Anda di halaman 1dari 20

MINI RISET KEDUDUKAN DAN PERAN ASN

DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA


(Prosedur Pelayanan Pensiun pada Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara)

DOSEN PENGAMPU: IDA MARTINELLI, S.H.,M.M.

DISUSUN OLEH:

SELLA AMELIA 1703100079


MANISHA APRILIA 1703100089
RENI KESUMA PUTRI 1703100074
ADE ASRY HASIBUAN 1703100070
SABRAN 1703100077
3B IAN PAGI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Mini Riset mengenai “Prosedur
Pelayanan Pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan”
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Prosedur Pelayanan Pensiun pada
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 24 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai kedudukan dan peranan yang penting serta
menentukan dalam penyelenggaraan Negara/Pemerintahan. Kelancaran pelaksanaan
pembangunan nasional pada pokoknya tergantung semangat, tekad, sikap mental, dan kedisiplinan
aparatur negara. Mengingat pentingnya peranan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam
pembangunan nasional maka perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan, serta peningkatan
kesejahteraan sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Usaha peningkatan kesejahteraan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan keluarganya dilakukan
melalui penyelenggaraan program Pensiun ASN. Program tersebut ditujukan untuk kesejahteraan
hari tua Aparatur Sipil Negara (ASN), yakni memberikan jaminan keuangan bagi ASN bila
mendapat risiko yang mengakibatkan ASN tersebut tidak mampu lagi bekerja karena sudah tua
atau telah mencapai usia tidak produktif lagi untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan yang
diembankan kepada ASN atau jaminan keuangan bagi ahli warisnya apabila ASN tertimpa resiko
kematian sebelum mencapai usia pensiun/tertimpa resiko kematian ketika menjalani masa pensiun.
Pemerintah memberikan tugas penyelenggaraan pelayanan pensiun Aparatur Sipil Negara (ASN)
khususnya kepada tenaga kependidikan dengan golongan kepangkatan Ia sampai dengan IVe pada
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara.
Pelayanan pensiun Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dapat
diberikan secara langsung kepada yang bersangkutan maupun melalui perwakilan.
Berdasarkan keputusan Menteri PAN Nomor 15 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan,
bahwa prosedur pelayanan adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi penerima pelayanan.
Prosedur pelayanan merupakan proses yang harus dilalui seorang pelanggan untuk mendapatkan
pelayanan yang diperlukan. Pelaksanaan prosedur harus sistematis dan logis, mana langkah yang
harus didahulukan, mana langkah yang selanjutnya dan mana langkah yang terakhir. Setiap
langkah yang dilakukan harus terpola dengan baik. Prosedur yang dibuat bertujuan untuk
mempermudah dan memperlancar setiap pekerjaan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi para pengusul pensiun. Adanya prosedur yang jelas dan
sederhana, proses pelayanan pensiun dapat berjalan efektif dan efisien. Keadaan tersebut dapat
memberikan kemudahan bagi pengusul pensiun dan keluarganya dalam mengurus permohonan
pelayanan hak pensiun. Penyelesaian hak pensiun yang tepat waktu membuat pengusul pensiun
dan keluarganya dapat lebih cepat menikmati hak atas nilai manfaat dana pensiun di usia lanjut.
Pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara hasil observasi penulis menunjukkan bahwa pengajuan usul
pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dalam kurun waktu satu bulan mencapai
kurang lebih terdapat 200 usul pensiun. Berdasarkan jumlah usulan tersebut seharusnya tidak ada
kendala yang akan menghambat kelancaran proses pelayanan pensiun seperti keterlambatan Surat
Pernyataan Tidak Sedang Terlibat Permasalahan Hukum, Surat Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi
Hukuman Disiplin, Surat Pengantar Pensiun dari Dinas dan kurang pahamnya pengusul pada
prosedur pelayanan pensiun yang ada pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. Sebagian besar
dari jumlah pengusul menyatakan bahwa mereka belum memahami pelayanan yang ada sehingga
pelayanan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 5-6 bulan, sedangkan untuk batas normal
pelayanan pensiun membutuhkan waktu 2-3 bulan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh penulis kepada pegawai yang mengusulkan pensiun, Beliau mengatakan bahwa :
“Menurut saya, kurangnya informasi secara terbuka atau sosialisasi terkait dengan
prosedur pelayanan pensiun kepada calon pengusul pensiun sehingga masih banyak yang belum
mengetahui tentang prosedur pelayanan pensiun. Saya harap agar pihak pelayanan memperhatikan
masalah tersebut supaya prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
jelas dan pasti.”
Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pegawai yang mewakili pengurusan
pensiun, Beliau mengatakan bahwa :
“Prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian umum dan Kepegawaian sudah sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Menurut saya, alur
pelayanan belum optimal karena tidak adanya alur pelayanan dalam bentuk bagan yang dipampang
dalam ruangan pelayanan sebagai petunjuk bagi penerima pelayanan.”
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari kedua narasumber menunjukkan bahwa
pengusul pensiun kurang memahami prosedur pengajuan pensiun sehingga pelayanan menjadi
kurang maksimal dan sebagian besar dari jumlah pengusul menyatakan bahwa mereka belum
memahami pelayanan yang ada. Permasalahan yang terjadi disebabkan dari pihak Dinas tidak
memberikan sosialisasi atau pengarahan kepada pengusul tentang prosedur pelayanan pensiun
sebelumnya, padahal prosedur merupakan hal utama yang harus dipahami oleh setiap pengusul
dalam proses pengajuan pensiun. Adanya prosedur yang jelas dan sederhana, proses pelayanan
pensiun dapat berjalan efektif dan efisien. Keadaan tersebut dapat memberikan kemudahan bagi
para pengusul dalam mengurus permohonan pensiun. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengetahui “PROSEDUR PELAYANAN PENSIUN PADA SUB BAGIAN
UMUM DAN KEPEGAWAIAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI
SUMATERA UTARA”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah:
1. Bagaimana prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara?
2. Hambatan apa yang timbul dalam proses pelayanan pensiun?
3. Bagaiamana cara mengatasi hambatan yang muncul dalam proses pelayanan pensiun?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui prosedur pelayanan pensiun yang
diterapkan oleh Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sumatera Utara, Untuk mengetahui hambatan dalam proses pelayanan pension, Untuk mengetahui
solusi dalam pelaksanaan prosedur pelayanan pensiun.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan penulis dengan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.4.1 Aspek teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta
memperluas wawasan penulis dalam masalah yang ada.
1.4.2 Aspek praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi pemikiran yang
positif dan membangun bagi pemecahan masalah praktis yang berkaitan dengan judul
penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Pelayan Publik

Pemerintahan Negara pada hakikatnya menyelenggarakan dua jenis fungsi utama, yaitu
fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat
Negara modern sebagai suatu Negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan
dengan hakikat Negara sebagai suatu Negara kesejahteraan (welfare state). Baik fungsi pengaturan
maupun fungsi pelayanan menyangkut semua segi kehidupan dan penghidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada aparatur pemerintah tertentu
yang secara fungsional bertanggungjawab atas bidang-bidang tertentu kedua fungsi tersebut
(Siagian,2011:10).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003,
definisi dari pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Menurut Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 UU No. 25/2009, yang dimaksud
dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebenarnya
merupakan implikasi dari fungsi aparat Negara sebagai pelayan masyarakat. Kedudukan aparatur
pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis karena akan sangat
menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi
masyarakat, yang dengan demikian akan menentukan sejauhmana Negara telah menjalankan
perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.
Dipandang dari sudut ekonomi, pelayanan merupakan salah satu alat pemuas kebutuhan
manusia sebagaimana halnya dengan barang. Namun pelayanan memiliki karakteristik tersendiri
yang berbeda dari barang. Salah satu yang membedakan dengan barang, sebagaimana
dikemukakan oleh Gasperz (2011:17), adalah outputnya yang tidak berbentuk (intangible output),
tidak standar, serta tidak dapat disimpan dalam inventori melainkan langsung dapat dikonsumsi
pada saat produksi.
Pelayanan umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik
(publik=umum). Senada dengan itu, Moenir (2011:18) mengemukakan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor
material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang
lain sesuai dengan haknya. Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah kepada
masyarakat meliputi banyak hal yang menyangkut semua kebutuhan masyarakat. Menurut
Pamudji (2011:18) Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan memenuhi
kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa. Jenis pelayanan publik dalam arti jasa-
jasa, yaitu seperti pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan haji,
pelayanan pencarian keadilan, dan lain-lain.

2.1.2. Asas Pelayanan Publik


Penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan untuk dapat memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa sebagai berikut: (UU No. 25 Tahun 2009)
a. Transparansi. Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas. dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban. Pemberi dan penerima pelayanan publik harus
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
2.1.3. Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus dimiliki standar pelayanan, sebagai
jaminan adanya kepastian bagi pemberi pelayanan didalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dan
bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya. Standar pelayanan merupakan
ukuran yang dibakukan dalam penyelenggraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib
ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima
pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/ atau
penerima layanan atas kinerja penyelenggaraan pelayanan.
Standar pelayanan perlu disusun dan ditetapkan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik
layanan yang diselenggarakan, serta memperhatikan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Dalam
proses perumusan dan penyusunannya melibatkan masyarakat/ stakeholder lainnya (termasuk
aparat birokrasi) untuk mendapatkan saran dan masukan, membangunkan kepedulian dan
komitmen meningkatkan kualitas pelayanan. Standar Pelayanan Publik menurut keputusan
Menteri PAN Nomor 36 Tahun 2012, meliputi:
a. Dasar hokum
b. Persyaratan
c. Sistem mekanisme dan posedur
d. Jangka waktu penyelesaian
e. Biaya/tariff
f. Produk pelayanan
g. Sarana, prasarana dan/atau fasilitas
h. Kompetensi pelaksana
i. Pengawasan internal
j. Penanganan pengaduan, saran dan masukan
k. Jumlah pelaksana
l. Jaminan pelayanan
m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
n. Evaluasi kinerja pelaksana.
Penyusunan Rancangan Standar Pelayanan selain perlu memperhatikan komponen
Standar Pelayanan, organisasi penyelenggara pelayanan juga perlu memperhatikan spesifikasi
jenis pelayanan yang akan disusun Standar Pelayanan. Fokus pada spesifikasi jenis pelayanan ini
penting untuk menghindari kesalahan dalam penentuan persyaratan, waktu, prosedur maupun
biaya pelayanan. Adanya Pembaruan tentang Standar Pelayanan
Publik dari keputusan Mentri PAN Nomor 36 Tahun 2012 menjadi keputusan Menteri
PAN Nomor 15 Tahun 2014 , sehingga susunannya menjadi sebagai berikut:
a. Jenis pelayanan
b. Dasar hokum
c. Persyaratan
d. Prosedur
e. Waktu pelayanan
f. Biaya atau tariff
g. Produk
h. Pengelolaan pengaduan.

2.1.4. Prosedur Pelayanan


Prosedur pelayanan adalah tahapan yang harus dilalui dalam proses penyelesaian
pelayanan. Tahapan-tahapan dalam penyelesaian pelayanan publik sekurang-kurangnya harus
memuat kejelasan dan kepastian mengenai tata cara dalam proses penyelenggaraan pelayanan
publik. Serangkaian proses penyelenggaraan pelayanan harus memuat sekurang-kurangnya
mengenai tata cara-tata cara yang pelayanan mulai dari tahap pengajuan permohonan pelayanan,
penanganan pelayanan, penyampaian hasil pelayanan hingga penyampaian pengaduan pelayanan.
Adanya kejelasan tersebut baik pemberi pelayanan maupun pemohon pelayanan akan
mendapatkan kemudahan, kejelasan dan kepastian dalam rangka proses pelayanan publik.
Berdasarkan Keputusan Menteri PAN Nomor 36 Tahun 2012, yang dimasud dengan
prosedur pelayanan adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan, termasuk pengaduan, yang mengandung tahapan kegiatan yang harus dilakukan atau
dilalui dalam sistem dan proses penyelenggaraan pelayanan. Analisis proses dan prosedur ini harus
dilakukan terhadap setiap jenis pelayanan yang diselenggarakan di unit pelayanan tersebut.
Menunjang kepastian dan tertib dalam pelaksanaan mekanisme/tatakerja dan prosedur, harus
didukung dengan ketentuan SOP (Standard Operating Procedures). Merumuskan komponen
mekanisme dan prosedur, harus memperhatikan prinsip kesederhanaan, dan akuntabilitas, artinya
langkah pelaksanaannya harus mudah dijalankan, tahapan/hierarkinya dipadatkan, diupayakan
tidak banyak simpul/meja, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran maupun kepastiannya.
Untuk memberikan kejelasan alur mekanisme, urutan prosedur kegiatan dalam proses pelayanan
tersebut, agar dibuat atau digambarkan dalam suatu diagram/bagan alir (flowchart).
Berdasarkan pembaruan keputusan Menteri PAN Nomor 15 Tahun 2014, bahwa prosedur
pelayanan adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi penerima pelayanan. Prosedur
pelayanan merupakan proses yang harus dilalui seorang pelanggan untuk mendapatkan pelayanan
yang diperlukan. Disamping itu, penyelenggara pelayanan wajib memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP). Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah tahapan proses pelayanan sebagai
bahan penyusunan Standar Operasional Prosedur.

2.1.5. Pensiun
Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap Aparatur Sipil Negara
yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Dasar pensiun yang dipakai untuk
menentukan besarnya pensiun/ pensiun pokok, ialah gaji pokok terakhir sebulan yang berhak
diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya. Usia
Aparatur Sipil Negara untuk penetapan hak atas pensiun ditentukan atas dasar tanggal kelahiran
yang disebut pada pengangkatan pertama sebagai Aparatur Sipil Negara menurut bukti-bukti yang
sah. Apabila mengenai tanggal kelahiran itu tidak terdapat bukti-bukti yang sah, maka tanggal
kelahiran atas umur pegawai ditetapkan berdasarkan keterangan dari pegawai yang bersangkutan
pada pengangkatan pertama itu, dengan ketentuan bahwa tanggal kelahiran atau umur termaksud
kemudian tidak dapat diubah lagi untuk keperluan penentuan hak atas pensiun-pegawai.
Pensiun-pegawai yang berhak diterima diberikan mulai bulan berikutnya Aparatur Sipil
Negara yang bersangkutan diberhentikan sebagai Pegawai Negeri sipil. Hak pensiun pegawai
berakhir pada penghabisan bulan penerima pensiun-pegawai yang bersangkutan meninggal dunia.
Pembayaran pensiun-pegawai dihentikan dan surat keputusan tentang pemberian pensiun pegawai
dibatalkan, apabila penerima pensiun pegawai diangkat kembali menjadi Aparatur Sipil Negara
atau diangkat kembali dalam suatu jabatan negeri dengan hak untuk kemudian setelah
diberhentikan lagi, memperoleh pensiun. Jika Aparatur Sipil Negara termaksud diatas kemudian
diberhentikan dari kedudukannya terakhir maka kepadanya diberikan lagi pensiun-pegawai
termaksud diatas atau pensiun berdasarkan peraturan pensiun yang berlaku.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Metode Penelitian Kuantitatif


Penelitian mengenai suatu masalah sosial atau kemanusiaan berdasarkan pada pengujin
suatu teori yang terdiri dari beberapa variable, diukur dengan angka dan dianalisis dengan prosedur
statistik, untuk menentukan apakah teori yang dimaksud mengandung kebenaran yang berlaku
umum.

3.1.2. Metode Penelitian Kualitatif


Proses upaya untuk mengetahui mengenai suatu masalah sosial atau kemanusiaan,
berdasarkann pada usaha membangun suatu gambar yang kompleks dan menyeluruh (holistik),
dibentuk dengan kata-kata atau deskripsi, dengan melaporkan pandangan-pandangan rinci dari
informan, dilakukan dalam setting yang alamiah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
karena menggunakan kondisi obyek yang alamiah dengan mengambil beberapa teknik
pengumpulan data dan hasilnya akan dituangkan dalam bentuk tulisan yang mendeskripsikan
tentang prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Definisi Konseptual


Prosedur pelayanan pensiun adalah kegiatan yang meliputi tahap pemberkasan yaitu
penyerahan berkas syarat usul pensiun, pengecekan berkas, pembuatan surat pernyataan,
pembuatan surat pengantar, penyerahan berkas usul pensiun dan penurunan SK pensiun pada
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Definisi Operasional


Berdasarkan kerangka konseptual, dapat disusun definisi operasional sebagai berikut:
a. Tahap pelayanan berkas masuk yaitu penyerahan berkas syarat usul pensiun pada Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Pengecekan berkas yaitu proses pemeriksaan berkas syarat usul pensiun oleh pegawai pada
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Pembuatan surat pernyataan tidak sedang terlibat permasalahan hukum dan surat
pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin yaitu tahap pelayanan yang dilakukan
setelah berkas dinyatakan benar dan lengkap oleh pegawai pada Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
d. Pembuatan surat pengantar pensiun yaitu tahap pelayanan yang dilakukan untuk
menerbitkan surat sebagai pengantar berkas usul pesiun dari Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian ke BKD
e. Penyerahan berkas usul pensiun di BKD yaitu tahap penyerahan berkas usul pensiun dan
surat pengantar pensiun yang dijadikan satu dengan surat pengantar pension dan diurutkan
sesuai dengan TMT Pensiun ASN. Tahap ini dilakukan secara langsung oleh pegawai pada
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
f. SK Pensiun yaitu tahap penurunan SK Pensiun oleh BKD yang membutuhkan waktu
pelayanan kurang lebih 1 sampai dengan 2 bulan waktu pelayanan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer


Data primer adalah data yang langsung didapat dari sumber data utama di lokasi penelitian
(Bungin:2013,127). Data primer diperoleh dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab
dengan pegawai dan pengusul pensiun di Sub Bagian Umum dan Kepegawaian data yang
diperoleh diantaranya tentang prosedur pelayanan pensiun dan hambatan dalam prosedur
pelayanan pensiun.

3.4.2. Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang didapat bukan dari lokasi penelitian. Data ini biasanya
diproleh dari instansi, kantor, perusahaan yang berkaitan erat dengan obyek penelitian. Data
sekunder yang dikumpulkan berupa eksternal data yaitu data yang didapatkan dari sumber luar
yang sifatnya merupakan pengumpulan data yang relevan dalam berbagai masalah
(Bungin:2013,127). Data sekunder diperoleh penulis melalui buku untuk memperoleh dasar teori
tentang pengertian pelayanan, pengertian prosedur pelayanan, pengertian pension.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi


Sumatera Utara (disingkat Sumut) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian utara Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Medan. Provinsi Sumatera Utara terletak
pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara
72.981,23 km².
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
 Pesisir Timur
 Pegunungan Bukit Barisan
 Pesisir Barat
 Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya
karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah
pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan
wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's
Oostkust bersama provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat
beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau
Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya
kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang
terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik,
wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk
(kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di
sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat
pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala,
Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara
kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia,
Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung
Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44
Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330
ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi
yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak
seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini,
sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi
lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan
dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.
Daftar Gambar 4.1
Visi dan Misi Badan Kepegawaian Kota Medan

Visi: Mewujudkan Aparatur


Pemerintah Kabupaten Banyumas yang
Bermoral, Kompetitif dan Profesional
saing

1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas


sumber daya manusia aparatur pemerintah
dan dengan cermat mengelola penggunaan
sumber daya manusia tersebut.
2. Mengakui performa dan prestasi pada semua
tingkatan dan menciptakan lingkungan kerja
profesional yang memberikan jalan bagi
pemenuhan diri serta pengembangan karir
aparatur pemerintah daerah.
3. Mengembangkan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian
4.2. Prosedur Pelayanan Pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara

4.2.1. Konsep Prosedur


Menurut Mulyadi (2001:5) yang dimaksud dengan prosedur adalah “suatu urutan kegiatan
klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.” Selain
itu Zaki Baridwan (2002:3), menjelaskan bahwa prosedur adalah “suatu urut-urutan pekerjaan
kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering
terjadi.” Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu urutan
yang tersusun dan biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian departemen atau lebih,
serta disusun untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi-transaksi perusahaan yang
terjadi secara berulang-ulang.

4.2.2. Konsep Pelayan


Menurut Moenir (2010 : 26) pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor materi melalui sistem, prosedur dan metode tertentu
dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan
hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan merupakan sebuah proses. Sebagai
proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan
orang dalam masyarakat.

4.2.3. Konsep Pensiun


Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap Aparatur Sipil Negara
yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Dasar pensiun yang dipakai untuk
menentukan besarnya pensiun/ pensiun pokok, ialah gaji pokok terakhir sebulan yang berhak
diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya. Usia
Aparatur Sipil Negara untuk penetapan hak atas pensiun ditentukan atas dasar tanggal kelahiran
yang disebut pada pengangkatan pertama sebagai Aparatur Sipil Negara menurut bukti-bukti yang
sah. Apabila mengenai tanggal kelahiran itu tidak terdapat bukti-bukti yang sah, maka tanggal
kelahiran atas umur pegawai ditetapkan berdasarkan keterangan dari pegawai yang bersangkutan
pada pengangkatan pertama itu, dengan ketentuan bahwa tanggal kelahiran atau umur termaksud
kemudian tidak dapat diubah lagi untuk keperluan penentuan hak atas pensiun-pegawai.

4.3. Prosedur Pelayanan Pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
a. Berkas masuk di Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ASN yang mengajukan usul
pensiun menyerahkan semua berkas persyaratan usul pensiun kepada pegawai yang
melayani pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, tahapan ini membutuhkan
waktu kurang lebih satu minggu
b. Petugas melakukan pengecekan berkas Berkas usul pensiun yang telah masuk pada Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian kemudian dilakukan pengecekan kelengkapan,
kebenaran dan keabsahan oleh pegawai, tahapan ini membutuhkan waktu kurang lebih tiga
minggu
c. Pembuatan surat pernyataan tidak sedang terlibat permasalahan hukum dan surat
pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin Berkas yang telah diverifikasi oleh
pegawai dibuatkan Surat Pernyataan Tidak Sedang Terlibat Permasalahan Hukum dan
Surat Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara, tahapan ini membutuhkan waktu kurang lebih dua
minggu
d. Pembuatan surat pengantar pensiun Proses selanjutnya yaitu pegawai membuatkan surat
pengantar pensiun, tahapan ini membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu
e. Penyerahan berkas usul pensiun di BKD Berkas yang telah mendapat surat pengantar
pensiun dan telah diurutkan sesuai dengan TMT Pensiun ASN kemudian diserahkan di
BKD untuk diproses lebih lanjut
f. SK Pensiun Langkah terakhir dari prosedur pelayanan pensiun Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian yaitu penerbitan SK Pensiun dari BKD. Penerbitan SK Pensiun satu sampai
dengan dua bulan sebelum BUP, tahapan ini membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan

4.4. Hambatan prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
a. Pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian belum memiliki SOP sebagai acuan pegawai
untuk melakukan pelayanan sehingga pelayanan dilakukan secara praktek tanpa ada buku
panduan
b. keterlambatan Surat Pernyataan Tidak Sedang Terlibat Permasalahan Hukum dan Surat
Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin yang biasanya terjadi karena
kesalahan mengetik atau kesalahan dalam memasukkan data oleh pegawai dan
keterlambatan Surat Pengantar Pensiun di BKD yang biasanya terjadi karena penanggalan
dan nomor surat yang tidak sesuai dengan tanggal diajukan surat.
c. Pengusul menyatakan bahwa mereka belum memahami prosedur pelayanan pensiun yang
ada pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sumatera Utara
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian sudah cukup baik,
hanya saja ada beberapa hambatan yaitu belum adanya SOP (Standart Operasional Prosedur),
keterlambatan pembuatan surat dari Dinas, dan banyak pengusul yang menyatakan bahwa mereka
tidak memahami prosedur pelayanan pensiun.
Prosedur pelayanan pensiun pada Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara (Perbaikan) a. Berkas masuk di Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian ASN menyerahkan berkas usulan pensiun pada Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian, tahapan ini membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu; b. Petugas melakukan
pengecekan berkas Berkas usulan pensiun kemudian dilakukan pengecekan oleh pegawai, tahapan
ini membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu; c. Pembuatan surat dari Dinas Langkah
selanjutnya yaitu pembuatan surat dari Dinas yang terdiri dari Surat Pernyataan Tidak Sedang
Terlibat Permasalahan Hukum dan Surat Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin dan
Surat Pengantar Pensiun yang membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu; d. Berkas yang telah
selesai pada proses pelayanan kemudian diserahkan ke BKD untuk diproses lebih lanjut disana,
tahapan ini membutuhkan waktu kurang lebih satu hari; e. SK Pensiun Langkah terakhir yaitu
penerbitan SK Pensiun dari BKD, taha pan ini membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan.

5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini yaitu perlu adanya penyusunan SOP
sebagai acuan pegawai dalam melakukan pelayanan. Setiap pegawai harus mempunyai kesadaran
disiplin agar tidak terjadi kesalahan dalam pengetikan atau kesalahan dalam memasukkan data.
Pihak Dinas sebaiknya memberikan sosialisasi terlebih dahulu Tengah terkait dengan prosedur
pelayanan pensiun.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2002. Sistem Akuntansi (Penyusunan Prosedur dan Metode).


Edisi Kelima, cetakan kedelapan. Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Bungin, Burhan. 2013. Metode penelitian sosial & ekonomi: format-format kuantitatif dan
kualitatif untuk studi sosiologi, kebijakan, publik, komunikasi, manajemen, dan pemasaran
edisi pertama. Jakarta: kencana prenada media goup.
Gaspersz, Vincent. (2011). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard
dengan Malcolm Baldrige dan Lean Six Sigma Supply Chain Management. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Moenir, H.A.S. 2010. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Moenir, H.A.S. 2011. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi Edisi Tiga. Jakarta : Salemba Empat.
Siagian, Sondang P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Undang-Undang:
Menteri PAN Nomor 15 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
UU No. 25/2009 Pelayan Publik

Anda mungkin juga menyukai