Nama : maratama
Nim : 07111401078
Jurusan : Administrasi Negara
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013/2014
ENAM DIMENSI STRATEGI ADMINISTRASI
I. DIMENSI KEBIJAKAN
A. pendahuluan
Dimensi kebijakan berkenaan dengan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan. Dimensi
kebijakan sangat penting mengingat kedudukannya sebagai penentu apa yang hendak di kerjakan.
Policy dapat dilihat sebagai konsep filosofis, sebagai suatu produk, sebagai suatu proses, dan
sebagai suatu kerangka kerja. (Donovan dan Jackson, 1991: 14). Sebagai suatu konsep filosofis,
kebijakan merupakan serangkaian prinsip, atau kondisi yang di inginkan, sebagai suatu produk,
kebijakan dipandang sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi; sebagai suatu proses,
kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat
mengetahui apa yang diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya;
dan sebagai suatu perangkat kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar menawar dan negosiasi
untuk merumuskan isu-isu dan metode implementasinya.
Menurut kamus administrasi publik, Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis tehadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk mememecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.
(chandler dan plano, 1988: 107).
Untuk negara-negara sedang berkembang terdapat dua paradigma yang polpuler yaitu society-
centered models dan state-centered models (turner & hulme, 1997: 64-70). Dalam paradigma
pertama terdapat tiga model kebijakan yaitu social class analysis, prulalism, dan public choice.
Sedangkan pada paradigma state centered models terdiri atas rational actor, bureaucratic politics,
dan state interest.
Dalam models social class analysis, kebijakan bisa dilihat sebagai suatu bentuk perwujudan dari
usaha kelas yang dominan (kaum burjuis) dalam mempertahankan dan melindungi kepentingannya
terhadap kelas-kelas bawah atau kaum lemah. Dalam model pluralism, kebijakan lebih dilihat sebagai
suatu hasil konflik, tawar-menawar, dan pembentukan koalisi antara berbagai kelompok masyarakat
seperti kelompok bisnis, asosiasi profesi, serikat kerja, kelompok konsumen, institusi agama, dsb, yang
diorganisir untuk melindungi atau memenuhi kepentingan anggotanya. Dalam model public choice,
kelompok-kelompok masyarakat sebagaimana disebutkan dalam model pluralism sangat “concerend”
atau peduli dengan kepentingannya sehingga mencari akses untuk menggunakan sumberdaya publik.
Sebgai salah satu bentuk state-centered models, model rational actor beranggapan bahwa para
akto (apakah perorangan, pemerintah, atau lembaga) berprilaku sebagai pemilih yang rasional
terhadap alternatif-alternatif kebijakan yang tersedia. Dalam model bureaucratic politics, struktur
suatu negara dipandang sebagai suatu arena dimana para elit atau petinggi negara malakukan
manuver politik damam rangka memenangkan keinginan atau kepentingannya. Karena itu kebijakan
merupakan suatu bentuk kegiatan politik petinggi-petinggi negara dimana koalisi, tawar-menawar,
kompromi, kooptasi, merahasiakan informasi dan menyusun srtategi dalam rangka memenuhi
kepentingan pribadi atau lembaganya. Dan dalam model interests, kebijakan dipandang sebagai suatu
perspektif umum dimana negara memiliki otonomi dalam merumuskan hakekat dari masalah-masalah
publik dan mengembangkan solusinya. Negara dipandang sebagai suatu pihak yangt memiliki
kepentingan sendiri dan selalu berusaha menjaga keutuhan negara melalui pertahanan dan
perlindungan terhadap warga negaranya.
dalam rangka memecahkan masalah ada beberapa tahap penting (Dunn, 1944) antara lain,
penetapan agenda kebijakan (agenda setting), formulasi kebijakan (policy formulation), adopsi
kebijakan (policy adoptation), implementasi kebijakan (policy implementation), dan penilaian
kebijakan (policy assessment).
Ada juga model “policymaking process” yang diungkapkan oleh shafritz dan rusell (1997: 54) yang
terdiri atas
2. Analisi Kebijakan
a. Identifikasi masalah
b. Identifikasi alternatif
c. Saleksi alternatif
3. Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan terdapat berbagai hambatan. Gow dan morss mengungkapkan antara
lain
Evaluasi digunakan untuk mempelajari tentang hasil yang diperoleh dalam suatu program untuk
dikaitkan dengan pelaksanaannya, mengendalikan tingkah laku dari orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan program, dan mempengaruhi respons dari mereka yang berada diluar
lingkungan politik.
E. Beberapa Isu Penting
1. Isu etika kebijakan
2. Isu paragdimatis
3. Isu kualitas, Efektivitas, dan Kapasitas Kebijakan
4. Isu kepalsuan kebijakan
Kritik: pada pembahasan dimensi kebijakan saya menemukan hal yang menarik dimana disini
disebutkan permasalahan dimana kebijakan cendrung dibuat untuk kebutuhan pejabat semata, bukan
untuk kepentingan rakyat, tapi sepertu yang disebutkan dimensi kebijakan merupakan otak dari
administrasi, jadi bila kebijakan sudah disalahgunakan. Maka administrasi tidak bisa berjalan dengan
benar. Dalam pembahasan dimensi kebijakan ini masih banyak bahsa-bahasa asing mengenai
kebijakan oleh pemuka teori yang sengaja tidak diterjemahkan oleh penulis.
B. Batasan
Manajemen publik adalah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi, dan
merupakan gabungan antara fungsi management seperti planning, organizing, dan controlling di satu
sisi, dengan sumberdaya manusia, keuangan publik, phisik, informasi, dan politik di sisi lain.
C. Pergeseran Paradigma
Perkembangan manajemen publik paling tidak dipengaruhi oleh tiga pandangan yaitu:
1. Manajemen Normatif
Pendekatan manajemen normatif melihat menagement sebagai suatu proses penyelesaian tugas
atau pencapaian tujuan.
2. Manajemen Deskriptif
Menurut mintberg, fungsi manajemen yang benar-benar dijalankan terdiri atas kegiatan-kegiatan
personal, interakatif, administratif, dan teknis.
3. Manajemen Publik
Manajemen publik merupakan suatu spesialisasi yang relatif baru, tetapi berakar dari pendekatan
normatif.
Wilson meletakkan empat prinsip dasar bagi studi aministrasi publik yang mewarnai
menajemen publik sampai sekarang, yaitu 1.) pemerintah sebagai suatu setting utama organisasi;
2.) fungsi eksekutif sebagai fokus utama; 3.) pencarian prinsip-prinsip dan teknik manajemen yang
lebih efektif sebagai kunci pengembangan kompetensi administrasi, dan 4.) metode perbandingan
sebagai suatu metode studi dan pengembangan bidang administrasi publik (perry & kraemer,
1991)
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
Kritik: pada dimensi manajemen merupakan pembahasan yang sangat menarik, dimana
manjemen mempunyai peran mengelola SDM yang menentukan apakah SDM baik atau buruk, peran
manajer pun dibutuhkan dalam memimpin manajemen publik, agar pelayanan administrasi publuk
bisa optimal. Pada dimensi manajemen ini, penjelasan mengenai kriteria manajer publik masih kurang
lengkap.
Dimensi organisasi berkenaan dengan siapa atau kelompok mana yang harus
mengimplementasikan atau mengerjakan apa yang telah diputuskan.
B. Batasan dan Ruang Lingkup
Robbins (1990:4). Organisasi adalah suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan suatu batasan yang relatif jelas, yang berfungsi secara relatif teratur dalam rangka mencapai
suatu atau serangkaian tujuan.
Perlu diingat dari batasan diatas bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-orang dengan
dituntun oleh suatu nilai yang disepakati bersama.
C. Perubahan Paradigma
Di dalam teori organisasi, terdapat beberapa pola atau “blueprint” yang berkembang, mulai dari
paradigma klasik, paradigma human, paradigma sistem, dan paradigma kolaborasi.
Dalam konteks struktur organisasi, organisasi dalam paradigma terbaru ini merupakan organisasi
yang bebas dari kontrol hirarkis yang paternalistik. Jadi, struktur organisasi dalam paradigma baru ini
bersifat begitu datar atau “flat” dengan rentang kendali yang begitu besar sehingga mereka yang
berada didalamnya bisa merasa bebas dari kendali staff organisasi.
Desain organisasi adalah suatu proses yang berkenaan dengan bagaimana aktivitas-aktivitas
organisasi distrukturkan atau dituangkan dalam suatu bentuk sruktur, dengan tujuan membantu
manajer untuk dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Chung & Megginson, 1981:422). Yang
dikembangkan dalam desain organisasi adalah (1) hirarki dari tujuan organisasi, (2) konsep pembagian
kerja, (3) dan sistem koordinasi dan kontrol.sedangkan struktur organisasi menunjukkan pola interaksi
anata anggota organisasi, dapat dibedakan atas (1) bentuk birokratik atau mekanistik, (2) bentuk
linking-pin, (3) bentuk proyek, (4) bentuk matriks.
E. Efektifitas Organisai
Suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana
ditetapkan dalm visinya tercapai. Nilai-nilai ini merupakan nilai-nilai yang telah disepakati bersama
antara para stakeholders dari organisasi yang bersangkutan.
Dimensi etika dianalogikan dengan sistem sensor di dalam administrasi publik. Dimensi ini dapat
berpengaruh pada dimensi-dimensi lain, dan sangat mempengaruhi tercapai-tidaknya tujuan
administrasi publik pada umumnya, dan tujuan organisasi publik pada khususnya.
Dalam dunia administrasi publik atau pelayanan publik, etika di artikan sebagai filsafat dan
“profesional standards” (kode etik), atau “right rules of conduct” (aturan berprilaku yang benar) yang
seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau administrator publik (Dendhart, 1988).
C. Perubahan Paradigma
Dari gambaran singkat tentang pergeseran paradigma etika pelayanan publik dapat disimpulkan
bahwa selama ini etika dan moralitas sudah mendapat perhatian yang serius dalam dunia pelayanan
publik atau daministrasi publik. Tiga hal pokok yang menarik perhatian dalam paradigma ini yaitu (1)
proses menguji dan mempertanyakan standard etika dan asumsi, secara independen; (2) isi standard
etika yang seharusnya merefleksikan nilai-nilai dasar masyarakat dan perubahan standard tersebut
baik sebagai akibat dari penyempurnaan pemahaman terhadap nilai-nilai dasar masyarakat, maupun
sebagai akibat dari munculnya masalah-masalah baru dari waktu ke waktu; (3) konteks organisasi
dimana para administrator bekerja berdasarkan tujuan organisasi dan peranan yang dimainkan
mereka, yang dapat mempengaruhi otonomi mereka dalam beretika.
Aplikasi etika dan moral dalam praktek dapat dilihat dari kode etik yang dimiliki oleh administrator
publik. Semua nilai yang terdapat dalam kode etik administrtor publik bukan muncul tiba-tiba tetapi
melalui suatu kajian yang makan waktu lama.
Menurut Denis Thompson (shafritz & Hyde, 1997), di dalam administrasi publik terdapat isu etika
yang kontroversil dan dilematis, yaitu etika netralitas dan etika struktur.
Kritik: dalam dimensi etika ini membahas etika dalam administrasi publik, karena bagaimanapun
kebijakan, manajemen, organisasi publik, bila tidak mempunyai etika dalam menjalankannya, semua
itu tidak bisa berjalan dengan baik dan benar. Dalam dimensi etika dalam administrasi publik
mempunyai tujuan agar bisa memuaskan kepentingan atau kebahagiaan publik.
V. DIMENSI LINGKUNGAN
A. Pendahuluan
Dinamika atau perubahan dimensi internal administrasi publik seperti kebijakan, manajemen,
organisasi, moral atau etika, dan kinerja dalam administrasi publik, sangat dipengaruhi oleh dimensi
eksternal administrasi publik yaitu lingkungan. Pentingnya pengaruh lingkungan tersebut mulai
disadari sejak munculnya konsep dan teori tentang ekologi administrasi atau ekologi organisasi, atau
sejak teridentifikasinya konsep “sistem terbuka” oleh F.E.Emery (Robbins, 1991) yang mengakui
adanya interaksi antara suatu organisasi dengan lingkungan.
Menurut Katz dan Kahn (1978), lingkungan organisasi terdiri atas 5 aspek yang harus selalu
dimonitor dan direspon agar selalu efektif, yaitu nilai-nilai masyarakat (social values), lingkungan
politik/legal, lingkungan ekonomi/tenaga kerja, lingkungan informasi/teknologi, dan lingkungan
fisik/geografis.
C. Pergeseran Paradigma
Dalam perkembangan administrasi publik terdapat dua paradigma umum tentang hubungan
antara organisasi dengan lingkungan. Paradigma pertama dikenal dengan nama “sistem tertutup”
(clossed system), dan kedua adalah “sistem terbuka” (open system). “sistem tertutup”
menggambarkan interaksi yang terbatas dari suatu organisasi terhadap lingkungannya, dan apa yang
dikerjakan organisasi tersebut tidak tergantung kepada dinamika lingkungan. Sebaliknya paradigma
“sistem terbuka” menggambarkan interaksi yang begitu intensif antara suatu organisasi dengan
lingkungannya, sehingga apa yang dikerjakan organisasi tersebut sangat didikte oleh lingkungannya.
D. Karakter Lingkungan
Ada dua karakter penting dari lingkungan yaitu turbulence dan munificience (Katz dan Kahn, 1978;
march & Simon, 1958; Thompson, 1967). Turbulence berkenaan dengan sifat lingkungan mengalami
perubahan yang kacau balau, atau tetap stabil, sedangkan munificient berkenaan dengan sifat
lingkungan yang mengalami tingkat kelangkaan atau kelimpahan sumberdaya yang penting.
E. Mengenal Lingkungan
Upaya untuk mengenal lingkungan telah banyak dikaji dalam disiplin strategic management dan
strategic planning. Enviromental scanning merupakan suatu teknik umum yang sering digunakan
untuk membaca karakteristik lingkungan-apakah lingkungan memberikan peluang (opportunities),
dan ancaman (threats).
Suatu organisasi hanya dapat bertahan hidup sepanjang ia mampu melakukan penyesuaian diri
dengan lingkungannya dalam berbagai bentuk yaitu perubahan strategi, struktur dan budaya kerja.
Beberapa isu penting yang menyangkut dimensi lingkungan adalah kekhasan kondisi indonesia,
dan pemaksaan penerapan teori, strategi dan prinsip-prinsip baru yang berasal dari dunia barat.
Pemaksaan untuk menerapkan teori admimistrasi publik dan pemaksaan strategi pembangunan
dinegara sedang berkembang harus diakui telah menimbulkan masalah dimasa lalu, sementara
penerapan strategi capacity building dan good governance sering memunculkan keragu-raguan akan
keberhasilan.
Kritik: dalam dimensi ini sangat baik membahas lingkungan. bagaimana, kebijakan, manajemen,
ekonomi, dan etika bisa berjalan dalam administrasi publik. Dibutuhkan adaptasi, adaptasi tersebut
didapat dengan menganalisa lingkungan atau ekologi yaitu berupa keadaan, sosial, politik, dan
ekonomi dalam suatu negara yang mempunyai pengaruh dalam administrasi publik
Kemampuan dalam pembuatan kebijakan, manajemen, organisasi, dan melaksanakan nilai moral
dan etika sangat diperlukan oleh para adminitrator agar mereka berhasil melaksanakan pekerjaannya
atau meemberikan pelayanan secara profesional. Akan tetapi semua kemampuan tersebut berguna
atau tidak, hanya dapat diketahui melalui akuntabilitas kinerja yang ditunjukan mereka.
Kinerja selalu dikaitkan dengan akuntabilitas. Secara umum, akuntabilitas berkenaan dengan
sistem “check and balances” kelembagaan dalam suatu sistem administrasi.
C. Paradigma Penilaian Kinerja
Secara teoritis terdapat dua paradigma penilaian kinerja yang populer, yaitu paradigma
manajemen normatif dan paradigma manajemen publik baru.
Secara teoritis efektivitas dari penilaian kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. The four-
component performance appraissal model diperkenalkan oleh murphy dan clevaland (1995)
mengajukan variabel penting dalam penilaian kinerja yaitu the rating context, the performance
judgement, the performance rating, dan the evaluation of the appraisal system.
Secara umum, untuk mengukur kinerja tekah dikembangkan 2 pendekatan utama, yaitu
pendekatan yang menilai perilaku atau yang dikenal dengan pendekatan perilaku, dan pendekatan
yang menilai hasil dan manfaat yang diberikan atau disebut pendekatan hasil. Keduanya sama-sama
penting dalam rangka pengembangan organisasi dalam jangka panjang.
Dalam tulisan Bemardine dan Russel (1999) mengatakn bahwa untuk mendesain sistem penilaian
kinerja sebaiknya melibatkan manajer, pegawai profesional SDM. Dalam membuat keputusan yang
berkaitan dengan penilaian kinerja, terdapat 4 hal utama yang perlu diperhatikan, yaitu (a) aspek yang
dinilai, (b) proses pengukuran, (c) penentuan pihak yang menilai (penetuan penilai), (d) penentuan
pihak yang dinilai.
Ada beberapa isu kritis yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses penilaian kinerja pegawai,
Pertama adalah isu menyangkut kemampuan penilai dalam mengkaitkan kinerja seseorang dengan
tujuan, misi dan visi organisasi, kedua, isu tentang kemampuan dan indenpendensi dalam memberi
penilaian, ketiga berkenaan dengan kontrol kualitas pengukuran kinerja, keempat adalah tingkat
penerimaan penilai dan pihak yang dinilai terhadap alat ukur dan isinya, dan kelima adalah spesifikasi
tentang apa yang diharapkan dari penilai.
Kritik: dalam dimensi kinerja membahas untuk mengetahui kelima dimensi berjalan dengan
baik dibutuhkan penilaian kinerja, apakah kinerja administrasi sudah baik, atau belum. Penilaian
kinerja juga mempunyai fungsi sebagai motivasi agar individu dalam administrasi publik bisa bekerja
secara optimal.