OLEH:
KELOMPOK : 1 (SATU)
TAHUN 2021
A. LATAR BELAKANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
1. Perubahan Pendidikan ke Masa Depan
Dalam kurun dasarwarsa terakhir ini, Indonesia mengalami percepatan perubahan yang
luar biasa. Misalnya, loncatan demokratisasi, transparansi yang hampir membuat tak ada lagi
batas kerahasiaan di negara kita, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya dirahasiakan.
Liberalisasi bersamaan dengan demokratisasi di bidak politik, melahirkan system multi partai
yang cenderung tidak efektif, pemilihan presiden – wakil presiden secara langsung yang
belum diimbangi kesiapan infrastruktur sosial berupa kesiapan mental elite politik dan
masyarakat yang kondusif bagi terciptanyademokrasi yang bermartabat. Kesiapan DPR-
DPRD yang sangat kuat sering kali disalahgunakan sebagai ajang manuver kekuatan politik
yang berdampak timbulnya ketegangan-ketegangan suasana politik nasional, dan hubungan
eksekutif dan legislatif.
Ada dua faktor penyebab melemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar
yang telah lama menjadi prinsip dan sebagai pandangan hidup bangsa, yang mengakibatkan
sistem filosofi Indonesia menjadi rapuh, yaitu:
a. faktor eksternal
faktor eksternal berupa pengaruh globalisasi yang disemangati liberalisme yang
mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi di bidang
politik. Dalam praktiknya system kapitalisme dan demokrasi liberal yang disponsori oleh
negara-negara maju seperti Amerika, mampu menggeser tatanan dunia lama yang lokal
regional menjadi tatanan dunia baru yang bersifat global modial. Bahkan mampu
menyusup dan memengaruhi tatanan nilai kehidupan internal setiap bangsa di dunia.
b. faktor internal
faktor internal, yaitu bersumber dari internal bangsa Indonesia sendiri. Kenyataan seperti
ini muncul dari kesalahan sebagai masyarakat dalam memahami Pancasila. Banyak
kalangan masyarakat memandang bahwa Pancasila tidak dapat mengatasi masalah krisis.
Sebagian lain masyarakat menganggap, bahwa Pancasila merupakan alat legitimasi
kekuasaan Orde Baru. Akibat yang timbul dari kesalahan pemahaman tentang Pancasila
ini sebagian masyarakat menyalahkan Pancasila, bahkan anti Pancasila.
Kesalahan pemahaman ini telah menjadikan masyarakat kehilangan sumber dan sarana
orientasi nilai.
Di dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa
kurikulum pendidikan tinggi memuat:
a. Pendidikan Agama
Untuk Pendidikan Agama lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki etos kerja, serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan.
b. Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk Pendidikan Agama lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelakasanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokritis yang berkeadaban, menjadi warganegara
yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
c. Bahasa
Untuk Pendidikan Agama lebih lanjut diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 34/Dikti/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelakasanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi dengan kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki
pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan
bahasa nasional dan mampu menggunakannya secara baik dan benar untuk
mengungkapkan pemahaman rasa kebangsaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai
keperluan dalam bidang ilmu, teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing.
Sementara itu, dalam Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tetntang
Pendidikan Tinggi dirumuskan materi kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat mata
kuliah:
a. Agama
Yang dimaksud dengan mata kuliah ini adalah pendidikan untuk membentuk mahasiswa
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.
b. Pancasila
Yang dimaksud dengan mata kuliah ini adalah pendidikan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia.
c. Kewarganegaraan
Yang dimakasud dengan mata kuliah ini adalah pendidikan yang mencakup Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi
warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
d. Bahasa Indonesia
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
3) Bahasa
3. Landasan Historis
Pendidikan Kewarganegaraan sering berganti istilah yang dapat dijabarkan, sebagai berikut:
a. Perkembangan civics di Amerika, pelajaran pertama kali diperkenalkan pada tahun 1790
dalam rangka "mengamerikakan" bangsa Amerika (Theory of Americanization).
b. Perkembangan civics di Indonesia, yang di SD, SMP, dan SMA.
c. Kewarganegaraan (1957) membahas cara memperoleh dan Kehilangan kewarganegarnan.
d. Kewarganegaraan (1961), membahas tentang sejarah kebangkitan nasional UUD 1945.
e. Pendidikan kewarganegaraan (1968) yang berdasarkan kurikulum 1968 berada dalam
kelompok pembinaan jiwa Pancasila.
f. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Kurikulum 1975 yang bertujuan membentuk warga
negara Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) kurikulum 1994 dan disempurnakan
dengan suplemen tahun 1999.
h. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, Pendidikan Kewiraan
mulai diselenggarakan sebagai kurikulum pendidikan tahun 1973/1974.
D. PANCASILA SEBAGAI NILAIDASAR PENDIDIKAN PROGRAM
KEWARGANEGARAAN
Ketuhanan Yang Maha Esa menekankan fundamen etis-religius dari Negara Indonesia
yang bersumber dari moral Ketuhanan yang diajarkan agama-agama dan keyakinan yang
sekaligus juga merupakan pengakuan akan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa di tanah air Indonesia. Untuk mewujudkan suatu kehidupan
kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, mengandung kewajiban
moral. Kewajiban etis yang harus dipikul dan dipertanggungjawabkan oleh segenap bangsa
bukan saja di hadapan sesamanya, melainkan juga di hadapan sesuatu yang mengatasi semua.
Dengan menyertakan moral Ketuhanan sebagai dasar negara. Pancasila memberikan dimensi
transedental pada kehidupan politik serta hubungan simbolis antara konsepsi Tuhan danlat
rakyat. Dengan Pancasila, kehidupan kebangsaan dan kenegraan.
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi
pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan dan
dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Di samping
kemanusiaan, adalah adil yang mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi sewenang-wenang.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kebudayaan umumnya. Pada prinsipnya kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap
dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia berbudi.
Di dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan
yang lengkap, yang memenuhi seluruh harkat martabat manusia.
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti untuk tidak terpecah belah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Kata indonesia mengandung dua makna, yaitu :
a. Makna geografis
b. Makana bangsa dalam arti politis
Pengertian indonesia dalam sila persatuan indonesia adalah bangsa. Jadi, persatuan
indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah indonesia.
a. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, berarti kelompok manusia yang berdiam dalam satu
wilayah tertentu. Kerakyatan dalam hubungannya dengan dengan sila IV ini, berarti
bahwa kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut pula
kedaulatan rakyat (rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang
memerintah).
b. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran dan rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat, sehingga tercapai
keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.
d. Perwakilan adalah suatu sistem arti tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam
menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya
diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh
tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun pada rakyat yang
diwakilinya.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materil maupun spiritual, sedangkan kata seluruh rakyat berarti setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia maupun Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Dengan demikian, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, berarti setiap orang
Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum. Politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Oleh karena itu, makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
menurut UUD 1945 mencakup pula pengertian adil dan makmur.