Para guru jangan mengaharapkan satu bagian dari anak akan berfungsi
secara tersendiri, tanpa melihat dan menghubungkan dengan fungsifungsi lainnya secara keseluruhan.
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa pada hakikatnya
manusia telah mewarisi potensi-potensi sewaktu ia dilahirkan. Potensi itu
baik, tapi jika tidak diarahkan bisa berkembang ke arah yang tidak baik.
Kita sebagai seorang guru harus mampu mengarahkan anak agar potensi
yang dimiliki berkembang dengan baik untuk memanusiakan anak agar
mencapai harkat manusiawi tertinggi yaitu sebagai warga negara yang
baik.
Demikian berbagai pandangan tentang manusia secara umum.
Namun pandangan yang perlu kita ikuti adalah konsepsi manusia
menurut P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). P4
memandang bahwa potensi dan susunan tubuh manusia memungkinkan
ia berkembang menjadi manusia seutuhnya.
Perkembangan dimensi keindividualan memungkinkan seorang
anak memperkembangkan semua potensi yang dimilikinya secara
optimal mengarah pada aspek kehidupan yang positif. Kelak anak
tersebut menjadi manusia yang mandiri.
Manusia
adalah
makhluk
individu
dan
makhluk
sosial.
individu dalam lingkungan yang terpola oleh nilai dan norma yang dimilki.
Manusia itu perlu pendidikan atau manusia membutuhkan pendidikan.
B. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
Ada empat dimensi kemanusiaan yaitu : Manusia sebagai Mahkluk Sosial,
Manusia Sebagai Makhluk Sosial, Manusia Sebagai Makhluk Susila, dan manusia
sebagai mahluk beragama.
1. Manusia sebagai Mahkluk Sosial
Tiap-tiap anak mempunyai sifat kepribadian masing-masing oleh karena
itu, mereka pun masing-masing akan tidak ada duanya. Setiap orang mempunyai
ke khasanya masing-masing.
Setiap
orang
ingin
memenuhi
kehendak-hendaknya,
ingin
dirinya, akunya, dari ibunya dan dari aku-aku yang lain. Dia dpelihara, dilindungi
dan diajak berkomunikasi. Semua itu ditunjukan bahwa manusia adalah mahluk
social.
Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan manusia, dia tumbuh
dan berkembang karena dari dan kedalam masyarakat.
Manusia itu adalah mahluk sosoial dan sekaligus mahluk individu. Sebagai
manusia dia kedua-duanya dalam suatu pribadi. Dalam individualisnya, dunia
luar, orang-orang lain juga sudah dimasukan dalam dirinya. Sebagai mahluk
social, individualitasnya hendaknyantetap terpelihara secara utuh.
Kilpatrick (1957,37) mengemukakan, bahwa untuk hidup dalamartian
yang benar-benar manusiawi, setiap orang harus hidup bersama dengan orangorang lain.
Untuk tumbuh dan berkembang secara wajar dan berhasil sebagai anggota
kelompok sosialnya, anak manusia memerlukan pendidikan. Tujuan pendidikan
adalah membantu perkembangan social dari anak, agar dia mendapat tempat,
menyesuaikan diri, serta mampu berperan sebagai anggota yang cakap bekerja
sama dan kontruktif dalam masyarakat.
3. Manusia Sebagai Makhluk Susila
Manusia bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat. Begitu pula,
dia dapat membedakan antara yang betul dan yang salah., antara yang pantas dan
yang tak pantas. dan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, berarti
manusia memperoleh pengetahuan tentang hal-hal itu ada.
Langeveld (1979:78) menegaskan, bahwa umat manusia mempunyai
landasan kesatuan dalam fakta, bahwa setiap orang pada hakikatnya mampu
mengambil keputusan social dan mengarahkan dirinya kepada itu dalam
perilakunya, dengan kata lain, manusia itu adalah mahluk susila.
Menurut Morris dan Pai (1976:204) manusia itu bukan hanya sauatu
organisme yang mengetahui. Dia juga suatu organisme yang menilai, yang
memberikan penilaian
Tanlain dan kawan-kawan (91988:89) mengemukakan, bahwa menurut
Driyarkaya, manusia susila adalah manusia
yang dapat
pendidikan
adalah
menemukan
dan
mendalami
yang
baik
itu
BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN
Sasaran-sasaran yang diharapkan dapat dicapai ialah mampu:
1. Menjelaskan tentang perkembangan konsep pendidikan beserta kelemahan
dan kekuatan masing-masing konsep.
2. Menjelaskan konsep pendidikan yang diterapkan d Indonesia, beserta
alasan mengapa konsep itu yang digunakan.
3. Menjelaskan hakikat pendidikan dalam kaitannya dengan peranan guru
sebagai pendidik.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis factor pendidikan yang memengaruhi proses
dan hasil pendidikan, serta menjelaskan kaitan antara factor-faktor.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sutau kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.
Meskipun pendidikan bersifat universal namun dalam penyelenggaraanya akan
terdapat perbedaan disetiap tempat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
diakibatkan oleh perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh
masing-masing bangsa atau masyarakat. Dapat dikatakan pendidikan juga bersifat
nasional.
Urusan utama pendidikan adalah manusia. Pendidik diarahkan kepada
manusia untuk mengembangkan potensi-potensi dasar manusia agar menjadi
nyata.konsep pendidikan akan mengalami perubahan sesuai dengan tuntunan
keadaan. Disebabkan oleh perkembangan kehidupan manusia atau perkembangan
kehidupan manusia atau perkembangan peradaban manusia dan perkembangan
masyarakat.
Pendidkan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidik
dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu berlangsung
9
Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan tidak akan lepas dari hakikat manusia
Hakikat pendidikan oleh Raka Joni (1985) sebagai berikut :
a. Kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik
b. Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik untuk masa akan
datang.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Faktor tujuan.
Faktor pendidik.
Faktor subjek didik.
Faktor materi pendidikan.
Faktor metode dan alat.
Faktor situasi lingkungan.
1. Faktor Tujuan
Subjek didik, Semua tujuan-tujuan itu harus normatif
bertentangan hakikat perkembangan serta didik dapat diterima sebagai nilai hidup
yang baiktujuan pendidikan ada yang sifatnya ideal dan ada pula yang sifatya
nyata. Tujuan ideal biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan yang
sifatnya umum sedangkan tujuan yang sifatnya nyata dirumukan dalam bentuk
tujuan khusus. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan
dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. makna tujuan pendidikan
nasional itu adalah membentuk manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam
konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta berkehidupan sebagai makhluk yang beragama (KeTuhanan Yang
Maha Esa). Manusia Indonesia Yang ,dicita-citakan dan harus diupayakan melalui
pendidikan adalah manusia yang bermoral,berilmu. Berkepribadian, dan beramal
bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai
tujuan umum, ada beberapa tujuan yang mengantarkannya ke tujuan umum
tersebut,disebut dengan tujuan antara yaitu perhentian sementara untuk mencapai
tujuan umum.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya pengkhusussan tujuan umum antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan umum yang akan kita capai di lingkungan sekolah biasanya kita
jabarkan dalam tujuan-tujuan yang lebih kecil. Tujuan yang berfungsi sebagai
perantara untuk mencapai tujuan umum dinamakan tujuan intermedier atau tujuan
11
Tujuan umum
Tujuan institusional
Tujuan kurikuler
Tujuan instruksional
2. Pendidik
Pendidik
ialah
orang
yang
mempunyai
tanggung
jawab
dalam
didik. Ini berarti ia harus mempunyai kewibawaan, punya emosi yang stabil
untuk menghadapi bermacam-macam subjek didik. Banyak sifat lain yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik. Selain itu seorang pendidik harus susila, jujur dan
adil. Pendidikan karena jabatan ini tugasnya tidak hanya sebagai pendidik di muka
kelasnya , tetapi harus mengadakan hubungan erat antara pendidik dan subjek
didik di luar kelas.
3. Subjek didik
Istilah subjek didik digunakan berdasarkan pandangan bahwa makhluk
manusia yang dididik adalah makhluk yang berkepribadian. Istilah tersebut
digunakan mengingat bahwa pendidikan adalah suatu Proses pendidikan
sepanjang hayat. ia merupakan suatu proses, proses penyesuaian diri, suatu proses
pemanusiaan.
Hakikat subjek didik didasarkan kepada empat hal yakni;(a) subjek didik
bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan
seumur hidup,(b) subjek didik mempunyai potensi, baik fisik maupun psikologis
yang berbeda-beda, sehingga masing-masing subjek
bahan sesuai
14
dengan
kewibawaan.Alat
ini
berfungsi
preventif
mencakup
2. Alat pendidikan yang berupa kebendaan sebagai alat bantu yang lazim biasa
disebut sarana pendidikan, Pemilihan alat pendidikan yang akan digunakan perlu
mempertimbangkan beberpa hal yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Manipulatif
Stimulatif
Mengingat kembali
Memperagakan
Mengaktifkan proses respon murid
Evaluatif
Umpan balik
Sarana
pengajaran
makin
lama
makin
berkembang
sesuai
dengan
16
Daftar pustaka
Depdikbud. 1981. Materi dasar kependidikan program akta mengajar v, buku
II, dasar ilmu pendidikan.Jakarta:Depdikbud
_____________. 1989. Undang-undang RI No.2 tahun 1989;tentang sistem
pandidikan nasional. Jakarta:Depdikbud
17
Ekosusila,
dan
kawan-kawan.1988.
Dasar-dasar
Pendidikan.
Semarang:Effkor Publishing.
Raka joni. 1985. Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta:Depdikbud
Sodiq A. Kuntoro.1985. Dimensi Manusia dalam Pemikiran Pendidikan.
Yogyakarta:Nurcahaya
Satmoko, dan kawan-kawan. Tidak bertahun. Kumpulan diktat Dasar-dasar
Kependidikan. Semarang:FIP-IKIP
Sutari Imam Barnadib. 1989. Pengantar ilmu pendidikan sistematis.
Yogyakarta:Andi offset
Tamsik udin.1987. Ilmu pendidikan SPG/KPG.SGO. Bandung:Epsilon Group.
Wens Tanlain,dan kawan-kawan. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta:Aptik.
18
Latar Belakang
Landasan filosofis merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam
pelaksanaan pendidikan. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang
sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan. Perbedaan pandangan dapat
menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang diberikan kepada anak
didik.
A. Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila merupakan hal yang tak dapat dipisahkan,
filsafat di sini adalah sistem nilai-nilai, yakni satu Andaman hidup yang diyakini
seseorang yang dianggap sebagai pandangan. Filsafat yang mendalam yang logis
dan sistematis adalah hasil filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebab ada dan berbuat
Filsafat demikianlah yang menentukan arah hidup dan perbuatan. Filsafat
yang semacam ini wajib dimiliki oleh setiap pendidik, setiap guru yang menjadi
pedoman perbuatanya. filsafat yang dianut oleh si pendidik ikut menentukan
tujuan, corak, metode dan alat pendidikan yang akan digunakan. Landasan filosof
menjadi arah ke mana pendidikan akan dibawa, atau gambaran manusia yang
19
b. Di Eropa Barat
Pengaruh reasionalisme sangat kuat. Pandangan ini menyatakan manusia
adalah makhluk berpikir atau berakal. Implikasi pandangan ialah, bahwa
pendidikan yang sangat menjungjung tinggi pengaruh pengetahuan dan peranan
akal. Nilai ini merupakan norma bagi pelaksanaan pendidikan.
c. John Dewey dari Amerika Serikat. Suatu filsafat pendidikan yang mengutamakan
pengalaman.
Pandangan ini mempunyai norma, bahwa kebenaran terletak pada kenyataan
yang praktis. Pengalaman adalah yang utama dan pandangan inilah yang mendasari
pendidikan.
C. Filsafat Pendidikan Panacasila
20
pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam social budaya Indonesia. Nilai
Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak budaya bangsa. Oleh karena itu nilai ini
sangat mendasar dalam menjiwai dan memberikan watak kepribadian jadi diri. Di dalam
pembukaan UUD 1945, tersimpul cita-cita atau tujuan nasional atau hasrat luhur rakyat
Indonesia yang merupakan perwujudan jiwa dan nilai Pancasila, yakni untuk
mencerdaskan hidup bangsa.
Demokrasi Pancasila menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan yang menghendaki pemerintah membahagiakannya, fan
memanusiakan arga Negara dalam masyarakat, Negara dan masyarakat bangsa (Arbi,
1988). Orientasi hidup bangsa kita adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai cirri-ciri
tertentu. Cirri-ciri kemanusiaan yang kelihatan dari Pancasila ialah; integral, etis dan
religious (Soeryanto Poespowardoyo, 1989)
a. Integral
Manusia adalah individualis sekaligus sosialitas. Kemanusiaan yang diajarkan
oleh Pancasila yang integral, yakni mengakui manusia seutuhnya. Manusia
diakui sebagai suatu keuTuhan antara jiwa dan raga. KeuTuhan antara
manusia sebagai individu dan makhluk social. Kedua hal itu sebenarnya
adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia. Hakikat manusia seperti
inilah yang merupakan hakikat subjek didik.
b. Etis
Pancasila adalah falsafah Negara, maka kehidupan kenegaraan seperti
pendidikan harus taat kepada norma yang selaras dengan Pancasila. Ia
merupakan nilai-nilai moral yang merupakan pedoman tindakan bagi seluruh
bidang kenegaraan. Pancasila merupakan kualitas etis. Ini berarti menjungjung
tinggi kebebasan, namun tidak bebas dari segalanya seperti liberalism.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung jawab.
c. Realigius
21
menimbulkan
konsekuensi
terhadap
hakikat
pendidikan
dan
b.
masyarakat, dengan negara, budaya alam dan Tuhan Yang Maha Esa.
Filsafat pendidikan Pancasila dijadikan landasan filosofis dalam
menentukan tujuan pendidikan nasional, individu yang bagaimana telah
c.
d.
menyusun kurikulum.
Filsafat dan tujuan pendidikan menyatukan segala upaya pendidikan,
sehingga merupakan suatu kontinuitas bagi perkembangan dan kemajuan
anak.
filosofi
pendidikan
kita
adalah
pandangan
hidup
Dasar
tentang
Pandangan
Manusia
Pancasila
dan
23
Setiap manusia Indonesia Mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya. Dalam negara Pancasila diciptakan suasana
yang memberi kesadaran akan keyakinan itu. Manusia mengakui sebagai ciptaan
Tuhan, berarti manusia adalah makhluk susila. Pengakuan umum secara pribadi,
diberi kebebasan untuk bertanggung jawab.
Oleh karena Pancasila itu diakui sebagai pandangan hidup bangsa, maka
sewajarnya pandangan ini menjadi pedoman atau landasan filosofis pendidikan di
Indonesia.
Berkenaan dengan itu secara yuridis formal, dalam Undang-undang
Republuk Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) bab II pasal 2 tercantum Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk memahami nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila dari
Pancasila, ditinjau dari sudut artinya bagi pendidikan berikut ini akan
dikemukakan secara ringkas.
a. Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
24
dalam
25
Sebagai
lembaga
yang
bertanggung
Jawab
untuk
26
dari
landasan
filosofis
yang
digunakan
sebagai
dasar
pemikirannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar juga memperhatikan harkat
dan martabat sbagai pribadi dan anggota masyarakat, selalu mempeetimbangkan
bagaimana menanamkan rasa tanggung jawab dan sebagainya. Selain kegiatan
intra kurikuler, dalam kegiatan ekstra kurikuler landasan filosofis tetap merupakan
dasar yang penting untuk menetapkan dan melaksanakan.
28
murid
yang
mempunyai
intelegensi
rendah
akan
29
30
4) William Stem
Seorang pakar dan aliran konvergensi, berpendapat bahwa faktor yang
mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah kedua faktor yang telah
dikemukakan terdahulu. Faktor pembawaan dan lingkungarn sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting. Kedua faktor ini peranannya tidak
dipisahkan, tetapi konvergen sasarannya sehingga merupakan dua garis yang
bertemu pada satu titik. Maju mundurnya, baik buruknya perkembangan akhir
ditentukan oleh kerja sama kedua faktor ini.
32
Seperti telah dikemukakan pada uraian terdahulu, bahwa manusia selalu dalam
proses menjadi, berkembang terus tidak pernah selesai. Proses berkembang yang
berkesinambungan itu oleh para ahli dibagi atas fase-fase atau periode-periode
tertentu dengan maksud untuk lebih mudah memahaminya. Setiap fase
perkembangan mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat yang khas ini perlu
diketahui dan dijadikan landasan dalam usaha memimpin, membimbing
perkembangan tersebut. Usaha membelajarkan murid harus disesuaikan dengan
sifat-sifat khas pada fase perkembangan murid tersebut. Jangan sampai terjadi
pengalaman belajar yang disajikan tidak sesuai dengan periode (usia) murid
tertentu. Misalnya sajian untuk siswa sekolah menengah atau mahasiswa
perguruan tinggi jangan diberikan pada murid SD.
Periodisasi perkembangan telah dikemukakan oleh para pakar dan Anda dapat
mengikutinya melalui perkuliahan Psikologi Perkembangan. Pembahasan kita
pada kesempatan ini, terfokus pada periodisasi khas anak usia (periode) SD.
Periodisasi
perkembangan
berdasarkan
psikologi
untuk
anak
usia
SD
dikemukakan oleh pakar populer yaitu Piaget. Piaget berpendapat bahwa anak
usia 7 sampai dengan 12 tahun (usia SD) berada pada fase operasional konkret.
Sifat khas anak usia SD (operasional konkret) seperti ini, perlu dijadikan
landasan dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengajaran bagi mereka.
Pengajaran serupa perlu dirancang dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga
sajian memungkinkan bagi anak dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing),
melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing) dan mengalami secara langsung
apa yang dipelajarinya (experiencing).
Sifat-sifat khas lainya yang terdapat pada anak usia SD, adalah sebagai berikut :
1) Sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realita di
sekitarnya.
2) Telah mulai terbentuk dan disadarinya aturan-aturan dirinya.
3) Tidak lagi semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua.
33
34
kekuatan
yang
memungkinkan
seseorang
dapat
35
Stimulus yaitu setiap perangsang, situasi atau keadaan di dalam atau di luar diri
anak yang belajar. R singkatan dari Response yaitu reaksi anak terhadap
stimulus yang dialaminya. Antara S dan R ada hubungan (bond). Teori ini
mementingkan penguasaan bahan belajar yang sebanyak-banyaknya.
C. Teori Belajar Organisme atau Gestalt
Keseluruhan (gestalt) merupakan prinsip yang penting. Anak harus dipandang
sebagai satu keseluruhan organism yang dinamis yang senantiasa berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Beberapa prinsip belajar menurut teori ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
tujuan anak.
D. Permasalahan-permasalahan
yang
dihadapi
anak
dalam
perkembangannya
1. Pengertian
Murid, dalam perkembangan akan senantiasa mengalami rintangan dan hambatan,
tetapi tidak semuanya dapat dikatakan sebagai masalah atau problema. Problema
dapat diartikan sebagai perbedaan (discrapancy) antara apa yang ada sekarang
(what is) dengan apa yang diharapkan (what should be) atau perbedaan antara das
Stien dengan das Solen. Problem dapat pula diartikan sebaga jarak antara apa
yang ada sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Permasalahan-permasalahan
yang
Perkembangannya
36
Dihadapi
Anak
dalam
A. Permasalahan
Perkembangan
Dilihat
dari
segi
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhinya.
1. Guru tidak atau kurang mempertimbangkan potensi-potensi bawaan yang di
miliki oleh muridnya. Potensi tersebut seperti diketahui beraneka ragam dan
berbeda antara seorang murid dengan murid lainnya.
2. Anak murid dipandang sebagai cawan (cangkir) yang kosong, tidak tahu apaapatentang sesuatu (misalnya pengajaran yang diberikan). Tugas guru mengisi
atau mencereki cawan-cawan yang kosong tersebut itu.
3. Kurang atau tidak terpadunya kerja sama antar faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak sehingga tujuan perkembangan yang sesungguhnya tidak
tercapai.
B. Permasalahan Perkembangan Dipandang dari Sudut Fase Perkembangan
1. Tidak semua guru memperhatikan bahwa proses perkembangan anak
muridnya mengalami fase-fase tertentu. Akibatnya kebijaksanaan pendidikan
yang diambil tidak selalu tepat. Pemaksaan pemberian pengajaran tertentu
pada anak yang belum pada masa perkembangannya akan membahayakan
perkembangan anak yang bersangkutan.
2. Karakteristik perkembangan anak pada masa tertentu, mungkin diketahui oleh
guru, tetapi tidak dijadikan pertimbangan dalam pemberian pengajaran. Ini
pada dasarnya akan menimbulkan masalah dalam perkembangan seorang
anak.
Bila diketahui bahwa salah satu karakteristik anak usia SD adalah sifat aktif,
sedangkan pengajaran yang tidak memungkinkan perkembangan ke aktifan itu,
maka perkembangannya akan terhambat. Anak kelak setelah dewasa masih
menunggu apa yang akan diberikan padanya untuk dikerjakan. Ia tidak dapat
mengatakan What can I do for..
C. Permasalahan Perkembangan Ditinjau dari Sudut Tugas Perkembangan
1. Tugas-tugas tertentu pada suatu fase perkembangan tidak dijadikan
pertimbangan dalam pemberian pengajaran. Tugas tertentu pada fase tertentu
belum terselesaikan atau belum tercapai, kepada anak sudah diberikan tugas
37
untuk fase selanjutnya. Atau dapat terjadi sebaliknya. Perlakuan seperti ini
akan mempercepat atau memperlambat perkembangan anak.
2. Pemberian tugas dalam proses belajara-mengajar tidak atau kurang memenuhi
syarat bagi suat penugasan yang baik.
D. Permasalahan Perkembangan Dilihat dari Teori Belajar
1. Dilihat dari sudut guru
Cenderung bahwa guru (SD) masih memusatkan proses belajar-mengajarnya
pada dirinya sendiri (teacher centre). Usaha membelajarkan anak murid (learn
to how learn) belum dapat dilaksanakan menurut semestinya. Keterampilan
proses dengan pendekatan CBSA menang telah diterapkan di SD, tetapi
hakikat CBSA yang sesungguhnya belum terselanggarakan
2. Dilihat dari sudut siswa yang belajar
Cara belajar yang salah cenderung semakin banyak terlihat di kalangan murid
SD (juga pada siswa dan mahasiswa). Belajar dengan
tujuan untuk
mendapatkan STTB atau ijazah pada suatu jenjang pendidikan jelas salah.
Kalau cara belajar sudah tidak memadai, sedangkan peranannya begitu besar
dalam proses perkembangan anak, makasa cara belajar yang salah ini akan
merupakan masalah bagi perkembangan anak.
Daftar Pustaka
Elida Prayitno. 1989. Perkembangan Anak dan Usaha Pendidikan, Padang: FIP
IKIP.
Garret, Hendry E. 1955. General Psychology. New York: Amerika Book Coump.
Martin, William E. Ceka Burns Stendler. 1959. Child Behavior and Development.
New York: Hart Cart, Braec and world, Inc.
Nasution, (tidak bertahun). Asas-asa Kurikulum. Bandung: CV Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1986. Ilmu Pendidikan; Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remadja Karya CV.
38
BAB V
LANDASAN SOSIAL BUDAYA DARI PENDIDIKAN
SASARAN BELAJAR
Setelah mempelajari bab ini Anda dapat memahami landasan sosial budaya
dari pendidikan. Sasaran yang lebih khusus yang diharapkan dapat Anda capai
adalah agar Anda mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar sosio budaya
2. Menjelaskan bahwa sekolah adalah salah satu instusi atau lembaga sosial
39
LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui, pendidikan berlangsung dalam pergaulan atau
interaksi antara pendidikan dengan peserta didik. Proses belajar mengajar pada
dasarnya merupakan kegiatan sosial. Itulah sebabnya, kegiatan belajar mengajar
itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dimana kegiatan itu
berlangsung.
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan pada dasarnya juga
mrupakan salah satu institusi soisal, karena ia merupakan masyarakat kecil
diantara sistem sosial lainnya.sebagai masyarakat kecil, sekolahpun mempunyai
kebudayaan (kultural) tertentu. Kebudayaan sekolah dan sistem interaksi individu
didalamnya akan melahirkan suasana (iklim) sosial yang akan mempengaruhi
proses belajar mengajar tersebut.
Proses belajar mengajar di sekolah, juga mendapat pengaruh dari institusi
lain diluarnya, seperti teman sebaya, keluarga, dan masyarakat dalam arti luas.
Tetapi juga sebaliknya, sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
institusi sosial di luarnya. Sekolah berfungsi sebagai pewarisan, pemeliharaan dan
40
41
42
44
atau guru landasan hukum bagi penyelenggaraan pendidikan ini sangatlah penting
bagi mereka, para guru wajib mengetahui, memahami sekaligus mengamalkannya
ketika mereka terjun kedunia belajar mengajar. Mengapa para guru wajib
mengetahaui, meamhami dan mengamalkannya? Karna para gurulah yang
menjadi ujung tombak pemerintah dilapangan yang langsung mendidik para siswa
agar menjadi manusia seutuhnya. Jika landasan hukum tidak ada atau tidak
dipahami oleh para guru maka pendidikan itu tidak akan bisa terarah kepada
tujuan yang dicita-citakan oleh pemerintah tadi, dan bahkan bisa menjadi
kebalikan dari tujuan pemerintah. Jelas sekali disini,bahwa sangat diperlukannya
landasan hukum sebagai landasan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Landasan hukum ini biasanya selain berasal dari adat istiadat setempat
juga diatur dan diputuskan baik melalui undang-undang, keputusan presiden,
ketetapan MPR, bahkan sampai kebijakan menteri terkait yang mana langsung
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat didalam pendidikan tersebut.
2. Landasan Hukum Pendidikan Nasional
Suatu negara atau bangsa didirikan atas dasar suatu filsafat dan selalu
menyelenggarakan pendidikan untuk mencapai cita-cita nasional bangsa itu.
Pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada filsafat bangsa dan cita-cita
nasional itu dikenal sebagai pendidikan nasional.
Sunaryo W. (1969:3) merumuskan, pendidikan nasional adalah suatu
sistem pendidikan yang berlandaskan dan dijiwai oleh suatu filsafat hidup suatu
bangsa dan bertujuan untuk mengabdi pada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut. Filsafat negara merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu
bangsa, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa tersebut
untuk mewujudkannya.
Dalam UUSPN tahun 1989 bab I pasal 1 ayat (2) dicantumkan :
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Maka pendidikan nasional adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya
berdasarkan pada nilai budaya bangsa, maka wajarlah UUSPN tahun 1989
47
hikmat
kebijaksanaan
dalam
telah
dikemukakan
bahwa
yang
menjadi
landasan
dan
fungsi
utama
sistem
pendidikan
nasional
adalah
48
50
minat.
Sistem pendidikan nasional harus dapat memberikan pendidikan dasar
bagi tiap-tiap warga Negara Reppiblik Indonesia untuk memperoleh kemampuan
membaca, menulis, berhitung serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Selanjutnya UUSPN tahun 1989 Bab V pasal 13 yang menyatakan bahwa;
pendidikan
dasar
diselenggarakan
untung
mengembangkan
sikap
serta
tahun
mempunyai
kesempatan
seluas-luasnya
untuk
memperoleh
pendidikan
Isi kurikulum Pendidikan Dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pendidikan Pancasila
Pendidikan Agama
Pendidikan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Membaca dan Menulis
Matematika
Pengantar Sains dan Teknologi
Ilmu Bumi
52
adalah
tanggung
jawab
yayasan
atau
badan
yang
53
BAB VII
HIERARKI TUJUAN PENDIDIKAN
54
LATAR BELAKANG
Tujuan merupakan salah satu factor yang menduduki penting dalam usaha
pendidikan. Sesuai dengan tingkatan , jenis sekolah dan program pendidikan yang
diberikan ; Nana Sudjana (1989:57) membagi atas empat tingkatan/hierarki tujuan
pendidikan:
a.
b.
c.
d.
makaperubahan
dalam
menetapkan
kemajuan
terus
55
hubungan
56
1. Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta berbudi pekerti luhur.
2. Membentuk manusia yangn berkepribadian mantap dan mandiri yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohaninya.
3. Membentuk warganegara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
bangsa.
Dengan demikian guru sebagai pelaksana di sekolah, setiap menyusun
pelaksanaan pengajaran dan dalam pelaksanaannya, haruslah memperhatikan sifat
dan tujuan pendidikan
57
58
59
D. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional adalah tujuan setiap pokok bahasan pada bidang studi
tertentu yang sudah ada dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran adalah rumusan pernyataan mengenai
kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dicapai siswa setelah ia
mengikuti proses belajar-mengajar.
Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu : Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Rumusan perilaku dalam TUI masih bersifat umum, karena dirumuskan
dengan kata-kata dan tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan pada TIK
rumusan itu jelas atau sudah bersifat khusus sehingga dapat diukur setelah proses
belajar-mengajar selesai. Rumusan TIK ini dibuat oleh guru, karena gurulah
yang paling mengetahui tentang kemampuan murid dan topik yang akan
diajarkan. Oleh sebab itu sebelum guru merumuskan TIK, harus memahami tiga
hal pokok lebih dahulu, yakni sebagai berikut :
1. Harus mempelajari kurikulum, khususnya GBPP, sebab tujuan instruksional,
pokok dan subpokok bahasan tercantum disana.
2. Menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini kita jadikan pedoman
dalam perumusan TIK. Tujuan Instruksional pada umumnya dikelompokkan
kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari
proses belajar-mengajar, didasari oleh asumsi bahwa hasil belajar terlihat
dalam tingkah laku siswa.
3. Kriteria perumusan TIK, sehingga tujuan itu jelas dan mungkin dicapai oleh
siswa. Menurut Moh. Uzer Usman (1990:60) kriteria perumusan TIK yang
disarankan, berdasarkan pola penyusunan Satuan Pelajaran model CBSA
hendaknya meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
A. A (audience), yaitu siswa.
B. B (Behaviour), yaitu tingkah laku yang hendak dicapai dan dapat diukur
sebagai indicator hasil belajar.
C. C (Content), yaitu kedalaman materi sebagai isi kegiatan belajar yang
ditempuh melalui pengembangan keterampilan proses.
D. D (Degree), yaitu yang menggambarkan tingkat kesulitan sesuai dengan
kemampuan siswa.
60
bahan yang akan diajarkan dan sampai di mana kedalaman isi bahan tersebut.
Bahan pelajaran yang cukup banyak dengan sendirinya TIK-nya juga banyak.
Bagi bahan yang perlu dibahas secara mendalam, maka waktu yang diperlukan
untuk membahasnya cukup banyak, sedangkan waktu ini sudah diatur dan
ditetapkan dalam GBPP.
Dengan demikian guru harus dapat mengatur penggunaan waktu sehingga
tujuan pelajaran dapat dicapai secara optimal. Mengenai buku pelajaran, media
atau alat pelajaran dapat membantu tercapainya tujuan pelajaran dengan efektif
dan efisien. Tingkat kesulitan bahan dirasakan berdasarkan kepada pemahaman
siswa. Bila siswa merasa sulit untuk dapat memahami bahan tertentu, berarti
waktu untuk yang dibutuhkan untuk pembahasan lebih banyak. Apabila bahan
yang diajarkan dirasakan sangat sulit, guru hendaknya mengusahakan supaya
tujuan TIK jangan terlalu banyak. Mengakhiri pembahasan tentang hierarki tujuan
ini, secara singkat berikut ini digambarkan hubungan hierarki antar tujuan
tersebut, dengan sebuah contoh dari satu pokok bahasan bidang studi
61
Tujuan
62
Sangat Umum
Tujuan
Nasional
manusia
yang
memiliki
Sekolah Dasar
a. Umum
b. Khusus
Sangat Spesifik
Tujuan Instruksional
Umum
prinsip-prinsip
dasar
matematik
Murid memahami unsur-unsur dan isi
bangun
ruang
serta
mampu
BAB VIII
KURIKULUM SEKOLAH DASAR
LATAR BELAKANG
63
1.
guru
adalah
menjabarkan
dan
mewujudkan
kurikulum
Komponen tujuan ialah arah yang hendak dicapai oleh proses pendidikan
sedangkan materi adalah proses belajar mengajar dan evaluasi harus menunjang
pencapaian tujuan yang dimaksud.
komponen kurikulum dikelompokkan sebagai berikut :
1. Komponen tujuan
2. Komponen isi dan struktur program
3. Komponen strategi pelaksanaan
Komponen tujuan ialah arah yang hendak dicapai oleh proses pendidikan,
diharapkan dimiliki oleh lulusan, sedangkan materi, proses belajar-mengajarbdan
evaluasi harus menunjang pencapaian tujuan yang dimaksud.
Komponen
tujuan
meliputi
tujuan
pendidikan
nasional,
tujuan
institusional, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan instruksional umum telah ada
dalam buku kurikukum. Begitu juga dengan komponen materi telah dijabarkan
kedalam pokok-pokok dan subpokok bahasan yang terdapat dalam buku
kurikulum, khususnya GBPP setiap bidang studi. Sedangkan komponen PBM dan
komponen evaluasi pada buku kurikulum berupa petunjuk umum saja. Guru dapat
memodifikasi untuk pengembangan selanjutnya dalam rangka pembuatan
program pengajaran.
65
67
mengajar. Tanggung jawab ini diterima oleh guru dari 3 pihk yaitu, orang tua,
masyarakat dan negara.
Peranan Guru dalam pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin mengajar,
tugas guru tidak hanya mengajar tetapi menyampaikanilmu pengetahuan dan
keterampilan bagi murid-murid. Agar guru bertanggung jawab melaksanakan
68
tugas mendidik dan mengajar dengan baik, maka calon guru harus dipersiapkan
melalui pendidikan profesional di lembaga pendidikan guru.
A. Syarat-syarat Guru Sekolah Dasar
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh guru sekolah dasar dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Persyaratan pribadi yang meliputi persyaratan fisik, psikis, watak dan
kepribadian.
b. Persyaratan akademis, yaitu seperangkat kemampuan tertentu yang harus
mereka miliki untuk siap melaksanakan tugasnya nanti sebagai guru
sekolah dasar.
Untuk jelasnya berikut ini penjelasan persyaratan diatas :
a.
1.
2.
3.
Persyaratan Pribadi
Persyaratan fisik yaitu kesehatan jasmani
Persyaratan psikis yaitu mempunyai rohani yang sehat
Persyaratan watak yaitu memiliki sikap yang baik terhadap profesi,
hidup.
Mengajar
berarti
memberikan
pengajaran
untuk
71
72