Anda di halaman 1dari 4

KATEGORISASI KEBIJAKAN

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Theodore Lowi (1972) dan juga
James E. Anderson (1970) dalam bukunya “Public Policy Making: An
Introduction, Boston: Houghton Mifflin Company, 2006”, kebijakan secara umum
dibagi ke dalam beberapa kategori, antara lain:

1. Kebijakan Substantif (Subtantive Policy)


Kebijakan Substantif adalah kebijakan mengenai apa yang ingin dilakukan
oleh pemerintah. Kebijakan substantif mengalokasikan keuntungan dan
kerugian maupun biaya dan manfaatnya langsung kepada masyarakat.
Misalnya, UU SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional), kebijakan dibidang
pendidikan, subsidi BBM, Subsidi gas 3 kg.

2. Kebijakan Prosedural (Procedural Policy)


Kebijakan Prosedural merupakan kebijakan yang berkaitan dengan bagaimana
sesuatu akan dilakukan, atau siapa yang akan diberi kewenangan untuk
mengambil tindakan. Contoh kebijakan prosedural adalah undang-undang atau
peraturan atau ketetapan yang mengatur mengenai pembentukan suatu badan
administratif tertentu serta kewenangan dan proses yang dimilikinya.
Misalnya, UU BPJS, UU Pelayanan Publik, dsb.

3. Kebijakan Distributif (Distributive Policy)


Kebijakan Distributif adalah kebijakan dalam mengalokasikan pelayanan atau
manfaat terhadap segmen tertentu dari masyarakat, yaitu individu, kelompok,
perusahaan/lembaga atau masyarakat. Kebijakan distributif biasanya
melibatkan penggunaan dana publik untuk membantu kelompok, masyarakat
atau lembaga tertentu. Kebijakan ini juga bias berupa program-program yang
dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk mendorong kegiatan di sektor
swasta atau kegiatan-kegiatan masyarakat yang membutuhkan intervensi
pemerintah dalam bentuk subsidi atau sejenisnya dimana kegiatan tersebut
tidak akan berjalan tanpa adanya campur tangan pemerintah tersebut.
Contohnya adalah kebijakan terkait program Raskin, kebijakan pemerintah
terkait dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS),
subsidi pupuk dan alat pertanian, dsb.

4. Kebijakan Regulatif/Pengaturan (Regulatory Policy)


Regulatory Policy adalah kebijakan yang memberlakukan larangan terhadap
perilaku individu atau kelompok,membatasi sekelompok individu dan
lembaga, atau sebaliknya, memaksa jenis perilaku tertentu. Biasanya
kebijakan ini bersifat protektif atau mengatur kompetisi. Contohnya adalah
peraturan tentang perijinan atau lisensi, larangan terkait kepemilikan dan
penggunaan senjata api.

5. Kebijakan Konstituen (Constituent Policy)


Kebijakan Konstituen merupakan kebijakan yang bertujuan melindungi
kelangsungan operasional badan-badan Negara/pemerintah dan
kebutuhan/kepentingannya, terutama menyangkut anggaran dan personil,
dengan men-setting struktur dan prosedur formal pemerintah berdasarkan
pertimbangan konstituen. Disini konstituen yang dipertimbangkan adalah
stakeholder dari undang-undang yang secara substansial bebas dari
kepentingan, bersifat ideal, netral, dan impersonal. Jadi, constituen policy
adalah kebijakan yang dibuat untuk melindungi kepentingan operasional
konstituen, yaitu para stakeholder, Undang-undang (para politisi dan
lembaga/badan-badan pemerintah), dan lembaga/para ilmuan, akademisi, serta
para teknisi professional. Kebijakan konstituen mencakup dua lingkup bidang
garapan yaitu, urusan keamanan nasional dan luar negeri, dan berbagai dinas
pelayanan administrasi. Yang pertama mencakup pertahanan dan keamanan,
badan intelijen, ketertiban umum, diplomasi, dan penerangan luar negeri dai
kementerian luar negeri. Yang kedua lebih bersifat pelayanan kepada
pemerintah daripada kepada bangsa, seperti lembaga administrasi Negara,
badan administrasi kepegawaian Negara, percetakan Negara, biro statistic,
penerapan teknologi, dan pemetaan nasonal.

6. Kebijakan Pengaturan (Self-Regulatory)


Self-Regulatory adalah kebijakan yang membatasi atau mengawasi terhadap
suatu kelompok yang dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada
kelompok tersebut untuk mengatur dirinya sendiri dalam rangka melindungi
atau mempromosikan kepentingan dari anggota kelompoknya. Contoh Izin
Praktek oleh Asosiasi Professional, seperti izin prakter dokter, izin praktek
akuntan, dsb.

7. Kebijakan Protektif Regulasi (Protective Regulatory)


Protective Regulatory Kebijakan atau program-program yang bersifat protektif
dibuat oleh pemerintah dengan maksud untuk melindungi masyarakat dengan
mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh sektor swasta.
Aktivitas-aktivitas yang dapat merugikan atau membahayakan masyakarat
tidak akan diijinkan untuk dijual di pasar oleh sektor swasta. Kondisi yang
dipertimbangan sangat diperlukan untuk melindungi kepentingan masyarakat
harus diatur oleh pemerintah. Contoh kebijakan protektif antara lain: Ijin
peredaran obat, Pelabelan halal pada makanan, Peraturan tentang pengolahan
limbah industry, Ijin kelayakan terbang pesawat, Pencantuman label merokok
membahayakan konsumen, Ketentuan tentang upah minimum
provinsi/kabupaten, Perda Miras

8. Kebijakan Kompetitif Regulasi (Competitive Regulatory)


Competitive regulatory Merupakan kebijakan atau program yang dimaksudkan
untuk membatasi siapa-siapa saja yang boleh menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Contoh kebijakan kompetitif antara lain,
Ijin trayek bus, pesawat udara, kapal, Ijin penggunaan frekuensi radio,
televise, Ijin pendirian sekolah, perguruan tinggi, Ijin pendirian usaha.

9. Kebijakan Redistributif (Redistributive Policy)


Kebijakan Redistributif adalah kebijakan atau program yang dibuat oleh
pemerintah dengan tujuan dapat mendistribusikan kekayaan, hak kepemilikan
dan nilai-nilai yang lain diantara berbagai kelas sosial masyarakat atau
etnisitas di dalam masyarakat. Tujuan kebijakan redistributif adalah untuk
mencegah ketimpangan yang makin lebar pada masyarakat. Contohnya Pajak
progresif, Program pelatihan kerja untuk orang miskin, Program Reformasi
agraria.

10. Kebijakan Ekstraktif (Extractive Policy),


Kebijakan Ekstraktif yaitu kebijakan yang tujuannya menyerap semua sumber
dayamaterill dan sumber daya manusia yang ada dimasyarakat.
Dikeluarkannya kebijakan ekstraktif membuat pemerintah menerima sesuatu
dari masyarakatnya. Contoh kebijakan ini adalah kebijakan mengenai bea
cukai tembakau yang ditambah, kebijakan tentang pajak, dan retribusi, dan
lain-lain.

11. Kebijakan Material (Material Policy)


Material Policy adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya
komplet pada kelompok sasaran. Misalnya, kebijakan pemerintah daerah
untuk menyediakan perumahan murah bagi warganya, kebijakan yang
meajibkan majikan membayar upah minimum bagi pekerja (buruhnya).

12. Kebijakan Simbolis (Symbolic Policy)


Kebijakan Simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis
pada kelompok sasaran. Kebijakan ini pada dasarnya tidak bersifat memaksa
karena hanya memiliki dampak relative kecil bagi masyarakat. Jadi kebijakan
ini bersifat simbolik, misalnya kebijakan yang melarang setiap orang berjalan
di atas rumput di taman kota.

13. Kebijakan Barang Umum (Public Goods Policies)


Kebijakan Barang Umum adalah suatu kebijakan yang mengatur tentang
barang-barang/pelayanan-pelayanan oleh pemerintah, untuk kepentingan
orang banyak. Contohnya kebijakan tentang perlindungan keamanan,
penyediaan jalan umum.

14. Kebijakan Barang Pribadi (Private Goods Policy)


Kebijakan Barang Pribadi adalah suatu kebijakan yang mengatur tentang
penyediaan barang-barang/pelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan
individu-individu (perorangan) di pasar bebas, dengan imbalan biaya tertentu.
Contoh: kebijakan pengadaan barang-barang/pelayanan untuk keperluan
perorangan, misalnya tempat hiburan, hotel, dan Iain-lain.
Sholichin Abdul Wahab mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik
terhadap hakikat kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada
tujuan, ketika kita dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam beberapa
kategori, yaitu:

1. Tuntutan kebijakan (policy demands)


Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat
pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain, baik swasta maupun
kalangan pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan
tindakan tertentu atau sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan
pada suatu masalah tertentu. Tuntutan ini dapat bervariasi, mulai dari
desakan umum, agar pemerintah berbuat sesuatu hingga usulan untuk
mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang
terjadi di dalam masyarakat.
2. Keputusan kebijakan (policy decisions)
Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang
dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan
publik. Dalam hal ini, termasuk didalamnya keputusan- keputusan
untuk menciptakan statuta (ketentuan-ketentuan dasar), ketetapan-
ketetapan, ataupun membuat penafsiran terhadap undang-undang.
3. Pernyataan kebijakan (policy statements)
Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik
tertentu. Misalnya; ketetapan MPR, Keputusan Presiden atau Dekrit
Presiden, keputusan peradialn, pernyataan ataupun pidato pejabat
pemerintah yang menunjukkan hasrat, tujuan pemerintah, dan apa
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Keluaran kebijakan (policy outputs)
Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan
dirasakan, karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan
guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan dan
pernyataan kebijakan. Secara singkat keluaran kebijakan ini
menyangkut apa yang ingin dikerjakan oleh pemerintah.
5. Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)
Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh
masyarakat, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai
konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya tindakan
pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang
ada dalam masyarakat.

Disadur dari beberapa sumber:


https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/21198-mengenal-kebijakan-publik
https://www.academia.edu/36139602/JENIS_KEBIJAKAN_PUBLIK
https://guruppkn.com/macam-macam-kebijakan-publik
https://www.scribd.com/document/374027965/Tugas-Mid-Kebijakan-Publik
http://mizu.lecture.ub.ac.id/files/2015/09/4b.-Tipe-Kebijakan-Publik.pdf
https://eprints.uny.ac.id/8530/3/BAB%202%20-%2007401241045.pdf

Anda mungkin juga menyukai