2. Publik adalah hal-ikhwal yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak atau
masyarakat luas.
3. Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga
pemerintahan untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu
atau untuk mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat
orang banyak.
Hoogerwert
Menyebutkan bahwa kebijakan ahli sebagai suatu unsur yang harus ada pada
politik, disebutkan juga bahwa kebijakan ini dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Proses dalam mencapai tujuan ini tentu membutuhkan jangka waktu
tertentu.
Gertson
Gertson merupakan kebijakan publik sebagai upaya dari pemerintah atau pejabat
tertentu yang memiliki kekuasaan. Upaya ini dilakukan dalam setiap tingkatan
pemerintah, dengan harapan usaha yang dilakukan memberi dampak sebagai
pemecah permasalahan.
Dunn
Kebijakan publik menurut Dunn adalah pola kompleks yang muncul berdasarkan
dari pilihan kolektif dengan ketergantungan satu sama lain. Kondisi ini dilakukan
oleh badan dan lembaga pemerintahan yang ada.
Pressman dan Wildavsky
Kebijakan publik didefinisikan sebagai hipotesis yang mengandung kondisi awal dan akibat
setelah sebelumnya diprediksi. Kebijakan publik harus dibedakan sebagai bentuk kebijakan
lain, yang dipengaruhi oleh keterlibatan faktor dan dalam hal ini bukan pemerintah.
Leo Agustino
Kebijakan publik merupakan hubungan pemerintah dan lingkungan, secara umum mencakup
banyak hal karena memang kebijakan publik mencakup semuanya. Pengertian secara luas
kebijakan publik memang harus dipahami dengan benar.
Woll
Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dilakukan dalam memecahkan
sebuah masalah di dalam masyarakat. Kondisi ini terjadi bisa secara langsung dan lewat
sejumlah lembaga yang punya pengaruh dalam masyarakat.
Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik
Kebijakan Retributif, Suatu kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan,
pemilikan, atau hak- hak. Contoh: kebijakan tentang pembebasan tanah untuk kepentingan umum.
Kebijakan materil (Material Policy) adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya
komplet pada kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan
manfaat simbolis pada kelompok sasaran.
Bentuk Hukum Kebijakan Publik
Alternatif Kebijakan
Alternatif adalah pilihan-pilihan atau cara-cara yang tersedia bagi pembuat kebijakan yang
dengannya diharapkan tujuan dapat tercapai. Alternatif-alternatif bisa berupa kebijakan-kebijakan,
strategi-strategi atau tindakan-tindakan. Alternatif-alternatif tidak harus jelas merupakan pengganti
satu sama lain ataupun mempunyai fungsi yang sama.
Dampak Kebiajakan
Perancangan sebuah alternatif sebagai cara menyelesaikan tujuan mengimplikasikan
serangkaian konsekuensi ter- tentu. Jadi dampak ini berhubungan dengan alternatif.
Beberapa diantaranya bersifat positif dan berdampak menguntungkan terhadap
pencapaian tujuan. Beberapa yang lain merupakan biaya, atau konsekuensi negatif se-
hubungan dengan alternatif tersebut, dan merupakan hal-hal yang ingin dihindari atau
diminimalisir oleh pem- buat keputusan.
Kriteria Kebijakan
Kriteria adalah suatu aturan atau standar untuk mengurutkan alternatif menurut urutan
yang paling diinginkan. Kriteria merupakan cara menghubungkan tujuan, alternatif dan
dampak. Banyak orang menghubungkan atau bahkan mengganti istilah kriteria dengan
skala efektivitas, yakni skala yang menunjukkan tingkat pencapaian tujuan.
Model Kebijakan
Model gambaran realitas yang disederhanakan yang bisa digunakan untuk
meyelidiki hasil suatu tindakan tanpa benar-benar bertindak. Jadi, Jika
serangkaian tindakan dianggap perlu diimplementasikan, dibutuhkan suatu
skema atau proses untuk menginformasikan kepada kita dampak apakah
yang mungkin timbul dan sampai seberapa jauh tujuan bisa tercapai.
Model Rasional
Model rasional adalah model di mana prosedur pembuatan keputusan yang akan membimbing pada
pilihan alternatif dicari yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan, model ini menekankan
penerapan rasionalisme dan positifisme. Problempublic harus dipecahkan dengan cara yang“ilmiah"
atau“rasional", dengan mengumpulkan seluruh informasi yang relevan dengan masalah dan pemecahan
alternatif bagi mereka, kemudian dari kesemuanya dipilih alternatif yang terbaik sesuai dengan masalah
yang ada dalam masyarakat. Tugas dari analis kebijakan adalah me- lihat perkembangan pengetahuan
yang relevan dengan pemecahan masalah-masalah tersebut untuk penerapannya atau implementasinya
dilaporkan kepada pemerintah.
Model Incremental
Model incremental pada dasarnya hadir sebagai kritik terhadap model rasional. Para
pembuat kebijakan publik tidak pernah melakukan proses sebagaimana yang
dikehendaki oleh oleh pendekatan model rasional oleh karena mereka dianggap tidak
memiliki cukup waktu, pikiran, maupun biaya, ada kekhawatiran akan munculnya
dampak yang tidak diinginkan akibat kebijakan yang pernah dibuat sebelumnya. Model
incremental memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kebijakan yang telah
dilakukan oleh peme- rintah di masa lampau dengan melakukan perubahan-peru- bahan
kecil seperlunya.
Model Institusional
Model institusional atau kerap juga disebut sebagai model kelembagaan secara sederhana
bermakna bahwa yang memiliki tugas dalam pembuatan kebijakan publik ialah menjadi tugas
pemerintah. Dengan demikian, semua yang dibaut oleh pemerintah adalah merupakan
kebijakan publik. Pada model ini merupakan model tradisional dalam proses pembuatan
kebijakan yang fokus utama model ini terletak pada struktur atau kelembagaan organisasi
pemerintah. Aktivitas politik terarah pada institusi-institusi Pemerintah yang dapat berupa
kegiatan lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam hal ini kebijakan publik hanya
dianggap sebagai kegiatan kelembagaan pemerintah.
Faktor-faktor mempengaruhi kebijakan publik
1.Identifikasi Masalah
2.Formulasi Kebijakan
3.Legitimasi Kebijakan
4.Implementasi Kebijkan
5.Evaluasi
Partisipasi Masyarakat dalam Kebijakan Publik
Sedangkan Partisipasi Sosial sering diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam proyek-
proyek pembangunan. Model partisipasi ini seringkali dipergunakan selama rezim orde baru
berkuasa. Dengan kata lain, partisipasi sosial seringkali diartikan sebagai terlibatnya masyarakat
untuk ikut gotong royong dalam proyek pembangunan negara yang bersifat swadaya masyarakat,
meskipun dalam praksisnya partisipasi selalu diartikan sebagai kewajiban masyarakat untuk
membantu pemerintah dan bukan sebagai hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapat
bantuan dari pemerintah.
Ciri-ciri kebijakan publik
1. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan dari pada sebagai
perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan. Kebijaksanaan negara dalam politik
modern bukanlah merupakan tindakan yang serba kebetulan, melainkan tindakan yang
direncanakan.
2. Tindakan-tindakan yang saling berkait dan berpola yg mengarah pada tujuan tertentu yang
dilakukan oleh pejaba tpejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputuasan yang
berdiri sendiri.
3. Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah dalam bidang-
bidang tertentu.
4. Kebijakan publik bisa berbentuk positip bisa berbentuk negatif
Teori Kebijakan Publik
Asas keterbukaan
Asas keterbukaan menekankan pada keharusan pemerintah untuk membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara, namun,
dengan tetap memperhatikan hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. Asas ini memberikan kesempatan
kepada rakyat untuk memberikan tanggapan, penilaian dan kritik membangun terhadap pemerintah.
Asas kemanfaatan
Asas kemanfaatan sangat berkaitan dengan tujuan pemerintahan, yakni memiliki kemanfaatan untuk masyarakat. Oleh
karena itu, asas ini sangat penting karena berkaitan dengan posisi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk menyejahterakan rakyat.
Asas kecermatan
Asas kecermatan menekankan pada sikap kehati-hatian para pengambil keputusan, yakni dengan mempertimbangkan
secara komprehensif mengenai berbagai aspek dari keputusan yang dihasilkan, agar tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Asas ini menekankan bahwa keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus didasarkan pada informasi
dan dokumen yang akurat dan lengkap demi mendukung keabsahan penetapan dan/atau pelaksanaan keputusan tersebut.
Asas pelayanan yang baik
Asas pelayanan yang baik dimaknai sebagai asas yang memberikan pelayanan yang tepat waktu, sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP), biaya yang jelas, dan sesuai ketentuan perundang-undangan. Asas ini
memastikan bahwa aparat pemerintah harus memberikan layanan yang prima dengan berpedoman pada aturan
yang berlaku.
Asas akuntabilitas
Asas akuntabilitas menekankan pada pelaksanaan tugas dan kegiatan pemerintahan yang dipertanggungjawabkan
dengan sebaik-baiknya pada masyarakat. Pertanggungjawaban kepada rakyat merupakan kewajiban pemerintah
karena sesuai UUD 1945, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi negara.
Asas proporsionalitas
Asas proporsionalitas atau keseimbangan menekankan pada adanya keseimbangan hak dan kewajiban aparatur
pemerintah. Aspek ini berkaitan dengan kewajaran bertindak serta balasan yang diberikan atas tindakan yang
dilakukan.
Asas profesionalitas
Asas profesionalitas berkaitan dengan kemampuan aparatur penyelenggara pemerintahan dalam memberikan
pelayanan kepada publik. Aparatur penyelenggara pemerintahan wajib memiliki kemampuan terkait bidang yang
dilayani, baik secara ilmu maupun praktiknya.
Asas keadilan
Asas keadilan berkaitan dengan sikap aparatur penyelenggara pemerintahan dalam memberikan layanan publik.
Aparatur penyelenggara pemerintahan tidak boleh memberikan keistimewaan untuk memastikan seluruh
masyarakat yang dilayani mendapat standar pelayanan dan perilaku yang sama
Siapa Aktor negara dalam proses pembuatan
kebijakan publik ?
Legislatif
Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai peran yang sangat sentral dan pengting
dalam proses pembuatan kebijakan publik. Keterlibatan presiden dalam pembuatan kebijakan
dapat dilihat dalam komisi-komisi presidensial atau dalam rapat-rapat kabinet. Dalam
beberapa kasus, presiden terlibat secara personal dalam pembuatan kebijakan. Selain
keterlibatan secara langsung, kadangkala presiden juga membentuk kelompok-kelompok atau
komisi-komisi penasehat yang terdiri dari warga Negara swasta maupun pejabat-pejabat yang
ditunjuk untuk menyelidiki kebijakan tertentu dan mengembangkan usulan-usulan kebijakan.
Dalam sistem politik modern, pada umumnya kebijakan publik diimplementasikan terutama
oleh system badan- badan administrasi yang kompleks. Misalnya di Amerika, pada saat kongres
menetapkan sebuah undang-undang publik dan presiden telah menandatanganinya, langkah
berikutnya adalah badan-badan administrasi harus segera memulai proses implementasi.
Badan-badan administrasi tersebut kemudian melakukan tugas pemerintahan sehari-sehari, dan
dengan demikian memengaruhi warga negara secara langsung dalam tindakan-tindakan mereka
dibandingkan pengaruh dari unit-unit pemerintah lainnya.
Yudikatif
Penyusunan Agenda Pejabat yang dipilih dan diangkat Legislator negara dan cosposornya
menempatkan masalah pada agenda menyiapkan rancangan undang-un- dang
publik. Banyak masalah tidak disentuh mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan
sama sekali sementara lainnya ditunda Kesejahteraan untuk dipelajari dan
untuk waktu lama. disetujui. Atau rancangan berhen- ti di
komite dan tidak terpilih
Formulasi Kebi jakan Para pejabat merumus- kan alternatif Peradilan Negara Bagian
kebijakan untuk mengatasi mas- alah. mempertimbangkan pelarangan
Alternatif kebijakan melihat perlunya penggunaan tes kemampuan standar
mem- buat perintah eksekutif, seperti SAT dengan alasan bahwa tes
keputusan peradilan dan tindakan tersebut cenderung bias terhadap
legislatif. perempuan dan minori- tas.
Fase Karakteristik Ilustrasi
Adopsi Kebija kan Alternatif kebijakan yang diadopsi Dalam keputusan Mah- kamah agung
dengan dukun- gan dari mayoritas pada kasus Roe.v. Wade tercapai
legis- latif, konsensus di antara direktur keputusan mayoritas bah- wa wanita
lembaga atau keputusan peradilan. mempunyai hak untuk mengakhiri
kehamilan melalui aborsi.
Implementasi Kebijakan Kebijakan yang telah diambil Bagian Keuangan Kota mengangkat
dilaksanakan oleh unit-unit admin- pegawai untuk mendukung peraturan
istrasi yang memobil- isasikan baru tentang penarikan pajak kepa-
sumberdaya finansial dan manusia. da rumah sakita yang tidak lagi
memiliki status pengecualian pajak.
Penilaian Kebi jakan Unit-unit pemeriksa- an dan Kantor akuntansi publik memantau
akuntansi da- lam pemerintahan ptogrampro- gram kesejahteraan sosial
menentukan apakah badan-badan seperti bantuan untuk keluarga dengan
eksekutif, legislatif dan peradilan anak tanggungan (AFDC) un- tuk
undang-undang dalam pembuatan menentukan luasnya
kebijakan dan pencapaian tujuan. penyimpangan/korupsi.
Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Penyusunan agenda (Agenda Setting) adalah suatu proses yang meliputi suatu
rangkaian Tindakan dan strategi dalam mana isu tertentu menjadi pusat
perhatian bagi masyarakat. Pengusunan agenda sebagai sebuah fase dan
proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Sebelum
kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, pembuat kebijakan perlu menyusun
agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-masalah mana saja yang
akan dijadi- kan prioritas untuk dibahas. Masalah-masalah yang terkait dengan
kebijakan akan dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diseleksi. Apabila suatu
isu telah berhasil mendapat- kan status sebagai sebuah masalah publik, dan
juga men- dapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)
1. Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan
terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan sasaran kebijakan kabur.
2. Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu duku- ngan sumberdaya, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.
3. Hubungan antar organisasi, yaitu dalam banyak program, implementor sebuah program
perlu dukungan dan koor- dinasi dengan instansi lain, sehingga diperlukan koor- dinasi
dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi
implementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini men- cakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan
dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di
lingkungan, serta apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melak- sanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap
kebijakan, intensitas disposisi implementor, yaitu pre- ferensi nilai yang
dimiliki oleh implementor.
TUJUAN DISKRESI
Perlu diketahui bahwa diskresi hanya dapat dilakukan oleh
pejabat pemerintahan yang memiliki wewenang. Selain itu,
setiap penggunaan diskresi memiliki tujuan tertentu, yakni
sebagai berikut:
1. Melancarkan penyelenggaraan pemerintahan
2. Mengisi kekosongan hukum
3. Memberikan kepastian hukum
4. Mengisi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan
dan kepentingan umum.
Syarat Penggunaan Diskresi
Dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014, terdapat sejumlah
syarat penggunaan diskresi, yakni sebagai berikut:
Selain itu, terdapat akibat hukum dari penggunaan diskresi. Mengutip e-jurnal
Diskresi dan Tanggung Jawab Pejabat Pemerintahan Menurut Undang-undang
Administrasi Pemerintahan oleh M. Ikbar Andi Endang, berikut dampaknya.