Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah dinamika kependudukan

Disusun Oleh :

Nama : Aleya Syamadha

Kelas : 9C

SMP Al-Azhar 3

Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2020/2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Dalam suatu wilayah yang memiliki penduduk tentu saja terdapat
perubahan-perubahan. Dimana perubahan yang dimaksud disini adalah pertumbuhan
penduduk suatu wilayah yang dipengaruhi oleh varibel utama Demografi. Yakni
fertilitas, mortalitas, dan migrasi dimana ketiga variable tersebut sangat berpengaruh
terhadap dinamika penduduk pada wilayah tersebut.
Dalam mengkaji dinamika penduduk tersebut maka diperlukan sebuah
metode agar lebih mudah pengkajiannya. Tedapat metode pencacahan yang
menghasilkan suatu data dalam rangka untuk mempelajari suatu dinamika penduduk
wilayah tersebut. Karena dengan data dinamika penduduk tersebut bisa digunakan
sebagai tolak ukur pembangunan suatu bangsa. Dengan data tersebut maka akan
mudah mengkaji kematian, kelahiran, dan perpindahan penduduk yang ada. Sehingga
warga tersebut diakui sebagai warga mana.
Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia
adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran
dan struktur umur penduduk. Progran kependudukan dan keluarga berencana
bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh
masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan
demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan
pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Konsep Kependudukan


Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah
penduduk menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi
kemiskinan dan kekurangan pangan. Sehingga muncul beberapa kelompok
aliran/teori tentang kependudukan, yaitu :
1.      Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :
1)      Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan
berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian
dari permukaan bumi.
2)      Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan
makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk (deret ukur)
2.      Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin Dan Paul Ehrlich)
Pada abad 19–20, Teori Malthus kembali diperdebatkan, muncul kelompok aliran
Neo Malthusian yang menyokong teori Malthus. Namun, menurut aliran Neo
Malthus, mengurangi jumlah penduduk tidak hanya dengan moral restrain saja, tapi
lebih ditekankan pada Preventive check. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi untuk
mengurangi kelahiran. Aliran Neomalthusian memiliki kesamaan konsep dasar
dengan Malthusian yaitu percaya bahwa pertumbuhan penduduk pasti akan terjadi
dan berdampak negatif pada manusia walaupun  tidak secara persis setuju dengan
argumen argumen aliran Malhusian, beberapa argumen Malthus dianggap tidak
rasional oleh karena itu aliran ini lebih ekstrim dalam melakukan tindakan tindakan
untuk mengurangi jumlah penduduk, misalnya: aborsi, legalitas homoseksual,
hukuman mati.
2.2    Dinamika Kependudukan
Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut
selalu terjadi dan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai perkembangan
kependudukan. Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang
terjadi maupun karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya.
Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk
tersebut akan berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur
penduduk dan jenis kelamin penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika
kependudukan adalah :
a.       Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai
keadaan atau perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator dalam
demografi terdiri dari beberapa hal, yaitu :
a)      Jumlah penduduk
b)      Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, susku bangsa, pendidikan,
agama, pekerjaan dan lain-lain.
c)      Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
b.      Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam
pengukuran, yaitu :
a)      Angka absolut
b)      Angka relatif
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa disamping jumlah
absolutnya yang tetap tinggi, persoalan kependudukan di Indonesia meliputi
persebaran serta kualitas penduduk dipandang dari sudut sumber daya manusia secara
keseluruhan.
Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :
1)      Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu
2)      Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan
datang.
3)      Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan lain
misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
4)      Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik
hal yang menguntungkan maupun merugikan.

2.3    Sumber Data Kependudukan


1.      Sensus Penduduk
Data sensus yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, ketenagakerjaan,
dan sosial budaya. Karakteristik demografi yang dikumpulkan adalah mengenai
kelahiran, kematian, dan migrasi, serta riwayat kelahiran dan kematian anak dari
wanita pernah kawin. Data yang dihimpun pada bidang ketenagakerjaan mencakup
lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Sedangkan data sosial budaya
mencakup tingkat pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kegiatan penduduk lanjut
usia (lansia).
Data-data yang diperoleh dari sensus tersebut digunakan untuk perencanaan
pembangunan di berbagai bidang. Hal tersebut sangat berperan penting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan, baik di bidang kependudukan, sosial
budaya, dan ketenagakerjaan.
Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:
a.  De facto,
Sensus de facto yaitu cara menghitung jumlah penduduk terhadap warga yang
ditemukan pada saat pencacahan berlangsung, walaupun orang tersebut bukan warga
asli pada wilayah yang sedang diadakan sensus.
b.  De jure,
Sensus de jure dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap warga
penduduk asli dari daerah yang sedang dilakukan sensus. Jadi, andaikataditemukan
orang yang bukan asli penduduk di sana pada saat sensus, maka tidak dimasukkan
dalam penghitungan. Untuk membedakan antara penduduk asli dan bukan asli ialah
dari kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).
Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
1)      Metode Canvasser,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi tempat tinggal penduduk dan
mengisi daftar pertanyaan. Keunggulan metode ini, data yang diperoleh lebih
terjamin kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan data. Sedangkan
kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama karena jumlah petugas yang
terbatas dan wilayah yang luas.
2)      Metode Householder,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh
penduduk sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu yang diperlukan lebih cepat
karena petugas tidak harus mendata satu per satu penduduk. Daftar pertanyaan dapat
dikirimkan atau dititipkan pada aparat desa. Sedangkan kekurangannya adalah data
yang diperoleh kurang terjamin kebenarannya karena ada kemungkinan penduduk
tidak mengisi data sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Keunggulan dan kelemahan sensus de jure


a.       Keunggulan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
a)      Jumlah penduduk yang tercatat adalah penduduk yang betulbetul memiliki bukti
kependudukan secara sah dalam sistem pemerintahan.
b)      Pelaksanaan sensus tidak harus bersamaan waktunya dan serempak karena hanya
penduduk yang memiliki bukti kependudukan yang disensus.
c)      Kemungkinan terjadinya pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk  yang sama
dapat dihindari.
b.      Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
a)      Penduduk yang tidak memiliki bukti tanda kependudukan (KTP) tidak akan tercatat
sebagai penduduk meskipun orang tersebut lahir dan tinggal di tempat tersebut.
b)      Jumlah penduduk yang tercatat tidak sesuai dengan jumlah penduduk yang
sebenarnya.
c)      Data hasil sensus apabila digunakan untuk kepentingan perencanaan yang berkaitan
dengan layanan publik tidak akurat.

Keunggulan dan kelemahan sensus de facto


a.       Keunggulan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut:
a)      Jumlah penduduk yang tercatat adalah jumlah riil di suatu tempat.
b)      Dilakukan secara serempak di setiap daerah sehingga data cepat terkumpul dan lebih
cepat diolah.
c)      Data yang diperoleh dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan yang berkaitan
dengan layanan publik.
b.      Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut :
a)      Kemungkinan pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk yang sama dapat terjadi.
b)      Untuk negara kepulauan yang luas diperlukan petugas dan dana yang cukup besar
karena harus dilakukan secara serempak.
c)      Bagi daerah yang mobilitas penduduknya sangat dinamis, seperti di laut, pesawat,
kereta, atau kendaraan lainnya kemungkinan tidak tercatat.

Tujuan sensus penduduk


Tujuan sensus penduduk antara lain sebagai berikut :
1)      Mengetahui perubahan penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu periode.
2)      Mengetahui jumlah, sebaran, dan kepadatan penduduk pada setiap wilayah.
3)      Mengetahui berbagai informasi tentang kependudukan, seperti angka kelahiran,
kematian, migrasi, dan berbagai faktor yang me mengaruhinya.
4)      Sebagai sumber data dalam perencanaan dan penentuan kebijakan pembangunan
nasional.
2.      Survei Penduduk
Survei adalah salah satu metode menjaring data penduduk dalam beberapa peristiwa
demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di
suatu negara, melainkan dengan cara penarikan sampel (contoh daerah) sebagai
kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Sudah barang tentu
sebelum menetapkan kawasan sampel itu, ditentukan dulu kriteria apa saja yang bisa
dijadikan syarat suatu wilayah bisa ditetapkan sebagai kawasan sampel survei.
Setelah ditetapkan sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut,
baru dilakukan penghitungan terhadap seluruh responden yang ada di kawasan
sampel survei itu. Proses penjaringan data tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan
survei.
Berikut ini contoh survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di
Indonesia :
1)      Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), dilakukan untuk menjaring data
mengenai keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan,
dengan cara mengambil sampel penelitian pada wilayah-wilayah yang bisa mewakili
karakteristik rakyat Indonesia. Hasil yang diperolehnya nanti akan mewakili rakyat
Indonesia secara keseluruhan.
2)      Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), dilakukan untuk mendapatkan angka
jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan dan biasanya dijadikan bahan rujukan
dari representasi jumlah penduduk Indonesia dalam setiap kurun waktu tertentu.
Berdasarkan tipenya, survei demografi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis,
yaitu sebagai berikut:
a.       Survei bertahap tunggal (single round surveys)
Survei ini adalah survei untuk menjaring data berbagai peristiwa demografi seperti
kelahiran, kematian, dan migrasi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
responden mengenai berbagai kejadian demografi yang dialami di masa lalu dalam
periode tertentu.
b.      Survei bertahap ganda (multiround surveys)
Survei ini dilakukan oleh petugas pencacah jiwa di lapangan dengan melakukan
kunjungan kepada responden tertentu berulang-ulang untuk mencatat berbagai
peristiwa demografi yang terjadi, seperti kelahiran, kematian, atau migrasi. Tentunya
kunjungan itu dilakukan dalam kurun waktu tertentu, apakah per tahun, per dua
tahun, per tiga tahun, dan seterusnya.
c.       Survei bertipe kombinasi
Survei ini dilakukan dengan cara menggabungkan cara survei tahap tunggal atau
ganda dengan cara registrasi. Seperti yang diketahui, registrasi adalah proses
pencatatan peristiwa demografi yang diambil dari beberapa peristiwa penting yang
terjadi. Hasil dari registrasi ini kemudian digabungkan dan sekaligus dilakukan kros
cek dengan hasil kedua jenis tipe survei di atas, yaitu survei tunggal dan ganda.
3.      Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan dari kejadian penting
yang dialami oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian, perpindahan
penduduk, dan kejadian-kejadian penting lainnya yang tertulis. Semua catatan itu
pada akhirnya dikumpulkan dan dipergunakan sebagai sumber data resmi dalam
penghitungan semua peristiwa demografi. Registrasi penduduk didasarkan pada
keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1977, ditujukan untuk membangun sistem
pencatatan yang berlaku menyeluruh dan seragam di wilayah Indonesia. Walaupun
mungkin saja terjadi bias pada data demografi yang terkumpul itu, karena bisa saja
terjadi kesalahan penulisan data oleh responden tertentu.
Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung pada
kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam keluarga.
Di negara-negara maju, pengumpulan data melalui registrasi umumnya tidak
menemui masalah danhambatan. Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, umumnya data yang dicakup masih kurang lengkap karena banyak
peristiwa yang tidak dilaporkan dan data kurang rinci sehingga kurang memadai
untuk berbagai analisis kependudukan.

2.4    Komposisi Penduduk


1.      Piramida Penduduk
Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dinamakan piramida
penduduk. Piramida penduduk pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik batang
yang meng gambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap
kelompok usia tertentu. Rentang interval umur yang umumnya digunakan adalah lima
tahun (usia 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54,
55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75 tahun lebih).
Berdasarkan kecenderungan bentuknya, komposisi penduduk berdasarkan usia dan
jenis kelamin diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a.       Komposisi penduduk muda (Ekspansif),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri komposisi
penduduk ekspansif antara lain sebagai berikut:
1)      Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
2)      Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
3)      Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
4)      Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Malaysia,
Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.
b.      Komposisi penduduk dewasa (Stasioner),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai batu nisan. Ciri-ciri komposisi
penduduk stasioner antara lain sebagai berikut:
1)      Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif
seimbang.
2)      Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka
kematian relatif lebih rendah.
3)      Pertumbuhan penduduk kecil.
4)      Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris.
c.       Komposisi penduduk tua (Konstruktif),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai guci terbalik. Ciri-ciri komposisi
penduduk konstruktif antara lain sebagai berikut:
1)      Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan usia tua (di atas usia 64 tahun) sangat
kecil.
2)      Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.
3)      Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
4)      Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan
penduduk sebagian mencapai tingkat negatif.
5)      Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
6)      Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.

2.      Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)


Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan. Adanya perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan  jumlah
penduduk perempuan dapat digunakan untuk memperkirakan atau  memprediksi
keadaan jumlah penduduk di masa datang. Kemungkinan terjadinya ledakan
penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

3.      Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio)


Menurut Prof. H.R. Bintarto rasio ketergantungan (dependency ratio) atau angka
beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan
kelompok usia produktif atas penduduk usia nonpoduktif. Usia produktif adalah usia
penduduk antara 15 tahun sampai 59 tahun. Disebut produktif karena pada usia ini
diperkirakan orang ada pada rentang usia masih bisa bekerja, baik di sektor swasta
maupun sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan usia tidak produktif adalah usia
penduduk yang ada di rentang 60 tahun keatas. Pertimbangannya, bahwa pada usia ini
penduduk dipandang sudah tidak produktif lagi bekerja atau tidak diperkenankan lagi
bekerja, baik di sektor swasta ataupun sebagai pegawai negeri.
Angka ketergantungan dapat memberikan informasi kepada kita berapa besar setiap
orang yang sudah bekerja menanggung beban orang yang belum atau tidak bekerja.
Dengan melihat angka atau indeks dari beban tanggungan ini, kita bisa melihat
seberapa besar kemakmuran yang dimiliki oleh suatu negara atau wilayah. Tinggi
rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
-          Rendah               : < 30
-          Sedang                : 31 – 40
-          Tinggi                 : > 41
2.5    Masalah Kependudukan Di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di Indonesia :
1.    Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a.       Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan
pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah
penduduk yang besar:
a)      Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
b)      Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk besar,
yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1)      Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan
kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga
berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya
pemukiman kumuh.
2)      Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta
fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup
sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta
untuk mengatasi masalah ini.
b.      Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar
2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990
sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun dan periode
2000-2010 sebesar 1,49%.
c.       Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi,
kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang
luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60%
penduduk Indonesia. Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura
tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun
1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi
(km2).
Selain di Jawa ketimpangan persebaran penduduk terjadi di Irian Jaya dan
Kalimantan. Luas wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah
penduduknya hanya 0,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan
luasnya 28,11% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari
jumlah penduduk Indonesia.
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya
banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya
sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa
ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan
dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan
keamanan negara.
Persebaran penduduk antara kota dan desa juga mengalami
ketidakseimbangan.Perpindahan penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.Urbanisasi yang terus terjadi
menyebabkan terjadinya pemusatan penduduk di kota yang luas wilayahnya
terbatas.Pemusatan penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan
dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan
hidup seperti:
a)      Munculnya permukiman liar.
b)      Sungai-sungai tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah baik oleh
masyarakat maupun dari pabrik-pabrik industri.
c)      Terjadinya pencemaran udara dari asap kendaraan dan industri.
d)     Timbulnya berbagai masalah sosial seperti perampokan, pelacuran dan lain-lain.
2.      Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif
a.       Tingkat Kesehatan yang Rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia
masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah
dengan melihat:
-          Angka Kematian
-          Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang
baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk.
Semakin tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan
kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati
kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan.
b.      Tingkat Pendidikan yang Rendah
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya
relatif lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga
dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia.Tingkat pendidikan bukanlah satu-
satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas
SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya
tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di
Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur.
Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi
beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus
dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap
kesejahteraan penduduk.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
a)      Pendapatan perkapita penduduk rendah, sehingga orang tua/penduduk tidak mampu
sekolah atau berhenti sekolah sebelum tamat.
b)      Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan yang ada seperti
jumlah kelas, guru dan buku-buku pelajaran. Ini berakibat tidak semua anak usia
sekolah tertampung belajar di sekolah.
c)      Masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan, sehingga
banyak orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya.
Dampak yang ditimbulkan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah :
1)      Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli
dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk
Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
2)      Perumahan kumuh sebagai dampak permasalahan kependudukan
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal
yang baru. Hal ini tampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini
apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
c.       Tingkat Pendapatan (Kemakmuran) yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5juta penduduk Indonesia hidup
di bawah garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran
berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk,
semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber
daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai
negara yang kaya sumber daya alam.
Dengan pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak mampu
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai manusia yang
sejahtera.Pendapatan per kapita rendah juga berakibat kemampuan membeli (daya
beli) masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil industri harus disesuaikan jenis dan
harganya. Bila hasil industri terlalu mahal tidak akan terbeli oleh masyarakat. Hal ini
akan mengakibatkan industri sulit berkembang dan mutu hasil industri sulit
ditingkatkan.Penduduk yang mempunyai pendapatan perkapita rendah juga
mengakibatkan kemampuan menabung menjadi rendah.Bila kemampuan menabung
rendah, pembentukan modal menjadi lambat, sehingga jalannya pembangunan
menjadi tidak lancar.
Upaya Mengatasi Permasalahan Kependudukan di Indonesia
1)      Upaya mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar
2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990
sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun.Penurunan
pertumbuhan penduduk ini tentunya cukup menggembirakan, hal ini didukung oleh
pelaksanaan program keluarga berencana di seluruh tanah air.
Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam
keluarga, demi kesejahteraan keluarga.Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan
mempunyai dua atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.
Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota
keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.Dari uraian di atas
jelaslah bahwa Program Keluarga Berencana mempunyai dua tujuan pokok yaitu:
-          Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
-          Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera.
2)      Upaya mengatasi masalah penyebaran penduduk yang tidak merata
Oleh karena dampak yang dirasakan cukup besar maka perlu ada upaya untuk
meratakan penyebaran penduduk di tiap-tiap daerah.Upaya-upaya tersebut adalah:
a)      Pemerataan pembangunan.
b)      Penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang penduduknya dan daerah
pedesaan.
c)      Pemberian penyuluhan terhadap masyarakat tentang pengelolaan lingkungan
alamnya.
Untuk mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata dilaksanakan program
transmigarasi. Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu :
a)      Meratakan persebaran penduduk di Indonesia.
b)      Peningkatan taraf hidup transmigran.
c)      Pengolahan sumber daya alam.
d)     Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
e)      Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran.
f)       Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
g)      Meningkatkan pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.
3)      Upaya mengatasi masalah rendahnya kualitas kesehatan
Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia
yaitu :
a)      Melaksanakan program perbaikan gizi.
b)      Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat penduduk, serta
melengkapi sarana dan prasarana kesehatan.
c)      Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat.
d)     Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
e)      Pembangunan Puskesmas dan rumah sakit.
f)       Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
g)      Penyediaan air bersih.
h)      Pembentukan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),
4)      Upaya mengatasi masalah rendahnya kualitas pendidikan
Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi masalah
pendidikan. Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia
yaitu:
a)      Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi.
b)      Menambah jumlah guru (tenaga kependidikan) di semua jenjang pendidikan.
c)      Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah dimulai
tahun ajaran 1994/1995.
d)     Pemberian bea siswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu tetapi berprestasi di
sekolahnya.
e)      Membangun perpustakaan dan laboratorium di sekolah-sekolah.
f)       Menambah sarana pendidikan seperti alat ketrampilan dan olah raga.
g)      Menggalakkan partisipasi pihak swasta untuk mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dan ketrampilan.
h)      Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia.
i)        Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
j)        Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah.
k)      Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja.
5)      Upaya mengatasi masalah rendahnya tingkat pendapatan penduduk
Masih rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, terutama disebabkan
oleh :
a)      Pendapatan/penghasilan negara masih rendah, walaupun Indonesia kaya sumber daya
alam tetapi belum mampu diolah semua untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
b)      Jumlah penduduk yang besar dan pertambahan yang cukup tinggi setiap tahunnya.
c)      Tingkat teknologi penduduk masih rendah sehingga belum mampu mengolah semua
sumber daya alam yang tersedia.
Oleh karena itu upaya menaikan pendapatan perkapita, pemerintah melakukan usaha :
a)      Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
b)      Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah sendiri sumber
daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
c)      Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan program KB
dan peningkatan pendidikan.
d)     Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan, perindustrian,
perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan).
e)      Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu berkurang.
f)       Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya
usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
g)      Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dalam makalah ini dibahas tentang konsep kependudukan yang didalamnya
terdapat beberapa aliran atau teori tentang kependudukan, diantaranya Aliran
Malthusian (Thomas Robert Malthus) dan Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin
Dan Paul Ehrlich). Kemudian ada dinamika kependudukan yang menjelaskan tentang
perubahan penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan
adalah indikator dan parameter. Kemudian dibahas juga sumber data kependudukan
yang meliputi sensus penduduk, survey penduduk, dan registrasi penduduk. Selain itu
ada komposisi penduduk yang membahas tentang piramida penduduk, rasio jenis
kelamin (sex ratio), angka beban ketergantungan (dependency ratio).
Dilanjutkan dengan pembahasan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi
laju pertumbuhan penduduk yang meliputi : angka kelahiran, angka kematian, dan
migrasi. Selanjutnya tentang transisi demografi yaitu perubahan terhadap fertilitas
dan mortalitas yang besar. Dan yang terakhir membahas masalah kependudukan yang
meliputi : jumlah penduduk besar, pertumbuhan penduduk cepat, persebaran
penduduk tidak merata, tingkat kesehatan yang rendah, tingkat pendidikan yang
rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai