NIM : 2121609044
PRODI : HUKUM TATA NEGARA (2)
SEMESTER :4
MATA KULIAH : HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK
DOSEN : MAR’ATUL MOCHTAR,M.Si
1. Di Indonesia istilah public policy masih belum mendapatkan terjemahan yang pasti. Bisa
berarti istilah kebijaksanaan umum, kebijaksanaan pemerintah, kebijakasanaan negara
atau kebijakan publik.
Tipe kelima: kebijakan barang kolektif (collective goods) atau barang privat
(private goods)
Barang kolektif adalah kebijakan yang bertujuan untuk menyediakan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan bagi orang banyak, dan biasanya ‘barang tersebut tidak dapat
disediakan oleh lembaga privat karena cakupannya yang teramat luas, sebuah contoh
klasik dalam kebijakan ini adalah “Pertahanan dan Keamanan.” Tidak ada cara yang
lebih efektif untuk memebrika rasa aman dalam-banyak prespektif-bagi seluruh warga
selain mewujudkan lembaga pertahanan dan keamanan di dalam negara. Kebijakan
‘barang privat’ adalah kebijakan yang dapat dibagi kepada aktor tertentu di mana
penggunaanya dapat dikenai biaya. Misalnya seperti keterlibatan aktor tertentu dalam
membuat rumahsakit dalam rangka meemberikan layanan kesehatan pada
publik. Dalam hal pendidikan, non-state actor pun boleh terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan cara mendirikan lembaga-lembaga pendidikan swastta dalam rangka
menyelenggarakan pendidikan.
(materi 5 – tipologi dan sifat kebijakan publik)
4. Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang sangat kompleks, karena
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji dan diperhatikan. Dengan
demikian, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Beberapa
ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda-beda. Proses
pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks. Walaupun
demikian, para adsministrator sebuah organisasi institusi atau lembaga dituntut memiliki
tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat
kebijakan dengan resiko yang diharapkan (intended risks) maupun yang tidak diharapkan
(unintended risks).
(materi 3 – faktor pengaruh kebijakan publik)
5. Siklus kebijakan publik :
a) Kebijakan Publik (Public Policy) adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi
orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh
pemegang otoritas publik (Setiawan, 2011).
b) Sebagai keputusan yang mengikat public, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh
otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak,
umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.
c) Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di
jalankan oleh birokrasi pemerintah.
d) Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang
merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan
atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.
e) Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban menyediakan pelayan
publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi, dan pada sisi lain
menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan berbagai
kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.
f) Setiap sistem politik pada dasarnya memproduksi kebijakan publik. Dan sistem
politik itu bisa berupa negara, provinsi, kabupaten/kota, desa, bahkan RT dan RW.
g) “Institusi” seperti ASEAN, EU, PBB dan WTO adalah sistem politik juga, yang dapat
disebut supranegara.
h) Kebijakan publik tidak selalu dilakukan oleh birokrasi (saja), melainkan dapat pula
dilaksanakan oleh perusahaan swasta, LSM ataupun masyarakat langsung. Misalnya,
suatu sistem politik dapat memutuskan untuk mengelola sampah agar bernilai
ekonomis. Sistem politik itu dapat memerintah tentu saja disertai kompensasi sebuah
perusahaan swasta untuk melakukan pengolahan sampah.
i) Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Bagaimana keterlibatan publik dalam
setiap tahapan kebijakan bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan negara
kepada amanat rakyat yang berdaulat atasnya.
j) Kebijakan publik menunjuk keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya
dalam masyarakat demokratis merupakan cerminan pendapat umum (opini publik).
Untuk mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif,
maka diperlukan sejumlah hal:
Pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-undangan sehingga
dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan;
Kedua, kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya
Ketiga, diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan
publik mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami
penyimpangan atau tidak.
k) Dalam masyarakat otoriter, kebijakan publik adalah keinginan penguasa semata,
sehingga penjabaran di atas tidak berjalan. Tapi dalam masyarakat demokratis, yang
kerap menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap opini publik dan membangun
suatu kebijakan yang mendapat dukungan publik. Kemampuan para pemimpin politik
untuk berkomunikasi dengan masyarakat untuk menampung keinginan mereka adalah
penting, tetapi sama pentingnya adalah kemampuan para pemimpin untuk
menjelaskan pada masyarakat kenapa suatu keinginan tidak bisa dipenuhi.
(materi 4 – sistem dan siklus kebijakan publik)
6. Perbedaan antara model elite dan pluralis ini hanya berkisar pada siapa yang kuasa, yang
punya otoritas, dan kewenangan. Sehingga, dengan adanya hipotesis seperti ini, ada
dugaan bahwa hal inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi apatis terhadap anggota
dewan, anggota yang ada di parlemen.
Maka tidaklah salah teori yang dikemukakan oleh Thomas R.Dye, bahwa Rakyat
cenderung berprilaku "apatis" terhadap pemerintah selaku aktor pembuat kebijakan.
Karena Rakyat tidak memperoleh informasi yang luas mengenai kebijakan-kebijakan
tersebut. Termasuk rancangan undang-undangnya, atau peraturan apa dan bagaimana
akan dibuat. Rakyat cenderung tidak mau tahu. Dan itu disebabkan oleh ketidakterbukaan
sistem informasi kebijakan yang akan disusun oleh pemerintah.