Anda di halaman 1dari 9

Soal :

1. Jelaskan proses kebijakan menurut William N Dunn dan Hoogerwerf. Jelaskan


perbedaannya.
Jawab :
A. Wiliam N Dunn mengemukakan bahwa proses kebijakan pemerintahan (kebijakan
publik)adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam
proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut nampak dalam
serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda , formulasi kebijakan ,
adopsi kebijakan , implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Sedangkan
aktivitas perumusan masalah , forecasting , rekomendasikebijakan , monitoring dan
evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual.
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis
dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk
memaknai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik yang
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai
masalah publik dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih
daripada isu lain. Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam agenda pemerintah.
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan
tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Kriteria
permasalahan yang bisa dijadikan agenda kebijakan public diantaranya : a) Telah
mencapai titik kritis tertentu yang apabila diabaikan menjadi ancaman yang serius, b)
Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis, menyangkut
emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, c) Mendapat dukungan media
massa, menjangkau dampak yang amat luas, d) Mempermasalahkan kekuasaan dan
keabsahan dalam masyarakat serta menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit
dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)
2. Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan, kemudian


dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut
didefinisikan untuk dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya
dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan. Dalam tahap
perumusan kebijakan, tiap-tiap alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan

Legitimasi bertujuan memberikan otorisasi pada proses dasar


pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur
oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan
pemerintah. Akan tetapi, warga negara harus percaya bahwa tindakan
pemerintah adalah sah. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi–cadangan dari
sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota menoleransi pemerintahan disonansi. Legitimasi
dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Dengan proses ini orang
belajar untuk mendukung pemerintah.

4. Penilaian/Evaluasi Kebijakan Secara umum, evaluasi kebijakan dapat dikatakan


sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup substansi, implementasi, dan dampak (Budi Winanrno,
2008: 225). Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan
fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada
tahap akhir, tetapi juga dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.

B. Sedangkan Menurut Hoogerwerf kebijakan adalah semacam jawaban terhadap suatu


masalah, merupakan upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu
masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. Hoogerwerf
membagi proses kebijakan dalam 5 proses bagian , yaitu :

1. Penyiapan kebijakan, dapat dilukiskan sebagai pengumpulan dan


penganalisisan informasid a n perumusan nasihat-nasihat yang
b e r k e n a n d e n g a n k e b i j a k a n y a n g a k a n d i j a l a n k a n . I n i mencakup
perencanaan (planning) artinya penyiapan secara sistematis dari kebijakan
dengan bantuan pengetahuan dan pengertian yang diperoleh dengan jalan ilmiah.
Termasuk dalam penyiapan kebijakan adalah perumusan masalah

1. Masalah Kebijakan

Suatu masyarakat ditandai antara lain oleh masalah-masalahnya. Masalah-masalah


itu ada yang telah lama terdapat dalam masyarakat, ada pula yang baru muncul.
Munculnya masalah-masalah dalam masyarakat karena adanya kejadian-kejadian
(peristiwa- peristiwa) tertentu dan berpengaruh pada orang-orang secara berbeda-
beda.
Untuk mendapatkan dan memecahkan secara tepat suatu masalah ternyata tidak begitu
sederhana. Suatu masalah mungkin dapat dipecahkan, tetapi akan muncul pula
masalah-masalah yang lain.

2. Azas, Norma, dan Tujuan Kebijakan


Isi suatu kebijakan menyangkut pula ukuran. Ukuran berpengaruh terhadap pilihan
nengenai tujuan, sarana dan waktu dari sebuah kebijakan. Ukuran dapat diuraikan
sebagai batu ujian untuk menilai keadaan yang sedang berlangsung, keadaan yang
diharapkan, dan jalan mengalihkan keadaan yang berlangsung kepada keadaan yang
diharapkan. Ukuran itu mencakup azas dan norma yang dikandung suatu kebijakan.
Azas adalah aturan tingkah laku secara umum. Norma adalah aturan tingkat laku
yang lebih khas. Azas terpenting yang terdapat dalam suatu kebijakan pemerintah
seperti; Azas kebebasan, persamaan, solidaritas, keadilan, toleransi dan demokrasi.
Azas-azaz. Ini mempunyai isi yang umum. Azas persamaan umpamanya dapat
diuraikan sebagai paham bahwa hal yang sama harus diperlakukan dengan cara yang
sama pula .
3. Sarana-sarana kebijakan
Sarana kebijakan adalah segala sesuatu yang dipergunakan atau dapat.
dipergunakan oleh aktor (pemerintah) untuk memperlancar tercapainya tujuan atau
tujuan-tujuan dari kebijakan yang ditetapkannya. Sarana kebijakan mempunyai
hubungannya dengan tujuan kebijakan. Dalam praktek, sesudah menetapkan .tujuan
suatu kebijakan dalam bidang tertentu oleh pemerintah baru menetapkan sarana-
sarana
yang sesuai untuk mewujudkan tujuan-tujuan kebijakan itu. Sarana-sarana yang di
pergunakan dalam sebuah kebijakan dapat beranekaragam.

Hoogerwerf menyebutkan pula sarana-sarana yang bersifat yuridis pemerintahan


yang terbagi atas tiga golongan yang berbeda-beda, yaitu :

(1) Sarana untuk pengaturan aktivitas-aktivitas warga negara seperti undang-undang,


ketentuan-ketentuan administrasi dan sanksi-sanksi,
(2) Sarana untuk pengaturan hubungan antara. pemerintah dan yang diperintah, seperti ;
perlindungan hukum antara lain ; naik banding, apel administrative dan pengadilan
administrative, perlindungan kepentingan-kepentingan antara lain ; partisipasi dan
keterbukaan,
(3) Sarana untuk pengatur tindakan-tindakan dan dan hubungan antara badan-badan
pemerintah, antara lain ; Pengawasan, Perencanaan berjangka dan analisa-analisa
kebijakan.

Aktivitas kebijakan Perkataan berusaha yang muncul didalam definisi kebijakan


mengambarkan tentang pilihan oleh pemerintah, meliputi pendapat dan tingkah laku
untuk mencapai tujuan- tujuan melalui sarana-sarana yang di pilih dari urutan waktu
yang di pilih tingkah laku (aktifitas) yang menjadi bagian dari usaha. Usaha
penggunaan sarana-sarana yang dipilih untuk mencapai tujuan berdasarkan urutan
waktu yang dipilih. Penggunaan ini biasanya berlangsung dalam proses
penyelenggaraan kebijakan atau pelaksanaan (implementasi) kebijakan. Contoh dari
pelaksanaan kebijakan adalah pemberian subsidi atas izin dan pemungutan pajak serta
lain-lainnya

4. Urutan Waktu dan Kecepatan Kebijakan Pemilihan waktu suatu kebijakan adalah
berkenaan dengan tujuan, sarana dan aktifitas kebijakan. Urutan waktu sebuah
kebijakan akan menentukan kecepatan pelaksanaannya. Meskipun demikian antara
urutan waktu dan kecepatan kebijakan harus dapat dibedakan. Perbedaan keduanya
bahwa, urutan waktu dari suatu kebijakan/kebijaksanaan berkenaan dengan
pertanyaan; (1) tujuan-tujuan mana yang hendak dicapai dan dalam urutan waktu
yang mana ? (2) sarana-sarana mana mau dipergunakan dan dalam urutan waktu yang
mana ? (3) sarana-sarana mana harus tersedia untuk urutan waktu yang mana ? (4)
sarana mana dan dalam jumlah berapa harus dipergunakan sebelum sarana yang lain
dan dalam jumlah yang lain?

Kecepatan atau tempo kebijakan/kebijaksanaan tergantung pada jawaban atas


pertanyaan dalam berapa waktu diinginkan terlaksananya kebijakan itu, pendek waktu
ini makin tinggi kecepatan dipergunakan untuk menyediakan sarana, mempergunakan
sarana, mencapai tujuan antara dan tujuan antara suatu kebijakan.
Urutan waktu dan kecepatan ini akan saling mempengaruhi. Semakin tinggi kecepatan
dikehendaki semakin condong kita untuk sekaligus mempergunakan sarana- sarana
yang berat, dengan mengadakan eskalasi yang cepat. Semakin rendah kecepatan
dikehendaki, semakin condong kita mempergunakan sarana yang enteng sebelum
yang berat, dengan mengadakan eskalasi secara berangsur-angsur. Sebaliknya urutan
waktu mempergunakan sarana akan turut; menentukan efektivitas dan kecepatan dan
pada kecepatan

2. Jelaskan teknik kepemimpinan pemerintahan menurut Arifin Abdoelrachman?


Menurut Saudara Teknik yang manakah yang diterapkan oleh Presiden Joko Widodo
dalam memimpin Indonesia berikan alasannya?

Jawab :
A. Menurut Prof Dr H Arifin Abdurrahman, pemimpin adalah orang yang dapat
menggerakkan orang-orang yang ada disekelilingnya untuk mengikuti jejak pemimpin
itu.

Adapun teknik-teknik kepemimpinan menurut Prof Dr H Arifin Abdurrahman adalah


sebagai berikut:
a. Teknik Pematangan/Penyiapan Pengikut

b. Teknik Human Relations

c. Teknik Menjadi Teladan

d. Teknik Persuasi dan pemberian Perintah

e. Teknik Penggunaan Sistem Komunikasi Yang Cocok

f. Teknik Penyediaan Fasilitas

A. Teknik Pematangan/Penyiapan Pengikut

Teknik ini dapat dilakukan dengan mengadakan :

1. Penerangan, yaitu memberikan keterangan yang jelas dan benar kepada orang-
orang sehingga mereka ini memperoleh pengertian yang sejelas-jelasnya mengenai
masalah yang dimaksudkan, kemudian dapat merasakan dan menginsyafi serta
akhirnya tertarik dan timbul pikiran dan kemauan sendiri untuk mengikutinya.
2. Propaganda, yaitu mengajak dan mendorong kepada orang-prang atau
memaksakan kehendak pemimpin kepada yang dipimpin dengan memberikan
keterangan yang benar, bahkan kadang-kadang yang tidak benar tetapi yang
penting dan menarik atau menakutkan sehingga mereka itu mau tidak mau terpaksa
mengikuti kehendak pemimpin.

Untuk berhasilnya kedua teknik ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. pengetahuan, pendidikan, adapt istiadat, alam pikiran dari para pengikut harus
diteliti untuk merencanakan luasnya aktifitas dan metode penerangan dan
propaganda.
b. melakukan tindakan-tindakan penerangan dan propaganda sesuai yang
direncanakan.
c. mengawasi pelaksanaan dan menilai hasil-hasil kegiatan penerangan dan
propaganda.
Khusus mengenai teknik penerangan ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

a. Fakta-fakta yang penting disajikan untuk membuka tabir dan menjelaskan keadaan
yang sebenarnya, bukan sebaliknya untuk menutupi keadaan sebenarnya..

b. Fakta-fakta hendaknya dapat diterima dan diikuti baik secara logis berdasarkan akal
maupun secara rasa berdasarkan suara hati.
c. Fakta-fakta hendaknya masih segar (bersifat actual) tidak terlalu jauh sebelumnya
atau sesudahnya proses persuasi.

d. Fakta-fakta disajikan dalam kata-kata dan gambar-gambar yang mudah dimengerti


dan menarik perhatian orang-orang yang bersangkutan.

Dengan demikian orang-orang lalu terpengaruh dan bersedia menjadi pengikut, tetapi
apabila mereka kemudian merasa tertipu oleh fakta-fakta yang disajikan justru untuk
menutupi keadaan sebenarnya, mka mereka akan kecewa dan akibatnya dapat apatis,
atau bahkan menetang pemimpin yang bersangkutan.

Adapun sarana-sarana yang dapat digunakan dalam teknik penerangan ini adalah :

a. sarana visual : selebaran, majalah, pameran, gambar, dll.

b. sarana audial : pidato, konferensi, diskusi, radio, telepon, dll.

c. audio visual : opera, sandiwara, gambar hidup, dll.

B. Teknik Human Relations

Teknik human relations merupakan proses atau rangkaian kegiatan memotivasi orang,
yaitu keseluruhan proses pemberian motif (dorongan) agar orang mau bergerak yang
dapat dijadikan motif pemenuhan kebutuhan yang meliputi :
1. kebutuhan physis : sandang, pangan, papan.

2. kebutuhan psikologis : penghargaan, keamanan, dll.

Dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan orang-orang


bersedia mengikuti pemimpin yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang dimaksud.

C. Teknik Menjadi Teladan

Dalam hal ii seorang pemimpin harus dapat memberi contoh atau teladan bagi mereka
yang dipimpinnya. Dengn memeberi contoh orang-orang dapat melihat sendiri dan
percaya akan kebenaran ucapan-ucapan dan tingkah laku pemimpin, sehingga mereka
dapat dengan mudah digerakkan untuk mengikuti pemimpin.
D. Teknik Persuasi dan Pemberian Perintah

Teknik persuasi (ajakan) merujuk kepada suatu suasana dimana kedudukan pemimpin
dan pengikut tidak terdapat batas-batas yang jelas sehingga pemimpin tidak dapat
menggunakan kekuatan atau kekuasaan. Dengan persuasi ajakan-ajakan dilakukan
dengan lunk sehingga orang-orang yang diajaknya itu bersedia mengikuti pemimpin
dengan kemauan sendiri dan atas tanggung jawab sendiri, dan prses ini berlangsung
secara lambat. Dasrnya adalah persetujuan dari orang-orang yang tercapai karena
pengertin dan keinsyafan mengenai persoalan yang dihadapi. Tenik pemberian
perintah, yaitu menyuruh orang lain untuk mematuhi perintah melakukan sesuatu dari
si pemimpin. Dibelakang perintah terdapat kekuatan (force) dan kekuasaan (power).
Kekuasaan adalah wewenang (authority) dari yang memerintah ditambah dengan
kemampuan untuk melaksanakan perintah.

E. Teknik Penggunaan Sistem Komunikasi Yang Cocok

Komunikasi berarti menyampaikan suatu maksud kepada pihak lain lebih baik dalam
rangka penerangan, persuasi, perintah dan sebaginya. Yang penting bahwa maksud
tersebut diterima oleh si penerima, sama dengan maksud si pengirim. Sistem
komunikasi yang cocok tergantung pada factor-faktor keadaan si penerima, maksud
dan alt-alat komunikasi yang tersedia. Keadaan penerima komunikasi dapat dilihat
dari beberapa sudut yaitu : bahasa, pendidikan, golongan (social background),
kedudukan (pimpinan/atasan dan bawahan), jarak dalam susunan organisasi dan jarak
lokasi/tempat.
F. Teknik Penyediaan fasilitas-Fasilitas

Apabila sekelompok orang sudah siap untuk mengikuti ajakan si pemimpin, maka
orang-orang tersebut harus diberi fasilitas-fasilitas atau kemudahan-kemudahan.
Adapun fasilitas/kemudahan tersebut antara lain kecakapan, perlengkapan, tempat
kerja, waktu, perangsang, dll.

B. Teknik yang diterapkan oleh Presiden Joko Widodo dalam memimpin Indonesia
adalah menggunakan teknik Human Relation.

Berbagai cara kepemimpinan Jokowi tersebut akan saya ulas melalui pemaparan
berikut ini:

 #1 Mendengarkan

Mendengar setiap pendapat dan saran dari orang-orang di sekitar adalah ciri khas dan
pembawaan Jokowi yang mencolok dalam kepemimpinannya. Mendengarkan secara
aktif adalah suatu kemampuan kepemimpinan yang menunjukkan perhatian kepada
berbagai masalah-masalah masyarakat.

#2 Berempati

Berempati terhadap perasaan atau penderitaan dari sesama manusia adalah


karakteristik kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang Jokowi. Ketika banjir besar
yang terjadi di Jakarta pada tahun 2012, beliau ikut membantu warga masyarakat
yang menjadi korban bencana dengan ikut terjun langsung ke area yang terkena
banjir. Dengan demikian beliau pun ikut langsung merasakan penderitaan yang
dialami warga.

#3 Kesadaran

Kesadaran adalah salah satu ciri kepemimpinan yang kuat dalam diri Jokowi. Ketika
beliau sedang menyampaikan pidatonya dalam dialek betawi saat perayaan ulang
tahun Jakarta yang ke-64, Jokowi sempat meminta maaf karena beliau kurang fasih
melafalkan dialek Betawi, hal ini dikarenakan beliau adalah seorang dari suku Jawa.

Kesadarannya terhadap budaya lokal juga perlu diacungi jempol ketika beliau
mempelopori untuk mengenakan pakaian khas Betawi selama jam kerja.

#4 Pengarahan

Jokowi seringkali melakukan “blusukan” dan memberikan pengarahan kepada para


karyawan/pegawai mengenai hal-hal yang harus dilakukan secara profesional dalam
mengemban tugas pemerintahan dan melayani masyarakat.

#5 Keefektifan

Salah satu atribut kepemimpinan Jokowi adalah keefektifan yang dimulai dengan
membangun consensus/persetujuan bersama, pembagian tugas secara jelas dan
kemudian memonitor implementasi dari setiap keberhasilan pekerjaan sesuai dengan
yang sudah direncanakan.

#6 Mengambil Risiko

Jokowi lebih memilih untuk menjadi Gubernur Jakarta daripada menduduki jabatan
yang nyaman sebagai Walikota di Solo, hal ini jelas membuktikan bahwa Jokowi
adalah seorang pengambil risiko.

Selain masalah kemacetan dan banjir, berbagai permasalahan yang dihadapi Jakarta
diantaranya seperti kemiskinan, daerah kumuh, minimnya pelayanan publik, dan
korupsi yang merajalela

#7 Berjiwa Melayani

Berjiwa melayani dan memberikan kenyamanan kepada orang-orang di sekitar


Jokowi adalah salah satu strateginya untuk mendapatkan kepercayaan dari mereka
sehingga tidak mengherankan apabila Jokowi kemudian mendapatkan julukan-julukan
diantaranya warga Betawi, teman wartawan atau pelindung masyarakat.

#8 Mengobati/Menyembuhkan

Jokowi mengimplementasikan strategi pro rakyatnya dengan jalan merelokasi


penduduk yang tinggal di sisi sungai dan tempat penampungan air.

#9 Berinovasi

Seleksi terbuka camat dan lurah serta jabatan Eselon II dan III di lingkungan Pemda
DKI pada bulan Juni 2013 yang lalu merupakan bukti inovasi Jokowi untuk
memperbaiki praktik pemerintahan dalam memberikan pelayanan publik yang
terbaik. 

#10 Bujukan yang Meyakinkan


Kemampuan Jokowi dalam melakukan persuasi/bujukan sudah terbukti sejak beliau
menjabat sebagai Walikota Solo, dan ketika beliau membujuk sekitar 7000 kepala
keluarga yang tinggal di Waduk Pluit untuk pindah ke tempat yang lebih layak.

Gaya kepemimpinan tersebut diterapkan Jokowi ketika beliau melakukan penataan


PKL di Pasar Minggu, Jatinegara, Glodok dan Tanah Abang.

10 karakter kepemimpinan yang diterapkan oleh Jokowi tersebut diatas dapat


disimpulkan bahwa Jokowi cenderung mengarah kepada teknik Human Relation dan
gaya kepemimpinan yang melayani.

Anda mungkin juga menyukai