BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manajemen publik merupakan suatu spesialisasi baru, tetapi berakar dari pendekatan
normative, Woodrow Wilson sebagai penulis The Study of Administration ditahun 1887 dalam
Shafritz & Hyde (1997), merupakan vionernya. Di dalam aliran ini yang dibicarakan benar-benar
manajemen publik. Wilson mendesak agar ilmu administrasi publik segera mengarahkan
perhatiannya pada orientasi yang dianut dunia bisnis, perbaikan kualitas personel pada tubuh
pemerintah, aspek organisasi dan metode-metode kepemerintahan. Fokus dari ajaran tersebut
adalah melakukan perbaikan fungsi ekskutif dalam tubuh pemerintahan karena waktu itu dinilai
telah berada di luar batas kewajaran sebagai akibat dari merebaknya gejala korupsi, kolusi, dan
nepotisme dengan mengadopsi prinsip manajemen bisnis.
Wilson meletakkan empat prinsip dasar bagi studi administrasi publik yang mewarnai
manajemen publik sampai sekarang yaitu :
(1) pemerintah sebagai setting utama organisasi, (2) fungsi eksekutif sebagai fokus utama, (3)
pencarian prinsip-prinsip dan teknik manajemen yang lebih efektif sebagai kunci pengembangan
kompetensi administrasi, (4) metode perbandingan sebagai suatu metode studi pengembangan
bidang administrasi publik.
Warna manajemen publik dapat dilihat pada masing-masing paradigma, misalnya dalam
paradigma pertama yaitu pemerintah diajak mengembangkan sistem rekrutmen, ujian pegawai,
klasifikasi jabatan, promos, disiplin dan pensiun secara lebih baik. Manajemen sumber daya
manusia dan barang/ jasa harus diupayakan akuntabel agar tujuan negara dapat tercapai,
paradigma kedua dikembangkan prinsip-prinsip manajemen yang diklaim sebagai prinsip-prinsip
universal yang dikenal sebagai POSDCORB (Planing, Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting, dan Budgeting), yang merupakan karya besar Luther Gullick dan
Lundall Urwick di tahun 1937. Prinsip-prinsip ini kemudian dikritik dalam karya
Administrative Behaviour, yang mengajak para ahli tidak hanya mendasarkan dirinya pada
aspek normatif sebagai diajarkan dalam rasional tetapi harus melihat kenyataan yang terjadi
dalam satu fungsi manajemen yang penting yaitu pembuatan keputusan (decision making). Kritik
ini telah memberikan ruang baik kemunduran pengembangan fungsi manajemen publik waktu
itu, karena para ahli politik akhirnya melihat administrasi publik sekaligus manajemen publik
sebagai kegiatan politik, atau lebih merupakan bagian dari ilmu politik. Paradigma ketiga,
karnanya fungsi-fungsi manajenen tidak perlu di ajarkan secara normatif, atau tidak perlu lagi
melihat fungsi-fungsi manajemen tersebut sebagai sesuatu yang universal. Paradigma keempat,
setelah tidak menyetujui kritikan para ahli ilmu politik, konsep manajemen terus dikembangkan
seperti didirikannya School of Bussines dan administrasi publik serta Journal Administrative
Science Quarterly di Cornell University Amerika Serikat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok bahasan yang dikaji dalam makalah ini, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
definisi dari Public Management dan New Public Management?
alasan-alasan munculnya Public Management?
karakteristik, arah dan tujuan Public Management?
anakah tahap-tahap perkembangan Public Management?
anakah hubungan antara Management dengan Governance?
anakah penjelasan tentang Teori Public Domain?
anakah penjelasan tentang Teori Pasar?
C. Tujuan
Sejalan dengan perumusan masalah seperti tersebut di atas, maka pengkajian masalah
dalam makalah ini dikandung maksud untuk mencapai tujuan antara lain:
1. Untuk menjelaskan definisi lebih jelas mengenai Public Management.
2. Untuk menjelaskan apa saja alasan munculnya Public Management.
3. Untuk menjelaskan karakteristik, arah dan tujuan Public Management.
4. Untuk menjelaskan tahap-tahap perkembangan Public Management.
5. Untuk menjelaskan hubungan antara Management dan Governence.
6. Untuk menjelaskan tentang Teori Public Domain.
7. Untuk menjelaskan tentang Teori Pasar.
BAB II
ISI
A. Definisi
1. Public Management (Manajemen Publik)
Pada dasarnya public management, yaitu instansi pemerintah. Overman dalam Keban
(2004 : 85), mengemukakan bahwa manajemen publik bukanlah scientific
management,meskipun sangat dipengaruhi oleh scientific management. Manajemen publik
bukanlah policy analysis, bukanlah juga administrasi publik, merefleksikan tekanan-tekanan
antara orientasi rational-instrumental pada satu pihak, dan orientasi politik kebijakan dipihak
lain. Public management adalah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi,
dan merupakan gabungan antara fungsi manajemen seperti planning, organizing, dan controlling
satu sisi, dengan SDM, keuangan, fisik, informasi dan politik disisi lain. Berdasarkaan pendapat
Overman tersebut, OTT, Hyde dan Shafritz (1991:xi), mengemukakan bahw manajemen publik
dan kebijakan publik merupakan dua bidang administrasi publik yang tumpang tindih. Tapi untuk
membedakan keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan publik
merefleksikan sistem otak dan syaraf, sementara manajemen publik mempresentasikan sistem
jantung dan sirkulasi dalam tubuh manusia. Dengan kata manajemen publik merupakan proses
menggerakkan SDM dan non SDM sesuai perintah kebijakan publik.
J. Steven Ott, Albert C. Hyde dan Jay M. Shafritz (1991), berpendapat bahwa dalam
tahun 1990an, manajemen publik mengalami masa transisi dengan beberapa isu terpenting yang
akan sangat menantang, yaitu: (1) privatisasi sebagai suatu alternatif bagi pemerintah untuk
memberikan pelayanan publik, (2) rasionalitas dan akuntabilitas, (3) perencanaan dan kontrol,
(4) keuangan dan penganggaran, dan (5) produktivitas sumber daya manusia. Isu-isu ini telah
menantang sekolah atau perguruan tinggi yang mengajarkan manajemen publik atau administrasi
publik untuk menghasilkan calon manajer publik profesional yang kualitas tinggi, dan penataan
sistem manajemen yang lebih baik.
Sedangkan Owen E.Hughes(1994), menyajikan dalam Public Management And
Administration , bahwa pada awal tahun 1990an kita telah menyaksikan adanya suatu
transformasi dalam tubuh sektor publik di negara-negara maju, yaitu suatu perubahan bentuk
administrasi publik dari yang kaku, hierarkhis, dan birokratis menuju ke bentuk manajemen
publik yang lebih fleksibel, dan berbasis pasar. Ini bukanlah sekedar perubahan kecil tentang
gaya manajemen tetapi perubahan mendasar tentang peran pemerintah dalam masyarakat dan
hubungan antara pemerintah dengan warganya. Administrasi publik tradisional telah dikritik baik
secara teoritik maupun praktis sehingga memunculkan paradigma baru yang kemudian dikenal
dengan istilah Public Management And New Public Management.
Doktrin utama Public Management adalah :
1. Fokus utamanya pada aktivitas manajemen, penilaian kinerja dan efisiensi, bukan pada
kebijakan;
2. Memecah birokrasi publik ke dalam agensi-agensi (unit-unit) dibawah yang terkait langsung
dengan pemakai pelayanan;
3. Pemanfaatan pasar-semu dan kontrak kerja untuk menggalakkan persaingan;
4. Pengurangan anggaran pemerintah;
5. Penggunaan gaya manajemen yang lebih menekankan pada sasaran akhir, kontrak jangka
pendek, insentif anggaran, dan kebebasan melaksanakan manajemen.
Berdasarkan hal-hal di atas maka Public Management dapat diartikan sebagai bagian
yang sangat penting dari administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas),
karena administrasi publik tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen
pemerintahan saja tetapi juga mencakup aspek politik, sosial, kultural, dan hukum yang
berpengaruh pada lembaga-lembaga publik. Dan Public Management berkaitan dengan fungsi
dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik (pemerintahan) maupun sektor
diluar pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung (nonprofit sector). Organisasi publik
melaksanakan kebijakan publik. Public Management memanfaatkan fungsi-fungsi : perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sebagai sarana untuk mencapai tujuan publik,
maka berarti ia memfokuskan diri pada the managerial tools, techniques, knowledges and skills
yang dipakai untuk mengubah kebijakan menjadi pelaksanaan program.
NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang
menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan
disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada
birokrasi modern.
Orientasi NPM
NPM ini telah mengalami berbagai perubahan orientasi menurut Ferlie, Ashbuerner,
Filzgerald dan Pettgrew dalam Keban (2004 : 25), yaitu:
1. Orientasi The Drive yaitu mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja.
2. Orientasi Downsizing and Decentralization yaitu mengutamakan penyederhanaan struktur,
memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat
berfungsi secara cepat dan tepat.
3. Orientasi in Search of Excellence yaitu mengutamakan kinerja optimal dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Orientasi Public Service yaitu menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak
dicapai organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar kepada aspirasi, kebutuhan dan
partisipasi user dan warga masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka menekankan social
learning dalam pemberian pelayanan publik dan penekanan pada evaluasi kinerja secara
berkesinambungan, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas.
Keenam alasan tersebut di atas, ditambahkan oleh Martin Minogue (2000) dengan
menyebut adanya 3 tekanan yang menyebabkan perlu adanya perubahan paradigma menuju ke
Public management yaitu:
1. Semakin membesarnya anggaran pemerintah
2. Rendahnya mutu kinerja pemerintah
3. Adanya nilai ideologi yang bersifat konfiktif terhadap perubahan paradigma pemerintahan
Oleh karena itu New Public Management itu merupakan bagian dari strategi yang lebih
luas tentang Good Governance.
Teori penyelenggaraan pemerintahan (governance theory) didasarkan atas pandangan
R.A.W.Rhodes,1996 dan G.Stoker,(1998)
Stoker memandang perbedaan government dan governance hanya pada prosesnya (styles
of governing) bukan pada outputnya. Akhirnya Stoker dan pakar yang lainnya setuju untuk
menyatakan bahwa: Governance itu menunjukan pada pengembangan gaya menjalankan
pemerintahan dalam mana antara sektor publik dan privat telah menjadi kabur. Esensi
governance pada fokusnya yaitu mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang tidak lagi
tergantung pada bantuan dan sanksi dari pemerintah .Konsep governance lebih tertuju pada
kreasi suatu struktur atau tertib yang tidak dapat diimposisikan keluar tetapi merupakan hasil dari
interaksi banyak pihak yang ikut terlibat dalam proses pemerintahan dan mereka saling
mempengaruhi satu sama lain.(Kooiman dan Vliet,1993).
Rhodes memandang paling tidak ada 6 istilah yang berbeda dalam memberi makna
lonsep governance,yaitu :
- as the minimal state
- as corporate governance
- as the new public management,
- as good governance
- as a socio-cybernetic system,
- as self-organizing network.
Penyelenggaraan pemerintah yang baik tidak memungkinkan lagi terjadinya tritomi peran sektor
pertama (eksekutif dan legislatif); sektor kedua(swasta)dan sektor ketiga (masyarakat) dalam
menangani masalah sosial ekonomi, karena peran tersebut sekarang sudah demikian kabur. Peran
ketiga sector tersebut seyogyanya sudah menyatu dan padu karena mereka punya kepentingan
dan komitmen yang sama tingginya untuk mengatasi masalah-masalah sosial-ekonomi tersebut.
Proposisi III : Governance identifies the power dependence involved in the relationship between institutions
involved in collective action
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik mengakui adanya saling ketergantungan diantara
ketiga faktor tersebut diatas dalam peran bersama untuk mengatasi masalah social-ekonomi.
Tujuan masyarakat kesejahteraan hidup masyarakat tidak membutuhkan lagi satu kekuatan
manapun yang dominan yang melebihi perannya atas yang lain , melainkan semuanya
berinteraksi dan berinterrelasi serta punya akses yang sama dalam berpatisipasi dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Proposisi IV : Governance is about autonomous self governing network of actors.
Penyelenggaaan pemerintahan yang baik merupakan jaringan kerja antar actor dari ketiga
kekuatan yang menyatu dalam suatu ikatan yang otonom dan kuat. Ketiga actor tadi akan
menjadi kekuatan yang solid dan dahsyat bila mereka bersedia memberikan dan menerima
kontribusi baik sumber-sumber, keahlian, kepentingan maupun tujuan-tujuan bersama yang
diinginkan.
Proposisi V : Governance recognizes the capacity to get things done which does not rest on the power of
government to commandor use its authority. It sees government as able to use new tools and
techniques to steer and guide.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tidak perlu semata-mata menggantungkan diri pada arahan, petunjuk dan otoritas pemerintah
tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan teknik pemerintahan dari sektor non-
pemerintah untuk merumuskan , melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan yang baik dan benar.
Kelima proposisi tersebut diatas walaupun mempunyai nilai dan arti yang cukup tinggi
namun untuk bisa diterapkan secara efektif masih perlu diuji tingkat signifikannya.
Tujuan, Kondisi, Tujuan, Kondisi, dan Tugas /Peran yang Spesifik bagi Pembuatan
Model Manajemen Domain Publik
a. Purposes of The Public Domain : Domain public adalh merupakan arena dan organisasi bagi
upaya pencapaian tujuan konektif atau era dimana nilai-nilai kolektif hendak diperoleh.
Demokrasi adalah merupakan nilai dasar bagi manajemen domain public. Organisasi public
bekerja untuk menyediakan dan memberikan berbagai pelayanan yang ditentukan oleh pilihan
kolektif lewat proses politik.
b. Conditions Which Constitute The Public Domain: keputusan-keputusan dalam domain public
diambil lewat proses politik, seperti misalnya lewat debat, diskusi, tekanan dan protes. Setiap
tindakan yang berada pada tataran domain public harus dapat dipertanggung jawabkan pada
public.
c. Task of Government : tugas pemerintah diekspresikan dalam tujuan domain public. Dalam
domain public itu nilai kolektif dibangun lewat debat dan diskusi dalam arena public. Tugas
pemerintah untuk pembentukan hukum dan pemeliharaan ketertiban yang didalamnya diisi
dengan warna keadilan.
G. Teori Pasar
Teori pasar muncul sebagai reaksi atas model administrasi publik tradisional yang dinilai
mempunyai banyak kekurangan terutama dengan adanya tantangan agar sector publik lebih
mampu meningkatkan kinerjanya secara efektif dan efisien. Tantangan ini muncul akibat dari
peran birokrat konfensional yang terlalu mementingkan dirinya sendiri(self interest).
Pendekatan pasar terhadap sektor publik yaitu generic management yang kemudian
dikenal dengan nama the new public management. Pendekatan ini berasumsi bahwa sekali
manajemen tetap manajemen dimanapun dan pada organisasi apapun hendak dipakai prinsip
manajemen itu,yaitu baik di sector bisnis maupun publik. Misalnya teknik Management By
Objective (MBO),Total Quality Management atau (TQM).
Walaupun demikian ada pula pihak-pihak yang tidak setuju penerapan prinsip bisnis ke
sektor publik, karena karakteristik , tujuan, dan bentuk, aktivitas sector public itu tidak sama
dengan sector bisnis
Beberapa asumsi teori pasar terhadap sector public (B.G.Peters , 1995) dalah sebagai
berikut :
Struktur
Teori pasar melihat bahwa masalah mendasar yang ada pada struktur sector public
tradisional adalah struktur organisasi yang sangat besar, dan sangat monopolistic serta tidak peka
terhadap tuntutan lingkungan yang berkembang, ditambah lagi dengan aktivitas pelayanan atas
public good and services tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Masalah tersruktur
disebabkan karena terlampau menekankan pada aspek aturan dan otoritas formal yang berlebihan
yang otomatis yang berdampak pada aktivtas organisasi public.
Sehubungan dengan itu maka disarankan perlunya reformasi di sector public dengan
mendesentrllisasikan perumusan dan implementasi kebijakan pada jenjang agensi pemerintahan
yang lebih rendah; atau memanfaatkan organisasi kuasi-privatuntuk melaksanakan tugas-tugas
pelayanan terutama pada tugas pelayanan atas barang dan jasa public yang marketable.
Pemerintah perlu menciptakan pelbagai organisasiyang secara kompetitif dapat mensuplai barang
dan jasa public yang sama kuantitas dan kualitas bagi masyarakat. Perubahan struktur sector
public secara menyeluruh perlu diikuti dengan perubahan managemen agar dapat meningkatkan
kinerja sektor public.
Manajemen
Mutu SDM disektor public harus sama dengan mutu SDM di sector bisnis agar berbagai
teknik manajerial (MBO,TQM, tsb)dapat juga diterapkan.Tetapi hal ini mempunyai implikasi
bahwa sektor public juga harus menerapkan politik penggajian berdasarkan pada merit system :
equal pay for equal work.Gaji yang diterimakan kepada pegawai sektor publik harus sama
seperti pada sektor privat yang besar kecilnya didasarkan atas efektifitas kontrak kinerjanya..
Pembuatan Kebijakan
Asumsi ketiga dari teori pasar adalah mengenai bagaimana kebijakan publik itu
seyogyanya dirumuskan,utama yang selama ini disentralisasikan pada birokrat karier di sektor
publik. Teori pasar mengendapi adanya desentralisasi pembuatan kebijakan pada agensi-agensi
yang berkarakter di jenjang bawah yang diberi otonomi untuk membuat kebijakan. Diharapkan
agensi di bawah yang berjiwa wirausaha itu mampu menangkap signal pasar,mampu
melakukan aktivitas yang lebih inovatif dan lebih berani menanggung resiko,dan perlu adanya
birokrasi publik yang lebih mementingkan public interest dari pada self interest.
Tetapi politisasi level bawah diberi kewenangan membuat level bawah untuk diberi
kewenangan membuat kebijakan dinilai oleh beberapa pihak yang menolak sebagai melanggar
prinsip merit system. Selain itu ada masalah lain yang berkaitan dengan posis dan peran warga
Negara. Menurut teori pasar warga Negara adalah merupakan penerima program pemerintah dan
public yang secara umu sebagai konsumen posisi yang memberdayakan adalah warga sebagai
konsumen berharap akan memperoleh pelayana yang baik sebagai mana yang diberikan oleh
sector privat sedangkan yang merendahkan adalah posisi warga Negara sekedar sebagai
konsumen.
Kepentingan Publik
Pandangan teori pasar tentang konsep teori public :
1. Pemerintah harus dapat memberikan pelayanan yang murah dan bermutu bagi publiknya
2. Warga Negara harus dipandang sebagai konsumen sekaligus sebagai pembayar pajak yang punya
kewajiban hak .
Teori pasar menghendaki agar sector public dapat memberikan pelayanan yang ramah
kepada pelanggan (customer friendly)
Publik choice theory
Salah satu teori ekonomi yang diterapkan pada aspek birokrasi adalah teori pilihan public
teori ini berpeluang untuk mendukung pandangan bahwa pemerintah sekarang ini sangat besar,
lamban dan tidak efisien sangat kontras dengan harapan dari adm public tradisional
Menurut teori ini individu birokrat itu pada hakekatnya permotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri : kekuasaan , kekayaan dan kepentingan dirinya yang lain atas biaya agensinya.
Teori ini berpandangan pada hasil akan dicapai dengan baik dalm menyidiakan barang dan jasa
public bila melihatkan mekanisme pasar secar optimal teori pilihan public yang berbasis rasional
actor model melihat manusia itu adalah merupakan mahluk yang cenderung berupa utility
maximiser yang sangat egoistic, sellf-regarding and instrumentain their behavior, choosing how
to atc on the basis of the consequences for their personal welfare pandangan seperti ini jelas
bertolak belakang dengan teori tipe ideal dari weber dimana diasumsikan bahwa birokrasi
termotivasi dengan realisasi perannya sebagai service to the state sebagai abdi Negara pelayan
masyarakat yang berjuang untuk kepentingan public(public interest) dan bukan untuk
kepentingan diri sendiri(self interest).
BAB III
KESIMPULAN
Public Management dapat diartikan sebagai bagian yang sangat penting dari
administrasi publik (yang merupakan bidang kajian yang lebih luas), karena administrasi publik
tidak membatasi dirinya hanya pada pelaksanaan manajemen pemerintahan saja tetapi juga
mencakup aspek polotik, sosial, kultural, dan hukum yang berpengaruh pada lembaga-lembaga
publik. Dan Public Management berkaitan dengan fungsi dan proses manajemen yang berlaku
baik pada sektor publik (pemerintahan) maupun sektor diluar pemerintahan yang tidak bertujuan
mencari untung (nonprofit sector).
NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik
yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis
dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas kinerja pelayanan publik pada
birokrasi modern.
Menurut Owen E.Hughes (1994), ada 6 alasan munculnya paradigma Public Management
yaitu :
1. Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuanynya secara efektif dan efisien
sehingga perlu diubah menuju ke orientasi yang lebih memusatkan perhatian pada pencapaian
hasil(kinerja) dan akuntabilitas;
2. Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik yang kaku menuju ke kondisi
organisasi public, kepegawaian, dan pekerjaan yang lebih luwes;
3. Perlunya menetapkan tujuan organisasi da pribadi secara jelas dan juga perlu ditetapkan alat
ukur keberhasilan kinerja lewat indicator kinerja;
4. Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada pemerintah yang sedang
berkuasa daripada bersikap netral atau non partisan;
5. Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih disesuaikan dengan tuntutan dan
signal pasar; dan
6. Adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi pemerintah dengan melakukan
kontrak kerja dengan pihak lain (contracting out) dan privatisasi.
M.Minougue (2000) menyebut adanya 5 karakteristik utama Public Management, yaitu:
1. A separation of strategic policy from operational management. Public management lebih banyak
terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahaan dari pada peran perumusan kebijakan.
2. A concern with results rather than process and procedure. Public management lebih
berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya berkutat dengan proses dan prosedur.
3. An orientation the needs of customer rather than those of bureaucratic organizations. Public
management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dari pada
kebutuhan birikrasi.
4. A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling role. Public
management menghindarkan diri dari berperan memberikan pelayanan langsung kepada
masyarakat sesuai dengan peran nutamanya memberikan arahan saja atau pemberdayaan kepada
masyarakat.
5. A trans formed bureaucratic culture/ A change to entrepreneurial management culture. Public
management mengubah diri dari budaya birokrasi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor publik, Public Management diarahkan
kegiatannya pada:
1. Melakukan restrukturisasi sektor publik lewat proses privatisasi.
2. Melakukan restrukturisasi dan merampingkan struktur dinas sipil di pusat.
3. Memperkenalkan nilai-nilai persaingan khususnya lewat pasar internal dan mengkontrakkan
pelayanan public kepada pihak swasta dan intervensi oleh pemerintah.
4. Meningkatkan efisiensi lewat pemeriksaan dan pengukuran kinerja.
Tujuan dari Public Management adalah:
Menurut Graham & Hays (1991): public managemen are concerned with
efficiency,accountability,goal achlevement and dozen of other managerial and technical
question, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public lebih efisien,
akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani berbagai masalah manajerial
dan teknis.
Ada empat tahap perkembangan manajemen publik disebuah negara maju (Inggris) yang
meliputi:
1. The Minimal State
2. Unequal Partnership between Government and The Charitable and Private Sectors.
Islamy, Irfan. 2003. Dasar-dasar Administrasi Publik dan Manajemen Publik . Malang,
Indonesia : UNIVERSITAS BRAWIJAYA.
Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Makasar, Indonesia : ALFABETA.