DISERTASI
RUSLI ISA
NIM: 7602141010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
ABSTRAK
iv
PERNYATAAN KEORSINILAN
dan hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi Disertasi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau ada indikasi unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya
berlaku.
Rusli Isa
NIM. 7602141010
v
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah patut kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
dapat diselesaikan. Naskah disertasi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
dari bantuan dari berbagai pihak dalam pelaksanaan penelitian, oleh karena itu
perkenankan saya mengucapkan banyak terima kasih. Secara khusus ucapan terima
promotor; Prof. Dr. Hj. Asna Aneta, M.Si selaku Promotor, Bapak Dr. Rosman
Ilato, M.Pd. selaku co-Promotor I, dan Ibu Dr. Yanti Aneta, S.Pd., M.Si. selaku
Melalui kesempatan ini pula peneliti tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Edwart Wolok, ST., MT., IPM. selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
vi
vii
2. Bapak Dr. Harto Malik, M.Hum selaku Wakil Rektor I Universitas Negeri
Gorontalo, Ibu Dr. Ir. Yuniarti Koniyo, MP. selaku Wakil Rektor II Universitas
Negeri Gorontalo, Bapak Dr. Muhammad Amir Arham, ME. selaku Wakil
Rektor III Universitas Negeri Gorontalo, dan Ibu Prof. Karmila Machmud, S.Pd.,
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Asna Aneta, M.Si. selaku Direktur Program Pascasarjana
4. Bapak Dr. Ir. Hasim, M.Si. selaku Wakil Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Gorontalo, Ibu Prof. Dr. Weny JA. Musa, M.Si. selaku Wakil
5. Ibu Dr. Yanti Aneta, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Doktor
7. Bapak Bapak Agus Paramata, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa dan Ibu Yusna Karim, S.IP. selaku kepala Seksi
Rasa haru dan bangga disertai ucapan terima kasih yang tak terhingga
disampaikan kepada keluarga tercinta; kedua orang tua Almarhum Abd. Latif Isa
viii
dan Almarhummah Saada Duhe dan kedua mertua peneliti Almarhum Abas Rupu
Kepada isteri tercinta Lun A. Rupu, S.Pd., M.Si dan anak-anak tercinta Lutviana
Rachma Eka Putri Isa serta Zachra Amalia Dwi Ramadhani Isa yang banyak
memberi dukungan dan motivasi. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga
do’a.
Administrasi Publik meskipun disadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kritik dan saran serta masukan menjadi harapan peneliti guna
penyempurnaannya. Semoga ilmu yang kita peroleh menjadi penuntun hidup dunia
Rusli Isa
NIM. 7602141010
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………................. i
LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PROMOTOR ……………………….. ii
ABSTRACT …………………………………………………………………. iii
ABSTRAK …………………………………………………………………... iv
PERNYATAAN KEORSINILAN …………………………………………... v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix
DAFTRA TABEL …………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………….. 15
1.3 Pembatasan Masalah …………………………………………. 16
1.4 Rumusan Masalah ……………………………………………. 17
1.5 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 17
1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………….... 18
ix
x
DAFTAR TABEL
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
xvii
Daftar Lampiran
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Desa, dimana pada pasal 78 ayat (1) disebutkan bahwa, Pembangunan Desa
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pada pasal 87 ayat (1) yaitu, Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa, dengan bidang
usaha yang dapat dijalankan sebagaimana tercantum masih dalam pasal 87 ayat
(3) bahwa, BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
1
2
pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar Desa.
memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di desa baik berupa sumber daya
Nasional telah terbentuk sebanyak 5000 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Usaha Milik Desa (BUMDes) yang telah dibentuk dapat berkembang dan
mengelolanya.
dasar yang turut mempengaruhi pencapaian kinerja suatu organisasi, hal ini
kapasitas sesuai dengan bidang atau unit usaha yang dikelola Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes). Lebih lanjut Spencer dan Spencer 1993 (dalam Sanghi
di desa baik potensi sumber daya alam yang bisa dijadikan sebagai komoditi
usaha maupun potensi sumber daya manusia yang dapat diberdayakan dalam
yang ingin dicapai dibentuknya organisasi BUMDes itu sendiri. Perlu pula
organisasi yang telah disepakati sebelumnya serta sudah menjadi budaya dalam
Organisasi yang berkinerja tinggi memiliki budaya yang tidak saja kuat tetapi
juga adaptif atau memiliki fokus internal dan fokus eksternal yang kuat. Fokus
(adaptability) terhadap lingkungan dan misi (mission) yang jelas. Dari kedua
pandangan ini jelas bagi kita bahwa budaya organisasi dapat memberikan
lainnya dari perilaku organisasi. Hal ini sebagaimana penelitian yang dilakukan
oleh Susita Asree, Mohamed Zain, dan Mohd Rizal Razalli, (2010) dengan
objek yang diteliti mengenai kompetensi pimpinan, budaya organisasi, dan daya
6
tanggap terhadap kinerja perusahaan pada 88 hotel yang ada di Malaysia yang
peningkatan kinerja perusahaan dalam hal ini 88 hotel yang ada di Malaysia.
sikap perilaku wirausaha yang punya visi atau mampu melihat ke masa depan,
masalah yang dihadapi. Lebih lanjut Veciana (dalam dalam Cuervo 2007:53)
bahwa perilaku wirausaha memuat enam dimensi yang relevan digunakan untuk
dianalisis yaitu:
juga halnya dengan pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) harus
memiliki perilaku wirausaha yang memiliki visi atau mampu melihat ke masa
7
Veciana pada uraian di atas. Siti Herdianti Elza, Rachmad Pambudy, dan
ISSN (Online): 2319-7064 Volume 5 Issue 10, October 2016. Hasil penelitian
positif yaitu selalu berpikir dan berbuat yang terbaik sehingga mampu
organisasi.
yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi antara lain:
8
bisnis milik pemerintah harus merupakan bagian dari daya tanggap negara atau
jurnal World Engineering & Applied Sciences Journal 5 (3): 75-84, 2014.
survey pada sampel 297 responden diperoleh hasil penelitian bahwa lingkungan
perusahaan. Sebaliknya lingkungan kerja dan budaya yang kurang nyaman akan
tersebut dapat kita pahami bahwa kinerja organisasi akan meningkat apabila
Usaha Milik Desa (BUMDes) sejak Tahun 2015. Berdasarkan data yang
250
200
191
150
111
100
50 26
4 26
0
2015 2016 2017 2018
Gorontalo telah dibentuk sebanyak 191 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Gorontalo saat ini
telah memberi dampak bagi pengembangan usaha masyarakat yang ada di desa
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sampai dengan akhir tahun 2021 masih
tetap eksis menjalankan usahanya sebagaimana data pada tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Data Prosentase Aktivitas Perkembangan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Se - Kabupaten Gorontalo
2. Batudaa 8 4 50 4 50
6. Telaga Biru 15 9 60 6 40
8. Tolangohula 15 9 60 6 40
9. Mootilango 10 7 70 3 30
12. Tilango 8 6 75 2 25
15. Asparaga 10 6 60 4 40
17 Bilato 10 6 60 4 40
18. Dungaliyo 10 8 80 2 20
Dari tabel 1.1 di atas nampak bahwa sebahagian besar Badan Usaha
Secara umum jumlah BUMDes yang telah aktif adalah sekitar 61.26 %,
sebanyak 38.74 % BUMDes yang belum aktif. Dari data di atas juga terdapat 74
BUMDes yang tidak aktif yang tersebar pada Tujuh Kecamatan; yaitu
selain dapat dilihat dari keaktifan BUMDes, juga dapat dilihat dari
pengklasifakasian BUMDes itu sendiri. Data yang diperoleh peneliti pada Dinas
Tumbuh, Berkembang dan Maju sebagaimana tertera pada tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Data Klasifikasi Perkembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Kabupaten Gorontalo
Klasifikasi BUMDes
Jumlah
No. Kecamatan
BUMDes
Dasar Tumbuh Berkembang Maju
1. Telaga 9 6 2 1 0
2. Batudaa 8 5 2 0 1
3. Tibawa 16 7 6 2 1
4. Batudaa Pantai 9 5 4 0 0
12
5. Boliyohuto 13 3 2 7 1
6. Telaga Biru 15 11 3 1 0
7. Bongomeme 15 8 7 0 0
8. Tolangohula 15 8 6 1 0
9. Mootilango 10 5 5 0 0
10. Pulubala 11 4 4 3 0
12. Tilango 8 3 3 2 0
13. Tabongo 9 4 4 0 1
14. Biluhu 8 5 2 1 0
15. Asparaga 10 9 1 0 0
17 Bilato 10 4 4 1 1
18. Dungaliyo 10 2 6 1 1
191 97 66 22 6
Sumber: Data Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, 2021
Dari tabel 1.2 di atas nampak bahwa dari 191 Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) yang sudah terbentuk dari sejak tahun 2015 berdasarkan klasifikasi
bobot penilaian dari masing-masing aspek yang dengan klasifikasi Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Maju dengan nilai perolehan sebesar 86 sampai dengan
100, Berkembang nilai perolehan sebesar 75 sampai dengan 85, Tumbuh nilai
perolehan sebesar 50 sampai dengan 75, dan Dasar nilai perolehan sebesar 25
13
sampai dengan 49. Pedoman penentuan klasifikasi Badan Usaha Milik Desa
Berdasarkan data pada tabel 1.2 di atas dapat dikatakan bahwa sebahagian besar
dengan jumlah 163 atau sebesar 85,34 %, dan sebesar 14,66 % atau sebanyak
mendapatkan laba. Terdapat beberapa BUMDes yang telah dibentuk dilihat dari
usaha BUMDes, hal ini nampak pada masih terdapat 163 BUMdes yang masih
pada klasifikasi dasar dan klasifikasi tumbuh. Dari segi efektivitas tujuan
yang berkaitan dengan misi dari BUMDes yang berfungsi sebagai agen
mengelola hasil-hasil produksi pertanian masyarakat, hal ini nampak dari masih
produksi pertanian misalnya pupuk, kebutuhan akan bahan pokok dan lain-lain.
diberikan dan kemudian memberikan layanan secara cepat dan tepat. Umumnya
usaha yang dijalankan BUMDes sebahagian besar bergerak pada usaha simpan
lebih diarahkan pada BUMDes yang memiliki unit-unit usaha produktif berupa
Kabupaten Gorontalo”.
usaha.
usaha.
16
6. Masih adanya sebahagian besar jenis usaha yang dikelola BUMDes tanpa
desa,
terpenuhi.
usahanya.
sebagai berikut :
di Kabupaten Gorontalo?
Gorontalo?
Kabupaten Gorontalo?
di Kabupaten Gorontalo?
Kabupaten Gorontalo.
Gorontalo.
1. Manfaat Teoritis
Desa (BUMDes).
19
2. Manfaat Praktis
di Kabupaten Gorontalo.
20
BAB II
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
Terkait dengan hal tersebut konsep kinerja dalam berbagai literatur memberikan
makna unjuk kerja atau hasil didapatkan dari proses suatu pekerjaan. Keban
dari performance yang sering diartikan sebagai “penampilan”, “unjuk rasa” atau
(2011:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
20
21
act performance of staff against objectives how staff have worked, measured
(Tangkilisan 2003:109).
selama periode tertentu seiring dengan referensi pada semua standar seperti,
biaya masa lalu atau biaya yang diproyeksikan; dasar efisiensi, pertanggung
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
kepadanya. Dari kedua pengertian tersebut dapat maknai bahwa kinerja dalam
konteks ini terkait dengan efektivitas kerja atau prestasi dari sesuatu. Efektivitas
dinilai efektivitasnya.
22
Pengertian kinerja ini dapat dipahami bahwa pada prinsipnya kinerja dipandang
sebagai suatu interaksi antara perilaku dan hasil. Dalam konteks ini perilaku
tindakan, atau merupakan suatu produk dari usaha mental dan fisik yang
perilaku dapat dinilai sebagai suatu hal yang terpisah dari hasil. Sementara itu
“Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan
dengan moral dan etika”.
Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa kinerja merupakan hasil capaian
fungsinya yang dijalankan sesuai dengan aturan dan tujuan organisasi dan tidak
Ketiga faktor dan fungsi kinerja ini juga merupakan kategori dimensi dalam
Kemampuan
Kinerja
Motivasi Peluang
Dari pengertian yang diungkapkan di atas dapat kita pahami bahwa kinerja
bekerja tidak saja dituntut untuk memiliki keterampilan tapi juga harus
memahami dengan jelas apa yang akan dikerjakannya. Hal ini sejalan dengan
taksonomi kinerja yang serupa, atau paling sering dianggap variabel kinerja,
tetapi bukan kinerja. Selain itu kinerja terkadang diidentifikasi dalam misi,
tujuan dan strategi. Kinerja adalah hasil dari nilai–nilai produktif dari suatu
sistem dalam bentuk barang atau jasa. Pemenuhan barang dan/atau persyaratan
layanan dipandang berada dalam unit kinerja. Barang–barang dan/atau unit jasa
kinerja biasanya diukur dalam wujud jumlah, waktu dan mutu hasil produksi.
kualitas atas kontribusi dari pekerjaan baik yang dilakukan oleh individu,
Dalam konteks organisasi usaha dalam hal ini organisasi yang berbentuk
keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan dapat diukur melalui return on
karyawan, kualitas produk dan jasa serta reputasi perusahaan. Pendapat yang
dan Return On Asset (ROA) serta kinerja pasar (market performance) yang
konsumen.
dapat kita jumpai dalam berbagai tingkatan pekerjaan baik pada tingkat kerja
individu, kerja kelompok, maupun pekerjaan organisasi dan dapat dinilai dari
berbagai perspektif atau sudut pandang. Pada dasarnya kinerja individu secara
suatu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan organisasi
Hal senada disampaikan oleh Keban (2008:213) bahwa “Apa yang dilakukan
oleh individu tidak terlepas dari desain proses dan struktur serta perilaku
hman expertise and effort”. Dalam konteks ini kinerja organisasi dimediasi
pengertian kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan harus
yang diukur dengan suatu perbandingan dari berbagai ukuran atau standar
dan perilaku wirausaha maka cara lain untuk mengartikan kinerja organisasi
BUMDes berfokus kepada hasil usaha yang diperoleh dan partisipasinya dalam
penilaian untuk mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapainya atau sering
disebut dengan kinerja. Penilaian kinerja ini sangat penting dilakukan karena
hal ini dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam
individu dalam organisasi. Di sisi lain, Penilaian Kinerja yang yang dilakukan
dengan baik dan profesional akan dapat meningkatkan loyalitas dan motivasi
karyawan sehingga tujuan organisasi juga dapat tercapai sesuai dengan yang
Penilaian kinerja sebagai suatu cara dalam menilai apakah pekerjaan yang
mencapai misinya”.
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya
menyatakan bahwa:
Penilaian kinerja ialah suatu gambaran yang sistematis tentang kebaikan dan
masalah teknis seperti pemilihan format dan masalah manusianya itu sendiri
seperti resistansi penilai, dan adanya hambatan hubungan atar individu, yang
dalam rangka promosi jabatan level yang lebih tinggi. Penilairan kinerja
area atau peluang yang berkinerja buruk sehingga rencana yang lebih baik dapat
bawahi bahwa penilaian kinerja pada intinya dimaksudkan sebagai suatu upaya
yang tidak lain untuk mengetahui gambaran secara umum tingkat keberhasilan
secara jelas sampai dimana kinerja individu maupun kelompok dalam mencapai
tujuan organisasi.
disemua level organisasi baik secara strategik maupun secara operasional atau
Dengang demikian peran utama indikator kinerja adalah sebagai alat untuk
yang digunakan harus sama dengan organisasi terbaik, sebab indikator kinerja
yang baik memiliki sifat memotivasi dan mengarahkan untuk mencapai hasil
yang terbaik dan menjadi acuan dalam penilaian kinerja dengan memperhatikan
kinerja yaitu :
1. Prestasi Kerja
Berupa hasil kerja seseorang sulit ditentukan, perusahaan dapat
mengevaluasi dari prilaku (hasil kerja) karyawan tersebut yang
berhubungan dengan tugas.
2. Pencapaian Target
Pencapaian target menjadi faktor yang tepat untuk di evaluasi, dari
hasil pencapaian target dapat dilihat keampuan karyawan dalam
menyelesaikan beban pekerjaannya.
3. Ketrampilan
Berupa sekumpulan kemampuan yang bersifat teknis, antar pribadi
atau berorientasi bisnis.
4. Kepuasan
Berupa kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat – syarat
kesesuaian dan kesiapan karyawan.
5. Inisiatif
Berupa semangat untuk melaksanakan tugas – tugas baru dan dalam
memperbesar tanggungjawabnya.
6. Tingkat Kehadiran
Tingkat kehadiran menjadi salah satu tolok ukur untuk mengetahui
tingkat kedisiplinan karyawan, semakin tinggi kehadirannya atau
rendahnya kemangkiran maka karyawan tersebut telah memiliki
disiplin kerja yang tinggi yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan tersebut.
7. Ketaatan
Ketaatan yaitu kesadaran dan kesediaan dalam hal penyelesaian
kerja.
8. On Time
On time yaitu jumlah hasil kerja yang didapat dalam suatu periode
waktu yang ditentukan.
a. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai
33
dapat dimaknai bahwa penilaian kinerja organisasi publik tidak hanya bisa
dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau
34
dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam
kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang
a. Ekonomi
Aspek ekonomi dalam kinerja diartikan sebagai strategi untuk
menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dalam proses
penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Efisiensi
Efisiensi kinerja pelayanan publik juga dilihat untuk menunjuk suatu
kondisi tercapainya perbandingan terbaik/proporsional antara input
pelayanan dan output pelayanan.
c. Efektivitas
Aspek efektivitas kinerja pelayanan ialah untuk melihat tercapainya
pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan.
d. Keadilan
Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan publik juga dilihat
sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu pelayanan telah
memperhatikan aspek- aspek keadilan dan membuat publik memiliki
akses yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan.
Dari beberapa pendapat dan teori yang dikemukakan oleh para ahli di
internal organisasi, dan yang kedua penilaian kinerja dari pendekatan perspektif
digunakan tidak saja dilihat dari dua bagian yang berbeda melainkan tetap
lingkungan secara menyeluruh juga telah memberi andil yang besar pada
kinerja organisasi agar dapat meningkatkan daya saing demi memenuhi tuntutan
sebagaimana berikut:
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa organisasi terdiri dari empat
Environment
1. Administrative
2. Political
3. Social/Cultural
4. Economic
5. Stakeholder
Organizational
Capacity
Organizational Organizational 1. Strategic Leadirship
Motivation Performance 2. Structure
1. History 3. Human Resources
2. Mission 4. Finacial Management
3. Culture 5. Infrastructure
4. Incentive/ 6. Program Management
Rewards 7. Proses Managemen
8. Inter-organizational
Linkage
organisasi untuk menjalin hubungan kerja sama baik antar unit dalam
penelitian yang dilakukan oleh; Penelitian Lam 2004 (dalam Almatrooshi et. al,
antara struktur organsasi dan inovasi. Dalam penelitian ini inovasi sebagai
membagi pengetahuan tidak hanya internal tapi juga bagi stakeholder eksternal.
sharing.
lebih efisien dalam lingkungan yang dinamis. Inovasi exploitatif lebih besar
hal informasi dan jaringan kerjasama dengan pihak luar. Disamping itu upaya-
a. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin
diproduksi oleh suatu organisasi.
b. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.
c. Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi
sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.
d. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola
kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
sarana dan prasarna atau teknologi sebagi faktor yang dominan mempengaruhi
dapat dilihat dari kinerja usaha yang dihasilkan. Penilaian kinerja usaha ini
tercermin pada hasil yang capaian (kinerja) disetiap akhir periode pembukuan
42
pencapaian kinerja usaha sangat ditentukan oleh kinerja manajer dan kinerja
karayawan, hal ini berarti bahwa besar kecilnya capaian kinerja usaha suatu
menjalankan fungsinya secara baik dan benar. Jika manajer dan karyawan
bahwa dalam suatu organisasi perusahaan terdapat tiga jenis kinerja yang dapat
Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa untuk mencapai kinerja yang baik setiap
badan usaha harus dapat memanfaatkan secara efektif sumber daya perusahaan
baik modal, bahan baku serta teknologi yang digunakan dalam operasional
perusahaan harus menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan dan sesuai bidang
hal ini perbankan sebagai penyandang dana untuk berinvestasi atau atau
kendala yang timbul pada era teknologi industri saat ini maka perlu
terutama pada organisasi profit milik pemerintah bahwa kriteria yang dapat
a. Efisiensi
merupakan kriteria yang sangat relevan. Berkaitan dengan hal tersebut Lusthaus
purpose, and the second is how much it costs to produce those goods and
services”. Pernyataan ini berkaitan dengan dua aspek efisiensi organisasi yaitu;
untuk proses produksi dan jasa. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
efisien apabila suatu produk kalau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
bahwa: “Ukuran efisien didasarkan pada dua ukuran, yaitu input dan output.
Ukuran efisien dapat dinyatakan dalam bentuk biaya per unit output. Ukuran
161) efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan sebuah
kegiatan atau aktifitas dengan sumber daya yang digunakan. Suatu organisasi,
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa semakin sedikit sumber daya
(input) atau biaya produksi yang digunakan untuk mencapai hasil (output) yang
yang difokuskan pada kinerja BUMDes, maka efisien yang dimaksudkan adalah
apakah tujuan didirikannya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tercapai? Hal
pemanfaatan potensi alam, dan dana yang bersumber dari dana desa; 2) output,
desa (PADes). Dari dua indikator ini maka keberadaan Badan Usaha Milik
pembangunan di desa.
b. Efektivitas
dapat tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai,
(2007:139) bahwa: efektivitas adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang
merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.
yang dikemukakan Steers sangat tepat untuk dijadikan kerangka acuan dalam
48
c. Keadilan
sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah
reaksi masyarakat pada situasi konflik (Tax et al., 1998). Hal itu karena adanya
kaadaan emosi seseorang (Scoefer and Ennew, 2005). Menurut Whiteman and
semua aspek kehidupan tanpa kompromi yang tidak beralasan. Keadilan juga
terhadap orang lain (Huang and Lin, 2005). Perlakuan yang adil dapat
diberikan atau dapat juga menjadi suatu keluhan masyarakat karena tidak
adanya keadilan dalam pelayanan. Keluhan bisa dianggap sebagai sesuatu yang
positif. Hal itu karena keluhan bisa sebagai bagian dari proses yang
(Cengiz et al., 2007). Untuk menilai sejauhmana keadilan telah diberikan dalam
pelayanan kepada masyarakat dapat dilihat dari indikator distribusi layanan dan
d. Daya Tanggap
swasta, organisasi bisnis milik pemerintah harus merupakan bagian dari daya
berpendapat bahwa: “Daya tanggap adalah suatu kemauan untuk membantu dan
indikator suatu pengukuran kinerja. Bertitik tolak dari uraian mengenai kinerja
dijadikan dasar pijakan dalam penelitian ini adalah teori kinerja dari
Kumorotomo (1996) yang terdiri dari empat dimensi yang relevan digunakan
untuk menilai kinerja organisasi yang terdiri dari “efisiensi, efektivitas, keadilan
organisasi profit yang berorientasi pada peningkatan kinerja usaha Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) sebagaimana fokus kajian kinerja dalam penelitian ini.
(PADes).
Sebab dengan pengukuran kinerja ini dapat dilihat peningkatan daya saing
suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan Hisrich dan
time and effort, assuming the accompanying finacial, psychic, and sosial risk,
52
and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and
berbeda dari yang lain dengan memanfaatkan waktu (peluang) disertai modal
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil”.
Senada dengan Sanusi Jones dan George (dalam Takdir dkk 2015:13)
pakar di atas dapat kita maknai bahwa kewirausahaan merupakan nilai yang
cara berpikir yang menghasilkan kreasi, dengan menelaah dan bertindak yang
didasarkan pada peluang bisnis dan pembaruan nilai perusahaan. Disamping itu
faktor secara keseluruhan yang saling berpengaruh satu sama lain, dan adanya
dan/atau penemuan peluang usaha diikuti oleh kemauan dan tindakan meraih
process through which individuals and teams create value by bringing together
and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants
and needs through innovation and eniquenees, on matter what resources are
54
menciptakan nilai dan peluang dengan segala sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan dengan inovasi baru, produk, jasa, proses, pasar dan
creative act that builds something of value from practically nothing. It is the
It required a vision and the passion and commitment to lead others in the
yang kreatif untuk membangun sesuatu yang bernilai, dengan mengejar peluang
terlepas dari kelebihan atau kekurangan sumber daya yang dimiliki. Untuk itu
diperlukan visi yang jelas sebagai arah tujuan usaha, juga dibutuhkan gairah
dan komitmen untuk memimpin orang lain dalam mengejar visi. Hal ini juga
(usaha). Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, artinya
untuk menciptakan sesuatu diperlukan suatu kreativitas dan jiwa innovator yang
tinggi. Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa innovator tertentu berpikir
55
untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari
sebelumnya.
menyebabkan seseorang bisa tahan uji, bisa fleksibel, bisa dipercaya, bisa
dengan jiwa kewirausahaan yang tinggi seseorang akan meraih kesuksesan yang
yang baru dan berbeda (ability to create the new and different).
56
memperbaiki kehidupan.
baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang
baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada,
konsumen.
didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and
different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang
untuk memanfaatkan peluang tersebut dan berani menanggung resiko. Hal ini
berani menanggung resiko untk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.
1934 (dalam, Chen dan Liang 2020:1259) bahwa: “Treated the innovation and
terbaru dalam mengolah bahan baku. Pada bagian lain Bygrave (dalam Suryana
Wirausaha diartikan adalah seorang individu yang mengambil risiko dan mulai
59
berikut :
yang menciptakan bisnis baru yang berani menghadapi risiko dan ketidak
mereka. Para wirausahawan biasanya mulai dengan tidak lebih dari sebuah ide,
sering yang sederhana, dan kemudian merancang sumber daya yang diperlukan
Menyimak dari kedua pandangan di atas bahwa seorang wirausaha adalah orang
yang bebas, merdeka dan mandiri tanpa harus mengharap belas kasih dari orang
dan memiliki nilai tambah dan nilai jual sehingga memperoleh hasil atas
sudut pandang masing-masing para ahli. Perbedaan sudut pandang para ahli
pesaing baru atau juga bisa seorang partner, pemasok, konsumen atau
sering kali memerlukan pengetahuan yang bermanfaat dan itu harus diciptakan.
Akan tetapi satu hal yang dikhawatirkan yaitu menghindari pengalaman negatif
seperti yang dikemukakan Zimmerman dan Zeitz (2002) bahwa dewasa ini
harus dipenuhi, keinginan mengambil risiko yang moderat, percaya diri yang
risiko, komunikasi.
Semua hal yang ada di desa memiliki potensi menjadi usaha yang
potensi desa yang begitu banyak. Modal yang dimiliki oleh BUMDes belumlah
pada memilih dan menentukan jenis usaha yang tepat bagi BUMDes. Pemilihan
kepekaan para pengelola. Pemahaman pada jenis usaha yang akan dijalani oleh
wirausaha yaitu:
membangun bisnis BUMDes agar tidak gagal atau memperkecil resiko gagal
semua potensi yang ada, maka usaha/bisnis akan berjalan dan berkembang
terus. Strategi pengelolaan BUMDes tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi
perkembangan atau dinamika kebutuhan dan potensi desa serta inovasi yang
sesuai dengan etika yang berlaku. Sikap dan perilaku wirausaha harus diberikan
wirausaha didasarkan pada visi dan berfokus pada inovasi. Visi merupakan
haruslah memiliki visi akan masa depan yang lebih baik dari saat ini selalu
gagal dalam berusaha. Jika terjadi resiko gagal seorang wirausahawan pantang
67
menyerah, tidak mudah putus asa dan bangkit kembali dari keterpurukan serta
wirausahawan yaitu :
Dari berbagai pandangan di atas jelaslah bagi kita bahwa perilaku wirausaha
mengungkapkan bahwa :
perusahaan baru. Berbeda dengan psikologis, pendekatan dalam hal ini berfokus
pada bagaimana kepribadian wirusaha itu. Perbedaan ini karena sementara sifat-
karena itu tidak mungkin atau sulit untuk berubah. Dilain pihak, perilaku
diyakini harus didasarkan pada keahlian atau kemampuan yang dapat dipelajari.
Itu sebabnya tujuan dari pendekatan ini adalah untuk membangun sebuah teori
perilaku wirausaha.
informasi.
3. The ability to deal with risk (kemampuan untuk menangani resiko), yaitu
mengasumsikan resiko.
71
pertukaran barang dan jasa; dan / atau); 3) normative content, i.e. the
yang rutin. Hierarki ini tidak selalu birokratis, namun. sering mendasarkan
adalah pusat dari perilaku wirausaha yang akan dilakukan. Sebab segala
indikator yang tidak terlalu jauh perbedaannya. Bertitik tolak dari berbagai
konsep di atas maka konsep teori perilaku wirausaha yang dijadikan dasar
pijakan dalam penelitian ini adalah konsep teori yang dikemukakan Veciana
memuat enam dimensi yang relevan digunakan untuk dianalisis yaitu; The
lebih operasional dan relevan dalam mengukur suatu perilaku wirausaha para
pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pandangan ini dilatar belakangi
yang harus dimiliki oleh pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Oleh
individu baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sikap perilaku wirausaha
74
pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari faktor diri individu
pelaku usaha sendiri maupun dari luar seperti lingkungan. Para ahli
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang disebut
Lambing dan Kuehl (2000: 17) menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai
2) Internal locus of control. Menurut Lambing dan Kuehl (2000: 17), individu
4) Nilai-nilai pribadi, Durkin (1995: 152) menyatakan bahwa nilai pribadi akan
menjadi dasar bagi individu pada saat mengambil keputusan dalam membuat
berbeda dengan nilai yang dimiliki orang lain. Oleh karena itu, nilai pribadi
b. Faktor Eksternal
lingkungannya yaitu:
usaha, role model berperan sebagai mentor bagi individu. Individu juga akan
meniru perilaku yang dimunculkan oleh role model. Pentingnya role model
faktor lingkungan merupakan faktor yang berada di luar organisasi dan dapat
kerja yang terjadi dalam organisasi termasuk terjadinya interaksi antara individu
yang satu dengan yang lainnya. Sementara Elza. et. al (2013:1320) dalam
perilaku wirausaha. Hal ini sebagaimana dikemukakan Bird 1996 dan Meredith
adalah faktor internal maupun eksternal. Pada faktor internal; individu berupa
2.1.3 Kompetensi
kompetensi telah banyak dibahas oleh para pakar dalam berbagai literatur
mengemukakan bahwa :
dan non teknis, kepribadian dan tingkah laku, soft skills dan hard skills,
para ahli di atas dapat dipahami bahwa kompetensi sebagai suatu kemampuan
suatu pekerjaan.
individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat dengan
kriteria yang yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior.
dapat kita pahami bahwa kompetensi merupakan karateristik dasar yang ada
pada setiap individu dalam menunjang kinerja untuk keunggulan organisasi atau
pendapatnya bahwa:
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Masih dalam
oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
kemampuan yang dimiliki individu yang tercermin pada sikap, perilaku dan
potensi sumber daya alam dan mampu untuk memanfaatkan peluang usaha.
capaian kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tidak hanya pada
out put tetapi juga mencakup out come yang berdampak pada peningkatan
harus dimiliki pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar nantinya
dan peningkatan kinerja usaha sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
menggali potensi sumber daya lain yang dimiliki untuk membuka unit-unit
masyarakat. Kesemuanya itu pada akhirnya akan memberi nilai tambah bagi
keuntungan.
pada setiap literatur yang ada tergantung dari sisi mana kompetensi tersebut
kompetensi dilihat dari sisi tipenya atau pengelompokan pada sisi yang lain
competencies atau yang lebih dikenal dengan soft skill) juga melihat kompetensi
dari sisi tecknical competencies atau yang lebih dikenal dengan hard skill.
85
seseorang yang menentukan efektivitas kinerja atau pencapaian hasil yang baik.
mengemukakan bahwa:
Hal senada dikemukakan oleh Woodall & Winstanley (dalam Sienkiewicz et.
traits, values, beliefs and attitudes, which lead to successful job performance in
Pada bagian lain Spencer dan Spencer 1993 (dalam Sanghi 2007:10)
menyatakan bahwa:
Dari kelima tipe karakteristik di atas Spencer dan Spencer 1993 (dalam Sanghi
Dapat kita pahami pandangan Spencer dan Spencer ini bahwa karakteristik
diri, sifat dan motif lebih tersembunyi atau lebih dalam dan merupakan pusat
(pengetahuan dan keterampilan), dan ada pula yang tidak tampak di permukaan
(motiv, watak, dan konsep diri), sebagaimana diilustrasikan pada gambar 2.3
berikut ini:
cenderung lebih nyata muncul (visible) dan relatif berada pada permukaan.
pekerjaan atau tugas agar dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan konsep diri
(self – concept), watak (trait) dan (motive) cenderung di bawah, tidak kelihatan
lima dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua individu terutama
organisasi. Sebaliknya apabila hal ini tidak dilakukan maka Badan Usaha Milik
teori kompetensi yang dijadikan sebagai dasar pijakan adalah teori kompetensi
dari Spencer and Spencer dengan lima tipe karakteristik kompetensi (five types
pertama, peneliti memandang teori kompetensi dari Spencer and Spencer lebih
pekerjaan. Kedua, penelitian ini pada hakekatnya berada pada lingkup perilaku
melaksanakan pekerjaannya.
budaya namun pada dasarnya memiliki makna yang sama, Luthans (2006:47)
sosial. Penting untuk disadari bahwa budaya dipelajari dan membantu manusia
90
dalam usaha mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam
inti, norma, perilaku dan artefak yang dimiliki bersama oleh individu dalam
behavior, knowledge, sanction, values, goals that make up the way of life of
people”. Konsep ini memandang budaya sebagai sebuah kerangka pikir yang
the products of human action which may be inherited, that is, passed on from
memandang budaya sebagai suatu pola yang terkait dengan perilaku dan hasil
tindakan manusia yang berlaku turun temurun dari satu generasi ke generasi
kerangka pikir dan perilaku, pengetahuan dari hasil tindakan manusia yang
hidup sekelomok orang. Budaya juga sebagai suatu pola yang terkait dengan
perilaku yang berlangsung turun temurun dan bukan merupakan warisan dari
2013:2) bahwa: “budaya adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki
bersama oleh para anggota masyarakat. Jika dilaksanakan oleh para anggotanya
akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua
masyarakat”. Pada bagian lainnya Erez and Earley 1993 (dalam Mueller dan
resulting in behavior patterns which are consistent with the cultural context
makna dan nilai-nilai untuk variabel motivasi dan mengarahkan pada pilihan,
komitmen, dan standar perilaku. Hal ini dimaksudkan bahwa budaya yang
terbentuk pada setiap individu dapat dijadikan sebagai standar nilai-nilai dan
92
Dengan demikian budaya dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai yang ciri
individu. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai budaya akan mempengaruhi sikap dan
kelompok.
such publicly and collectivively accepted meanings operating for given roup at
a given time”. Pengertian ini bermakna bahwa budaya organisasi adalah sistem
makna yang diterima secara bersama-sama berlaku pada waktu tertentu dan
Dari pandangan ini dapat dipahami bahwa budaya organisasi sebagai penggerak
dengan aturan dan tujuan yang ada dalam organisasi. Sebab dengan pemahaman
Deal dan Kenedy 1982, Miner 1990, serta Robbins 1990 (dalam
Dari pandangan konsep di atas nampak bahwa dengan budaya organisasi yang
kuat dan positif dapat menimbulkan nilai-nilai kunci yang menjiwai para
organisasi juga menimbulkan rasa kebersamaan yang berorientasi pada misi dan
dikemukakan Deal dan Kenedy (dalam Sutrisno 2013:4) bahwa: “Budaya yang
berkinerja tinggi memiliki budaya yang tidak saja kuat tetapi juga adaptif atau
memiliki fokus inernal yang kuat dan fokus eksternal yang kuat. Fokus internal
sebagai unit sosial, terdiri dari sekelompok orang berinteraksi untuk mencapai
konsistensi) dan fokus eksternal (adaptasi dan misi) yang dikemukakan Denison
1. Keterlibatan (involvement)
95
komitmen yang tinggi dari karyawan kepada organisasi. Hal ini sebagaimana
dan pendapat serta tindakan yang mereka lakukan akan terhubung langsung
dalam proses pencapaian tujuan yang telah disepakati sebelumnya akan lebih
2. Konsistensi (consistency)
adanya konsistensi dalam suatu organisasi staf merasa terikat; ada nilai-nilai
kunci; kejelasan tentang tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat
nilai, dan simbol-simbol yang dimengerti dan dianut bersama oleh para
3. Adaptabilitas (adaptability).
4. Misi (mission)
kedepan. Dengan misi organisasi yang jelas setiap anggota organisasi akan
menerapkan misi akan mengakibatkan staf tidak mengerti hasil yang akan
dicapai dan tujuan jangka panjang yang ditetapkan menjadi tidak jelas”.
Tujuan organisasi yang tercantum dalam misi organisasi dengan jelas akan
organisasi yang menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa
dipahami bahwa misi merupakan salah satu dimensi yang penting sebagi
penggerak inti dalam organisasi. Hal ini karena adanya kejelasan cara yang
maka konsep teori yang dijadikan sebagai pijakan dalam penelitian ini adalah
(mission)
98
pijakan perspektif peneliti lebih operasional dan relevan untuk menjaring data
BUMDes sebagaimana fokus kajian pada penelitian ini. Pandangan ini dilatar
belakangi oleh konsep yang dikemukakan oleh Deal dan Kenedy 1982, Miner
1990, serta Robbins 1990 (dalam Sutrisno 2013:3) bahwa: Budaya yang kuat
1985 (dalam Mueller dan Thomas 2000:59) bahwa: “in entrepreneurial activity
perilaku kewirausahaan.
akan dilakukan. Gambaran secara ringkas hasil penelitian yang relevan terurai
Tabel 2.1
Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
99
100
Kewirausahaan terdapat pada survey dalam bentuk angka. terhadap permasalahan yang pada metode dan pendekatan yang
Pemilik Usaha UM pengolahan Pengumpulan data dilakukan terjadi dalam perusahaan digunakan yaitu Metode
Menengah makanan dan melalui survey dengan dapat meningkatkan kinerja Kuantitatif.
Pengolahan minuman dan instrumen pengumpulan data dan produktivitas
Makanan Dan tingkat orientasi berupa kuesioner. perusahaan. Sedangkan
Perbedaan:
Minuman kewirausahaan kemampuan kewirausahaan Penelitian yang dilakukan oleh
Di Pekanbaru pemilik yang pemilik yang dapat
Okta Karneli dengan yang
sekaligus juga meningkatkan kinerja dan dilakukan oleh peneliti terletak
Peneliti: menjadi produktivitas UM adalah pada Variabel independen sebanyak
Okta Karneli pengelola pemilik memiliki
enam variabel pengaruh yang salah
2015 kemampuan dalam
satu variabelnya adalah Orientasi
mengalahkan pesaing untuk Kewirausahaan Pemilik Usaha
memasuki pasar baru. Menengah Pengolahan Makanan
Dan Minuman (Y) sebagai
variabel terpengaruh.
Sedangkan dalam penelitian ini
peneliti menggunakan konsep teori
antara lain:
Kumorotomo (1992) Untuk Varibel
Kinerja BUMDes (Y), Spencer &
Spencer (1993) Variabel
Kompetensi Pengelola (X1),
Denison (1990) Variabel Budaya
Organisasi (X2) dan Veciana untuk
Variabel Perilaku Wirausaha (X3)
6. Pengaruh Budaya Bagaimana Pendekatan kuantitatif Hasil pada penelitian ini Persamaan:
Etnis dan Perilaku pengaruh digunakan pada penelitian ini, menyimpulkan bahwa: Penelitian yang dilakukan Yohanes
Kewirausahaan budaya etnis dan dengan metode analisis yang pertama, bahwa budaya suku Rante dengan yang dilakukan oleh
Terhadap Kinerja perilaku digunakan adalah metode berpengaruh positif dan peneliti terletak pada metode dan
Usaha Mikro kewirausahaan Structural Equation Modeling signifikan terhadap kinerja pendekatan yang digunakan yaitu
105
Kecil Agribisnis terhadap kinerja (SEM), dimana metode ini UMK; kedua, perilaku Metode Kuantitatif dengan metode
di Provinsi Papua UMK agribisnis. melihat hubungan antar wirausaha berpengaruh analisis yang digunakan adalah
variabel, indikator-indikator positif dan signifikan metode Structural Equation
Peneliti: yang membentuk model. terhadap kinerja agribisnis Modeling (SEM)
Yohanes Rante UMK; ketiga, secara umum
2010 semua variabel dan indikator Perbedaan:
memiliki pengaruh terhadap Penelitian yang dilakukan Rante
kinerja UKM agribisnis focus pada budaya etnis (X1),
menunjukkan hasil yang perilaku kewirausahaan (X2) dan
signifikan dan valid, kinerja kinerja UMK Agribisnis (Y).
UMK agribisnis Y Sedangkan dalam penelitian ini
(peningkatan volume peneliti menggunakan konsep teori
penjualan usaha). antara lain:
Kaplan & Norton (1992) Untuk
Varibel Kinerja BUMDes (Y),
Grindle (1980) Variabel, Spencer &
Spencer (1993) Variabel
Kompetensi Pengelola (X1), dan
Veciana untuk Variabel Perilaku
Wirausaha (X3)
7. Perilaku Bagaimana Metode penelitian adalah Hasil penelitian Persamaan:
Wirausaha Dan faktor-faktor survei dengan pendekatan menunjukkan bahwa perilaku Penelitian yang dilakukan oleh
Keberdayaan yang menen- kuantitatif. Populasi adalah wirausaha berpengaruh Dirlanudin dengan yang dilakukan
Pengusaha Kecil tukan perilaku para pengusaha kecil industri langsung dan bernilai positif oleh peneliti terletak pada metode
Industri Agro wirausaha dan agro sebanyak 3060 orang, terhadap keberhasilan usaha dan pendekatan yang digunakan
(Study Kasus Di pengaruhnya dengan sampel sebanyak 250 kecil industri agro. Indikator yaitu Metode Kuantitatif dengan
Kabupaten Serang terhadap orang pengusaha kecil industri keberhasilan pengusaha kecil menggunakan analisis Struktural
Provinsi Banten) keberdayaan agro. Teknik sampling adalah yang digunakan adalah Equating Modeling (SEM)
serta keber- proportionate cluster random peningkatan jumlah
Peneliti: hasilan sampling. Teknik pelanggan, kecenderungan Perbedaan:
106
Dirlanudin 2010 pengusaha kecil pengumpulan data: angket, loyalitas pelanggan, Penelitian yang dilakukan oleh
industri agro observasi dan indepth perluasan pangsa pasar, Dirlanudin dengan yang dilakukan
yang selama interview. Menggunakan kemampuan bersaing, dan oleh peneliti terletak pada Variabel
ini telah analisis deskriptif, analisis peningkatan pendapatan, independen sebanyak enam variabel
digelutinya komparatif dan analisis yang pada akhirnya dapat pengaruh yang salah satu
Structural Equation Modelling meningkatkan kesejahteraan variabelnya adalah Perilaku
(SEM) keluarga pengusaha kecil Wirausaha (X5) dan variabel
industri agro. dependen yaitu Kinerja
Keberhasilan Pengusaha Kecil
(Y) sebagai variabel terpengaruh.
Sedangkan dalam penelitian ini
peneliti menggunakan konsep teori
antara lain:
Kaplan & Norton (1992) Untuk
Varibel Kinerja BUMDes (Y),
Grindle (1980) Variabel, Spencer &
Spencer (1993) Variabel
Kompetensi Pengelola (X1), dan
Veciana untuk Variabel Perilaku
Wirausaha (X3)
8. Analisis Kinerja Berdasarkan Penelitian ini merupakan Hasil penelitian terhadap Persamaan:
Bumdes “Mitra latar belakang penelitian dengan dua kinerja BUMDes “Mitra Penelitian yang dilakukan oleh
Usaha Makmur” permasalahan pendekatan yaitu kualitatif Usaha Makmur” Desa Jaryono, Tohir (2019) dengan
Dalam dalam penelitian dengan jenis penelitian Susukan penelitian yang akan dilakukan
Pengaruhnya ini yaitu, deskriptif kualitatif. ditinjau dari pengaruhnya peneliti terletak pada objek masalah
Terhadap didapatinya Pendekatan kualitatif terhadap penerimaan yang akan diteliti yaitu Kinerja
Pendapatan Asli prestasi yang digunakan untuk mencari Pendapatan Asli Desa BUMDes.
Desa (PADes) baik dari jawaban dari pertanyaan yang (PADes) Desa Susukan Perbedaan:
Desa Susukan keberadaan bersifat mendalam yang tidak sudah mampu memberikan Penelitian yang dilakukan oleh
Kecamatan BUMDes “Mitra bisa diwujudkan dengan kontribusinya dalam Jaryono, Tohir (2019)
107
Sumbang Usaha Makmur“ angka-angka. Data primer pemberian sumbangan menggunakan pendekatan
Kabupaten Desa Susukan berupa data kinerja yang terhadap penerimaan kualittatif.
Banyumas Kecamatan diperoleh melalui wawancara Pendapatan Asli Desa Sedangkan yang dilakukan peneliti
Sumbang langsung dengan pengelola (PADes) Desa Susukan sejak menggunakan pendekatan
Peneliti: Kabupaten BUMDes yang ada di Desa tahun 2018 yaitu sebesar 18 kuantitatif.
Jaryono, Tohir Banyumas pada Susukan. Sedangkan data juta dengan
(2019) tahun 2019 oleh sekunder merupakan data yang total omset BUMDes “Mitra
Dinas Sosial dan diperoleh dari studi Usaha Makmur” tahun 2017
Pemberdayaan dokumentasi. sebesar 93 juta. Pada tahun
Masyarakat dan 2019 ini
Desa, sebagai BUMDes “Mitra Usaha
BUMDes Makmur” di targetkan
dengan strata memberikan sumbangan
berkembang penerimaan
dengan Pendapatan Asli Desa
pendapatan (PADes) Desa Susukan
antara 15-30 sebesar 66 juta
juta per bulan.
Perkembangan
wahana yang
ada di BUMDes
semakin banyak
dan edukatif
dinilai tidak
terlepas dari
pengelolaan
BUMDes yang
baik pula.
9. Factors Affecting Based on the This type of research is The results of the study are Persamaan:
Financial problems - the qualitative research with the contained in the District Penelitian yang dilakukan oleh
108
Performance Of problems above, phenomenological approach. BUMDes rocks have Syahril, Ghufron dan Herli (2019)
Village Owned it can be obstacles, such as capital, the dengan penelitian yang akan
Enterprises: A concluded that lack of information about dilakukan peneliti terletak pada
Case Study In the local government, as well as objek masalah yang akan diteliti
The District Of implementation the lack of honor given to yaitu Kinerja BUMDes.
Rock Sumenep of this BUMDes employees BUMDes. Also,
still finds many there are also constraints Penelitian yang dilakukan oleh
Peneliti: obstacles such factors affecting financial Syahril, Ghufron dan Herli (2019)
Syahril, Akhmad as lack of performance BUMDes menggunakan pendekatan
Faiz Alif Ghufron capital, lack of namely capital, kualittatif.
dan Mohammad human responsibility, public Sedangkan yang dilakukan peneliti
Herli (2019) resources, as education, beliefs, as well as menggunakan pendekatan
well as the lack the type of business. kuantitatif.
of government
attention to
BUMDes.
109
individu dan menjadi bagian dari individu itu sendiri yang nampak pada sikap
capabilities that a person achieves,which become part of his or her being to the
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
yang dimiliki seorang individu akan memberi dampak terhadap perilaku bahkan
pimpinan.
dan apresiasi yang harus dimiliki oleh setiap individu utamanya para pegawai
diberikan. Sebab dengan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu dapat
hubungan sebab akibat yang sangat erat hal ini sebagaiamana dikemukakan
karyawan dengan kinerja adalah sangat erat dan penting sekali, relevansinya
ada dan kuat akurat, bahkan mereka (karyawan) apabila ingin meningkatkan
kinerja ke tingkat yang lebih tinggi. Sementara itu Spencer dan Spencer (dalam
dibutuhkan pada jabatan yang diembannya akan selalu terdorong untuk bekerja
secara efektif, efesien dan produktif. Sehubungan dengan hal tersebut Boutler
kinerja unggul dalam pekerjaan, peran, atau situasi tertentu”. Pada bagian lain
yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap
terjadinya kinerja yang efektif didasari atas keberadaan kompetensi dari setiap
indivu dalam bekerja. Dengan kata lain pencapaian suatu kinerja yang
maksimal hanya akan terjadi apabila dikerjakan oleh individu yang memiliki
atas dapat dipahami bahwa budaya organisasi merupakan sebuah kerangka kerja
dalam menata dan mengarahkan perilaku individu dalam bekerja. Hal ini
dari budaya organisasi adala sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali
sebagai suatu pola yang terkait dengan perilaku dan hasil tindakan manusia
yang berlaku turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya yang
Sutrisno 2013:2) bahwa: “budaya adalah seperangkat peraturan dan norma yang
dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat. Jika dilaksanakan oleh para
anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima
untuk lebih cenderung menjadi individu yang menghasilkan pola perilaku yang
pada prinsipnya lebih menekankan pada nilai-nilai budaya yang tercermin pada
sikap perilaku individu. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai budaya akan
dari pandangan yang dikemukakan Deal dan Kenedy 1982, Miner 1990, serta
Robbins 1990 (dalam Sutrisno 2013:3) bahwa: Budaya yang kuat dan positif
beberapa butir nilai primer yang seharusnya ada pada tiap perusahaan jika
dikelola dengan baik dapat menjadi budaya organisasi yang positif, dan akan
dengan kinerja. Dari analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa; 1) budaya
yang cakap dan baik, 4) Meskipun budaya organisasi itu sulit berubah, tetapi
Penelitian lainnya dilakukan oleh Asree et. all. yang melakukan analisis
dengan responsif. Selain itu daya tanggap memiliki hubungan positif dengan
dan budaya organisasi faktor penting bagi hotel untuk daya tanggap terhadap
pelanggan mereka, dan pada gilirannya daya tanggap terhadap pelanggan akan
merupakan hal yang penting, karena akan berdampak pada kinerja usaha.
dicapai. Hal ini disebabkan pelaku usaha yang berperilaku kewirausahaan akan
lebih aktif dalam memanfaatkan peluang, inovatif dan berani mengambil risiko.
Dari pandangan ini nampak bahwa sikap positif dalam berwirausaha sebagai
berfokus pada inovasi. Visi merupakan pusat motivasi, kinerja dan strategi
pencapaian kinerja usaha. Dengan kata lain pencapaian kinerja usaha yang
maksimal akan tercapai apabila para pelaku usaha memiliki kemampuan dalam
wirausaha berkaitan dengan kinerja, hal ini dapat dilihat pada enam dimensi
untuk peningkatan kinerja usaha. Dalam konteks ini keenam dimensi tersebut
konsep teori yang ada diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan
pengetahuan dalam memenej dan mengelola usaha agar supaya tujuan yang
Kabupaten Gorontalo.
Kabupaten Gorontalo.
119
BAB III
METODE PENELITIAN
berikut :
3.2.1 Pendekatan
terapan yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah analisis model
PLS 3.0. Selanjutnya hasil dari pengolahan dianalisis dan dijelaskan besarnya
120
121
yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang
sesuatu. Dalam metode penelitian ini akan dilihat apa yang menjadi penyebab
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian sebagaimana pada gambar 3.1
berikut ini:
122
eksogen kedua dengan simbol (ξ2) yaitu Budaya Organisasi dan variabel
endogen dengan symbol (ƞ1) yaitu Kinerja BUMDes dan variabel endogen
di Kabupaten Gorontalo.
Konsep teori perilaku wirausaha yang dimaksud memuat enam dimensi yang
relevan digunakan untuk dianalisis yaitu; The ability to search and gather
The ability to deal with risk (kemampuan untuk menangani resiko), The
teori kompetensi yang dijadikan sebagai dasar pijakan adalah teori kompetensi
dari Spencer and Spencer dengan lima tipe karakteristik kompetensi (five types
situasi pekerjaan. Kedua, penelitian ini pada hakekatnya berada pada lingkup
perilaku pengelola dan karyawan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
melaksanakan pekerjaannya.
dari Denison sebagai dasar pijakan perspektif peneliti lebih operasional dan
penelitian ini. Pandangan ini dilatar belakangi oleh konsep yang dikemukakan
oleh Deal dan Kenedy 1982, Miner 1990, serta Robbins 1990 (dalam Sutrisno
2013:3) bahwa: Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap
kriteria yang sangat relevan. Dalam dimensi ini indikator yang digunakan
meliputi:
i) Pemberdayaan masyarakat
ii) Pemanfaatan potensi desa
iii) Penyertaan dana desa
iv) Peningkatan pendapatan masyarakat
v) Peningkatan pendapatan asli desa (PADes)
i) Produktivitas.
ii) Kemampuan menyesuaikan diri.
iii) Kepuasan kerja.
iv) Kemampuan berlaba.
v) Pencarian dan pemanfaatan sumber dana.
sebagainya akan mampu dijawab melalui kriteria ini. Dimensi ini meliputi
indikator-indikator:
meliputi indikator-indikator:
2. Perilaku Wirausaha (ƞ2), didasarkan pada visi organisasi dan berfokus pada
c. Kemampuan untuk menangani resiko, adalah upaya dari indivu dari setiap
i) Mengorganisir resiko.
ii) Mengatur resiko.
iii) Mengasumsikan resiko.
d. Kemampuan untuk membangun relasi dan jaringan, adalah upaya dari indivu
berbagai jenis usaha dalam satu wadah dan menjadikan sebagai pusat
adalah:
adalah:
i) Terpusat
ii) Jangka pendek
iii) Rutin
iv) Kesesuaian logika
v) Berbasis peraturan
i) Pengetahuan
ii) Delegasi tugas
iii) Latar belakang pribadi.
terdiri dari:
i) Menyukai tantangan
ii) Beorientasi pada keberhasilan pekerjaan
iii) Dorongan untuk membuat organisasi maju
iv) Konsisten dalam melaksanakan umpan balik keberhasilan
c. Konsep diri berupa nilai-nilai atau citra diri pengelola berupa sikap
percaya diri untuk bekerja secara efektif, dan memiliki keyakinan untuk
sebagai suatu sistem yang berlaku pada organisasi BUMDes berupa budaya
organisasi yang kuat dan positif yang dapat menimbulkan nilai-nilai kunci
yang menjiwai para anggota serta perilaku-perilaku karyawan yang loyal dan
dan dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak yang akan berpengaruh pada
perilaku dan nantinya sebagai identitas atau penciri dari suatu organisasi
adalah:
dengan belajar dari keslahan yang pernah terjadi demi pengembangan dan
i) Menciptakan perubahan.
ii) Berorientasi kebutuhan masyarakat/pelanggan.
iii) Penyempurnaan sistem pelayanan
iv) Belajar dari kesalahan yang pernah terjadi.
v) Peningkatan kualitas pelayanan
iv)
2. Mampu mencari
informasi/data terhadap
masalah tertentu.
3. Memiliki ide dalam
pemecahan masalah
4. Mampu memilih
alternative dan solusi yang
terbaik.
Ketrampilan: Interval No. 17 sd
1. Trampil dalam bekerja. No. 20
2. Mampu
mengoperasionalisasikan
perlatan kerja.
3. Memiliki kemampuan
menganalisa pekerjaan
secara konseptual.
4. Mampu
mengorganisasikan kerja
dalam pelaksanaan
tugas.
2. Budaya “Organisasi Keterlibatan: Interval No. 21 sd
Organisasi yang berkinerja 1. Pemberdayaan. No. 25
(ξ2) tinggi memiliki 2. Pembagian tugas.
budaya yang 3. Kerja sama tim kerja.
tidak saja kuat 4. Adanya standar
tetapi juga operasional prosedur
adaptif atau 5. Mendorong anggota
memiliki fokus untuk berprestasi
inernal yang Konsistensi: Interval No. 26 sd
kuat dan fokus 1. Adanya kesepakatan No. 30
eksternal yang untuk mencapai tujuan
kuat. Fokus organisasi.
internal 2. Dukungan anggota
dicirikan oleh terhadap kesepakatan
adanya tujuan organisasi.
keterlibatan dan 3. Integrasi pekerjaan.
konsistensi 4. Kepedulian anggota
sedangkan fokus terhadap tujuan
eksternal adalah organisasi.
kemampuan 5. Koordinasi antar unit
beradaptasi organisasi dalam
terhadap pencapaian tujuan.
lingkungan dan Adaptabilitas: Interval No. 31 sd
misi yang jelas”. 1. Menciptakan perubahan. No. 35
Denison 2. Berorientasi kebutuhan
masyarakat/pelanggan
135
3. Penyempurnaan sistem
pelayanan
4. Belajar dari kesalahan
yang pernah terjadi.
5. Peningkatan kualitas
pelayanan
Misi: Interval No. 36 sd
1. Sasaran dan tujuan yang No. 40
jelas
2. Komunikasi yang
terarah antar unit
organisasi
3. Strategi yang digunakan
4. Wawasan para anggota
akan misi dan tujuan
organisasi
5. Anggota fokus pada misi
dan tujuan organisasi
3. Perilaku Perilaku Kemampuan untuk Interval No. 41 sd
Wirausaha wirausaha mencari dan No. 43
(ƞ2) didasarkan pada mengumpulkan informasi:
visi dan berfokus 1. Kecepatan mendapatkan
pada inovasi. Visi informasi
merupakan pusat 2. Kelengkapan informasi
motivasi, kinerja 3. Identifikasi peluang bisnis
perusahaan dan Kemampuan untuk Interval No. 44 sd
strategi, mengidentifikasi peluang: No. 46
manajemen 1. Melaksanakan fungsi
sumber daya dan penciptaan peluang
komitmen dan 2. Melaksanakan aktivitas
kecepatan penga-
dan tindakan penciptaan
turan organisasi.
peluang
Sumber Veciana
3. Mengembangkan ide-ide
(dalam dalam
usaha baru
Cuervo
Kemampuan untuk Interval No. 47 sd
2007:53). menangani resiko No. 49
1. Mengorganisir resiko
2. Mengatur resiko
3. Mengasumsikan resiko
Kemampuan untuk Interval No. 50 sd
membangun relasi dan No. 52
jaringan
1. Banyaknya jaringan dan
relasi
2. Kemampuan jangkauan
jaringan dan relasi
136
5. Pemerataan layanan
antara kelompok
masyarakat
Daya Tanggap Interval No. 76 sd
1. Keselarasan usaha No. 80
dengan kebutuhan
masyarakat
2. Kemampuan
menyediakan kebutuhan
masyarakat
3. Kemampuan merespon
permintaan masyarakat
4. Kemampuan menyusun
agenda prioritas layanan
5. Kemampuan
mengembangkan
program layanan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unsur yang turut ikut
Tahun 2015 pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terdiri dari;
560 orang dengan rincian masing-masing kecamatan sebagaimana pada tabel 3.2
berikut ini:
138
sampling atau sampel wilayah. Hal ini dilakukan mengingat populasi dalam
penelitian ini terdiri dari kelompok individu yang terhimpun dalam kepengurusan
sampel ini juga dengan pertimbangan bahwa karakteristik wilayah antara anggota
pengelola BUMDes yang tersebar pada empat wilayah kecamatan yang dipilih.
Secara lebih rinci kelompok anggota sampel yang dipilih oleh peneliti
Jumlah Jumlah
No. Kecamatan
BUMDes Pengelola
1 2 3 4
1. Limboto Barat 10 30
2. Telaga Jaya 5 15
3. Boliyohuto 13 39
4. Dungaliyo 10 30
Total 38 114
Sumber: Olahan Data Tahun 2021
sumber data yang diperlukan. Data primer diperoleh melalui teknik observasi,
dengan kenyataan.
4. Dokumentasi
yang sifatnya kajian teoritik maupun dokumen yang ada pada objek atau
(PLS-SEM) yang diolah dengan menggunakan Smart PLS 3.0 dengan tujuan
variabel. Adapun format jawaban dari angket menggunakan skala likert dengan
terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen terhadap populasi yang relatif kecil
Uji validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kevalidan dari suatu
alat ukur yaitu dengan menggunakan rumus “korelasi product moment”. Korelasi
pernyataan/perntanyaan mana yang valid dan yang tidak valid dan dilanjutkan
𝑛 2
𝑛+1
∑ 𝑅 (𝑋𝑖 ) 𝑅 (𝑌𝑖 ) − 𝑛 ( )
2
𝑖=1
rs =
𝑛 𝑛+1 2 𝑛+1 2
√[∑𝑖=1 𝑅 (𝑋𝑖 ) − 𝑛 ( ) ] [ ∑𝑛𝑖=1 𝑅 (𝑌𝑖 ) − 𝑛 ( ) ]
2 2
dengan :
rs = koefisien korelasi Spearman
R (Xi) = Ranking skor butir pernyataan
R (Yi) = Ranking total dari jumlah skor keseluruhan butir pernyataan
N = Besarnya sampel untuk uji validitas
dibandingkan dengan nilai korelasi yang diperoleh dari tabel korelasi nilai r,
dengan derajat kebebasan (n-2), dan taraf signifikan yang dipilih. Selanjutnya
perlu ditentukan angka terkecil yang dapat dianggap “tinggi” sebagai indikator
adanya konsistensi antara skor butir pernyataan dan skor keseluruhan. Prinsip
pernyataan yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien yang mendekati
(Singarimbun, 1995:139).
ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik, namun ide pokok
𝑘 ∑𝑘𝑖=1 𝑆 2
α = 1− 2
𝑘−1 𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan :
pertanyaan.
Keterangan :
S2 = varian
n = banyaknya responden
Xi = skor yang diperoleh responden ke – i
̅
X = rata-rata
Untuk membuktikan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini maka peneliti
Structural Equation Model (PLS-SEM) yaitu didasarkan pada asumsi utama yang
teori. Hal ini berlainan dengan SEM yang berbasis kovarian yang ditujukan untuk
menguji teori yang ada dan konfirmasi. Disamping itu, PLS SEM juga digunakan
145
variabel utama jika riset merupakan riset eksploratori atau perluasan suatu teori
Spesifikasi model dengan partial least square (PLS) terdiri dari dua
model yaitu; outher model dan inner model. Kedua spesifikasi model tersebut
dalam penelitian ini adalah reflektif yang diukur dengan menggunakan 3 (tiga)
antar variabel laten berdasarkan pada teori. Mode struktural dievaluasi dengan
melihat nilai R-Square untuk konstruk laten dependen, Stone Geisser Q-square
test untuk predictive relevance dan uji t, serta sugnifikansi dari koefisien
nilai R2 ini dibagi dalam tiga klasifikasi, yaitu; 0,67, 0,33, dan 0,19. Pengaruh
R2include R2exclude
f2 =
1 R2include
Dimana:
observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi nilai parameternya. Nilai
Q-square lebih besar dari 0 (nol) menunjukkan bahwa model mempunyai nilai
Dimana:
pendahuluan, maka rancangan uji hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini
a. Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabel (t-statistik < t-tabel), maka
b. Jika nilai t-statistik lebih besar atau sama dengan t-tabel (t-statistik > t-
hipotesis penelitian ini maka rumusan uji hipotesisnya dapat dilihat pada uraian
berikut ini:
149
Hipotesis 1:
Hipotesis 2:
Kabupaten Gorontalo.
Hipotesis 3:
Hipotesis 4:
di Kabupaten Gorontalo.
Kabupaten Gorontalo.
Hipotesis 5:
Hipotesis 6:
Gorontalo.
Gorontalo.
Hipotesis 7:
Gorontalo.
Gorontalo.
151
BAB IV
Perempuan
41 Orang
(36%)
Laki-laki Laki-laki
73 Orang
(64%) Perempuan
151
152
S2 1 Orang
S1 22 Orang (1%)
(19%)
SMA
S1
S2
SMA 91 Orang
(80%)
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
Gambar 4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Terakhir
pendidikan strata satu (S1) sebanyak 22 orang atau sebesar 19 % serta strata dua
selama mengelola Badan Usaha Milik Desa. Berdasarkan hasil pengamatan dan
pengumpulan data diperoleh data sebagaimana pada gambar 4.3 berikut ini:
153
39
40
35 33
30
24
25
20
15
10 7 8
5 3
0
0 - 1 >1 - 2 >2 - 3 >3 - 4 >4 - 5 >5 - 6
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Keadaan responden bila dilihat dari masa kerja sebagaimana yang tertera
pada gambar 4.3 di atas maka dapat diuraikan sebagai berikut; masa kerja dari 0
sampai dengan1 tahun sebanyak 3 orang, masa kerja di atas 1 tahun sampai dengan
2 tahun sebanyak 7 orang, masa kerja di atas 2 tahun sampai dengan 3 tahun
sebanyak 24 orang, masa kerja di atas 3 tahun sampai dengan 4 tahun sebanyak 39
orang, masa kerja di atas 4 tahun sampai dengan 5 tahun sebanyak 33 orang, dan
indikator apa saja yang membangun konsep model penelitian secara keseluruhan.
mengacu pada interpretasi skor yang digunakan oleh Steven, Jr, (2004)
motivasi (MT), watak (WT), konsep diri (KD), pengetahuan (PT), dan ketrampilan
(KT) dimana setiap dimensi terdiri dari 4 indikator. Dari setiap indikator terdapat
hasil analisis data dari masing-masing indikator tiap dimensi tersebut akan
berkaitan dengan variabel kompetensi sebagaimana pada tabel 4.2 rata-rata nilai
diperoleh sebesar 3.92. Hal ini berarti bahwa kompetensi pengelola pada Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Kabupaten Gorontalo yang terkait dimensi; motivasi,
responden tiap dimensi variabel bahwa dimensi motivasi memiliki nilai rata-rata
sebesar 4.14, dimensi watak dengan nilai rata-rata sebesar 4.02, dimensi konsep diri
157
dan dimensi pengetahuan memiliki nilai rata-rata yang sama sebesar 3.89, dan
Dari tabel 4.2 di atas nampak pula bahwa dimensi motivasi memiliki nilai
konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan, sedangkan nilai rata-rata terrendah ada
pada dimensi keterampilan sebesar 3.82. Mencermati nilai rata-rata ini dapat
dan keterampilan.
bahwa orientasi dan keberhasilan dalam pekerjaan merupakan hal yang mutlak
dimilki oleh setiap pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten
Gorontalo. Artinya bahwa besarnya item ini dipicu oleh kondisi responden yang
motivasi dimiliki dan dijiwai oleh pengelola dalam mewujudkan kompetensi yang
dimiliki.
dalam dasar penetuan interpretasi skor item masih termasuk pada kategori
158
sudah memiliki ketrampilan dalam bekerja namun masih ada beberapa pengelola
yang belum sepenuhnya trampil sebagai wujud dari kompetensi para pengelola
yaitu; keterlibatan (KL), konsistensi (KS), adaptabilitas (AD), dan misi (MS),
dimana setiap dimensi terdapat 5 (lima) indikator. Dari setiap indikator terdiri dari
sebagaimana pada tabel 4.3 rata-rata nilai diperoleh sebesar 3.93. Artinya bahwa
budaya organisasi pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan dimensi;
rata-rata sebesar 3.96, dimensi konsistensi memiliki nilai rata-rata sebesar 3.94,
dimensi adaptabilitas memiliki nilai rata-rata sebesar 3.92, dan dimensi misi
dipicu oleh adanya dorongan pengelola untuk berprestasi demi perkembangan dan
Kerja sama tim pengelola dan adanya standar operasional prosedur serta
perolehan nilai rata-rata pada dimensi ini. Sedangkan rendahnya nila rata-rata
dimensi misi dipicu oleh kurangnya komunikasi yang terarah diantara unit
organisasi terhadap sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Wawasan
pengelola dan fokus pada misi tujuan organisasi juga merupakan hal yang
variabel budaya organisasi yaitu sebesar 4.11. Besarnya kontribusi item ini
mutlak dimiliki dan menjadi budaya oleh setiap pengelola Badan Usaha Milik Desa
namun dalam dasar penentuan interpretasi skor item masih termasuk pada kategori
sudah sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing-masing pengelola namun
tugasnya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembagian tugas pada Badan Usaha Milik
kemampuan untuk belajar dari pengalaman (BP). Dari 6 (enam) dimensi pada
variabel perilaku wirausaha 5 (lima) dimensi terdiri dari 3 (tiga) indikator dan 1
terdapat 20 item. Deskripsi hasil dari masing-masing indikator tiap dimensi tersebut
perilaku wirausaha pengelola adalah sebagaimana disajikan pada tabel 4.4 berikut
ini:
14. Jangka pendek (MK2) 0 0,00 12 10.5 33 28.9 40 35.1 29 25.4 3.75
16. Kesesuaian logika (MK4) 0 0,00 4 3.5 35 30.7 54 47.4 21 18.4 3.81
17. Berbasis peraturan (MK5) 0 0,00 1 0.9 30 26.3 57 50.0 26 22.8 3.95
Mean Dimensi Kemampuan untuk membuat keputusan di bawah ketidakpastian
3.80
dan ambiguitas (MK) ƞ2.5
Dimensi Kemampuan untuk belajar dari pengalaman (BP) ƞ2.6
18. Pengetahuan (BP1) 0 0,00 6 5.3 28 24.6 49 43.0 31 27.2 3.92
19. Delegasi tugas (BP2) 0 0,00 8 7.0 25 21.9 53 46.5 28 24.6 3.89
Latar belakang pribadi
20. 0 0,00 10 8.8 35 30.7 48 42.1 21 18.4 3.70
(BP3)
Mean Dimensi Kemampuan untuk belajar dari pengalaman ƞ2.6 3.84
Mean Variabel Perilaku Wirausah (ƞ2) 3.72
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
sebagaimana pada tabel 4.4 rata-rata nilai diperoleh sebesar 3.72. Artinya bahwa
perilaku wirausaha pengelola pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan
164
memiliki nilai rata-rata sebesar 3.82, dimensi kemampuan untuk menangani resiko
memiliki nilai rata-rata sebesar 3.72, dimensi kemampuan untuk membangun relasi
dan jaringan memiliki nilai rata-rata sebesar 3.58, dimensi kemampuan untuk
sebesar 3.80, dan dimensi kemampuan untuk belajar dari pengalaman dengan nilai
rata-rata dimensi kemampuan untuk belajar dari pengalaman dipicu oleh adanya
tugas serta latar belakang pribadi pengelola turut memberikan kontribusi besar
dalam perolehan nilai rata-rata pada dimensi ini. Sedangkan rendahnya nila rata-
rata dimensi kemampuan untuk mencari dan mengumpulkan informasi dipicu oleh
kurangnya pemanfaatan waktu dan kesempatan untuk mencari informasi yang dapat
dijadikan sebagai peluang usaha. Informasi dan identifikasi peluang bisnis secara
lengkap juga merupakan hal yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha Badan
bahwa item nomor 17 (setiap keputusan yang ditetapkan oleh pengelola selalu
didasarkan pada peraturan terutama sesuai AD/ART merupakan suatu hal yang
mutlak dimiliki dan menjadi pedoman oleh setiap pengelola Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) di Kabupaten Gorontalo. Hal ini bermakna bahwa setiap pengelola
membangun relasi dan jaringan dengan perusahaan lain) pada dimensi kemampuan
166
untuk membangun relasi dan jaringan memberikan kontribusi yang kecil terhadap
skor item masih termasuk pada kategori bagus/penting. Nilai perolehan ini
membangun jaringan dan relasi bisnis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa adanya
optimal jaringan dan relasi bisnis yang nantinya dapat dijadikan sebagai mitra
eksogen diukur dengan 4 (empat) dimensi yaitu; efisiensi (EF), efektivitas (EV),
keadilan (KN), dan daya tanggap (DT). Setiap dimensi pada variabel kinerja Badan
Usaha Milik Desa memiliki 5 (lima) indikator dan masing-masing indikator terdiri
indicator dan item pernyataan/pertanyaan untuk variabel kinerja Badan Usaha Milik
Desa terdapat 20 item. Deskripsi hasil dari masing-masing dimensi yang terdiri
responden mengenai kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Untuk lebih
Pemerataan layanan
15. antara kelompok 0 0,00 2 1.8 27 23.7 50 43.9 35 30.7 4.04
masyarakat (KN5)
Mean Dimensi Keadilan ƞ1.3 3.91
Dimensi Daya Tanggap (DT) ƞ1.4
Keselarasan usaha
16. dengan kebutuhan 0 0,00 4 3.5 37 32.5 57 50.0 16 14.0 3.75
masyarakat (DT1)
Kemampuan
menyediakan
17. 0 0,00 7 6.1 19 16.7 64 56.1 24 21.1 3.92
kebutuhan
masyarakat (DT2)
Kemampuan
18. merespon permintaan 0 0,00 1 0.9 35 30.7 54 47.4 24 21.1 3.89
masyarakat (DT3)
Kemampuan
menyusun agenda
19 0 0,00 7 6.1 37 32.5 42 36.8 28 24.6 3.80
prioritas layanan
(DT4)
Kemampuan
mengembangkan
20. 0 0,00 5 4.4 34 29.8 47 41.2 28 24.6 3.86
program layanan
(DT5)
Mean Dimensi Daya Tanggap ƞ1.4 3.84
Mean Variabel Kinerja Badan Usaha Milik Desa (ƞ1) 3.92
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagaimana pada tabel 4.5 rata-rata nilai diperoleh
sebesar 3.92. Artinya bahwa kinerja pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di
dimensi efisiensi memiliki nilai rata-rata sebesar 3.97, dimensi efektivitas memiliki
nilai rata-rata sebesar 3.96, dimensi keadilan memiliki nilai rata-rata sebesar 3.91,
Dari hasil analisis data persepsi dan tanggapan responden dimensi efisiensi
keadilan, dan daya tanggap. Tingginya nilai rata-rata dimensi efisiensi dipicu oleh
pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa. Sedangkan rendahnya nila rata-
rata dimensi daya tanggap dipicu oleh kurangnya keselarasan usaha dengan
Badan Usaha Milik Desa yaitu sebesar 4.04. Besarnya kontribusi item ini
antara kelompok masyarakat merupakan suatu hal yang mutlak menjadi prioritas
utama oleh setiap pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten
Badan Usaha Milik Desa yaitu sebesar 3.78. Meskipun kontribusinya kecil terhadap
variabel perilaku wirausaha namun dalam dasar penentuan interpretasi skor item
dibutuhkan oleh masyarakat tersedia dan diperjual belikan pada unit usaha Badan
Usaha Milik Desa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa adanya pengelolaan pada Badan
berbasis varian (Partial Least Square), dimana SEM-PLS ini bertujuan untuk
menguji hubungan prediktif antar konstruk dengan melihat apakah ada hubungan
normal multivariate (indikator dengan skala kategori; ordinal, interval sampai rasio
171
dapat digunakan pada model yang sama) dan ukuran sampel tidak harus besar.
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten.
hasil pengukuran (outer model) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas masing-
validity. Uji convergent validity dilihat dari nilai standarized loading factor (SLF)
dari masing-masing indicator variabel. Indikator di anggap valid jika nilai dari
loading factor (Outer loading) dari varibel memiliki nilai loading >0,5. (Chin dalam
Gozali, 2015). Selain dilihat dari loading factor juga dilakukan evaluasi terhadap
nilai dari average variance extracted (AVE) dengan syarat nilai ≥ 0,5, serta
dilakukan uji discriminant validity dengan cara melihat ukuran nilai cross loading
Untuk mengukur sebuah variabel yang memiliki reliabilitas komposit yang baik jika
memiliki nilai ≥ 0,7 nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,5. Untuk lebih jelasnya uraian
secara deskriptif hasil uji validitas dan reliabilitas kesesuaian model tiap variabel
Berdasarkan gambar 4.4 di atas hasil uji validitas pada tiap indikator
konstruk yang membentuk model variabel kompetensi (ξ1) secara rinci tersajikan
Kode
Dimensi Loading Factor Keterangan
Indikator
MT1 0.689 Valid
MT2 0.540 Valid
Motivasi
MT3 0.642 Valid
MT4 0.641 Valid
WT1 0.596 Valid
WT2 0.544 Valid
Watak
WT3 0.717 Valid
WT4 0.743 Valid
KD1 0.760 Valid
KD2 0.772 Valid
Konsep Diri
KD3 0.584 Valid
KD4 0.510 Valid
PT1 0.655 Valid
PT2 0.625 Valid
Pengetahuan
PT3 0.553 Valid
PT4 0.677 Valid
KT1 0.689 Valid
KT2 0.769 Valid
Keterampilan
KT3 0.536 Valid
KT4 0.516 Valid
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
sebagaimana tabel 4.6 di atas dari 20 indikator yang di uji seluruhnya memiliki
loading faktor > 0.5 atau signifikan. Sehingga dengan demikian seluruh indikator
tersebut valid dalam mengukur variabel kompetensi. Indikator dianggap valid jika
nilai dari loading faktor (Outer loading) dari varibel memiliki nilai loading > 0,5.
(Chin dalam Gozali, 2015). Dengan demikian semua indikator untuk pada variabel
laten kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid. Dari tabel
174
tersebut juga nampak bahwa yang memperoleh nilai loading faktor tertinggi adalah
indikator pengembangan sikap percaya diri bekerja secara efektif (KD2) dengan
nilai sebesar 0,772, dan yang terendah adalah indikator mampu mengorganisasikan
kerja dalam pelaksanaan tugas (KT4) yaitu sebesar 0,516. Dengan demikian
indikator dalam penelitian ini dinyatakan valid atau memenuhi uji convergent
validity.
yaitu dilakukan uji kesesuaian model dari dimensi sebagai pembentuk model.
Secara lengkap hasil uji validitas kesesuaian model dari masing-masing dimensi
Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.7 di atas nampak bahwa dari lima dimensi
pembentuk model variabel kompetensi memiliki nilai dalam kategori valid. Dari
kategori nilai; loading factor dan cross loading pada setiap dimensi semuanya
memiliki nilai lebih besar dari 0,5 dan telah memenuhi syarat validitas. Sementara
untuk kategori nilai average variance extracted (AVE) apabila nilainya lebih besar
dari 0,5 dapat dikatakan bahwa konstruk menunjukkan convergen validity yang baik.
Pada tabel di atas juga dapat dilihat nilai average variance extracted (AVE) lima
175
dimensi memiliki nilai yang lebih besar dari 0,5, sehingga menunjukkan bahwa
evaluasi, diketahui telah memenuhi validitas maka dapat disimpulkan bahwa model
melakukan pengukuran penilaian pada dua kriteria penilaian yaitu cronbach alpha
dan composite reliability dengan hasil uji reliabilitas kesesuaian model untuk
dimensi pembentuk model pada variabel kompetensi yang secara lebih detail dapat
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa untuk semua dimensi memiliki
nilai composite reliability yang lebih besar dari 0,7 dan nilai Cronbach’s alpha ≥
0,5 sehingga dapat dikatakan bahwa semua konstruk variabel kompetensi yaitu;
yang baik untuk dijadikan sebagai alat ukur. Dengan demikian setelah dilakukan
176
Berdasarkan gambar 4.5 di atas hasil uji validitas pada tiap indikator
konstruk yang membentuk model variabel budaya organisasi (ξ2) secara rinci
organisasi sebagaimana tabel 4.9 di atas dari 20 indikator yang di uji seluruhnya
memiliki loading faktor > 0.5 atau signifikan. Sehingga dengan demikian seluruh
anggap valid jika nilai dari loading faktor (Outer loading) dari varibel memiliki
nilai loading >0,5. (Chin dalam Gozali, 2015). Dengan demikian semua indikator
untuk pada variabel laten budaya organisasi yang digunakan dalam penelitian ini
178
sudah valid. Dari tabel tersebut juga nampak bahwa yang memperoleh nilai loading
organisasi (KS2) dengan nilai sebesar 0,807, dan yang terendah adalah indikator
belajar dari kesalahan yang pernah terjadi (AD4) yaitu sebesar 0,510. Dengan
demikian indikator dalam penelitian ini dinyatakan valid atau memenuhi uji
convergent validity.
yaitu dilakukan uji kesesuaian model dari dimensi sebagai pembentuk model.
Secara lengkap hasil uji validitas kesesuaian model dari masing-masing dimensi
pada variabel budaya organisasi sebagaimana nampak pada tabel 4.10 berikut:
Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.10 di atas nampak bahwa dari empat
dimensi pembentuk model variabel budaya organisasi memiliki nilai dalam kategori
valid. Dari kategori nilai; loading factor dan cross loading pada setiap dimensi
semuanya memiliki nilai lebih besar dari 0,5 dan telah memenuhi syarat validitas.
Sementara untuk kategori nilai average variance extracted (AVE) apabila nilainya
lebih besar dari 0,5 dapat dikatakan bahwa konstruk menunjukkan convergen
validity yang baik. Pada tabel di atas juga dapat dilihat nilai average variance
extracted (AVE) empat dimensi memiliki nilai yang lebih besar dari 0,5, sehingga
179
melakukan pengukuran penilaian pada dua kriteria penilaian yaitu cronbach alpha
dan composite reliability dengan hasil uji reliabilitas kesesuaian model untuk
dimensi pembentuk model pada variabel budaya organisasi yang secara lebih detail
Reliabilitas
Variabel Dimensi Cronbach's Composite Ket.
Alpha Reliability
1. Keterlibatan 0.588 0.750 Reliabel
Budaya 2. Konsistensi 0.611 0.763 Reliabel
Organisasi 3. Adabtabilitas 0.560 0.739 Reliabel
4. Misi 0.558 0.738 Reliabel
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa untuk semua dimensi memiliki
nilai composite reliability yang lebih besar dari 0,7 dan nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,5
sehingga dapat dikatakan bahwa semua konstruk variabel budaya organisasi yaitu;
untuk dijadikan sebagai alat ukur. Dengan demikian setelah dilakukan evaluasi,
diketahui telah memenuhi validitas dan reliabilitas maka dapat disimpulkan bahwa
(ƞ3) dengan 6 (enam) dimensi dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:
Berdasarkan gambar 4.6 di atas hasil uji validitas pada tiap indikator
konstruk yang membentuk model variabel perilaku wirausaha (ƞ2) secara rinci
wirausaha sebagaimana tabel 4.12 di atas dari 20 indikator yang di uji seluruhnya
memiliki loading faktor > 0.5 atau signifikan. Sehingga dengan demikian seluruh
anggap valid jika nilai dari loading faktor (Outer loading) dari varibel memiliki
nilai loading >0,5. (Chin dalam Gozali, 2015). Dengan demikian semua indikator
untuk pada variabel laten perilaku wirausaha yang digunakan dalam penelitian ini
sudah valid. Dari tabel tersebut juga nampak bahwa yang memperoleh nilai loading
faktor tertinggi adalah indikator mengembangkan ide-ide usaha baru (IP3) dengan
nilai sebesar 0,854, dan yang terendah adalah indikator latar belakang pribadi (BP3)
182
yaitu sebesar 0,536. Dengan demikian indikator dalam penelitian ini dinyatakan
yaitu dilakukan uji kesesuaian model dari dimensi sebagai pembentuk model.
Secara lengkap hasil uji validitas kesesuaian model dari masing-masing dimensi
pada variabel perilaku wirausaha sebagaimana nampak pada tabel 4.13 berikut:
Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.13 di atas nampak bahwa dari enam
kategori valid. Dari kategori nilai; loading factor dan cross loading pada setiap
dimensi semuanya memiliki nilai lebih besar dari 0,5 dan telah memenuhi syarat
validitas. Sementara untuk kategori nilai average variance extracted (AVE) apabila
nilainya lebih besar dari 0,5 dapat dikatakan bahwa konstruk menunjukkan
convergen validity yang baik. Pada tabel di atas juga dapat dilihat nilai average
variance extracted (AVE) enam dimensi memiliki nilai yang lebih besar dari 0,5,
melakukan pengukuran penilaian pada dua kriteria penilaian yaitu cronbach alpha
dan composite reliability dengan hasil uji reliabilitas kesesuaian model untuk
dimensi pembentuk model pada variabel perilaku wirausaha yang secara lebih
Reliabilitas
Variabel Dimensi Cronbach's Composite Ket.
Alpha Reliability
1. Mencari Informasi 0,732 0,847 Reliabel
2. Mengidentifikasi
0,777 0,869 Reliabel
Peluang
3. Menangani Resiko 0,640 0,806 Reliabel
Perilaku
4. Membangun Relasi
Witrausaha 0,634 0,802 Reliabel
dan Jaringan
5. Membuat Keputusan 0,629 0,772 Reliabel
6. Belajar dari
0,554 0,771 Reliabel
Pengalaman
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa untuk semua dimensi memiliki
nilai composite reliability yang lebih besar dari 0,7 dan nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,5
sehingga dapat dikatakan bahwa semua konstruk variabel perilaku wirausaha yaitu;
dan jaringan, membuat keputusan, dan belajar dari pengalaman memiliki reliabilitas
yang baik untuk dijadikan sebagai alat ukur. Dengan demikian setelah dilakukan
184
Berdasarkan hasil uji kesesuaian model pada variabel Kinerja Badan Usaha
Milik Desa (ξ) dengan 4 (mpat) dimensi dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut:
Berdasarkan gambar 4.7 di atas hasil uji validitas pada tiap indikator
konstruk yang membentuk model variabel kinerja Badan Usaha Milik Desa (ƞ1)
Usaha Milik Desa sebagaimana tabel 4.15 di atas dari 20 indikator yang di uji
seluruhnya memiliki loading faktor > 0.5 atau signifikan. Sehingga dengan
demikian seluruh indikator tersebut valid dalam mengukur variabel kinerja Badan
Usaha Milik Desa. Indikator di anggap valid jika nilai dari loading faktor (Outer
loading) dari varibel memiliki nilai loading > 0,5. (Chin dalam Gozali, 2015).
Dengan demikian semua indikator untuk pada variabel laten kinerja Badan Usaha
186
Milik Desa yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid. Dari tabel tersebut
juga nampak bahwa yang memperoleh nilai loading faktor tertinggi adalah
indikator kemampuan menyesuaikan diri (EV2) dengan nilai sebesar 0,783, dan
(DT4) yaitu sebesar 0,516. Dengan demikian indikator dalam penelitian ini
yaitu dilakukan uji kesesuaian model dari dimensi sebagai pembentuk model.
Secara lengkap hasil uji validitas kesesuaian model dari masing-masing dimensi
pada variabel kinerja Badan Usaha Milik Desa sebagaimana nampak pada tabel
4.16 berikut:
Validitas Validitas
Convergent Discriminant
Variabel Dimensi Ket.
Loading
AVE Cross Loading
Factor
1. Efisiensi 0,725 0,522 0,650 Valid
Kinerja 2. Efektivitas 0,779 0,564 0,681 Valid
BUMDes 3. Keadilan 0,729 0,586 0,621 Valid
4. Daya Tanggap 0,741 0,528 0,572 Valid
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.16 di atas nampak bahwa dari empat
dimensi pembentuk model variabel kinerja Badan Usaha Milik Desa memiliki nilai
dalam kategori valid. Dari kategori nilai; loading factor dan cross loading pada
setiap dimensi semuanya memiliki nilai lebih besar dari 0,5 dan telah memenuhi
syarat validitas. Sementara untuk kategori nilai average variance extracted (AVE)
apabila nilainya lebih besar dari 0,5 dapat dikatakan bahwa konstruk menunjukkan
convergen validity yang baik. Pada tabel di atas juga dapat dilihat nilai average
187
variance extracted (AVE) empat dimensi memiliki nilai yang lebih besar dari 0,5,
uji reliabilitas terhadap variabel kinerja Badan Usaha Milik Desa. Pengujian
yaitu cronbach alpha dan composite reliability dengan hasil uji reliabilitas
kesesuaian model untuk dimensi pembentuk model pada variabel kinerja Badan
Usaha Milik Desa wirausaha yang secara lebih detail dapat dilihat pada tabel 4.17
berikut:
Reliabilitas
Variabel Variabel Laten Cronbach's Composite Ket.
Alpha Reliability
Efisiensi 0,657 0,782 Reliabilitas
Kinerja Efektifitas 0,705 0,810 Reliabilitas
BUMDes Keadilan 0,598 0,755 Reliabilitas
Daya Tanggap 0,582 0,707 Reliabilitas
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa untuk semua dimensi memiliki
nilai composite reliability yang lebih besar dari 0,7 dan nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,5
sehingga dapat dikatakan bahwa semua konstruk variabel kinerja Badan Usaha
Milik Desa yaitu; efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap memiliki
reliabilitas yang baik untuk dijadikan sebagai alat ukur. Dengan demikian setelah
188
dilakukan evaluasi, diketahui telah memenuhi validitas dan reliabilitas maka dapat
bahwa loading faktor pada first order konstruk Motivasi, Watak, Konsep Diri,
Pengetahuan, dan Ketrampilan signifikan pada 5 %, hal ini dapat dilihat pada nilai
t hitung (tstatistik) lebih besar dari ttabel yaitu 1.659, dan nilai P-Valuae berada di
bawah 0,05. Angka signifikansi, nilai t hitung (tstatistik) dan nilai ttabel beserta nilai
dimensi yaitu; dimensi motivasi dengan koefisien pengaruh sebesar 72,1, dimensi
watak dengan koefisien pengaruh sebesar 76,7, dimensi konsep diri dengan
sebesar 69,9, dan dimensi keterampilan dengan koefisien pengaruh sebesar 67,9.
Sementara untuk loading factor pada second order variabel kompetensi dapat
Dari tabel 4.19 nampak bahwa data loading factor pada second order
sebesar 0,572 atau sebesar 57,2 % dan diperoleh nilai tstatistic sebesar 9,309 serta
signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05. Dari tabel di atas juga nampak
nila tstatistic lebih besar dari nilai ttabel 1,659, demikian pula halnya dengan nilai P-
Value sebesar 0,000 berada pada nilai signifikansi P-Value < 0,05. Dengan
demikian untuk uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi terhadap
Gorontalo.
menyatakan bahwa:
AP sebagaimana berikut:
informan YK bahwa:
FL sebagaimana berikut:
pengetahuan yang diberikan oleh pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
wirausaha pengelola walaupun hasilnya belum terlalu maksimal. Jika dilihat dan
ditelaah lebih lanjut adanya perkembangan usaha BUMDes ini tak lepas dari upaya
193
Hasil uji hipotesis untuk loading factor pada jalur second order dari variabel
kompetensi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa dapat dilihat pada tabel 4.20
berikut:
Dari tabel 4.20 nampak bahwa data loading factor pada second order
Usaha Milik Desa sebesar 0,200 atau sebesar 20 % dan diperoleh nilai tstatistic
sebesar 2.272 serta signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05. Dari tabel
di atas juga nampak nila tstatistic lebih besar dari nilai ttabel 1,659, demikian pula
halnya dengan nilai P-Value sebesar 0,024 berada pada nilai signifikansi P-Value
< 0,05. Dengan demikian untuk uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
194
Kabupaten Gorontalo.
Milik Desa didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan informan NT yang
menyatakan bahwa:
MAY bahwa:
Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden di atas baik dari pihak
pengelola nampak adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi
pengelola dengan kinerja usaha BUMDes. Peningkatan kinerja usaha tak lepas dari
serta pendampingan yang diberikan masih tetap diperlukan mengingat hal ini
BUMDes.
197
Adaptabilitas, dan Misi signifikan pada 5 %, hal ini dapat dilihat pada nilai
t hitung (tstatistik) lebih besar dari ttabel yaitu 1.659, dan nilai P-Valuae berada di
bawah 0,05. Angka signifikansi, nilai t hitung ( tstatistik) dan nilai ttabel beserta nilai
oleh empat dimensi yaitu; dimensi keterlibatan dengan koefisien pengaruh sebesar
adaptabilitas dengan koefisien pengaruh sebesar 82,5, dan dimensi misi dengan
koefisien pengaruh sebesar 74,9. Sementara untuk loading factor pada second order
Dari tabel 4.22 nampak bahwa data loading factor pada second order
wirausaha pengelola BUMDes sebesar 0,292 atau sebesar 29,2 % dan diperoleh
nilai tstatistic sebesar 4.187 serta signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05.
Dari tabel di atas juga nampak nila tstatistic lebih besar dari nilai ttabel 1,659,
demikian pula halnya dengan nilai P-Value sebesar 0,000 berada pada nilai
signifikansi P-Value < 0,05. Dengan demikian untuk uji hipotesis dapat
pengaruh yang positif dan signifikan budaya organisasi terhadap perilaku wirausaha
perilaku wirausaha Badan Usaha Milik Desa didukung oleh hasil wawancara
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden di atas baik dari pihak
pengelola nampak adanya pengaruh yang posisitif dan signifikan budaya organisasi
terhadap perilaku wirausaha pengelola BUMDes. Pengaruh ini tak lepas dari upaya
Hasil uji hipotesis untuk loading factor pada jalur second order dari variabel
budaya organisasi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa dapat dilihat pada tabel
4.23 berikut:
201
Dari tabel 4.23 nampak bahwa data loading factor pada second order
Badan Usaha Milik Desa sebesar 0,343 atau sebesar 34,3 % dan diperoleh nilai
tstatistic sebesar 4.686 serta signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05. Dari
tabel di atas juga nampak nila tstatistic lebih besar dari nilai ttabel 1,659, demikian
pula halnya dengan nilai P-Value sebesar 0,000 berada pada nilai signifikansi P-
Value < 0,05. Dengan demikian untuk uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan budaya organisasi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
di Kabupaten Gorontalo.
Usaha Milik Desa didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan informan NT
tumbuh, dan sebanyak 54 berada pada klasifikasi dasar. Dari hasil ini
menunjukkan bahwa budaya organisasi dapat dikatakan menunjukkan
adanya perkembangan dan mulai terbangun. Hal ini selain nampak dari
pengaruhnya terhadap perilaku wirausaha pengelola juga dapat dilihat dari
adanya pengaruhnya terhadap pada kinerja BUMDes” (03/02/2021).
Berbeda dengan saat pertama kali BUMDes didirikan dan kami ditugaskan
sebagai tim ahli pendamping, budaya organisasi pada pengelola belum
terbangun. Kerja sama pengelola yang ditunjuk mengelola BUMDes belum
terbangun hal ini dapat dilihat pada keterlibatan dan konsistensi pengelola
dalam pengelolaan usaha. Dari segi adaptabilitas pengelola dalam
menjalankan misi belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan
organisasi maupun lingkungan di luar organisasi. Namun berkat bimbingan
dan pelatihan oleh pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta
pendampingan yang kami lakukan budaya organisasi pada para pengelola
mulai memberikan pengaruh pada peningkatan kinerja usaha BUMDes.
Peningkatan kinerja usaha berdasarkan evaluasi kinerja ditandai dengan
hasil capaian dari pengklasifikasian dimana dari 191 yang sudah ada di
Kabupaten Gorontalo terdapat 6 berada pada klasifikasi maju, 22 berada
pada klasifikasi berkembang, 109 berada pada klasifikasi tumbuh, dan
sebanyak 54 berada pada klasifikasi dasar. Upaya pendampingan sampai
dengan saat ini masih tetap kami lakukan, hal ini dimaksudkan agar usaha
capaian kinerja dapat dipertahankan sekaligus mendorong BUMDes lainnya
dapat mencapai tingkatan klasifikasi tertinggi sebagaimana yang telah diraih
oleh sebahagian BUMDes” (08/02/2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden di atas baik dari pihak
pengelola nampak adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara budaya
organisasi dengan peningkatan kinerja usaha BUMDes. Pengaruh ini tak lepas dari
204
signifikan pada 5 %, hal ini dapat dilihat pada nilai t hitung ( tstatistik) lebih besar dari
ttabel yaitu 1.659, dan nilai P-Valuae berada di bawah 0,05. Angka signifikansi, nilai
t hitung (tstatistik) dan nilai ttabel beserta nilai P-Valuae tersebut mengindikasikan
bahwa konstruk perilaku wirausaha dibentuk oleh enam dimensi yaitu; dimensi
keputusan di bawah ketidak pastian koefisien pengaruh sebesar 69,8 dan dimensi
belajar dari pengalaman dengan koefisien pengaruh sebesar 74,1. Sementara untuk
loading factor pada second order variael perilaku wirausaha dapat dilihat pada tabel
4.25 berikut:
Dari tabel 4.25 nampak bahwa data loading factor pada second order
Badan Usaha Milik Desa sebesar 0,349 atau sebesar 34,9 % dan diperoleh nilai
tstatistic sebesar 3,750 serta signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05. Dari
tabel di atas juga nampak nila tstatistic lebih besar dari nilai ttabel 1,659, demikian
pula halnya dengan nilai P-Value sebesar 0,000 berada pada nilai signifikansi P-
Value < 0,05. Dengan demikian untuk uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
perilaku wirausaha pengelola terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
di Kabupaten Gorontalo.
Usaha Milik Desa didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan informan NT
MAY bahwa:
Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden di atas baik dari pihak
nampak adanya pengaruh yang posisitif dan signifikan antara perilaku wirausaha
dengan peningkatan kinerja usaha BUMDes. Pengaruh ini tak lepas dari upaya
terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa memperlihatkan hasil sebagaimana tabel
tersebut di atas dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
kompetensi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa yang dimediasi oleh perilaku
wirausaha. Pengaruh tersebut dibentuk oleh jalur hubungan pertama antara variabel
oleh jalur hubungan antara variabel perilaku wirausaha ke variabel kinerja Badan
nilai T-Statistic-nya 9.309 lebih besar dari nilai t-tabel 1.96. Demikian pula halnya
syarat signifikan nilai P-Value < 0.05, dan nilai koefisien pengaruhnya sebesar 57.2
variabel kinerja Badan Usaha Milik Desa juga mengindikasikan signifikan pada
taraf α = 5 % karena nilai T-Statistic-nya 3.750 lebih besar dari nilai t-tabel 1.96.
Demikian juga halnya dengan nilai P-Value yang menunjukkan angka signifikan
0.000 sebagaimana syarat nilai P-Value < 0.05, dan nilai koefisien pengaruhnya
sebesar 34.9 %.
Selanjutnya berdasakan analisis dua jalur hubungan variabel pada tabel 4.26
di atas, diperoleh nilai hasil uji evaluasi inner model pengaruh kompetensi yang
dimediasi perilaku wirausaha terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa. Nilai hasil
lebih besar dari nilai t-tabel 1.96. Demikian pula halnya dengan nilai P-Value yang
menunjukkan angka signifikan 0.001 sebagaimana syarat nilai P-Value < 0.05, serta
nilai koefisien pengaruhnya sebesar 28 %. Karena perolehan hasil uji nilai P-Value
< 0.05 maka hasil uji hipotesisnya dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0
ditolak atau dengan kata lain terdapat pengaruh positif dan signifikan kompetensi
yang dimediasi perilaku wirausaha terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa di
Kabupaten Gorontalo.
210
menyatakan bahwa:
Badan Usaha Milik Desa menggambarkan adanya peran dari perilaku wirausaha
pengelola terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa. Gambaran lainnya nampak
pada kompetensi dengan konstruk motivasi, watak, konsep diri, pengetahuan, dan
kinerja Badan Usaha Milik Desa. Dilain pihak kompetensi pengelola merupakan
faktor yang turut menentukan dari perilaku wirausaha. Mencermati hal ini dapat
perilaku wirausaha, juga sebagai faktor penentu tidak langsung terhadap kinerja
Badan Usaha Milik Desa melalui pengaruhnya terhadap perilaku wirausaha yang
4.4.7 Uji Hipotesis Pengaruh Budaya Oganisasi Yang Dimediasi Oleh Perilaku
Wirausaha Terhadap Kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
[(ξ2) (ƞ2) (ƞ1)]
tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
Badan Usaha Milik Desa yang dimediasi oleh perilaku wirausaha. Pengaruh
tersebut dibentuk oleh jalur hubungan pertama antara variabel budaya organisasi ke
hubungan antara variabel perilaku wirausaha ke variabel kinerja Badan Usaha Milik
Desa.
T-Statistic-nya 4.187 lebih besar dari nilai t-tabel 1.96. Demikian pula halnya
syarat signifikan nilai P-Value < 0.05, dan nilai koefisien pengaruhnya sebesar 29.2
variabel kinerja Badan Usaha Milik Desa juga mengindikasikan signifikan pada
taraf α = 5 % karena nilai T-Statistic-nya 3.750 lebih besar dari nilai t-tabel 1.96.
Demikian juga halnya dengan nilai P-Value yang menunjukkan angka signifikan
214
0.000 sebagaimana syarat nilai P-Value < 0.05, dan nilai koefisien pengaruhnya
sebesar 34.9 %.
Selanjutnya berdasakan analisis dua jalur hubungan variabel pada tabel 4.26
di atas, diperoleh nilai hasil uji evaluasi inner model pengaruh budaya organisasi
yang dimediasi perilaku wirausaha pengelola terhadap kinerja Badan Usaha Milik
Desa. Nilai hasil uji evaluasi tersebut tidak signifikan pada taraf α = 5 % dengan T-
Statistic-nya 1.078 lebih kecil dari nilai t-tabel 1.96. Demikian pula halnya dengan
nilai P-Value sebesar 0.281 berada di atas nilai signifikansi P-Value < 0.05
sebagaimana syarat nilai P-Value, serta nilai koefisien pengaruhnya sebesar -9.7 %.
Jika nilai P-Value > 0.05 maka hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa H0
diterima sedangkan Ha ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat pengaruh positif
dan signifikan budaya organisasi yang dimediasi oleh perilaku wirausaha terhadap
kinerja usaha BUMDes hasilnya negatif dalam artian bahwa hipotesisnya tidak
Hasil uji signifikansi dan angka koefisien pengaruh yang diperoleh semakin
bahwa:
YK bahwa:
“…..Berkat bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak Dinas serta
pendampingan tim ahli BUMDes yang kami kelola saat ini sudah
menunjukkan perkembangan kinerja usaha, hal ini dibuktikan dengan
bertambahnya unit usaha yang pada awalnya hanya dua kini sudah
berkembang menjadi empat. Dengan adanya bimbingan dan pelatihan serta
pendampingan dari tim ahli budaya organisasi pada BUMDes yang kami
kelola mulai terbangun. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan pengelola
dalam menjalankan dan mengelola usaha, adanya konsistensi pengelola
dalam pekerjaan yang ditekuni, dilihat dari segi adaptabilitas pengelola
mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan situasi dan kondisi
lingkungan organisasi, dan kemampuan pengelola dalam mengemban misi
BUMDes. Demikian juga halnya dengan perilaku wirausaha pengelola turut
memberikan sumbangsih dalam peningkatan kinerja usaha BUMDes kami.
Kami sebagai pengelola dalam menjalankan usaha BUMDes pada
217
yang tidak positif dan tidak signifikan pengaruh budaya organisasi yang dimediasi
oleh perilaku wirausaha terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa. Meskipun
kinerja Badan Usaha Milik Desa, demikian juga dengan perilaku wirausaha
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa.
Namun bila budaya organisasi dimediasi oleh perilaku wirausaha tidak akan
memberikan kontribusi pengaruh pada kinerja Badan Usaha Milik Desa. Gambaran
atau mencontoh jenis usaha yang ada di tempat lain, tidak adanya jenis usaha yang
benar-benar merupakan inovasi ataupun ide dari pengelola sendiri. Disisi lain
perilaku wirausaha merupakan determinan dari kinerja Badan Usaha Mulik Desa.
Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa perilaku wirausaha pengelola selain
merupakan determinan langsung terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa, juga
sebagai determinan tidak langsung dari budaya organisasi terhadap kinerja Badan
Hasil uji analisis data sebagaimana yang telah diuraikan pada halaman-
pembahasan.
218
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pengaruh Kompetensi Terhadap Perilaku Wirausaha Pengelola
BUMDes di Kabupaten Gorontalo.
atau 0,05 terhadap perilaku wirausaha BUMDes. Hasil uji ini mengandung makna
determinasi dari variabel perilaku wirausaha. Hal ini dapat dimaknai bahwa
perilaku wirausaha para pengelola pada Badan Usaha Milik Desa sebahagian besar
faktor-faktor lain.
ketidakpastian dan ambiguitas merupakan wujud dari dimensi traits dan dimensi
self concept pada konsep kompetensi dari Spencer dan Spencer. Demikian pula
halnya dengan kemampuan untuk menangani resiko dan kemampuan untuk belajar
dari pengalaman merupakan wujud dari dimensi knowledge dan dimensi skill pada
kompetensi individu adalah karakter sikap dan perilaku atau kemampuan individu
yang relatif stabil dalam menghadapi situasi di tempat kerja yang terbentuk dari
sinergi antara karakter, konsep diri, motivasi internal, dan kepastian. dari
kompetensi bahwa karakter sikap dan perilaku seseorang cenderung sama dalam
perilaku kerja sesorang yang sanggup mempengaruhi dan menjadi basis perilaku
dan 8) bekerja sempurna. Berkaitan dengan kompetensi dalam penelitian ini bahwa
(behavioural competencies atau yang lebih dikenal dengan soft skill) juga melihat
kompetensi dari sisi tecknical competencies atau yang lebih dikenal dengan hard
skill.
Berdasarkan uraian di atas baik dari pendapat para ahli maupun dari hasil
wirausaha.
Hasil uji hipotesis secara posistif dan signifikan serta hasil wawancara yang
Pandangan ini searah dengan konsep perilaku wirausaha yang dikemukakan Mair
inovatif untuk mengidentifikasi dan mengejar peluang. Hal ini mengandung arti
Bila ditinjau dari hasil uji signifikansi dan hasil wawancara lebih lanjut
dapat dilihat hasil analisis deskriptif berdasarkan hasil penskoran atas tanggapan
memperoleh skor tertinggi sebesar 4.14, dimensi watak dengan nilai rata-rata
sebesar 4.02, dimensi konsep diri dan dimensi pengetahuan memiliki nilai rata-rata
yang sama sebesar 3.89, dan dimensi keterampilan memperoleh skor terrendah
dengan nilai rata-rata sebesar 3.82. Meskipun terdapat perbedaan hasil skor masing-
masing dimensi namun hasilnya tidak terlalu jauh dan masih berada pada angka
dibawah 0,5 hal ini dapat dilihat antara skor tertinggi dan terrendah selisihnya
sebesar 0,3. Dengan hasil ini dapat dimaknai bahwa keseluruhan dimensi
merupakan point penting dalam variabel kompetensi. Kompetensi dapat dilihat dari
aktivitas pengelola yang dipicu oleh adanya tujuan yang ingin dicapai sehingga
menjadi perilaku wirausaha para pengelola dalam organisasi BUMDes. Hal ini
222
sejalan dengan pandangan pemikiran yang dikemukakan oleh Boutler at.al (dalam
bahwa perilaku wirausaha seseorang tercermin pada sepuluh sikap dasar (karakter)
diri), 4) Genuine (asli), 5) Goal Oriented (berpusat pada tujuan), 6) Persisten (tahan
menangkap peluang), 9) Healthy Competitor (menjadi pesaing yang baik), dan 10)
sebagamana yang diharapkan. Aktivitas dan kegiatan ini dibarengi oleh adanya
perilaku wirausaha, maka dapatlah kita pahami bahwa perilaku wirausaha sangat
dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki oleh pengelola. Hal ini ditunjukkan oleh
aktivitas pengelola dalam kegiatan pengelolaan yang terpola dengan standar dan
menunjukkan kegigihannya sebagai wujud dari rutinitas kerja dengan sikap dan
223
signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05 terhadap kinerja Badan Usaha
Milik Desa. Hasil uji ini mengandung makna bahwa kompetensi para pengelola
kompetensi para pengelola merupakan determinasi dari variabel kinerja. Hal ini
dapat dimaknai bahwa kinerja pada Badan Usaha Milik Desa sebahagian besar
ini diperoleh hasil yang signifikan pengaruh kompetensi terhadap kinerja bisnis
individu, 5) sikap dan perilaku karyawan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
keberadaan individu baik sebagai pribadi maupun kelompok dalam suatu organisasi
merupakan suatu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan
tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas
tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Pendapat ini
suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta
didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Hal tersebut
mengandung arti bahwa kinerja organisasi dapat dicapai apabila ditunjang oleh
kompetensi yang ada pada setiap individu maupun kelompok berupa kemampuan
kompetensi terhadap kinerja organisasi sebagaimana hasil uji signifikansi dan hasil
Lebih lanjut pemahaman hasil uji signifikan hasil wawancara dapat dilihat
pada hasil analisis deskriptif item pernyataan yang diajukan kepada responden.
dimensi motivasi memperoleh skor tertinggi sebesar 4.14, dimensi watak dengan
nilai rata-rata sebesar 4.02, dimensi konsep diri dan dimensi pengetahuan memiliki
nilai rata-rata yang sama sebesar 3.89, dan dimensi keterampilan memperoleh skor
terrendah dengan nilai rata-rata sebesar 3.82. Meskipun terdapat perbedaan hasil
skor masing-masing dimensi namun hasilnya tidak terlalu jauh dan masih berada
pada angka dibawah 0,5 hal ini dapat dilihat antara skor tertinggi dan terrendah
selisihnya sebesar 0,3. Dengan hasil ini dapat dimaknai bahwa keseluruhan dimensi
merupakan point penting dalam variabel kompetensi. Hal ini menunjukkan bahwa
suatu pengukuran ringkas secara kuantitas dan kualitas atas kontribusi dari
pekerjaan baik yang dilakukan oleh individu, kelompok kerja maupun oleh
organisasi.
Capaian kinerja usaha dapat diketahui melalui penilaian kinerja, hal ini
Penilaian kinerja merupakan suatu yang sangat penting karena dapat digunakan
kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Penilaian
yang bisa menjadi motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri seseorang, peran
sosial, atau kumpulan pengetahuan yang dia gunakan. Ciri-ciri tersebut adalah
terungkap dalam pola perilaku yang dapat diamati dan diidentifikasi melalui kinerja
65,7 % terhadap kinerja karyawan. Hasil dari dua penelitian sejalan dengan
seseorang untuk mencapai kinerja. Dari dua hasil penelitian dan pandangan Baum
kinerja usaha, maka dapatlah kita pahami bahwa kinerja usaha sangat dipengaruhi
oleh kompetensi yang dimiliki oleh pengelola. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
pengetahuan dan ketrampilan serta ketrampilan yang ada pada pengelola. Pengelola
dengan berbagai macam perannya sebagai wujud dari rutinitas kerja dalam
organisasi sangat dipengaruhi oleh kegigihan sebagai wujud dari kompetensi yang
bahwa budaya organisasi berpengaruh positif sebesar 0,292 atau sebesar 29,2 %
wirausaha Badan Usaha Milik Desa. Hasil uji ini mengandung makna bahwa
perilaku wirausaha para pengelola pada Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten
merupakan determinasi dari variabel perilaku wirausaha. Hal ini dapat dimaknai
bahwa perilaku wirausaha pada Badan Usaha Milik Desa sebahagian besar
228
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lovihan (2014) dan hasil penelitian Chiniara dan Bentein (2018) menunjukkan
didalamnya, termasuk para pegawai. Kedua hasil penelitian ini senada dengan
memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.
wirausaha.
bahwa budaya organisasi merupakan system makna bersama yang dianut oleh
Budaya organisasi yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan
Pandangan ini menjadikan budaya organisasi sebagai suatu hal yang dimiliki
oleh orang-orang atau individu yang bekerja dalam suatu organisasi. Budaya
organisasi sebagai filosofi yang harus mencerminkan nilai dan norma-norma setiap
aktivitas anggota organisasi yang selanjutnya menjadi kekuatan dan ciri khas dari
organisasi. Dengan budaya organisasi akan dapat membentuk sikap dan perilaku
masyarakat. Hasil uji ini sebagai pembuktian teori yang dikemukakan oleh Schein
(1997) bahwa budaya organisasi merupakan pola dari berbagai asumsi dasar yang
ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok dengan tujuan agar
akibat adaptasi ekternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup
baik. Demikian juga dengan teori yang dikemukakan Susanto (1997) bahwa Budaya
organisasi sebagai suatu nilai-nilai yang memedomani sumber daya manusia dalam
nilai yang ada serta mengerti bagaimana mereka harus bertindak dan bertingkah
laku.
memiliki nilai rata-rata sebesar 3.94, dimensi adaptabilitas memiliki nilai rata-rata
sebesar 3.92, dan dimensi misi dengan nilai rata-rata sebesar 3.90. Perolehan hasil
dari masing-masing dimensi tidak terlalu jauh hal ini nampak pada perolehan skor
nilai tertinggi dan terrendah selisihnya sebesar 0.06. Dengan perolehan hasil ini
variabel budaya organisasi. Budaya organisasi dapat dilihat dari aktivitas pengelola
yang dipicu oleh adanya tujuan yang ingin dicapai sehingga menjadi perilaku
wirausaha para pengelola dalam organisasi BUMDes. Hasil uji analisis ini sejalan
budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja organisasi dan pada akhirnya
budaya organisasi terhadap perilaku wirausaha para pengelola pada Badan Usaha
organisasi terutama dalam hal pemahaman nilai-nilai dan aturan serta misi/tujuan
yang ingin dicapai. Dismping itu juga diakibatkan oleh kemampuan pengelola
terutama dalam hal kebutuhan masyarakat. Hasil analisis penelitian ini sejalan
Senada dengan yang dikemukakan oleh Denison di atas, Sore dkk (2017:174)
arti pentingnya organisasi dalam melaksnakan adaptasi sebagai salah satu upaya
232
secara individu. Sebagai salah satu dimensi budaya organisasi adaptasi perlu
memiliki peran yang sangat strategis dan pengaruh terhadap perilaku wirausaha.
internalisasi nilai dalam hal ini nilai-nilai, aturan dan norma baik yang ada di
bahwa budaya organisasi berpengaruh positif sebesar 0,343 atau sebesar 34,3 %
dan signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05 terhadap kinerja Badan
Usaha Milik Desa. Hasil uji ini mengandung makna bahwa budaya organisasi
memiliki kecendrungan yang cukup besar dalam membentuk kinerja Badan Usaha
budaya organisasi merupakan determinasi dari variabel kinerja. Hal ini dapat
dimaknai bahwa kinerja pada Badan Usaha Milik Desa sebahagian besar
menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai dampak yang kuat dan semakin
besar dampaknya terhadap prestasi kerja organisasi. Demikian juga dengan hasil
budaya organisasi terhadap kinerja organisasi. Kedua penelitian ini sejalan dengan
233
pandangan yang dikemukakan oleh Rogers at. All. (2007) bahwa budaya organisasi
hal sangat mendasar dan sangat perlu bagi suatu organisasi. Budaya organisasi
sebagai cerminan dari nilai-nilai dasar yang mengatur anggota organisasi dalam
bersikap dan berprilaku serta bertindak yang dimiliki dan diyakini secara bersama.
Hasil penelitian dan pandangan para ahli ini memperjelas bahwa budaya organisasi
usaha. Deal dan Kenedy 1982, Miner 1990, serta Robbins 1990 (dalam Sutrisno
2013:3) mengemukakan bahwa: budaya organisasi yang kuat dan positif sangat
mengandung makna bahwa budaya yang kuat dan positif akan memberikan dampak
pada kinerja organisasi. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Slater, Olson
dan Finnengan (2011) tentang strategi bisnis, budaya, dan kinerja yang menemukan
membuktikan hubungan yang signifikan dan positif antara budaya dan kinerja.
Demikian juga halnya halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Van der Post
dkk. (1998) meneliti hubungan antara budaya organisasi dan kinerja keuangan
koefisien determinasi yang signifikan dalam penelitian ini serta beberapa penelitian
organisasi yang lain. Sistem makna bersama merupakan seperangkat karakter kunci
dari nilai-nilai organisasi. Lebih lanjut Barry Cushway dan Derek Lodge (1995;
dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota
pencapaian tujuan dan misi organisasi Badan Usaha Milik Desa. Dalam upaya
lingkungan dalam pengelolaan yang didasarkan pada nilai-nilai dasar dan norma
yang berlaku pada organisasi. Hasil uji ini memperkuat teori yang dikemukakan
penyesuaian lingkungan.
235
item pernyataan dan pertanyaan disetiap dimensi variabel budaya organisasi bahwa;
memiliki nilai rata-rata sebesar 3.94, dimensi adaptabilitas memiliki nilai rata-rata
sebesar 3.92, dan dimensi misi dengan nilai rata-rata sebesar 3.90. Perolehan hasil
dari masing-masing dimensi tidak terlalu jauh hal ini nampak pada perolehan skor
nilai tertinggi dan terrendah selisihnya sebesar 0.06. Hasil perolehan ini dapat
Hasil uji analisis ini sejalan dengan pandangan Fry (2009:266) yang
menyatakan bahwa organisasi yang beradaptasi untuk berubah dan mencari dengan
kreatif untuk cara-cara yang baru dan lebih baik untuk mengoperasikan dan
bekerja, cara memandang suatu pekerjaan, bekerja dengan kolega, dan melihat
masa depan.
Demikian juga dengan yang dikemukakan Schindehutte et. all. (2009:264) bahwa
melaksnakan adaptasi sebagai salah satu upaya untuk ditindaklanjuti oleh pengelola
Badan Usaha Milik Desa baik secara melembaga maupun secara individu. Sebagai
salah satu dimensi budaya organisasi adaptasi perlu mendapat perhatian sebab
memiliki peran yang sangat strategis dan dapat berpengaruh terhadap kinerja usaha
bahwa perilaku wirausaha berpengaruh positif sebesar 0,349 atau sebesar 34,9 %
dan signifikan pada taraf signifikansi α = 5 % atau 0,05 terhadap kinerja Badan
Usaha Milik Desa. Hasil uji ini mengandung makna bahwa perilaku wirausaha
memiliki kecendrungan yang cukup besar dalam membentuk kinerja Badan Usaha
perilaku wirausaha merupakan determinasi dari variabel kinerja. Hal ini dapat
dimaknai bahwa kinerja pada Badan Usaha Milik Desa sebahagian besar
usaha kecil industri agro. Indikator keberhasilan kinerja pengusaha kecil yang
pengusaha kecil industri agro. Hasil penelitian ini memperjelas bahwa perilaku
dengan dimensi kinerja usaha yang dikemukakan Day (1999) bahwa performance
(pangsa pasar), dalam hal ini sejauh mana perusahaan tersebut mampu untuk
signifikan.
238
menciptakan lapangan kerja dan kekayaan bagi anggota keluarga. Tanpa perilaku
masa depan. Hasil ini mempertegas keabsahan akan adanya pengaruh perilaku
Sebab Menurut Bird dan Schjoedt (2009), perilaku wirausaha merupakan bagian
yaitu; memiliki rasa tanggung jawab atas usahanya, berani mengambil resiko dalam
menjalankan usahanya, percaya diri untuk berhasil, memiliki semangat dan kerja
wirausaha dapat dilihat dari pola tingkah laku individu dalam mengidentifikasi
239
peluang usaha, memiliki rasa tanggung jawab, berani mengambil resiko, percaya
pengelola terhadap kinerja usaha sebagaimana hasil uji signifikansi dan wawancara
Untuk lebih memahami lebih lanjut hasil uji signifikansi dan hasil
wawancara dapat dilihat pada hasil analisis deskriptif berdasarkan item pernyataan
reponden terhadap item-item pernyataan atau pertanyaan yang diajukan dari enam
74,7, dimensi menangani resiko dengan koefisien pengaruh sebesar 78,5, dimensi
membuat keputusan di bawah ketidak pastian koefisien pengaruh sebesar 69,8 dan
nilai tertinggi dan terrendah selisihnya sebesar 10.9 dan masih berada di atas taraf
signifikansi 0.5. Hasil perolehan ini dapat dimaknai bahwa keseluruhan dimensi
kemapuan pengelola dalam menangani resiko terhadap perubahan yang terjadi baik
dan Zimmerer (2005:4) bahwa bahwa perilaku seorang wirausahawan adalah orang
yang memiliki kemampuan menciptakan bisnis baru dan berani menghadapi resiko
peluang dan merancang sumber daya yang diperlukan pada usaha mereka.
perhatian dari pihak pengelola sebab dengan membangun relasi dan jaringan akan
lebih memperluas dan membuka peluang baru dan saling bertukar ide maupun
Emmy, 2016:5) bahwa jejaring kerja adalah proses aktif membangun dan
relasi dan jaringan perlu mendapat perhatian sebab memiliki peran penting dan
bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa
241
yang dimediasi oleh perilaku wirausaha. Hasil uji ini cukup berbeda jika
dibandingan dengan hasil uji sebelumnya yang menguji secara langsung pengaruh
kompetensi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa. Perbedaan ini nampak pada
uji hipotesis pengaruh tidak langsung pengaruhnya lebih besar dari uji pengaruh
langsung terhadap kinerja usaha. Hal ini memberi isyarat bahwa kompetensi
pengaruhnya terhadap kinerja usaha akan lebih meningkat jika dimediasi oleh
perilaku wirausaha. Hasil uji ini semakin dipertegas oleh Davis dan Newstrom
memberikan isyarat bahwa organisasi dikelola dengan baik dan secara fundamental
Bila dianalisis lebih lanjut hasil uji pengaruh kompetensi pengelola yang
dimediasi perilaku wirausaha terhadap kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa lebih
kecil bersumber dari kompetensi pengelola sebesar 20 % dan pengaruh lebih besar
pengelola memiliki peran sebagai katalisator pada proses peningkatan kinerja usaha
Badan Usaha Milik Desa. Artinya bahwa mediasi perilaku wirausaha turut
usaha. Hal ini nampak dari hasil analisis smart PLS 3,1 melalui uji specific effect.
memiliki nilai koefisien paling besar dari enam dimensi perilaku wirausaha
pengelola. Besarnya nilai koefisien dimensi ini mengandung arti bahwa dimensi
dimensi lainnya sebagai katalisator dalam pada proses peningkatan kinerja usaha.
resiko sebagaimana dapat dipahami dari hasil wawancara dengan pengelola nampak
pada aktifitas pengelolaan Badan Usaha Milik Desa terutama pada hal-hal yang
dengan mengorganisir resiko usaha baik yang datangnya dari dalam maupun dari
luar organisasi dan mengatur resiko agar tidak terjadi persaingan usaha. Disamping
itu mengasumsikan resiko sebagai suatu tantangan yang dihadapi dan diminimalisir
Milik Desa. Hal ini dapat ditelusuri secara lebih detail dari indikator dimensi
resiko usaha Badan Usaha Milik Desa. Tingginya nilai dari tanggapan responden
Alma 2018:57) bahwa mereka yang ketika menetapkan sebuah keputusan, telah
memehami secara sadar resiko yang bakal dihadapi, dalam arti resiko itu sudah
dibatasi dan terukur, dan kemungkinan munculnya resiko itu dapat diperkecil. Dari
perubahan dan tantangan ini merupakan inovasi kreatif dari pengelola dalam
yaitu peran variabel komptensi terhadap perilaku wirausaha, serta peran variabel
perilku perilaku wirausaha terhadap kinerja usaha. Hal ini semakin memperjelas
dapat dilakukan dengan peran pengelola dalam pengelolaan usaha Badan Usaha
Milik Desa. Hal ini didasakan pada asumsi bahwa pengelola Badan Usaha Milik
dikatakan bahwa peningkatan kinerja usaha dapat diraih dengan penerapan nilai-
244
nilai perilaku wirausaha sebagai wujud dari kompetensi para pengelola. Penerapan
resiko serta kegigihan para pengelola dalam menjalankan dan mengelola usaha
Usaha Milik Desa yang dimediasi oleh perilaku wirausaha. Hasil uji tersebut sangat
berbeda bila disandingkan dengan hasil uji sebelumnya yang menguji pengaruh
langsung budaya organisasi terhadap usaha kinerja Badan Usaha Milik Desa.
Perbedaan ini nampak pada perolehan yang tidak signifikan hasil uji pengaruh tidak
langsung dengan nilai koefisien negatif sebesar -0,097. Sementara pada hasil uji
langsung pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja usaha Badan Usaha Milik
Desa menunjukkan hasil uji yang signifikan dengan nilai koefisien pengaruh
sebesar 34.3 %.
kinerja usaha memberi isyarat bahwa untuk kasus Badan Usaha Milik Desa budaya
organisasi tidak berjalan linier dalam pencapaian kinerja. Artinya bahwa perilaku
kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa, meskipun antara budaya organisasi dan
wirausaha dan kinerja usaha punya hubungan positif. Namun bila budaya organisasi
245
dimediasi oleh perilaku wirausaha tidak akan memberi kontribusi pengaruh pada
pencapaian kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa. Temuan hasil penelitian ini
organisasi mencapai kinerja unggul dan kompetitif melalui interaksi dan perilaku
individu.
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh hasil interaksi antara perilaku wirausaha dan
budaya organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan hal ini di duga karena
terdapat kontradiksi antara nilai loading faktor pada varibel perilaku wirausaha.
Kontradiksi pada variabel perilaku wirausaha terjadi karena nilai perolehan pada
dimensi kemampuan untuk membangun relasi dan jaringan (Y4), dan dimensi
(Y5) nilainya relatif kecil di bandingkan dgn nilai loading faktor pada variabel
budaya organisasi. Hasil uji koefisien ini menunjukan indikasi bahwa perilaku
terhadap kinerja usaha sehingga dapat menurunkan kinerja Badan Usaha Milik
Desa.
bahwa perilaku organisasi bukan merupakan mediator antara budaya organisasi dan
prestasi kerja. Demikian juga dengan penelitian Frank, Kessler dan Fink (2010)
246
serta Anderson (2010) yang melaporkan korelasi yang rendah dan hubungan negatif
perusahaan. Hasil uji ini berbeda dengan beberapa model teoritis sebagaimana
pandangan Ferris et al., (1998) yang menegaskan bahwa budaya yang efektif dari
suatu organisasi didasarkan pada nilai-nilai pendukung dan kemudian sistem ini,
pada gilirannya, menciptakan dampak positif pada sikap dan perilaku karyawan,
Bila dicermati nilai perolehan hasil uji hipotesis yang kontradiksi antara
nilai loading faktor pada varibel perilaku wirausaha sebagaimana wawancara yang
usaha lainnya terutama pada unit-unit usaha yang dianggap berkembang setidaknya
sebagai mediator antara budaya organisasi dan kinerja usaha tidak dapat
memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa.
247
determinan budaya organisasi terhadap kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa.
uraian di atas maka dalam pencapaian kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa pihak
keseluruhan karakter organisasi serta memberikan nilai tambah. Dari pandangan ini
Konovsky & Pugh (1994) mengemukakan perilaku individu yang merupakan aspek
keorganisasian.
dapat dijelaskan bahwa dalam peningkatan kinerja usaha dari sudut budaya
organisasi dan perilaku wirausaha para pengelola sudah menerapkan dengan baik.
Namun pada ketika perilaku wirausaha dijadikan mediator antara budaya organisasi
dan kinerja usaha terdapat beberapa dimensi pada variabel perilaku wirausaha yang
mengelola usaha. Perilaku wirausaha yang ada pada para pengelola masih sebatas
mencontoh dan mengadopsi jenis usaha yang ada pada tempat usaha lain dalam arti
bahwa belum ada perilaku wirausaha yang benar-benar murni merupakan ide,
inovasi atau kreativitas serta belum memiliki orientasi kewirausahaan dari para
memperkenalkan barang baru dan metode baru yang lebih efektif dan efisien,
membuka pasar baru dan mencari peluang sumber pasokan baru, bersikap proaktif,
serta berani mengambil risiko. Sebaliknya pengusaha yang berorientasi pada usaha
kecil (SBO) cenderung kurang memiliki inovasi, tidak aktif dalam pemasaran dan
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja BUMDes dapat dilakukan dengan
di internal organisasi juga perlu adanya internalisasi nilai dari adaptasi eksternal
Scholz (1987) bahwa budaya yang kuat akan membuat organisai kuat dan dapat
membentuk pola perilaku dalam organisasi yang dapat menghadapi persaingan dan
pengelola berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Hasil analisis
memotivasi setiap pengelola dalam pencapaian kinerja Badan Usaha Milik Desa.
dalam organisasi dengan kondisi kejiwaan dan mental yang berupa tenaga,
Motivasi merupakan salah satu karakteristik dari kompetensi yang ada pada
setiap individu menjadi salah satu pemicu pengelola dalam aktifitas pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa sehingga memberi dampak positif bagi peningkatan
kinerja usaha. Spencer dan Spencer 1993 (dalam Sanghi 2007:10) mengemukakan
bahwa motivasi adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan
perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu. Selanjutnya Dysvik dan Kuvaas
keinginan kuat seseorang atau individu untuk sukses dalam menghadapi tantangan
250
dan peluang atas apa yang telah mereka targetkan. Motivasi yang timbul dari dalam
diri seperti yang disebutkan di atas termasuk pada kategori motivasi berprestasi.
maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Lebih lanjut Osteraker 1999
mencapai tujuan didorong oleh motivasi untuk berhasil dalam mengelola sebagai
wujud dari kapabilitas kompetensi para pengelola suatu organisasi. Lebih lanjut
kompetensi yang tidak tampak atau lebih tersembunyi serta lebih dalam dan
3) Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan
dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri). 4) Self image adalah pandangan orang
dari seorang karakteristik yang membuat orang untuk berperilaku. 6) Motive adalah
251
sesuatu dorongan seseorang secara konsisten berperilaku, sebab perilaku seperti hal
bagian kepribadian yang mendalam yang tercermin pada perilaku setiap orang yang
dapat dilihat pada berbagai situasi kondisi dan tugas pekerjaan. Disamping itu juga
dengan kompetensi yang ada pada setiap individu pihak manajemen dalam hal ini
pimpinan organisasi dapat melihat siapa yang memiliki kinerja yang baik maupun
kurang baik dengan menggunakan standar penilaian yang berlaku sebagai dasar
kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu akan dapat menjadikan keunggulan
suatu pekerjaan atau aktivitas berupa keinginan untuk berprestasi yang berpengaruh
terhadap hasil yang ingin dicapai. 6) Perilaku, menyangkut isu-isu emosional yang
yang memiliki tingkat kegigihan (keuletan) yang tinggi dalam mengelola usaha
kegigihan (keuletan) sebagai salah satu indikator yang dapat meningkatkan secara
optimal pencapaian kinerja usaha. Kegigihan (keuletan) yang dalam kearifan lokal
pengelolaan usaha. Mole’ato adalah sikap atau semangat kerja yang dimiliki
Kompetensi
Pengelola
pengelola yang diwakili oleh lima dimensi sebagai model kompetensi pengelola
dalam penelitian ini, ditemukan pula faktor lain yang ikut mempengaruhi
peningkatan kinerja usaha. Pernyataan ini dadasarkan pada hasil analisis baik secara
aktifitas usaha. Artinya bahwa secara teori dari 5 (lima) indikator kompetensi
pengelola akan lebih kuat lagi pengaruhnya terhadap kinerja BUMDes apabila
KU = f(M,W,KD,P,K, KG)……………………………….(1)
Keterangan:
KU = Kinerja Usaha
F = Fungsi
M = Motivasi
W = Watak
KD = Konsep Diri
P = Pengetahuan
K = Keterampilan
KG = Kegigihan/keuletan (Motuliato)
Model di atas menggambarkan tentang informasi kerangka pikir peneliti
organisasi pengaruhnya positif dan signifikan terhadap kinerja usaha. Hasil analisis
Kabupaten Gorontalo.
dalam konteks bisnis berskala kecil, kemampuan adaptasi menjadi lebih penting.
terutama karena cadangan kas yang terbatas, kapasitas utang, sering bergantung
pada lini produk/jasa yang terbatas, dan kecenderungan untuk mengandalkan pada
ini menegaskan bahwa secara lebih spesifik setiap organisasi usaha baik yang
berskala kecil maupun besar harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
system, 6) penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.
Organisasi yang beradaptasi untuk berubah dan mencari dengan kreatif untuk cara-
cara yang baru dan lebih baik untuk mengoperasikan dan mempertemukan dengan
kebutuhan para karyawan dan konsumen mereka. Lebih lanjut Schein (2010: 17)
dinyatakan valid untuk diajarkan kembali pada individu-individu baru sebagai cara
yang tepat dalam menerima, merasakan dan berpikir dalam menghadapi hambatan-
hambatan tersebut. Dari kedua pandangan tersebut dapat dipahami bahwa budaya
adaptif tidak dengan sendirinya dimiliki oleh suatu orgaisasi tetapi melalui suatu
adaptif yang meliputi, 1) semua karyawan, bagian, dan kelompok dalam organisasi
membantu dalam proses. Itu meliputi jaringan dengan konsumen dan pemegang
kepentingan lain, tenaga ahli dari luar, bahkan dengan para pesaing, dan terakhir 3)
bereksperimen tanpa ada rasa takut. Pandangan ini memberi isyarat bahwa dalam
beradaptasi perlu adanya kerjasama semua unsur organisasi maupun dengan pihak
luar organisasi.
suatu organisasi dengan memotivasi karyawan menuju tujuan dan sasaran bersama,
dan akhirnya membentuk dan mengarahkan karyawan ke arah perilaku yang lebih
(2010: 17) mengemukakan bahwa terdapat beberapa unsur yang esensial untuk
sasaran secara lebih spesifik yang ingin dicapai, 3) alat/sarana yang digunakan,
perubahan. Budaya yang adaptif dicirikan oleh orang-orang yang berani mengambil
resiko, percaya satu sama lain, memiliki pendekatan proaktif untuk kehidupan
pekerjaan mereka.
menurut peneliti sangat perlu mendapat perhatian oleh pihak pengelola demi
eksternal. Adaptasi eksternal sebagai salah satu faktor pendekatan dapat mewakili
agar bisa dipahami dan dipedomani sebagai budaya dalam organisasi oleh
Gorontalo.
budaya adaptif guna peningkatan budaya organisasi akan lebih efektif dengan
secara optimal pencapaian kinerja usaha. Internalisasi nilai dalam kearifan lokal
(local wisdom) budaya gorontalo dikenal dengan istilah “mopolo’opo tu’du” sebab
dalam kajian budaya organisasi bahwa budaya lokal turut mempengaruhi budaya
aturan yang mengandung nilai-nilai berupa aturan yang terkait pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) juga nilai-nilai dalam budaya lokal Gorontalo.
Artinya bahwa dalam pengelolaan usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
pengelola perlu menginternalisasi nilai baik nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam
tata kelola maupun nilai-nilai budaya lokal yang berlaku di masyarakat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa budaya organisasi akan dapat dicapai secara
Budaya
Organisasi
1) Keterlibatan
(involvement) Internalisasi Nilai Kinerja
2) Konsistensi (Mopolo’opo Tu’udu) BUMDes
(consistency)
3) Adaptabilitas
(adaptability)
4) Misi (mission)
terhadap kinerja usaha, dimana sebagai selain variabel budaya organisasi yang
diwakili oleh empat dimensi sebagai model budaya organisasi dalam penelitian ini,
ditemukan pula faktor lain yang ikut mempengaruhi peningkatan kinerja usaha.
Pernyataan ini didasarkan pada hasil analisis baik secara teoritik maupun empirik
organisasi akan lebih optimal apabila didukung oleh internalisasi nilai. Hal ini
mengandung makna bahwa secara teori dari 4 (empat) indikator budaya organisasi
akan lebih kuat lagi pengaruhnya terhadap kinerja BUMDes apabila ditambahkan
sebagaimana berikut:
KU = f(I,C,A,M, IN)……………………………….(2)
Keterangan:
KU = Kinerja Usaha
F = Fungsi
I = Involvement (Keterlibatan)
261
C = Consistency (Konsistensi)
A = Adaptability (Adaptabilitas)
M = Mission (Misi)
IN = Internalisasi Nilai (Mopolo’opo Tu’udu)
wirausaha pengaruhnya positif dan signifikan terhadap kinerja usaha Badan Usaha
perilaku wirausaha.
perhatian dari pihak pengelola sebab dengan membangun relasi dan jaringan akan
262
lebih memperluas dan membuka peluang baru dan saling bertukar ide maupun
Emmy, 2016:5) bahwa jejaring kerja adalah proses aktif membangun dan
relasi dan jaringan perlu mendapat perhatian sebab memiliki peran penting dan
juga dengan kemitraan yang menurut para ahli merupakan hubungan kerjasama
antara dua pihak atau lebih dengan tujuan yang saling menguntungkan antara kedua
bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Sementara Boone dan Kurtz
(2017:21) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan afiliasi dari dua atau lebih
perusahaan dengan tujuan bersama, yaitu saling membantu dalam mencapai tujuan
Bersama. Dari kedua konsep di atas dapat dipahami bahwa kemitraan atau
hubungan relasi dan jaringan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
atau lebih kelompok usaha melalui proses kerjasama dalam waktu tertentu dengan
dengan pihak lain sebuah kelompok usaha akan dapat merealisasikan tujuan yang
263
ingin dicapai. Hal ini sebagaimana dikemukakan Neergard et. al (2005) bahwa
membangun hubungan yang baik antar individu maupun dengan organisasi bisnis
lain sering dilihat sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal
ini didukung oleh temuan hasil penelitian Barnir dan Smith, 2002; Brush et al.,
2001; Grave dan Salaff, 2003 (dalam, Azmi 2019:12) bahwa membangun hubungan
dan jaringan merupakan sumber daya yang sangat diperlukan dalam memperoleh
informasi untuk pengusaha dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Arenius 2006 (dalam, Azmi
dengan pihak luar. Artinya bahwa hubungan dan jaringan yang sudah terbangun
selama ini perlu lebih ditingkatkan dengan membina hubungan agar terjalin
kerjasama secara terus menerus. Membina hubungan dengan pihak luar sebagai
salah satu faktor pendekatan dapat mewakili dimensi-dimensi yang ada guna
budaya adaptif guna peningkatan budaya organisasi akan lebih efektif dengan
264
salah satu indikator yang dapat meningkatkan secara optimal pencapaian kinerja
usaha. Membina hubungan dengan pihak luar dalam kearifan lokal (local
sikap dan perilaku seseorang dalam menjalin hubungan dengan pihak lain yang
selalu dibina dan dipertahankan agar hubungan kerjasama tetap berjalan dengan
baik. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan membina hubungan dengan pihak luar
Dengan demikian dapat dikatan perilaku wirausaha pengelola akan lebih meningkat
berikut ini:
terhadap kinerja usaha, dimana sebagai selain variabel perilaku wirausaha yang
diwakili oleh enam dimensi sebagai model perilaku wirausaha dalam penelitian ini,
ditemukan pula faktor lain yang ikut mempengaruhi peningkatan kinerja usaha.
265
Pernyataan ini dadasarkan pada hasil analisis baik secara teoritik maupun empirik
wirausaha akan lebih optimal apabila didukung oleh membina hubungan dengan
pihak luar. Hal ini mengandung makna bahwa secara teori dari 6 (enam) indikator
perilaku wirausaha pengelola akan lebih kuat lagi dan mensuport maksimal
dengan pihak luar sebagai bentuk pengembangan model dalam penelitian ini.
berikut:
KU = f(MI,IP,MR,MB,MK,BP, MHPL)………………………….(3)
Keterangan:
KU = Kinerja Usaha
F = Fungsi
MI = Mengumpulkan Informasi
IP = Identifikasi Peluang
MR = Menangani Resiko
MB = Membangun Relasi dan Jaringan
MK = Membuat Keputusan dan Ambiguitas
BP = Belajar Dari Pengalaman
MHPL = Membina Hubungan Dengan Pihak Luar (Moa’wota)
Model di atas menggambarkan tentang informasi kerangka pikir peneliti
secara parsial akan tetapi dapat diterapkan secara simultan dengan komptensi
Badan Usaha Milik Desa. Secara simultan kerangka model pengembangan teori ini
“PADUMA” dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Oleh sebab
itu secara geometris kerangka model simultan dari faktor-faktor tersebut dapat
usaha peneliti menawarkan konsep model yang didasarkan atas temuan hasil
penelitian yang memberikan pengaruh pada peningkatan kinerja usaha. Untuk lebih
267
memahami lebih jelas tentang tawaran model tersebut maka peneliti menyajikannya
Tawaran Model
Variabel Penelitian Temuan Penelitian
Temuan Penelitian
Kompetensi Pengelola Kompetensi Pengelola
1. Motivasi 1. Motivasi
2. Watak 2. Watak
Kegigihan (Moleato)
3. Konsep Diri 3. Konsep diri
4. Pengetahuan 4. Pengetahuan
5. Keterampilan 5. Keterampilan
6. Kegigihan (Moleato)
Budaya Organisasi Budaya Organisasi
1. Involvement 1. Involvement
(Keterlibatan) (Keterlibatan)
2. Consistency 2. Consistency
Internalisasi Nilai
(Konsistensi) (Konsistensi)
(Mopolo’opo Tu’udu)
3. Adaptability 3. Adaptability
(Adaptabilitas) (Adaptabilitas)
4. Mission (Misi) 4. Mission (Misi)
5. Internalisasi Nilai
(Mopolo’opo Tu’udu)
Perilaku Wirausaha Perilaku Wirausaha
1. Mengumpulkan 1. Mengumpulkan
Informasi Informasi
2. Identifikasi Peluang 2. Identifikasi Peluang
3. Menangani Resiko Membina Hubungan 3. Menangani Resiko
4. Membangun Relasi Dengan Pihak Luar 4. Membangun Relasi
dan Jaringan (Moa’wota) dan Jaringan
5. Membuat Keputusan 5. Membuat Keputusan
dan Ambiguitas dan Ambiguitas
6. Belajar Dari 6. Belajar Dari
Pengalaman Pengalaman
7. Membina Hubungan
Dengan Pihak Luar
(Moa’wota)
Sumber: Data Olahan 2021
Berdasarkan pemaparan tawaran model pada tabel 4.28 di atas, peneliti
menawarkan konsep model yang yang dinamakan tawaran model temuan penelitian
sebagai langkah untuk mendapatkan model yang betul-betul efektif dalam rangka
meningkatkan kinerja usaha. Peningkatan kinerja usaha dipengaruhi oleh tiga faktor
268
pihak luar. Ketiga indikator ini akan memperkuat indikator pada masing-masing
variabel yang sudah diteliti. Hasil ini didasarkan atas temuan penelitian bahwa
atas.
peningkatan kinerja usaha. Disamping itu juga akan tercipta kondisi dinamis yang
saling menutupi kekurangan dan kelemahan tiap indikator sebagai sebuah kekuatan
sekitar serta dampak lainnya pada peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes).
269
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kompetensi berpengaruh posistif sebesar 0,572 atau 57,2 % dan signifikan pada
taraf nyata α = 0,05 terhadap perilaku wirausaha pengelola Badan Usaha Milik
Desa di Kabupaten Gorontalo dengan nilai tStatik sebesar 9,309 nilai tersebut lebih
besar dari ttabel 1,659. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivtas
pengelola dalam kegiatan pengelolaan yang terpola dengan standar dan nilai
taraf nyata α = 0,05 terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa dengan nilai tStatik
sebesar 2,272 nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,659. Berdasarkan hasil analisis
dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki oleh pengelola. Hal ini menunjukkan
269
270
3. Budaya organisasi berpengaruh positif sebesar 0,292 atau 29,2 % dan signifikan
pata taraf nyata α = 0,05 terhadap perilaku wirausaha pengelola Badan Usaha
Milik Desa dengan nilai tStatik sebesar 4,187 nilai tersebut lebih besar dari t tabel
1,659. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh ini diakibatkan oleh
memiliki peran yang sangat strategis dan pengaruh terhadap perilaku wirausaha.
4. Budaya organisasi berpengaruh positif sebesar 0,343 atau 34,3 % dan signifikan
pada taraf nyata α = 0,05 terhadap kinerja usaha Badan Usaha Milik Desa dengan
nilai tStatik sebesar 4,686 nilai tersebut lebih besar dari ttabel 1,659. Hasil penelitian
cukup besar dalam membentuk kinerja Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten
kebutuhan masyarakat.
5. Perilaku wirausaha berpengaruh positif sebesar 0,349 atau 34,9 % dan signifikan
pata taraf nyata α = 0,05 terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa dengan nilai
tStatik sebesar 3,750 nilai tersebut lebih besar dari t tabel 1,659. Hasil penelitian ini
organisasi Badan Usaha Milik Desa. Dengan demikian dari berbagai pemikiran
ambguitas sebagai point kritis yang harus disikapi oleh pengelola Badan Usaha
Milik Desa.
pata taraf nyata α = 0,05 terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa yang
dimediasi oleh perilaku wirausaha dengan nilai tStatik sebesar 3,232 nilai tersebut
lebih besar dari ttabel 1,659. Dari uraian pembahasan sebagaimana yang telah
terhadap kinerja usaha yang dimediasi oleh perilaku wirausaha. Sehingga dapat
dikatakan bahwa peningkatan kinerja usaha dapat diraih dengan penerapan nilai-
7. Budaya organisasi berpengaruh negative sebesar -0,097 atau -9,7 % dan tidak
signifikan pata taraf nyata α = 0,05 terhadap kinerja Badan Usaha Milik Desa
yang dimediasi oleh perilaku wirausaha dengan nilai tStatik sebesar 1,078 nilai
272
tersebut lebih kecil dari ttabel 1,659. Berdasarkan nilai koefisien negatif dan tidak
wirausaha pengelola terhadap kinerja usaha memberi isyarat bahwa untuk kasus
Badan Usaha Milik Desa budaya organisasi tidak berjalan linier dalam
Milik Desa, meskipun antara budaya organisasi dan perilaku wirausaha memiliki
hubungan posistif demikian pula halnya perilaku wirausaha dan kinerja usaha
punya hubungan positif. Namun bila budaya organisasi dimediasi oleh perilaku
5.2 Implikasi
apabila aktivtas pengelola dalam kegiatan pengelolaan yang sudah terpola dapat
3. Perilaku wirausaha dapat meningkatkan kinerja Usaha Badan Usaha Milik Desa
5.3 Saran
kegigihan (keuletan) dalam bekerja sebagai wujud dari rutinitas kerja dalam
yang ditawaran.
nilai dari adaptasi eksternal dalam upaya peningkatan perilaku wirausaha para
pengelola BUMDes.
mendapatkan informasi tentang peluang usaha, harga, dan segala sesuatu yang
para pengelola perlu juga adanya penerapan membina hubungan dengan pihak
juga perlu membina hubungan dengan pihak luar sebagai upaya dalam
DAFTAR PUSTAKA
Asree, Susita. Zain, Mohamed. dan Razalli, Mohd Rizal. 2010. Influence Of
Leadership Competency And Organizational Culture On Responsiveness
And Performance Of Firms. International Journal of Contemporary
Hospitality Management Vol. 22 No. 4, 2010 pp. 500-516. Emerald
Group Publishing Limited 0959-6119 DOI 10.1108/09596111011042712
276
277
Baron, R.A., Branscombe, N.R., & Byrne, D. (2008). Social psychology, 12th
Ed. Boston, MA: Pearson Education.
Baum, J.R., Locke, E.A., & Smith, K.G. 2001. A Multidimensional Model of
Venture Growth. Academy of Management Journal. 44 (2), 292-303.
Bird, B., dan Schjoedt. 2009. Entrepreneurial Behavior: Its Nature, Scope,
Recent Research, and Agenda for Future Research. In A.L Carsrud & M.
Brannback (Eds), Understanding the Entrepreneurial Mind. New York:
Springer.
Boone, E., Louis. Kurtz, L., David. 2017. Pengantar Bisnis Kontemporer.
Jakarta. Salemba Empat.
Coad, Alan F. (1999). Some survey evidence on the learning and performance
orientations of management accountants, Management Accounting
Research, 10: 109-135.
Deddi dan Ayuningtyas, (2010). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Kedua, Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
Darsono dan Tjatjuk Siswandoko (2011). Sumber Daya Manusia Abad 21.
Penerbit Nusantara Consulting. Jakarta.
278
Day, GS. 1999. Market-Driven Strategy: Processes For Creating Value. New
York (US): The Free Press A. Division of McMillan Inc.
Denison, Daniel, Jay Janovies, Jana Young dan Hee Jae Cho. 2006. Diagnosing
Organizational Cultures: Validating a Model and Method. Journal
International Institute for Management Development
Emmy, Sovia. 2016. Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat III, Agenda
Membangun Tim Efektif Jejaring Kerja. Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.
Erten, I., I & Topyaka, E., Z. (2009). Understanding tolerance of ambigutiy of efl
learners in reading clasees at tertiary level. Novitas-ROYAL, 3(1), 29-44.
https://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/Referen
ce sPapers.aspx?ReferenceID=1833932
Ferris, G. R., Arthur, M. M., Berkson, H. M., Kaplan, D. M., Harrell-Cook, G.,
& Frink, D. D. (1998). Toward a social context theory of human resource
279
Flynn, F. J., & J.A. Chatman. 2001. Strong cultures and innovation: Oxymoron
or opportunity. In C. L. Cooper, S. Cartwright, & P. C. Earley (Eds.),
International handbook of organizational culture and climate. New York:
John Wiley & Sons.
Hameed, A., & Waheed, A. (2011). Employee Development and its affect on
Employee Performance: A Conceptual Framework. International Journal
Humaties and Social Science, 2 (3)
Ihsan, Ahmad, Nur. 2018. Analisis Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Gerbang Lentera Sebagai Penggerak Desa Wisata Lerep.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/21911/20172.
Vol.7 No. 04 2018
280
Jaryono dan Tohir. 2019. Analisis Kinerja Bumdes “Mitra Usaha Makmur”
Dalam Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Desa (Pades) Desa
Susukan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Jurnal Online FEB
UNSOED. http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-
1/article/viewFile/1390/1419.
Konovsky, M.A., & Pugh, S.D. (1994). Citizenship behavior and social
exchange. Academy of Management Journal, 37(3), 656- 669
Kotter and Heskett, 1992. Corporate Culture and Performance. , New York. The
Free Press
Kreitner, Rober dan Kinicki 2008. Organizational Behavior. 8th Edition. Boston:
McGraw-Hill.
Li, H., 2000. How does New Ventures Strategy Matter in the Environment
Performance Relationship?, Journal of High Technology Management
Research, Vol.12, pp.183-204.
281
Mahmudi, 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Penerbit UPP STIM YKPN.
Maulani, Venty Hertina, Widiartanto & Reni Shinta Dewi. 2015. Pengaruh
Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Organizational Citizenship Behavior (OCB) Sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus pada Karyawan PT Masscom Graphy
282
Mclain, D., L., Kefffalonitis, E., & Armany, K. (2015). Ambiguity tolerance in
oraganizations: definitional clarification and perpectife on future
research. Front. Psychol. 6:344. Doi: 10.3389/Fpsyg.2015.00344
Morcol, Goktugn Ed. (2007). Handbook Of Decision Making. Taylor & Francis
Group Boca Raton London, New York.
Neergaard, H., Shaw, E., & Carter, S. (2005). The Impact of Gender, Social
Capital and Networks on Business Ownership: A Research Agenda.
International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 338-357.
Noor, Mohd, Khairul, Baharein., Dola Kamariah. 2009. Job Competencies for
Malaysian Managers in Higher Education Institution. Asian Journal of
Management and Humanity Sciences, Vol. 4, No. 4, pp. 226-240
Rhodes, Jo. Hung, Richard. Lok, Peter. et. al. 2008. Factors Influencing
Organizational Knowledge Transfer: Implication For Corporate
Performance. Journal Of Knowledge Management. VOL. 12 NO. 3 2008,
Pp. 84-100, Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1367-3270
Rivai, Zainal, Veithzal. Gufron Mukti Ali. 2018. Performance Appraisal (Cara
Tepat dan Mudah Mengukur dan Menilai Kinerja Karyawan Dalam
Perusahaan). Depok. Raja Grafindo Persada.
Schein, Edgar H. 2010. Organizational Culture and Leadership 2nd Ed. San
Francisco: Jossey-Bass
Sore, Udin, B. dan Sobirin. 2017. Kebijakan Publik. Makassar. CV Sah Media.
Susandya, AA Putu Gede Bagus Arie. 2019. Penerapan Prinsip Good Corporate
Governance demi Tercapainya BUMDes yang Profesional. Kompasiana
18 Oktober 2019.
https://www.kompasiana.com/akuntansiunmas/5da95eb4097f36081a21dcd2/pe
nerapan-prinsip-good-corporate-governance-demi-tercapainya-bumdes-yang-
profesional
Van der Post, W.Z., de Coning, T.J. and Smit, E.V. (1998). The relationship
between organisational culture and financial performance: some South
African evidence. South African Journal of Business Management, Vol.
29 No. 1, pp. 30-41
Widodo. 2014. Upaya Peningkatan Kinerja Inovatif berbasis Pola Kerja Cerdas dalam
Konteks Teknologi Informasi. Jurnal Manajemen Teknologi Vol.13 | No.2 |
2014
Winarno, Sigit dan Ismaya, Sujana. 2003. Kamus Besar Ekonomi. Bandung.
Pustaka Garuda.
Xu, H., & Tracey, T. J. (2015a). Ambiguity tolerance with career indecision: an
examination of the mediation effect of career decision-making
selfefficacy. Journal of Career Assessment, 23, 519-532.
Dokumen:
Dengan Hormat,
Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dalam bentuk Disertasi pada
Program Doktor Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Neger
Gorontalo, kami melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kompetensi
Pengelola, Budaya Organisasi dan Perilaku Wirausaha Terhadap Kinerja
BUMDes Di Kabupaten Gorontalo”. Sehubungan dengan kegiatan tersebut
kami memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu sejenak dalam
pengisian angket dengan cara memberi tanda silang (X) pada pernyataan yang
diaanggap sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu.
Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan hasilnya
merupakan sumbangan pemikiran terhadap keberlanjutan dan pengembangan
usaha Badan Usaha MIlik Desa (BUMDes) di Kabupaten Gorontalo. Dalam
pengisian angket ini Bapak/Ibu mohon kiranya memberikan jawaban yang
benar-benar jujur apa adanya sesuai dengan situasi yang diketahui dalam
melaksanakan pengelolaan Badan Usaha MIlik Desa (BUMDes) di Desa ini.
Atas bantuan, dan perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan
terima Kasih.
Gorontalo, Maret 2021
Hormat Saya
Rusli Isa
Lampiran: 3
Rusli Isa lahir di Gorontalo pada tanggal 6 Juli 1966 dari Ayah
Abd. Latif Isa dan Ibu Saada Duhe merupakan anak ke 10 dari
11 bersaudara. Menikah dengan Lun A. Rupu, S.Pd., M.Si dan
telah dikaruniai anak Lutviana Rachma Eka Putri Isa dan
Zachra Amalia Dwi Ramadhani Isa. Tahun 2005 sebagai
awal pengabdian peneliti sebagai dosen tetap pada Universitas Negeri Gorontalo.
Pendidikan formal pada SDN I Kayubulan Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo lulus Tahun 1979, pada Tahun yang sama melanjutkan Pendidikan ke
SMPN I Limboto Kabupaten Gorontalo lulus pada Tahun 1982. Tahun 1985
menamatkan Pendidikan pada jenjang SMA dan pada Tahun 1991 dinyatakana
lulus pada program Sarjana Pendidikan FKIP Unsrat Manado. Meraih gelar
Magister Ilmu Administrasi pada Universitas Padjadjaran Bandung Tahun 2009,
terdaftar sebagai mahasiswa program Doktor Pascasarjana Universitas Negeri
Gorontalo sampai dengan sekarang.
Karya ilmiah yang telah dihasilkan 5 tahun terakhir; 1) Pengaruh Disiplin
Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Kantor Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan dan KB Kota Gorontalo, Tahun 2018; 2) Improve
Community Income Through Community Empowerment Programs Joint Business
Group (Kube) in Dumati Village, Telaga Biru District, Gorontalo District, Tahun
2019; 3) Pemberdayaan Masyarakat dan Kerjasama Masyarakat Swasta Mengatasi
Masalah Stunting di Desa Lomuli-Kabupaten Pohuwato, Tahun 2020; 4)
Management Competency in Improving Performance BUMDes Organization in
Gorontalo Regency, Indonesia, Tahun 2021; 5) Effectiveness of the Collection of
the Levy and Cleanliness in Increasing the Original Income of the Area in the City
of Gorontalo, Indonesia, Tahun 2021. Disamping itu juga menulis buku dengan
judul: Kebijakan Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan Kesetaraan, Tahun
2021.
Selain karya ilmiah tersebut peneliti masuk sebagai anggota tim penelitian
kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pohuwato dengan Judul “Evaluasi
Program Kebijakan Bantuan Ternak”, Tahun 2019; Selanjutnya Tahun 2021
anggota tim peneliti kerjasama dengan Pemerintah Pohuwato dengan Judul
“Analisis Gini Ratio Kabupaten Pohuwato.