1. Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis
dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk
memaknai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik yang
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai
masalah publik dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih
daripada isu lain. Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam agenda pemerintah.
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan
tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Kriteria
permasalahan yang bisa dijadikan agenda kebijakan public diantaranya : a) Telah
mencapai titik kritis tertentu yang apabila diabaikan menjadi ancaman yang serius, b)
Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis, menyangkut
emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, c) Mendapat dukungan media
massa, menjangkau dampak yang amat luas, d) Mempermasalahkan kekuasaan dan
keabsahan dalam masyarakat serta menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit
dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)
2. Formulasi Kebijakan
3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan
1. Masalah Kebijakan
4. Urutan Waktu dan Kecepatan Kebijakan Pemilihan waktu suatu kebijakan adalah
berkenaan dengan tujuan, sarana dan aktifitas kebijakan. Urutan waktu sebuah
kebijakan akan menentukan kecepatan pelaksanaannya. Meskipun demikian antara
urutan waktu dan kecepatan kebijakan harus dapat dibedakan. Perbedaan keduanya
bahwa, urutan waktu dari suatu kebijakan/kebijaksanaan berkenaan dengan
pertanyaan; (1) tujuan-tujuan mana yang hendak dicapai dan dalam urutan waktu
yang mana ? (2) sarana-sarana mana mau dipergunakan dan dalam urutan waktu yang
mana ? (3) sarana-sarana mana harus tersedia untuk urutan waktu yang mana ? (4)
sarana mana dan dalam jumlah berapa harus dipergunakan sebelum sarana yang lain
dan dalam jumlah yang lain?
Jawab :
A. Menurut Prof Dr H Arifin Abdurrahman, pemimpin adalah orang yang dapat
menggerakkan orang-orang yang ada disekelilingnya untuk mengikuti jejak pemimpin
itu.
1. Penerangan, yaitu memberikan keterangan yang jelas dan benar kepada orang-
orang sehingga mereka ini memperoleh pengertian yang sejelas-jelasnya mengenai
masalah yang dimaksudkan, kemudian dapat merasakan dan menginsyafi serta
akhirnya tertarik dan timbul pikiran dan kemauan sendiri untuk mengikutinya.
2. Propaganda, yaitu mengajak dan mendorong kepada orang-prang atau
memaksakan kehendak pemimpin kepada yang dipimpin dengan memberikan
keterangan yang benar, bahkan kadang-kadang yang tidak benar tetapi yang
penting dan menarik atau menakutkan sehingga mereka itu mau tidak mau terpaksa
mengikuti kehendak pemimpin.
Untuk berhasilnya kedua teknik ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. pengetahuan, pendidikan, adapt istiadat, alam pikiran dari para pengikut harus
diteliti untuk merencanakan luasnya aktifitas dan metode penerangan dan
propaganda.
b. melakukan tindakan-tindakan penerangan dan propaganda sesuai yang
direncanakan.
c. mengawasi pelaksanaan dan menilai hasil-hasil kegiatan penerangan dan
propaganda.
Khusus mengenai teknik penerangan ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Fakta-fakta yang penting disajikan untuk membuka tabir dan menjelaskan keadaan
yang sebenarnya, bukan sebaliknya untuk menutupi keadaan sebenarnya..
b. Fakta-fakta hendaknya dapat diterima dan diikuti baik secara logis berdasarkan akal
maupun secara rasa berdasarkan suara hati.
c. Fakta-fakta hendaknya masih segar (bersifat actual) tidak terlalu jauh sebelumnya
atau sesudahnya proses persuasi.
Dengan demikian orang-orang lalu terpengaruh dan bersedia menjadi pengikut, tetapi
apabila mereka kemudian merasa tertipu oleh fakta-fakta yang disajikan justru untuk
menutupi keadaan sebenarnya, mka mereka akan kecewa dan akibatnya dapat apatis,
atau bahkan menetang pemimpin yang bersangkutan.
Adapun sarana-sarana yang dapat digunakan dalam teknik penerangan ini adalah :
Teknik human relations merupakan proses atau rangkaian kegiatan memotivasi orang,
yaitu keseluruhan proses pemberian motif (dorongan) agar orang mau bergerak yang
dapat dijadikan motif pemenuhan kebutuhan yang meliputi :
1. kebutuhan physis : sandang, pangan, papan.
Dalam hal ii seorang pemimpin harus dapat memberi contoh atau teladan bagi mereka
yang dipimpinnya. Dengn memeberi contoh orang-orang dapat melihat sendiri dan
percaya akan kebenaran ucapan-ucapan dan tingkah laku pemimpin, sehingga mereka
dapat dengan mudah digerakkan untuk mengikuti pemimpin.
D. Teknik Persuasi dan Pemberian Perintah
Teknik persuasi (ajakan) merujuk kepada suatu suasana dimana kedudukan pemimpin
dan pengikut tidak terdapat batas-batas yang jelas sehingga pemimpin tidak dapat
menggunakan kekuatan atau kekuasaan. Dengan persuasi ajakan-ajakan dilakukan
dengan lunk sehingga orang-orang yang diajaknya itu bersedia mengikuti pemimpin
dengan kemauan sendiri dan atas tanggung jawab sendiri, dan prses ini berlangsung
secara lambat. Dasrnya adalah persetujuan dari orang-orang yang tercapai karena
pengertin dan keinsyafan mengenai persoalan yang dihadapi. Tenik pemberian
perintah, yaitu menyuruh orang lain untuk mematuhi perintah melakukan sesuatu dari
si pemimpin. Dibelakang perintah terdapat kekuatan (force) dan kekuasaan (power).
Kekuasaan adalah wewenang (authority) dari yang memerintah ditambah dengan
kemampuan untuk melaksanakan perintah.
Komunikasi berarti menyampaikan suatu maksud kepada pihak lain lebih baik dalam
rangka penerangan, persuasi, perintah dan sebaginya. Yang penting bahwa maksud
tersebut diterima oleh si penerima, sama dengan maksud si pengirim. Sistem
komunikasi yang cocok tergantung pada factor-faktor keadaan si penerima, maksud
dan alt-alat komunikasi yang tersedia. Keadaan penerima komunikasi dapat dilihat
dari beberapa sudut yaitu : bahasa, pendidikan, golongan (social background),
kedudukan (pimpinan/atasan dan bawahan), jarak dalam susunan organisasi dan jarak
lokasi/tempat.
F. Teknik Penyediaan fasilitas-Fasilitas
Apabila sekelompok orang sudah siap untuk mengikuti ajakan si pemimpin, maka
orang-orang tersebut harus diberi fasilitas-fasilitas atau kemudahan-kemudahan.
Adapun fasilitas/kemudahan tersebut antara lain kecakapan, perlengkapan, tempat
kerja, waktu, perangsang, dll.
B. Teknik yang diterapkan oleh Presiden Joko Widodo dalam memimpin Indonesia
adalah menggunakan teknik Human Relation.
Berbagai cara kepemimpinan Jokowi tersebut akan saya ulas melalui pemaparan
berikut ini:
#1 Mendengarkan
Mendengar setiap pendapat dan saran dari orang-orang di sekitar adalah ciri khas dan
pembawaan Jokowi yang mencolok dalam kepemimpinannya. Mendengarkan secara
aktif adalah suatu kemampuan kepemimpinan yang menunjukkan perhatian kepada
berbagai masalah-masalah masyarakat.
#2 Berempati
#3 Kesadaran
Kesadaran adalah salah satu ciri kepemimpinan yang kuat dalam diri Jokowi. Ketika
beliau sedang menyampaikan pidatonya dalam dialek betawi saat perayaan ulang
tahun Jakarta yang ke-64, Jokowi sempat meminta maaf karena beliau kurang fasih
melafalkan dialek Betawi, hal ini dikarenakan beliau adalah seorang dari suku Jawa.
Kesadarannya terhadap budaya lokal juga perlu diacungi jempol ketika beliau
mempelopori untuk mengenakan pakaian khas Betawi selama jam kerja.
#4 Pengarahan
#5 Keefektifan
Salah satu atribut kepemimpinan Jokowi adalah keefektifan yang dimulai dengan
membangun consensus/persetujuan bersama, pembagian tugas secara jelas dan
kemudian memonitor implementasi dari setiap keberhasilan pekerjaan sesuai dengan
yang sudah direncanakan.
#6 Mengambil Risiko
Jokowi lebih memilih untuk menjadi Gubernur Jakarta daripada menduduki jabatan
yang nyaman sebagai Walikota di Solo, hal ini jelas membuktikan bahwa Jokowi
adalah seorang pengambil risiko.
Selain masalah kemacetan dan banjir, berbagai permasalahan yang dihadapi Jakarta
diantaranya seperti kemiskinan, daerah kumuh, minimnya pelayanan publik, dan
korupsi yang merajalela
#7 Berjiwa Melayani
#8 Mengobati/Menyembuhkan
#9 Berinovasi
Seleksi terbuka camat dan lurah serta jabatan Eselon II dan III di lingkungan Pemda
DKI pada bulan Juni 2013 yang lalu merupakan bukti inovasi Jokowi untuk
memperbaiki praktik pemerintahan dalam memberikan pelayanan publik yang
terbaik.