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat mata
kuliah:

a. Agama
Yang dimaksud dengan mata kuliah ini adalah pendidikan untuk membentuk mahasiswa
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.
b. Pancasila
Yang dimaksud dengan mata kuliah ini adalah pendidikan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia.
c. Kewarganegaraan
Yang dimakasud dengan mata kuliah ini adalah pendidikan yang mencakup Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi
warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
d. Bahasa Indonesia

Secara paradigmatik Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tiga domain, yakni domain


akademik, domain kurikuler, dan aktivitas sosial kultural. Domain akademik adalah berbagai
pemikiran tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang di lingkungan komunitas
keilmuwan. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis pendidikan kewarganegaraan
dalam lingkup pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial kultural adalah konsep dan
praksis pendidikan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat. Ketiga komponen tersebut
secara koheren bertolak dari esensi dan bermuara pada upaya pengembangan warga negara
yang baik (good citizens), yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
nilai, sikap dan watak kewarganegaraan (civic diposition), dan keterampillan
kewarganegaraan (civic skill).
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan pancasila mengarah pada moral yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari hari. Yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap tuhan
yang maha esa.
a. Tujuan Nasional
Tujuan nasional sebagaimana detegaskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat
menyatakan bahwa “ melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluru tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
b. Tujuan Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional berdaasarkan pancasila dan UUD
1945. Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peredaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.pendidikan kewargenegaraan sebagai salah satu komponen Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK).

3. Fungsi dan Capaian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


a. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan sebgaia kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) di perguruan tinggi berfungsi sebagai orientasi mahasiswa dalam
memantapkan wawasan dan semangat kebangsaan, cinta tanah air, demokrasi, hukum,
multikultural dan kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga
negara yang sadar akan hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter,
sehingga dapat diandalkan untuk membangun bangsa dan negara berdasar Pancasila dan
UUD 1945 sesuai dengan bidang keilmuwan dan profesinya.
b. Capaian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
1) Mampu menganalisis masalah kontekstual Pendidikan Kewarganegaraan,
mengembangkan sikap positif dan menampilkan perilaku yang mendukung semangat
kebangsaan dan cinta tanah air.
2) Mampu mengalisis masalah kontekstual Pendidikan Kewarganegaraan, mengembangkan
sikap positif dan menampilkan perilaku yang mendukung demokrasi berkeadaban.
3) Mampu mengalisis masalah kontekstual Pendidikan Kewarganegaraan, mengembangkan
sifat positif dan menampilkan perilaku yang mendukung kesadaran hukum dan
keragaman.

4. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan

Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan menguasai kemampuan berpikir,


rasional, dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual, termasuk pengetahuan
tentang nilai-nilai agama, budaya , dan kewarganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa kompetensi sebagai berikut:

1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
3) Bahasa

5. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Metodologi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai MPK sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menantang, dan memotivasi,


b. Pembelajaran berupa pembahasan kritis, analitis, induktif, deduktif, dan reflektif melalui
dialog kreatif untuk pemahaman dan menumbuhkan motivasi belajar,
c. Bentuk aktivitas proses pembelajaran,
d. Motivasi.

C. LANDASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
c. Rumpun Keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan
2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945
2) Pasal 27 UUD 1945
3) Pasal 28D ayat (3)
4) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
5) Pasal 31
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Pasal 9 Undarng-Undang Nomor 3 Tahun 2002
c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1) Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2) Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3) Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentar Sistem Pendidikan
Nasional.

3. Landasan Historis

Pendidikan Kewarganegaraan sering berganti istilah yang dapat dijabarkan, sebagai berikut:

a. Perkembangan civics di Amerika, pelajaran pertama kali diperkenalkan pada tahun 1790
dalam rangka "mengamerikakan" bangsa Amerika (Theory of Americanization).
b. Perkembangan civics di Indonesia, yang di SD, SMP, dan SMA.
c. Kewarganegaraan (1957) membahas cara memperoleh dan Kehilangan kewarganegarnan.
d. Kewarganegaraan (1961), membahas tentang sejarah kebangkitan nasional UUD 1945.
e. Pendidikan kewarganegaraan (1968) yang berdasarkan kurikulum 1968 berada dalam
kelompok pembinaan jiwa Pancasila.
f. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Kurikulum 1975 yang bertujuan membentuk warga
negara Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) kurikulum 1994 dan disempurnakan
dengan suplemen tahun 1999.
h. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, Pendidikan Kewiraan
mulai diselenggarakan sebagai kurikulum pendidikan tahun 1973/1974.
D. PANCASILA SEBAGAI NILAIDASAR PENDIDIKAN PROGRAM
KEWARGANEGARAAN

Pengembangan Kepribadian sebagai pendidikan nilai di Perguruan Tinggi memiliki fungsi


dasar nilai sebagai pemula bagi lulusan perguruan tinggi Pendidikan Kewarginegar Adapun
Peran nilai-nilai dalam setiap Sila Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan Yang Maha Esa menekankan fundamen etis-religius dari Negara Indonesia
yang bersumber dari moral Ketuhanan yang diajarkan agama-agama dan keyakinan yang
sekaligus juga merupakan pengakuan akan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa di tanah air Indonesia. Untuk mewujudkan suatu kehidupan
kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, mengandung kewajiban
moral. Kewajiban etis yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan oleh segenap bangsa
bukan saja di hadapan sesamanya, melainkan juga di hadapan sesuatu yang mengatasi semua.
Dengan menyertakan moral Ketuhanan sebagai dasar negara. Pancasila memberikan dimensi
transedental pada kehidupan politik serta hubungan simbolis antara konsepsi Tuhan danlat
rakyat. Dengan Pancasila, kehidupan kebangsaan dan kenegraan.

2. Muatan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi
pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan dan
dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Di samping
kemanusiaan, adalah adil yang mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kebudayaan umumnya. Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap
dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia berbudi.
Di dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan
yang lengkap, yang memenuhi seluruh harkat martabat manusia.

3. Muatan Sila Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti untuk tidak terpecah belah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Kata indonesia mengandung dua makna, yaitu :

a. Makna geografis
b. Makana bangsa dalam arti politis

Pengertian indonesia dalam sila persatuan indonesia adalah bangsa. Jadi, persatuan
indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah indonesia.

4. Muatan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratar /


Perwakilan secara etimologi mengandung makna sebagu berikut:

a. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, berarti kelompok manusia yang berdiam dalam satu
wilayah tertentu. Kerakyatan dalam hubungannya dengan dengan sila IV ini, berarti
bahwa kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut pula
kedaulatan rakyat (rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang
memerintah).

b. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran dan rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.

c. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat, sehingga tercapai
keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.
d. Perwakilan adalah suatu sistem arti tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam
menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya
diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh
tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun pada rakyat yang
diwakilinya.

5. Muatan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materil maupun spiritual, sedangkan kata seluruh rakyat berarti setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia maupun Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Dengan demikian, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, berarti setiap orang
Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum. Politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Oleh karena itu, makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
menurut UUD 1945 mencakup pula pengertian adil dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai