mengalami perkembangan sesuai dengan tingkat perubahan yang terjadi baik dari
sisi internal maupun eksternal. Birokrasi dalam perjalanannya akan mengalami
modernisasi ataupun transformasi ke arah yang lebih baik. Secara sederhana,
birokrasi yang selalu berkembang dapat merefleksikan berbagai upaya yang harus
dilakukan untuk mempertahankan eksistensinya pada masa yang akan datang.
Bennis (1965:32) menyebutkan setidaknya dua syarat utama agar birokrasi mampu
bertahan dalam menghadapi kondisi yang semakin kompleks yaitu: (1) kemampuan
untuk menjaga sistem internal dan mengoordinasikan proses timbal balik
(reciprocity) antara sisi kemanusiaan dengan organisasinya dan (2) kemampuan
untuk beradaptasi (adaptability) dan membentuk lingkungan eksternal.
Perkembangan birokrasi pada bagian ini akan dibahas dari sisi arah
perkembangan administrasi negara. Denhardt dan Denhardt (2007) membagi
perkembangan birokrasi kedalam tiga paradigma: The Old Public
Administration (OPA), The New Public Management (NPM) dan The New Public
Service (NPS). Menurut Denhardt dan Denhardt paradigma OPA dan NPM kurang
relevan dalam mengaddres persoalan-persoalan publik karena memiliki landasan
filosofis dan ideologis yang kurang sesuai (inappropriate) dengan administrasi
Negara, sehingga perlu paradigma baru yang kemudian disebut sebagai NPS.
Paradigma OPA tidak bisa dipisahkan dari tiga pemikiran, yaitu paradigma
dikotomi politik-administrasi, rational-model Herbert Simon dan teori pilihan
publik (public choice). OPA juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip
manajemen ilmiah (scientific management) Frederick W. Taylor dan
manajemen klasik POSDCORB ciptaan Luther Gullick. Administrasi negara
harus berorientasi secara ketat kepada efisiensi. Semua sumber daya (man,
material, machine, money, method, market) digunakan sebaik-baiknya untuk
mencapai prinsip efisiensi. Aparat pemerintah harus bertindak sesuai petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dengan sangat rigid dan kaku.
Tidak ada ada celah bagi birokrasi untuk menggunakan diskresinya karena
dikhawatirkan dapat mengurangi efisiensi. Pejabat pada level atas (top-
management) diminta untuk mengontrol bawahan dengan otoritas-birokratik
secara top-down.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2750-5863-1-SM%20(1).pdf
https://www.academia.edu/18470834/NEW_PUBLIC_SERVICE