Anda di halaman 1dari 7

TIPOLOGI KEBIJAKAN PUBLIK

Pemerintah pada semua tingkatan (nasional, provinsi, dan kab/ kota) di Indonesia kini
telah semakin aktif dalam pengembangan studi kebijakan publik. Setiap tahun banyak kebijakan
yang dihasilkan dan di lembarkan oleh badan legislative di tingkat pusat maupun di tingkat local.
Regulasi-regulasi tersebut selama ini tidak pernah di selidiki oleh sarjana-sarjana administrasi
public. Karena itu, saat ini para sarjana yang mempelajari Analisis Kebijakan Publik (AKP)
dihadapkan pada kewajiban untuk mencoba mengerti semua kegiatan yang menyangkut
kebijakan-kebijakan tersebut.Hal ini menjadi penting oleh karna untuk memahami makna
kebijakan public lebih dalam, perbandingan atas tipe-tipe kebijakan menjadi sangat signifikan
artinya kita tidak memahami tipe apa sebenarnya kebijakan itu diperuntukkan.Karena itu, pada
berupaya untuk melakukan pengategorian atau pengelompokkan kebijakan ke dalam arenanya
masing-masing., yakni kebijakan susbstansial atau kebijakan procedural, kebijakan liberal atau
kebijakan konservatif, kebijakan distributive, kebijakan redistributive, kebijakan regulator, atau
kebijakan self regulatory, kebijakan material atau kebijakan simbolis serta kebijakan collective
goods atau kebijakan private goods.

a. Kebijakan Substansial atau kebijakan Prosedural

Pertama, bentuk kebijakan dapat diklasifikasikan menjadi kebijakan susbstansif atau


procedural. Kebijakan substantive meliputi kebijakan yang akan dilakukan pemerintah, seperti
pendidikan, kesehatan, bantuan bagi usaha kecil dan menengah, atau pembayaran keuntungan
bagi kesejahteraan rakyat dan lain-lain. Kebijakan substansif pada dasarnya member tekanan
pada subject metter dari apa yang dibutuhkan warga.Sedangkan kebijakan procedural yang jelas
meliputi siapa yang akan melaksanakan atau bagaimana hal tersebut akan dilaksanakan. Jadi
yang membedakan antara kebijakan substantive atau kebijakan procedural adalah dengan melihat
konten kebijakan itu sendiri. Apabila isi kebijakan lebih mengarah pada upaya pengentasan suatu
masalah yang tengah dialami oleh warga masyarakat, maka dapat dipastikan kebijakan tersebut
adalah kebijakan subtantif. Tapi ketika konten kebijakan itu hanya menyampaikan siapa yang
harus melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan,maka ia termasuk dalam kategori kebijakan
procedural.
Contoh dari kebijakan procedural adalah ketika ia hendak membangun perusahaannya di
suatu daerah, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berisi mengenai prosedur-prosedur
yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tersebut agar tetap bertahan berproduksi, misalnya,
melalui kebijakan lingkungan hidup. Hal ini dimaksudkan supaya instansi tersebut
mempertimbangkan dampak lingkungan sebelum membuat keputusan produksi. Akan tetapi
syarat- syarat ini bukan merupakan substansi dari kebijakan.

Kebijakan procedural mempunyai efek dasar yang penting juga walau tidak langsung
tertuju pada kepentingan warga, yaitu bagaimana sesuatu dikerjakan atau siapa yang akan
melaksanakan , dimana hal ini dapat membantu aparatur birokrasi untuk membedakan apa yang
sebenarnya harus dilakukan.Walau kebijakan procedural tidak berdampak langsung pada public,
namun pada kebijakan lingkungan hidup, misalnya terlihat bahwa peran kebijakan yang
berupaya untuk melindungi (juga) kepentingan public tercium dalam prosedur-prosedur yang
harus ditaati oleh semua organisasi- organisasi privat yang hendak berproduksi. Karna itu
kegiatan sebuah organisasi privat dapat ditolak apabila pada dasarnya mereka tak mampu untuk
melaksanakan isi kebijakan (procedural) yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Kebijakan Liberal dan Kebijakan Konservatif

Kedua ,debat dan diskusi mengenai tipologi kebijakan public yang juga menyita
perhatian para sarjana ialah pengategorian atau pengelompokkan antara kebijakan liberal dan
kebijakan konservatif. Dalam hal ini bagaimanapun agak meleset dan susah untuk didefinisikan
kedua kebijakan tersebut. Perbedaan dalam konteks kebijakan atas liberal dan konservatif dapat
juga didekati dengan pendekatan politik, ideology. Misalnya apabila kita bisa mendekati
kebijakan liberal dan kebijakan konservatif dari pendekatan politik, maka akan sangat mudah
kita mendefinisikannya. Dalam definisi yang sederhana misalnya, liberal dapat diartikan sebagai
paham yang menghendaki kebebasan individualis pada setiap tindaklakunya; sedangkan
konservatif adalah paham yang menghendaki ketetapan yang ajeg pada setiap tindaklakunya.
Namun menurut pendapat saya hal ini tidak semudah itu. Theodore Lowi (1969) misalnya
dengan mudah membedakan kebijakan liberal dengan kebijakan konservatif melalui pelibatan
pemerintah sebagai aparatur implementor kebijakan itu sendiri. Karna itu menurutnya lebih
lanjut bahwa kebijakan liberal umumnya dibantu ( atau mempergunakan/ melibatkan)
pemerintah dalam menuntaskan masalah – masalah perubahan social yang dirasakan warga
masyarakat. Kebijakan konservatif sebaliknya, tidak melibatkan atau mempergunakan
pemerintah untuk tujuan tersebut. Lebih jauh menurut Lowi, pihak liberal membicarakan
keperluan kebijakan public untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan pada kehendak
masyarakat yang ada. Sedangkan pihak konservatif menemukan kehendak rakyat yang dapat
memuaskan dan pendapat yang mengatakan bahwa perubahan harus terjadi perlahan- lahan dan
meningkat melalui proses social yang alamiah. Singkat kata jika kita mengatakan bahwa pihak
konservatif cenderung untuk memdukung kebijakan, public atau privat yang dapat memajukan
kepentingan bisnis , sementara pihak liberal cenderung untuk memperbaiki kebijakan yang
memproteksi kepentingan konsumen dan minoritas yang dikatakan sesuatu yang sangat
mempunyai arti, maka itulah kebijakan konservatif dan kebijakan liberal.

Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa kebijakan liberal adalah kebijakan-
kebijakan yang mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan- perubahan social mendasar
terutama diarahkan untuk memperbesar hak- hak persamaan (civil liberties and civil right).
Lebih jauh , kebijakan liberal menghendaki pemerintah melakukan koreksi atas ketidakadilan
dan kelemahan- kelemahan yang ada pada aturan- aturan pemerintah sebelumnya. Dan kebijakan
konservatif lebih menekankan pada aturan social yang mereka anggap sudah baik dan mapan,
jadi upaya untuk melakukan perubahan social tidak perlu untuk dilakukan (mempertahankan
statua quo). Namun , apabila tetap diperlukan perubahan- perubahan maka hal tersebut harus
dilakukan dengan hati –hati gradual dan berjalan dengan alamiah.

Menurut irfan Islamy (1988;6.5) bahwa seringkali upaya yang dapat dilakukan oleh kita
untuk membedakan antara kebijakan liberal dan kebijakan konservatif ialah terletak pada
kecenderungan perlindungan pada satu kelompok. Kebijaka liberal menurutnya cenderung untuk
melindungi kepentingan golongan minoritas dan para konsumen. Sedangkan kebijakan
konservatif lebih melindungi atau mendukung kepentingan – kepentingan kelompok penguasa
dan para produsen. Yang perlu menjadi catatn penting di sini ialah bahwa kebijakan public dapat
merupakan perubahan yang lebih produktif dari pada periode sbelumnya; ataupun kebijakan
public dibuat untukk membantu mempertahankan hal –hal yang telah ada. Karna itu sebenarnya
kebijakan public dapat memberikan dukungannya baik pada penganut paham liberal maupun
penganut paham konservatif
c. Kegiatan Distributif, Kebijakan Redistributif, Kebijakan Regulator, dan
Kebijakan Self Regulatory

Ketiga , kebijakan dapat menjadi kebijakan distributive, kebijakan redistributive,


kebijakan regulator, atau kebijakan self-regulatory. Pengelompokan ini disasarkan pada dampak
social dan hubungannya dengan pembentukan kebijakan. Kebijakan distributives terdiri dari
penyebaran pelayanan atau kentungan pada sektor- sektor khusus, baik untuk individu ,
kelompok – kelompok kecil , dan komunitas- komunitas tertentu. Beberapa kebijakan
distributives dapat memberikan keuntungan pada hanya satu atau beberapa orang seperti; kasus
jaminan pinjaman dan subsidi pada operasi dan konstruksi. Yang lainnya dapat memberikan
keuntungan pada banyak orang , seperti ; beras untuk rakyat miskin, kartu sehat, bantuan
langsung dana kompensasi BBM ,dan lain- lain.

Proyeksi kebijakan disributif juga memiliki karakteristik yang khas , di sini termasuk
penggunaan dana umum untuk membantu kelompok- kelompok tertentu. Kegiatan kebijakan
distributive yang berkarakteristik seperti ini bersifat mencari keuntungan dengan tidak bersaing
secara langsung dengan yang lain. Keuntungan mereka tidak merupakan biaya yang langsung
ditarik pada beberapa kelompok khusus, tetapi biaya tersebut di bebankan pada dana umum yang
diminta pada semua pembayar pajak. Dengan demikian kebijakan distributive muncul untuk
menciptakan pemenang meskipun secara nyata seseorang membayar untuk mereka.

Kebijakan redistributive termasuk usaha hati- hati yang dilakukan oleh pemerintah untuk
memindahkan alokasi dana dari kekayaan, pendapatan , pemilihan atau hak – hak diantara
kelompok – kelompok penduduk, misalnya; dari kelompok kaya ke kelompok miskin. “
Tujuannya yang termasuk di dalamnya bukanlah penggunaan dari barang tetapi merupakan
barang itu sendiri , bukan perlakuan yang sama tetapi hak milik yang sama, bukan perilaku tetapi
menjadi pelaku”.Yang termasuk dalam kebijakan yang mempunyai dampak redistributive adalah
pengelompokkan pajak pendapatan, pemberantasan masalah kemiskinan, kesehatan, dan lain-
lain. Kasus pengelompokkan pajak pendapatan, kebijakan redistributifnya, didasarkan pada
prinsip kemampuan untuk membayar. Dalam kasus ini sifat redistributifnya di sahkan dengan
berbagai macam kredit, potongan, pengeluaran, pengerungan, dan cara yang lainnya. Sedangkan,
pemberantasan kemiskinan yang dilakukan mengandung suatu usaha untuk memberikan
kekayaan dan sumber penghasilan bagi orang- orang miskin.

Kebijakan regulator adalah kebijakan tentang penggunaan pembatasan atau larangan


perbuatan atau tindakan bagi orang atau kelompok orang. Kebijakan ini pada dasarnya bersifat
mengurangi kebebasan sesorang atau sekelompok orang untuk berbuat sesuatu. Contohnya
misalnya, pembatasan penjualan obat-obat jenis tertentu di pasar bebas, larangan untuk menjual
senjata api secara bebas di pasaran , larangan untuk membuat limbah di tempat- tempat umum
dan lain-lain.

Kebijakan self Regulatory adalah semacam peraturan kebijakan yang berupaya untuk
membatasai atau mengawasi beberapa bahan atau kelompok. Bagaimanapun juga kebijakan –
kebijakan ini di bedakan dengan kebijakan regulator. Kebijakan self regulatory biasanya dicari
dan di dukung oleh sekelompok aturan sebagai alat untuk melindungi atau menawarkan
kepentingan mereka sendiri. Sebuah contoh mengenai kebijakan self regulatory adalah
pemberian sertifikat / lisensi professional dan pekerjaan, pengawasan terhadap harga eceran
tertinggi (HET), kebijakan tentang surat ijin mengemudi dan lain-lain.

d. Kebijakan Material dan Kebijakan Simbolis

Keempat, kebijakan public dapat pula dipisahkan ke dalam kebijakan material atau
simbolis. Kebijakan material adalah kebijakan yang berupaya untuk menyediakan sumber
penghasilan yang nyata atau kekuasaan yang sesungguhnya kepada orang- orang yang di
untungkan, atau memberikan kerugian yang sesungguhnya bagi siapa yang terkena kerugian.
Atau dalam bahasa yang sederhana, kebijakan material yang nyata bagi penerimanya.
Sedangkan, kebijakan simbolis secara jelas membagikan keuntungan atau kerugian yang
mempunyai dampak kecil pada manusia.

Kebijakan yang seolah – olah merupakan material di alam, dalam basis bahasa legislative
dapat diterjemahkan secara simbolis dengan kegiatan administrasi atau kegagalan legislative
dalam menyediakan danan yang cukup untuk pelaksanaanya. Tujuan dari perumahan rakyat
dalam undang- undang perumahan misalnya, dibuat secara simbolis oleh kegagalan pemerintah
dalam menyediakan keperluan pendanaan bagi kosntruksi perumahan.Dengan kata lain kebijakan
mungkin berubah dari kategori yang lebih simbolik ke lebih material. Bentuk material – simbolis
sangat berguna khususnya untuk dipikirkan ketika menganalisis dampak kebijakan yang mana
akan mengarahkan perhatian kita pada pernyataan kebijakan formal. Juga dapat memberikan
tanda bagi kita pada peran yang penting yaitu bahwa symbol berpengaruh pada perilaku politik.

e. Kebijakan Kolektif dan Kebijakan Privat.

Terakhir, kebijakan public dapat juga di masukkan dalam ketetapan yang merupakan
barang kolektif (indivisible) atau barang privat (divisible). Yang disebut sebagai barang kolektif
adalah kebijakan tentang penyediaan barang dan pelayanan bagi keperluan orang banyak
(kolektif). Sebuah contoh klasik adalah pertahanan nasional, tidak ada cara yang lebih efektif
untuk memberikannya hanya pada beberapa warga Negara sementara yang lain tidak, tidak juga
dengan hanya memberikan keuntungan yang lebih banyak pada beberapa warga Negara daripada
yang lain. Berdasarkan hal ini , seseorang yang secara ekonomis rasional tidak akan pernah
secara sukarela membayar untuk pertahanan nasional.Sebagian itu jika kita menginginkannya,
pertahanan nasional harus disediakan oleh pemerintah dan dibiayai melalui system melalui
perpajakan. Contoh lain dari barang kolektif adalah kebersihan udara, keamanan umum,
pengawasan tanda – tanda lalu lintas , dan lain-lain.

Kebijakan privat adalah kebijakan yang dapat di bagi menjadi satu-satuan dan dibiayai
untuk pemakai tunggal dan dapat dipasarkan. Bermacam- macam barang social di sediakan oleh
pemerintah, seperti : pelayanan pos, perawatan kesehatan, museum, taman nasional, dan masih
banyak lagi. Beberapa yang kadang – kadang masih diperdebatkan adalah apakah barang kolektif
harus menjadi subjek dari kebijakan public ? Kecenderungannya adalah bagaimanapun , barang-
barang privat untuk semakin menjadi barang social harus melalui kebijakan pemerintah.
Kesehatan , pengangguran, polusi lingkungan , penyakit dan kecelakaan kerja, dan tidak
tersedianya barang di pasaran, diapandang oleh banyak orang sebagai kolektif daripada masalah
individual, yang akan mempengaruhi populasi yang ada, dan sebagian itu ia seharusnya menjadi
barang public. Umumnya dikatakn , bahwa semakin sebuah barang dipandang sebagai
mempunyai kualitas barang public, semakin mungkin diterima bila hal itu ditetapkan oleh
pemerintah. Jika kelihatan jelas keuntungan mengarah pada beberapa orang, maka dapat di
inginkan untuk menarik bayaran, tarif atau pajak langsung pada penggunaannyauntuk menutupi
sebagian ongkosnya.

Anda mungkin juga menyukai