Anda di halaman 1dari 5

DIMENSI KEBIJAKAN DALAM ADMINISTRASI

Dimensi kebijakan berkenaan dengan keputusan tentang apa yang harus


dikerjakan. Untuk memproses sebuah keputusan yang efektif, dibutuhkan
serangkaian prinsip-prinsip seperti rasionalitas dan politis. Output dari proses
tersebut dapat berupa keputusan tentang alternatif terbaik yang siap untuk
diimplementasikan.

Karena kebijakan ini adalah kebijakan publik, maka yang ditekankan


disini adalah masalah, kebutuhan dan aspirasi publik yaitu aspirasi masyarakat
yang seharusnya dilayani. Dimensi kebijakan sangat berperan dalam menekan
bentuk-bentuk kesalahan atau eror. untuk menghindarkan berbagai kesalahan,
diperlukan suatu latihan atau pendidikan khusus, dan moral yang baik bagi para
birokrat kunci dan para analis kebijakan yang ada.

A. Istilah Kebijakan.
Apa itu Policy atau kebijakan ? Policy dapat dilihat sebagai konsep
filosofis, sebagai suatu produk, sebagai suatu proses, dan sebagai suatu kerangka
kerja (lihat pendapat Graycar, yang dikutip Donovan dan Jackson, 1991: 14).

Tuner dan Hulme melihat policy sebagai proses yang meliputu proses
proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya. Mungkin lebih populer jika
dikatakan bahwa kebijakan merupakan suatu keputusan (lihat Shafritz dan
Russell, 1997) dan sifatnya hierarkis mulai dari tingkat yang paling tinggi (top
level) sampai pada tingkat bawah (streer level).

B. Istilah Kebijakan Publik.

Menurut kamus Administrasi Publik ( Chandler dan Plano, 1988: 108)


kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap terhadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik
atau pemerintah. Pada umumnya, bentuk kebijakan dapat dibedakan atas :
1. Bentuk regulatory yaitu mengatur perilaku orang.
2. Bentuk redistributive yaitu mendistribusikan kembali kekayaan yang ada,
atau mengambil kekayaan dari yang kaya lalu memberikannya kepada yang
miskin,
3. Bentuk distributive yaitu melakukan distribusi atau memberikan akses
yang sama terhadap sumberdaya tertentu
4. Bentuk constituent yaitu ditujukan untuk melindungi negara.

C. Paradigma Kebijakan

Paradigma kebijakan publik sering mengalami pergeseran. Di negara


berkembang, ada 2 paradigma yang terkenal, yaitu society-centered models
(social class analysis dimana kebijakan merupakan usaha kelas, pluralism
yang mengatakan bahwa kebijakan merupakan hasil dari konflik, dan public
choice yang berpendapat bahwa kelompok mencari kepentingan dengan
memanfaatkan sumberdaya publik) dan state-centered models (rational actor
dimana aktor adalah pemilih rasional yang menentulan kebijakan, beraucratic
politics yang mengungkapkan bahwa struktur negara adalah arena elit
memenangkan kepentingan , dan state interests yang berkata bahwa negara
mempunyai kepentingan sendiri dan selalu berusaha menjaga keutuhan negara).

D. Prinsip Kebijakan Publik


Prinsip-prinsip kebijakan publik yang meliputi tahap-tahap kebijakan, analisis
kebijakan, implementasi kebijakan, monitoring dan evaluasi.

1. Tahap tahap Kebijakan.


Tahap-tahap kebijakan dalam rangka memecahkan masalah ada beberapa
tahap penting (Dunn, 1944) antara lain, penetapan agenda kebijakan (agenda
setting), formulasi kebijakan (policy formulation), adopsi kebijakan (policy
adoptation), implementasi kebijakan (policy implementation), dan penilaian
kebijakan (policy assessment). Ada juga model policymaking process yang
diungkapkan oleh shafritz dan rusell (1997: 54) yang terdiri atas :
a. Agenda setting dimana isu-isu kebijakan diidentifikasikan
b. Keputusan untuk melakukan kebijakan atau tidak melakukan kebijakan
c. Implementasi
d. Evaluasi program dan analisis dampak Feedback, yaitu keputusan untuk
merevisi atau menghentikan.

2. Analisi Kebijakan
Proses analisis kebijakan dibedakan atas :
a. Identifikasi masalah
b. Identifikasi alternatif
c. Seleksi alternatif

3. Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan terdapat berbagai hambatan. Gow dan
morss mengungkapkan antara lain :

a. Hambatan politik, ekonomi, dan lingkungan


b. Kelemahan institusi ketidakmampuan SDM di bidang teknis dan
administratif
c. Kekurangan dalam bantuan teknis
d. Kurangnya desentralisasi dan partisipasi
e. Pengturan waktu (timing)
f. Sistem informasi yang kurang mendukung
g. Perbedaan agenda tujuan antara aktor
h. Dukungan yang berkesinambungan

4. Monitoring dan Evaluasi Kebijakan


Evaluasi digunakan untuk mempelajari tentang hasil yang diperoleh dalam
suatu program untuk dikaitkan dengan pelaksanaannya, mengendalikan tingkah
laku dari orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program,
dan mempengaruhi respons dari mereka yang berada diluar lingkungan politik.
E. Beberapa Isu Penting

1. Isu Etika Kebijakan


Isu generik sering dipersoalkan berkenaan dengan etika dalam kebijakaan
publik. Demua tahapan proses pembuatan keputusan cenderung berhubungan
dengan masalah etika mulai dari (1) tahap agenda setting analisis masalah,
identifikasi kriteria, (2) tahap analisis kebijakan, formulasi dan legiimasi, adopsi,
(3) tahap alokasi sumber daya, implementasi dan manajemen, dan (4) tahap
evaluasi proses, evaluasi proses, evaluasi outcome, dan analisis kebijakan yang
sedang berjalan (lihat Donahue, 2003).

2. Isu Paradigmatis
Muncul ajaran Reinventing Government (Gaebler & Osbrone, 1993)
yang mengemukakan 10 prinsip pokok. Kehadiran prinsip ini membawa implikasi
bahwa kebijakan harus memperhatikan hal sebagai berikut :

a. Pemerintah harus bertanggung jawab atas tersusunnya kebijakan dengan


memainkan perannya sebagai katalisator.
b. Pemerintah dalam menyusun kebijakan harus melibatkan masyarakat karena
masyarakat adalah pelanggannya.
c. Kebijakan itu harus mendorong timbulnya proses belajar fan inovasi
dikalangan masyarakat sehingga masyarakat semakin lama makin berdaya.
d. Kebijakan yang dirumuskan juga harus berorientasi pada pasar, termasuk
pasar sosial yang tidak jaug dari kebutuhan masyarakat.
e. Kebijakan-kebijakan yang bersifat preverentif perlu dilakukan, dan hasil
atau kinerja kebujakan darus diutamakan.

Disamping itu , dengan munculnya paradigma The New Public Service


(lihat Denhardt & Denhardt, 2003), kebijakan publik yang selama ini telah
diarahkan kepada tuntutan reinventing atau New Public Management harus
disesuaikan lagi.
3. Isu Kualitas, Efektivitas, dan Kapasitas Kebijakan
Kualitas kebijakan dapat dilihat ,melalui beberapa parameter penting
seperti proses, isi dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau
dirumuskan. Faktor yang turut memperburuk tingkat efektivitas kebijakan adalah
kurangnya dukungan sistim anggaran pemerintah. Faktor yang tidak kalah penting
juga dalam menentukan efektivitas kebijakan adalah rendahnya keterlibatan para
stakeholders dan masyarakat.
Kapasitas kebijakan berkenaan dengan kemampuan suatu kebijakan
membawa perubahan sebagai mana diharapkan. Dengan memperhatikan faktor-
faktor penghambat diatas, maka dapat dipastikan bahwa kapasitas kebijakan
dalam memecahkan masalah publik selama ini belum memadai.

4. Isu Kepalsuan Kebijakan.


Isu terahir yang kurang mendapat perhatian dan barangkali perlu terus
dipertimbangkan di masa mendatang mendatang adalah menghitung kerugian dari
kepalsuan kebijakan yang ada. Isu tentang kepalsuan kebijakan muncul karena
perumus kebijakan memiliki motif khusus yaitu menggantikan kepentingan publik
kedalam kepentingan pribadi, kelompok, atau jabatan.

Anda mungkin juga menyukai