Anda di halaman 1dari 72

BAB 1

MANUSIA DAN KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN


LATAR BELAKANG
Sebagian ahli membahas hakikat manusia dan kebuTuhannya akan
pendidikan. Mereka juga membahas ciri khas pada manusia yang mana hanya
manusia yang mengenal pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk memanusiakan
manusia dengan mengembangkan dimensi-dimensi kemanusiaannya.
Selanjutnya akan dibahas mengenai (1) Hakikat manusia dan kebuTuhan
akan pendidikan dan (2) Dimensi-dimensi kemanusiaan dan pendidikan.
A. Hakikat Manusia dan KebuTuhan akan Pendidikan
1. Hakikat Anak sebagai Manusia: Pandangan Secara Umum
a. Pentingnya hakikat anak sebagai manusia
Dilihat dari sistem pendidikan, anak didik merupakan salah satu
unsur sistem tersebut yang mana anak menjadi sentral dalam pengajaran
modern. Proses dan hasil belajar akan banyak ditentukan oleh anak didik
tersebut mengenai berhasil atau tidaknya.
Urusan utama pendidikan adalah manusia (Raka Joni, 1985:3).
Seorang guru harus mempunyai konsep tersendiri tentang manusia agar
bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Misal konsepsi guru yang
memandang bahwa anak didik itu adalah objek yang dapat dibentuk
sesuai kehendak guru, maka strategi mengajar yang digunakannya akan
berbeda dengan guru yang memiliki konsepsi bahwa anak itu mewarisi
semua dari orang tuanya (tidak dapat dibentuk). Konsep kita tentang anak
didik dapat diperoleh dengan mempelajari hakikat anak sebagi manusia.
b. Hakikat anak sebagai manusia
Pada hakikatnya setiap anak manusia memiliki bakatnya masingmasing yang beragam. Bakat tersebut adalah intelektual, rasa, karsa,
keterampilan fisik dan lain-lain. Bakat tersebut bisa dikembangkan
dengan bantuan manusia lain untuk mengarahkann, membimbing
sehingga bakat tersebut menjadi kenyataan yang terpola untuk
1

menghadapi lingkungan. Para guru harus mampu menciptakan suasana


sedemikian rupa agar potensi dan bakat tersebut dapat berkembang
seoptimal mungkin karena pada hakikatnya manusia dapat dan harus
dididik serta untuk mendidik diri sendiri (Raka Joni,1985:17)
Dari sudut pandang lain, anak adalah calon manusia yang dapat
tumbuh dan berkembang (Saleh Soegianto, 1986:2). Manusia tumbuh
dan berkembang dengan menggunakan pikirannya sehingga berbeda
dengan hewan. Manusia dapat berpikir, mengingat, belajar dan bercitacita. Kita dapat berharap bahwa kelak anak didik kita akan menjadi
pemikri yang ulung, menjadi manusia seutuhnya.
Freud memandang bahwa pada hakikatnya manusia memiliki
tenaga dalam yang menggerakannya untuk memenuhi kebuTuhannya.
Struktur kepribadian individu manusia terdiri dari di, ego dan super ego.
Ketiga dimensi psikis inilah yang menentukan perilaku manusia. Id
merupakan dasar penggerak bagi perkembangan individu, ego berfungsi
menjembatani ide dengan dunia luar individu dalam bertingkah laku.
Super ego berperan sebagai pengawas atau pengontrol tingkah laku.
Pada hakikatnya seorang anak manusia tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya, walaupun dia mempunyai sifat vegetatif
dan hewani. Dalam mengembangkann dirinya ia membutuhkan
lingkungan dan hidup berkelompok (Raka Joni,1985:17).
Anak pada hakikatnya merupakan suatu sistem. Bagian-bagian
yang membentuk sistem ini terorganisasikan dalam struktur dan
terkoordinasikan dalam fungsi. Setiap unsur hanya akan mempunyai arti
jika unsur tersebut berkaitan dengan unsur lain secara utuh. Tangan anda
tidak akan bisa menulis jika tidak terhubung dengan anggota tubuh yang
lain. Demikian pula hubungan antara fisik dan psikis, kedua unsur ini
merupakan satu kesatuan yang utuh. Konsepsi tentang hakikat manusia
ini seperti ini mengandung pendekatan tertentu pula dalam pendidikan.

Para guru jangan mengaharapkan satu bagian dari anak akan berfungsi
secara tersendiri, tanpa melihat dan menghubungkan dengan fungsifungsi lainnya secara keseluruhan.
Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa pada hakikatnya
manusia telah mewarisi potensi-potensi sewaktu ia dilahirkan. Potensi itu
baik, tapi jika tidak diarahkan bisa berkembang ke arah yang tidak baik.
Kita sebagai seorang guru harus mampu mengarahkan anak agar potensi
yang dimiliki berkembang dengan baik untuk memanusiakan anak agar
mencapai harkat manusiawi tertinggi yaitu sebagai warga negara yang
baik.
Demikian berbagai pandangan tentang manusia secara umum.
Namun pandangan yang perlu kita ikuti adalah konsepsi manusia
menurut P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). P4
memandang bahwa potensi dan susunan tubuh manusia memungkinkan
ia berkembang menjadi manusia seutuhnya.
Perkembangan dimensi keindividualan memungkinkan seorang
anak memperkembangkan semua potensi yang dimilikinya secara
optimal mengarah pada aspek kehidupan yang positif. Kelak anak
tersebut menjadi manusia yang mandiri.
Manusia

adalah

makhluk

individu

dan

makhluk

sosial.

Perkembangan antara keduanya harus seimbang, saling mengisi dan


keduanya harus saling menemukan makna yang sesungguhnya.
Perpaduan kedua dimensi tersebut menuntut perkembangan dimensi
kesusilaan karena diperlukan dalam interaksi sosial. Imora.,etik dan
berbagai aturan lainnya diperlukan agar hubungannya dengan manusia
lain menjadi harmonis. Dimensi kesusilaan pada akhirnya dapat menjadi
pemersatu sehingga kedua dimensi diatas dapat bertemu dalam satu
kesatuan yang bermakna.

Pengembangan ketiga dimensi diatas harus memiliki fondasi agama


yang kuat. Manusia memperkembangkan diri atau dikembangkan oleh
manusia lain dalam kaitannya dengan Alloh set. Dengan agama,
semuanya akan menjadi lengkap. Uraian secara rinci keempat dimensi ini
akan dikemukakan pada pokok bahasan selanjutnya.
4. KebuTuhan Manusia Akan Pendidikan
Manusia diciptakan dengan bermacam-bermacam potensi. Potensi-potensi
itu belum merupakan suatu kenyataan yang terpola untuk menghadapi lingkungan
hidupnya. Disinilah letak keterbatasan manusia sebagai pembawa potensi untuk
berkembang selanjutnya. Potensi-potensi yang dibawa berupa potensi intelektual,
rasa, karsa, maupun kesadaran moral, bahkan juga aspek-aspek keterampilan fisik
dan perkembangan jasmani.
Agar Potensi-potensi dapat dikembangkan maka perlu bantuan, perlu
bimbingan, dan pengarahan dari orang-orang yang bertanggung jawab.
pendidikan hendaknya membantu mengembangkan potensi-potensi kearah
yang baik yang dapat melaksanakan tujuan hidup manusia. Yang dalam
mengambilan keputusan dapat mempertimbangkan dan melaksanakannnya
sendiri.
Lingkungan anak di dalam masyarakat tidak hany mengandung pengaruhpengaruh yang merangsang perkembangn potensi-potensi anak kea rah yang baik
tapi juga bisa membawa pada hal yang tidak diinginkan.
pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga
merekomendasikan yang baik, nilai-nilai, dimana pengetahuan itu diarahkan
pemanfaatannya di dalam kehidupan. Pendidikan itu juga selektif dalam
pengembangan atau mengaktualisasi potensi-potensi.
Anak manusia lahir membawa potensi yakni kemampuan berupa modal
dasar kehidupan. Potensi berkembang selaras dengan perkembangan kebebasan

individu dalam lingkungan yang terpola oleh nilai dan norma yang dimilki.
Manusia itu perlu pendidikan atau manusia membutuhkan pendidikan.
B. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
Ada empat dimensi kemanusiaan yaitu : Manusia sebagai Mahkluk Sosial,
Manusia Sebagai Makhluk Sosial, Manusia Sebagai Makhluk Susila, dan manusia
sebagai mahluk beragama.
1. Manusia sebagai Mahkluk Sosial
Tiap-tiap anak mempunyai sifat kepribadian masing-masing oleh karena
itu, mereka pun masing-masing akan tidak ada duanya. Setiap orang mempunyai
ke khasanya masing-masing.
Setiap

orang

ingin

memenuhi

kehendak-hendaknya,

ingin

mengaktualisasinya, artinya mengembangkan potensi-potensi yang ada pada


dirinya.
Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pemikiranya,
perasaanya, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul manusia adalah orang
yang bertanggung jawab penuh. Katahatinya adalah kata hatinya sendiri.
Dalam pendidikan yang sengaja, pendidikan itu harus berjaga-jaga agar
dia tidak terlalu ingin mendesak, karena pada anak ada suatu prinsip pembentukan
yang ditentukan oleh pribadinya sendiri.
Jadi, untuk perkembangan dirinya, untuk mengaktualisasikan dirinya
sebagai individu, anak memerlukan pendidikan. Untuk mengembangkan kata hati
yang luhur dan halus, untuk menajamkan kata hatinya, untuk memupuk rasa
tanggung jawab yang penuh, kendatipun sedikit banyaknya tahu akan batas-batas
tanggung jawabnya itu, anak manusia itu juga memerlukan pendidikan.
2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Ketika anak masih bayi, anak mulai merasa satu dengan orang-orang
dalam lingkungan dekatnya, terutama ibunya. Baru kemudian dia membedakan
5

dirinya, akunya, dari ibunya dan dari aku-aku yang lain. Dia dpelihara, dilindungi
dan diajak berkomunikasi. Semua itu ditunjukan bahwa manusia adalah mahluk
social.
Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan manusia, dia tumbuh
dan berkembang karena dari dan kedalam masyarakat.
Manusia itu adalah mahluk sosoial dan sekaligus mahluk individu. Sebagai
manusia dia kedua-duanya dalam suatu pribadi. Dalam individualisnya, dunia
luar, orang-orang lain juga sudah dimasukan dalam dirinya. Sebagai mahluk
social, individualitasnya hendaknyantetap terpelihara secara utuh.
Kilpatrick (1957,37) mengemukakan, bahwa untuk hidup dalamartian
yang benar-benar manusiawi, setiap orang harus hidup bersama dengan orangorang lain.
Untuk tumbuh dan berkembang secara wajar dan berhasil sebagai anggota
kelompok sosialnya, anak manusia memerlukan pendidikan. Tujuan pendidikan
adalah membantu perkembangan social dari anak, agar dia mendapat tempat,
menyesuaikan diri, serta mampu berperan sebagai anggota yang cakap bekerja
sama dan kontruktif dalam masyarakat.
3. Manusia Sebagai Makhluk Susila
Manusia bisa membedakan antara yang baik dan yang jahat. Begitu pula,
dia dapat membedakan antara yang betul dan yang salah., antara yang pantas dan
yang tak pantas. dan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, berarti
manusia memperoleh pengetahuan tentang hal-hal itu ada.
Langeveld (1979:78) menegaskan, bahwa umat manusia mempunyai
landasan kesatuan dalam fakta, bahwa setiap orang pada hakikatnya mampu
mengambil keputusan social dan mengarahkan dirinya kepada itu dalam
perilakunya, dengan kata lain, manusia itu adalah mahluk susila.

Menurut Morris dan Pai (1976:204) manusia itu bukan hanya sauatu
organisme yang mengetahui. Dia juga suatu organisme yang menilai, yang
memberikan penilaian
Tanlain dan kawan-kawan (91988:89) mengemukakan, bahwa menurut
Driyarkaya, manusia susila adalah manusia

yang memilki, menghayati, dan

melakukan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini, manusia mengkristalisasikan


dan mengintegrasikan pengalaman dan penghayatanya mengenai hal-hal yang
berharga bagi kehidupan menjadi satu pandangan hidup, sehingga tersusun dalam
satu kesatuan yang hearkis, yang disebut nilai-nilai.
Ada pendapat pkok, satu pendapat menyatakan, bahwa nilai-nilai- itu
adalah buatan (diharuskan oleh) Tuhan, nilai-nilai demikian mempunyai
dukungan religius dan sifatnya absolut. Dan latihan moral tidak mungkin
berlangsung secar efektif diluar konteks agama.
Pendapat yang lain adalah, bahwa nilai-nilai itu buatan manusia. Penganut
pendapat ini terbagi menjadi dua:
1. Mereka yang menyatakan bahwa nilai-nilai itu tidak boleh diubah.
2. Mereka yang menyatakan bahwa nilai-nilai itu mungkin saja berubah
karena, berubahnya tuntutan zaman atau situasi.
Pendidiakn mencakup pengajaran dan pelaksanaan niali-nialai. Isi
pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik mengalami dan
menghayati niali-nial kemanusian, menghargai dan meyakininya, sehingga anak
didik membangun nilai-nilai kemanuisan itu dalam kepribadianya.
Dilihat dri segi lain, pendidikan ialah usaha membantu anak dalam
menajamkan kata hatinya. Bagaimanapun kita mengatakanya, yang jelas adalah
pendidikan suatu peristiwa yang normatif.
4. Manusia Sebagai Mahluk Beragama
Sejak dahulu kala manusia percaya, bahwa diluar apa-apa

yang dapat

dijangkau melalui alat . dahulu seorsang manusia dianugerahi dengan ajaran7

ajaran yang dipercayai adalah wahyu dari Tuhan melalui nabi-nabi.demi


kemaslahatan dan keselamatan manusia itu. manusia pada dasarnya adalah homo
religioso (mahkluk yang religus)
Salah satu keprihatinan yang utama dari ajran agama adalah dibidang etika,
yaitu ajaran dan kajian mengenai perilaku yang baik dan tidak baik/jahat.tugas
dari

pendidikan

adalah

menemukan

dan

mendalami

yang

baik

itu

berdasarkanpengkajian ajaran agama,.


Arbi, (1988;135-136) mengemukakan, bahwa yang mungkin menjadi
persoalan bagi orang adalah, apakah sekolah akan mengajarkan agama sebagai
pengetahuan belaka atau juga harus sampai kepada inisiasi, penerimaan atau
pemantapan dan penguatan penerimaan pernyatan pernyataan dan sistem
kepercayaan agama tertentu. pebedaan disini lebih baik dikemukakan anatara
apakah sekolah harus memberikan pengajaran agama atau pendidikan agama
Orang yang lebih menekankan pengajaran agama, berarti memberikan
pengetahuan tentang agama, mungkin ingin memperluas pengertian pengajaran
agama itu dengan menyelenggarakan pengajaran mengenai semua agama yang
diakui dan dibenarkan oleh negara.
Pendidikan agama lebih dari suatu pengkajian tentang agama. yang dituju
bukanlah hanya anak-anak mampu berpikir dan berbicara tentang agama,
melainkan agar mereka berpikir dan berbicara tentang agama, melainkan supaya
mereka masuk secara penuh hati dan taat melakukan ibadah agamanya.

BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN
Sasaran-sasaran yang diharapkan dapat dicapai ialah mampu:
1. Menjelaskan tentang perkembangan konsep pendidikan beserta kelemahan
dan kekuatan masing-masing konsep.
2. Menjelaskan konsep pendidikan yang diterapkan d Indonesia, beserta
alasan mengapa konsep itu yang digunakan.
3. Menjelaskan hakikat pendidikan dalam kaitannya dengan peranan guru
sebagai pendidik.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis factor pendidikan yang memengaruhi proses
dan hasil pendidikan, serta menjelaskan kaitan antara factor-faktor.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sutau kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia, karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.
Meskipun pendidikan bersifat universal namun dalam penyelenggaraanya akan
terdapat perbedaan disetiap tempat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
diakibatkan oleh perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh
masing-masing bangsa atau masyarakat. Dapat dikatakan pendidikan juga bersifat
nasional.
Urusan utama pendidikan adalah manusia. Pendidik diarahkan kepada
manusia untuk mengembangkan potensi-potensi dasar manusia agar menjadi
nyata.konsep pendidikan akan mengalami perubahan sesuai dengan tuntunan
keadaan. Disebabkan oleh perkembangan kehidupan manusia atau perkembangan
kehidupan manusia atau perkembangan peradaban manusia dan perkembangan
masyarakat.
Pendidkan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidik
dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu berlangsung
9

dalam lingkungan tertentu engan menggunakan beberapa tindakan yang disebut


alat pendidikan. Kelima komponen pendidikan yaitu: tujuan pendidikan, pendidik,
subjek didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan. Komponen tersebut
akan saling berkaitan serta saling menunjang satu sama lainnya.

Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan tidak akan lepas dari hakikat manusia
Hakikat pendidikan oleh Raka Joni (1985) sebagai berikut :
a. Kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik
b. Pendidikan merupakan usaha menyiapkan subjek didik untuk masa akan
datang.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai


perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sampai akhir hayat. Individu
menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan
manusia lain. Perkembangan manusiawi hanya dapat terjadi dalam lingkungan
masyarakat. Jadi pendidikan dilihat sebagai proses pemanusiaan dalam konteks
kehidupan bermasyarakat, sebagai transaksi sosial budaya. Terjadi interaksi
pendidikan yang dilandasi oleh sikap saling menghargai antara pendidik dan
peserta didik. Pendidikan harus mendorong manusia untuk mengembangkan
kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.
Seorang pendidik hanya memiliki satu tujuan yaitu untuk memandirikan
subjek didik, bukan untuk menjinakkannya.
Faktor-faktor Pendidikan
10

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Faktor tujuan.
Faktor pendidik.
Faktor subjek didik.
Faktor materi pendidikan.
Faktor metode dan alat.
Faktor situasi lingkungan.

1. Faktor Tujuan
Subjek didik, Semua tujuan-tujuan itu harus normatif

baik, artinya tidak

bertentangan hakikat perkembangan serta didik dapat diterima sebagai nilai hidup
yang baiktujuan pendidikan ada yang sifatnya ideal dan ada pula yang sifatya
nyata. Tujuan ideal biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan yang
sifatnya umum sedangkan tujuan yang sifatnya nyata dirumukan dalam bentuk
tujuan khusus. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan
dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. makna tujuan pendidikan
nasional itu adalah membentuk manusia Indonesia yang bisa mandiri dalam
konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta berkehidupan sebagai makhluk yang beragama (KeTuhanan Yang
Maha Esa). Manusia Indonesia Yang ,dicita-citakan dan harus diupayakan melalui
pendidikan adalah manusia yang bermoral,berilmu. Berkepribadian, dan beramal
bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai
tujuan umum, ada beberapa tujuan yang mengantarkannya ke tujuan umum
tersebut,disebut dengan tujuan antara yaitu perhentian sementara untuk mencapai
tujuan umum.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya pengkhusussan tujuan umum antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Karakteristik anak didik


Tuntutan persyaratan pekerjaan di lapang
Perbedaan pandangan hidup
Perbedaan tujuan
Kemampuan

Tujuan umum yang akan kita capai di lingkungan sekolah biasanya kita
jabarkan dalam tujuan-tujuan yang lebih kecil. Tujuan yang berfungsi sebagai
perantara untuk mencapai tujuan umum dinamakan tujuan intermedier atau tujuan
11

sententara, Kesementaraan tujuan khusus/intermedier ini terletak di dalam


kenyataan bahwa apabila tujuan khusus itu tetah dicapai, maka tujuan itu menjadi
alat untuk mendapat tujuan khusus lainnya dan seterusnya. Kita mengenal empat
lingkungan tujuan pendidikan , yaitu:
1.
2.
3.
4.

Tujuan umum
Tujuan institusional
Tujuan kurikuler
Tujuan instruksional

2. Pendidik
Pendidik

ialah

orang

yang

mempunyai

tanggung

jawab

dalam

melaksanaan pendidikan. Orang tua biasanya disebut pendidik menurut kodrat,


sedangkan guru, dan tenaga-tenaga lainnya yang sejenis disebut pendidik menurut
jabatan. Berdasarkan hasil diatas kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua
kategori : a. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua. b. Pendidik menurut
jabatan, yaitu guru.
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan
utama. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif
mengandung dua unsur dasar yaitu: a. Unsur kasih sayang orang tua terhadap
anak. b. Unsur kesadaran akan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun
perkembangan anak.
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab
mendidik dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat ,dan negara. kepada guru
diharapkan sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari
sikap dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain : a. Kasih sayang kepada
subjek didik b. Tanggung jawab kepada tugas mendidik
Tugas pendidik karena jabatan adalah berat. maka sebagai pendidik karena
jabatan ini harus diadakan persiapan-persiapan yang cukup. Bakat merupakan
persyaratan penting untuk itu. Keadaan jasmani calon, itu harus sehat. Pendidik
juga dituntut untuk menggunakan bahasa yang sopan, harus mempunyai
kepribadian yang kuat, Sebagai pendidik harus disenangi dan disegani oleh subjek
12

didik. Ini berarti ia harus mempunyai kewibawaan, punya emosi yang stabil
untuk menghadapi bermacam-macam subjek didik. Banyak sifat lain yang harus
dimiliki oleh seorang pendidik. Selain itu seorang pendidik harus susila, jujur dan
adil. Pendidikan karena jabatan ini tugasnya tidak hanya sebagai pendidik di muka
kelasnya , tetapi harus mengadakan hubungan erat antara pendidik dan subjek
didik di luar kelas.
3. Subjek didik
Istilah subjek didik digunakan berdasarkan pandangan bahwa makhluk
manusia yang dididik adalah makhluk yang berkepribadian. Istilah tersebut
digunakan mengingat bahwa pendidikan adalah suatu Proses pendidikan
sepanjang hayat. ia merupakan suatu proses, proses penyesuaian diri, suatu proses
pemanusiaan.
Hakikat subjek didik didasarkan kepada empat hal yakni;(a) subjek didik
bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan
seumur hidup,(b) subjek didik mempunyai potensi, baik fisik maupun psikologis
yang berbeda-beda, sehingga masing-masing subjek

didik merupakan insane

yang unik,(c) subjek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan


yang manusiawi,(d) subjek didik pada dasamya merupakan insan yang aktif
menghadapi. lingkungan. Asumsi yang dikemukakan di atas, membawa implikasi
terhadap tugas-tugas guru di sekolah. Subjek didik ialah manusia yang memiliki
potensi yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal
dunia dan perubahan-perubahan terjadi

secara bertahap, tetapi secara waiar.

Pendidik bertugas membimbing dan mengembangkan potensi-potensi yang


dimiliki oleh subjek didik itu pada tiap-tiap tahapnya. Seorang pendidik harus
memahami tahap-tahap perkembangan dan potensi subjek didik tersebut. Kita
menyadari tidak ada dua orang anak didik yang sama, tetapi diakui bahwa ada
sifat-sifat yang umum yang dapat dipedomani. Oleh sebab- itu pendidik harus
dapat mengetahui perbedaan individual tersebut. Perbedaan individu dapat terjadi
akibat irama dan tempo perkembang beragam dan oleh adanya faktor
perkembangan, yaitu fakto-faktor yang mempengaruhi peserta didik. Faktor
13

perkembangan umumnya dapat dibedakan menjadi: faktor kemampuan dasar.


faktor 1.lingkungan, dan Semua faktor perkembangan di atas dimiliki masingmasing peserta didik dalam intensits dan kualitas yang beragam dan dapat
mengalami perubahan dalam perkembangannya. pendidik harus mengetahui
berbagai perbedaan individual ini sehingga dapat mengatur kondisi dan strategi
Untuk mengembangkan kemandirian anak didik interaksi antara pendidik
dengan didik hendaklah berlangsung secara manusiawi. Pada situasi pendidikan
dimana pendidik yang lebih memegang peranan atau pemusatan aktivitas pada
pendidik, kemandirian yang dimaksud tidak mungkin dikembangkan. Disamping
itu pendidik hendaknya menyiapkan dan mengatur lingkungan; sehingga
menunjang terhadap perkembangan potensi didik Bagi anak didik yang
lingkungannya kurang baik dan kurang teratur, pembinaan individual sukar untuk
dilakukan.
4. Isi materi Pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan isi/materi
pendidikan yang relevan. Kita tahu bahwa tujuan pendidikan itu sangat luas.
mulai dari tujuan umum sampai ke tingkat tujuan khusus yang sekecil-kecilnya.
Guru harus dapat memberi penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan
yang akan dicapainya secara konkret. Sehingga dapat memilih

bahan sesuai

dengan tujuan tersebut.


5. Metode dan Alat Pendidikan
A. Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan,
dalam pencapainnya ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Tujuan yang ingin dicapai, metode yang paling tepat dengan
menggunakan metode demonstrasi,simulasi dan bermain peran
2. Faktor murid metode yang paling tepat dengan menggunakan metode
diskusi
3. Faktor guru

14

Namun demikian, dapat dikatakan secara umum bahwa setiap metode


memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
B. Faktor Alat Pendidikan.Yang dimaksudkan alat pendidikan disini adalah
segala sesuatu yang secara langsung membantu terwujudnya pencapaian tujuan
dalam pendidikan
Ada dua macam tentang pengertian alat pendidikan yaitu :
1. Alat pendidikan yang bersifat tindakan
2. Alat pendidikan yang berupa kebendaan
1. Alat pendidikan yang bersifat tindakan yaitu berupa upaya atau siasat dalam
kegiatan

dengan

kewibawaan.Alat

ini

berfungsi

preventif

mencakup

teladan,suruhan,anjuran,pengarahan dan pembinaan sedangkan yang berfungsi


respresif mencakup syarat pujian,hadiah,ganjaran dan hukuman
Pemilihan alat pendidikan yang akan digunakan perlu mempertimbangkan
beberpa hal yaitu :
a)
b)
c)
d)

Situasi hubungan guru dan murid


Perbedaan sifat dan tabiat murid juga harus diperhatikan
Pada anak yang normal sebaiknya digunaka tindaka preventif
Penggunaan ancaman,kecaman dan hukuman haruslah hati-hati dan
bijaksana

2. Alat pendidikan yang berupa kebendaan sebagai alat bantu yang lazim biasa
disebut sarana pendidikan, Pemilihan alat pendidikan yang akan digunakan perlu
mempertimbangkan beberpa hal yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)

Tuuan apakah yang ingin dicapai?


Alat-alat apakah yang tersedia?
Pendidikan mana yang akan digunakan?
Bagaimana karakteristik anak didik?
Dimana alat tersebut digunakan

Adapun alat/sarana yang dapat menunjang terlaksananya pendidikan :


a) Merekam
15

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Manipulatif
Stimulatif
Mengingat kembali
Memperagakan
Mengaktifkan proses respon murid
Evaluatif
Umpan balik

Sarana

pengajaran

makin

lama

makin

berkembang

sesuai

dengan

berkembangan ilmu dan teknologi


6. Lingkungan Pendidikan
Pengertian lingkungan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada diluar
diri individu, walaupun ada juga yang menyatakan bahwa ada lingkungan yang
terdapat dalam diri individu. Para ahli membedakan jenis lingkungan menjadi : (a)
Lingkungan alam, (b) Lingkungan sosial.
a. Lingkungan Alam
Yang dimaksud dengan lingkungan alam adalah segala sesuatu yang
ada di dunia yang berada diluar diri anak yang bukan manusia, seperti
binatang, tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung dan rumah
b. Lingkungan Sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah semua manusia yang berada
di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya seperti program-program
pada televisi, radio, surat kabar atau media cetak lainnya, termasuk lingkungan
sosial yang tidak langsung. Teman sekelas, teman sejawat, atau orang di
sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial yang bersifat langsung.
Segala sesuatu yang ada di lingkungan baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial seperti museum, perpustakaan, dan hasil bumi daerah
setempat.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan dibedakan atas:
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat

16

Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama


bagi anak, karena dilingkungan itulah dia pertama-tama menerima pendidikan
dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua merupakan dasar utama bagi
pembentukan kepribadian selanjutnya. Oleh sebab itu orang tua dalam
melaksanakan pendidikan hendaklah memperhatikan hakikat pengembangan
anak.
Sekolah disebut lingkungan pendidikan yang kedua, yang bertanggung
jawab melaksanakan pendidikan di lembaga ini adalah guru. Peranan guru
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
Lingkungan pendidikan yang ketiga adalah lingkungsn masyarakat. Proses
pendidikan di lingkungan ini adalah proses pendidikan yang terjadi diluar
keluarga dan diluar persekolahan. Pendidikan yang diberikan biasnya
tergantung kepada kebiassan yang terjadi di lingkungan itu. Oleh sebab itu
hasil pendidikannya dipengaruhi lingkungan masyarakat tersebut. Alam
sekitarnya memberi pengaruh tertentu bagi pendidikan anak dengan segala
sifat dan kondisi tempat tinggalnya. Oleh karena setiap masyarakat itu
lingkungannya sangat bervariasi, maka pengaruh yang dihasilkannya pun
berbeda terhadap proses pendidikan anak.
Ada kemungkinan lingkungan ini akan berpengaruh negatif terhadap
pendidikan, maka lingkungan itu menjadi pembatas pendidikan. Oleh karena
itu wajarlah kiranya pendidik mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga
dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Daftar pustaka
Depdikbud. 1981. Materi dasar kependidikan program akta mengajar v, buku
II, dasar ilmu pendidikan.Jakarta:Depdikbud
_____________. 1989. Undang-undang RI No.2 tahun 1989;tentang sistem
pandidikan nasional. Jakarta:Depdikbud
17

Driyakara. 1980. Tentang Pendidikan. Yogyakarta:Yayasan kanisius.


Future Direction Of Pop[ulation Education. 1978. Bangkok:Unesco Regional
Officer for Education in Asia and Oceania
Ki Hjar Dewantara. 1987. Pendidikan.Yogyakarta: Majelis luhur persatuan
taman siswa.
Langveld, M.J. 1960. Paedagogik Teoritis Sistematik. Yogyakarta: FIP-IKIP
Yogyakarta.
Madya

Ekosusila,

dan

kawan-kawan.1988.

Dasar-dasar

Pendidikan.

Semarang:Effkor Publishing.
Raka joni. 1985. Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta:Depdikbud
Sodiq A. Kuntoro.1985. Dimensi Manusia dalam Pemikiran Pendidikan.
Yogyakarta:Nurcahaya
Satmoko, dan kawan-kawan. Tidak bertahun. Kumpulan diktat Dasar-dasar
Kependidikan. Semarang:FIP-IKIP
Sutari Imam Barnadib. 1989. Pengantar ilmu pendidikan sistematis.
Yogyakarta:Andi offset
Tamsik udin.1987. Ilmu pendidikan SPG/KPG.SGO. Bandung:Epsilon Group.
Wens Tanlain,dan kawan-kawan. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta:Aptik.

18

Latar Belakang
Landasan filosofis merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam
pelaksanaan pendidikan. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang
sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan. Perbedaan pandangan dapat
menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang diberikan kepada anak
didik.
A. Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila merupakan hal yang tak dapat dipisahkan,
filsafat di sini adalah sistem nilai-nilai, yakni satu Andaman hidup yang diyakini
seseorang yang dianggap sebagai pandangan. Filsafat yang mendalam yang logis
dan sistematis adalah hasil filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebab ada dan berbuat
Filsafat demikianlah yang menentukan arah hidup dan perbuatan. Filsafat
yang semacam ini wajib dimiliki oleh setiap pendidik, setiap guru yang menjadi
pedoman perbuatanya. filsafat yang dianut oleh si pendidik ikut menentukan
tujuan, corak, metode dan alat pendidikan yang akan digunakan. Landasan filosof
menjadi arah ke mana pendidikan akan dibawa, atau gambaran manusia yang
19

bagaimana yang adicita-citakan. Mencapai manusia yang adicita-citakan inilah


yang menjadi tujuan pendidikan.
Bagi kita bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi pandangan dan cara
hidup bangsa. Ini berarti bahwa Pancasila merupakan landasan filsafat pendidikan
Indonesia.
B. Pancasila sebagai Pandangan dan Cara Hidup Bangsa (Dasar dan Rasional)
Pandangan hidup adalah pandangan tentang nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh satu bangsa. Bahwa sistem nilai atau pandangan hidup yang
dikandung filsafat pendidikan seseorang atau satu bangsa negara akan
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dan tujuan pendidikan satu negara dapat
kita amati dari contoh-contoh dibawah ini:
a.

Di Sparta (Yunani Kuno)


Sparta adalah Negara yang banyak mengalami peperangan. Oleh karena itu
pendidikan yang utama diberikan ialah untuk membentuk jasmani yang sehat,
karena pada tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Jelas bahwa system nilai
yang menjungjung tinggi aspek jasmani telah member corak tersendiri kepada
system pendidikan di Sparta.

b. Di Eropa Barat
Pengaruh reasionalisme sangat kuat. Pandangan ini menyatakan manusia
adalah makhluk berpikir atau berakal. Implikasi pandangan ialah, bahwa
pendidikan yang sangat menjungjung tinggi pengaruh pengetahuan dan peranan
akal. Nilai ini merupakan norma bagi pelaksanaan pendidikan.
c. John Dewey dari Amerika Serikat. Suatu filsafat pendidikan yang mengutamakan
pengalaman.
Pandangan ini mempunyai norma, bahwa kebenaran terletak pada kenyataan
yang praktis. Pengalaman adalah yang utama dan pandangan inilah yang mendasari
pendidikan.
C. Filsafat Pendidikan Panacasila

20

Filsafat pendidikan sebagaib filsafat terapan, mencoba mengkaji masalah


pendidikan, mencari jawaban yang mendalam tentang apa hakikat pendidikan, mengapa
pendidikan diperlukan dan bagaimana sebaiknya pendidikan itu dilakukan.
Dalam

kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai Pancasila adalah

pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam social budaya Indonesia. Nilai
Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak budaya bangsa. Oleh karena itu nilai ini
sangat mendasar dalam menjiwai dan memberikan watak kepribadian jadi diri. Di dalam
pembukaan UUD 1945, tersimpul cita-cita atau tujuan nasional atau hasrat luhur rakyat
Indonesia yang merupakan perwujudan jiwa dan nilai Pancasila, yakni untuk
mencerdaskan hidup bangsa.
Demokrasi Pancasila menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan yang menghendaki pemerintah membahagiakannya, fan
memanusiakan arga Negara dalam masyarakat, Negara dan masyarakat bangsa (Arbi,
1988). Orientasi hidup bangsa kita adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai cirri-ciri
tertentu. Cirri-ciri kemanusiaan yang kelihatan dari Pancasila ialah; integral, etis dan
religious (Soeryanto Poespowardoyo, 1989)
a. Integral
Manusia adalah individualis sekaligus sosialitas. Kemanusiaan yang diajarkan
oleh Pancasila yang integral, yakni mengakui manusia seutuhnya. Manusia
diakui sebagai suatu keuTuhan antara jiwa dan raga. KeuTuhan antara
manusia sebagai individu dan makhluk social. Kedua hal itu sebenarnya
adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia. Hakikat manusia seperti
inilah yang merupakan hakikat subjek didik.
b. Etis
Pancasila adalah falsafah Negara, maka kehidupan kenegaraan seperti
pendidikan harus taat kepada norma yang selaras dengan Pancasila. Ia
merupakan nilai-nilai moral yang merupakan pedoman tindakan bagi seluruh
bidang kenegaraan. Pancasila merupakan kualitas etis. Ini berarti menjungjung
tinggi kebebasan, namun tidak bebas dari segalanya seperti liberalism.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung jawab.
c. Realigius
21

Sila pertama Pancasila menegaskan bahwa religious melekat pada hakikat,


maka pandangan kemanusiaan Pancasila adalah paham kemanusiaan religious.
Pancasila mengakui Tuhan sebagai Pencipta serta sumber keberadaan dan
menghargai religious dalam masyarakat yang bermakna. Kebebasan agama
adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak manusia.
Ketiga ciri kemanusiaan di atas memberi warna kepeda sistem pendidikan
nasional tentang dasar dan tujuan pendidikan. Filsafat pendidilan Pancasila
mengimplikasikan ketiga cirri kemanusiaan di atas, tentang hakikat subjek didik,
yang

menimbulkan

konsekuensi

terhadap

hakikat

pendidikan

dan

penyelenggaraan pendidikan. Filsafat pendidikan Pancasila mengakui subjek didik


terdiri atas jiwa dan raga, substansi spiritual dan substansi material, namun ia
merupakan suatu keuTuhan. Sebagai makhluk individu ia punya potensi, ia
mampu berpikir, mampu merasakan, mampu berbuat, berbuat baik dan bertindak
susila. Sebagai makhluk social ia harus bertanggung jawab terhadap kepentingan
umum dan kepentingan bersama namun individualitasnya tetep terpelihara secara
utuh. Ini berarti kebebasan individu tidak mutlak. Sebagai manusia dia keduaduanya dalam kesatuan sebagai pribadi.setiap personal punya sifat terbuka ke
dalam dan terbuka keluar (Raka Joni, 1985).
Oleh karena itu manusia terbuka untuk pendidikan baik untuk dirinya sendiri
maupun oleh orang lain karena punya potensi untuk itu. Masing-masing subjek
didik adalah unik yang berbeda satu dengan lainnya, ia punya kebebasan namun
kebebasan yang bertanggung jawab dan terkendali. Dengan kata lain
individualitasnya tidak mutlak. Rumusan tujuan pendidikan menggambarkan
tentang hakikat manusia yang bagaimana yang dididik, atas kepribadian yang
bgaimana yang dikembangkan dan manusia bagaimana yang dituju atau yang
diingini, sehingga melahirkan rumusan tujuan pendidikan seperti tercantum dalam
UU SPN Bab II pasal 4 yang berbunyi :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dn
mengembangkan manusia seutuhnaya yaitu mansia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan,
22

keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan


mandiri serta bertanggung awab kemasyarakatan.
Oleh karena filsafat peendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau
aspek spirituan sistem pendidikan nasional, maka sepatutnyalah filsafat ini harus
dipelajari oleh setiap pendidik atau guru.
a.

Filsafat pendidikan Pancasila menentukan arah pendidikan, sesuai dengan


asas-asas pandangannya tentang hakikat manusia, harkat dan martabatnya
dan kodrat manusia dalam hubungan dengan sesama manusia, denga

b.

masyarakat, dengan negara, budaya alam dan Tuhan Yang Maha Esa.
Filsafat pendidikan Pancasila dijadikan landasan filosofis dalam
menentukan tujuan pendidikan nasional, individu yang bagaimana telah

c.

dicita-citakan oleh masyarakat kita.


Filsafat pendidika Pancasila merupakan dasar dalam merencanakan dan

d.

menyusun kurikulum.
Filsafat dan tujuan pendidikan menyatukan segala upaya pendidikan,
sehingga merupakan suatu kontinuitas bagi perkembangan dan kemajuan
anak.

B. Implikasi Filsafat Pancasila bagi Pendidikan


Landasan

filosofi

pendidikan

kita

adalah

pandangan

hidup

Pancasila.Sekolah merupakan lembaga yang dbangun masyarakat untuk mendidik


anak sesuai dengan pandangan hidup tersebut.
1. Konsep

Dasar

tentang

Pandangan

Manusia

Pancasila

dan

Implikasinya bagi Pendidikan


Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai-nilai, pandangan
mendasar tentang manusia dalam hubungannya dengan sumber kesemestan, yakni
Tuhan Yang Maaha Pencipta.

23

Setiap manusia Indonesia Mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya. Dalam negara Pancasila diciptakan suasana
yang memberi kesadaran akan keyakinan itu. Manusia mengakui sebagai ciptaan
Tuhan, berarti manusia adalah makhluk susila. Pengakuan umum secara pribadi,
diberi kebebasan untuk bertanggung jawab.
Oleh karena Pancasila itu diakui sebagai pandangan hidup bangsa, maka
sewajarnya pandangan ini menjadi pedoman atau landasan filosofis pendidikan di
Indonesia.
Berkenaan dengan itu secara yuridis formal, dalam Undang-undang
Republuk Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) bab II pasal 2 tercantum Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk memahami nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila dari
Pancasila, ditinjau dari sudut artinya bagi pendidikan berikut ini akan
dikemukakan secara ringkas.
a. Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Berkanaan dengan sila KeTuhanan Yang maha Esa, bangsa Indonesia


menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Agama di Indonesia banyak macamnya. Diantara kehidupan beragama di
Indonesia dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar
pemeluk-pemeluk agama.
Indonesia adalah negara yang mementingkan agana, oleh sebab itu agama
diajarkan sebaga mata pelajarn di sekolah.
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dengan sila Kemanusiaan yang adil dan Beradab, manusia diakui dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang aha Esa.
Dasar ini mengandung unsur individualitas dengan pengakuan tiap orang
sebagai manusia individu yang terhormat dan diperlakukan secara wajar.
Kegiatan-kegiatan yang patut dilakukan oleh sekolah
mengupayakan dan membina sila ini antara lain :

24

dalam

1) Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru harus meghargai, adil


dan memperlakukan murid secara wajar sebagai individu yang
memiliki kelebihan dan keterbatasan.
2) Melalui mata pelajaran, pengembangan aspek efektif sebagai salah satu
aspek kepribadian yang patut diperhitungkan, terutama mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila.
3) Melalui mata pelajaran yang membicarakan masalah-masalah dunia
serta hubungan internasional, seperti dalam mata pelajaran Sejarah dan
Ilmu Bumi.
4) Melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka dan
gotong-royong sikap ini dapat dikembangkan.
c. Persatuan Indonesia
Manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Sekolah berkewajiban memupuk rasa kebangsaan dalam hati sanubari murid.
Sekolah merupakan lembaga yang untuk memupuk rasa kebangsaan. Sila
ini dapat dikembangkan pada murid melalui berbagai cara, antara lain :
1. Wawasan Filsafat Pendidikan Pancasila sebagai pengakuan Atas
pribadibdan sebagai Anggota Masyarakat dan implikasinya bagi
Pendidikan.
Pancasila Mengakui manusia sebagai pribadi yang otonom. Makna yang
terkandung dalam pengakuan ini adalah pribadi manusia diakui unik dan masingmasing punya kekhasan, manusia Bermartabat, manusia makhluk etis, makhluk
Tuhan dan terbuka untuk dididik.
Pribadi manusia mulai tumbuh dan berkembang mulai dari lahir. Anak
lahir dengan kebebasan bawaan. Tiap anak mempunyai sifat kepribadian yang
unik, Keunikan pribadi itu terbentuk dan berkembang dalam hidupnya yang
memberi warna terhadap tantangan alam maupun sosialnya.

25

Perkembangan kepribadian anak dipengaruhi oleh factor-faktor keturunan,


lingkungan kehidupan kejiwaan seseorang yang disebut dengan self . Self
berinteraksi dengan pembawaan dan lingkungan yang membentuk pribadi
seseoang. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang menyebabkan perbedaan pribadi
seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk individu memiliki potensipotensi yang dapat dikembangkan. Potensi yang dimiliki ada kalanya berkembang
kea rah yang tidak Baik, misalnya menimbulkan kerusakan lingkungan, termasuk
manusia Sendiri. Maka pendidikanlah yang dapat menangkal potensi yang
berlembang ke Arah yang tidak baik itu. Pendidikan hendaklag mengembangkan
semua Potensi yang ada pada anak Seoptimal mungkin.
Ini berarti manusia harus dimanusiakan untuk mencapai harkat manusia
yang tertinggi seperti yang dikemukakan oleh Driyakarya (1980)
Sekolah

Sebagai

lembaga

yang

bertanggung

Jawab

untuk

mengembangkan potensi ini, Seyogyanyalah kebuTuhan terhadap materi dan


spiritual harus dipenuhi. Untuk memenuhi kebuTuhan tersebut guru spatutnya
mengupayakan memilih materi Serta strategi belaja-mengajar yang sesuai dengan
kebuTuhan Murid, tarah perkembangan kognitif mereka Serta perbedaan
individualnya.
Pribadi yang otonom dalam pengertian Pancasila. Bukanlah dalam arti
yang tidak terbatas. Tetapi ada Batasnya. Kebatasan Individu itu dibatasi oleh
keinginan Sosial , Anak dulahirkan dan dibesarkan dalam masyarakat atau
ksekelompok orang tertentu dengan Nilai-nilai Sosial dan budaya tertentu.
Dengan demikian anak tubuh dan berkembang Seperti sekarang tidak terlepas dari
factor social kulturannya.
Pendidikan terjadi dalam masyarakat dan budaya tertentu, sehingga tujuan
pendidikan dan metode yang digunakan tergantung atau berpedoman pada
pandangan Hidup masyarakat.

26

Di Satu pihak pendidikan berupaya mengembangkan potensi individu


yang merupakan Komponen penting untuk mengembangkan dan menagadakan
pembaharuan. Berkenaan dengan itu James B. Stront dalam kutipan Sodiq A
Kuntoro (1985:13) melukiskan :

Pendidikan Sebagai proses dengan man

masyarakat mengabaikan dan memperbaharui dirinya. Pendidikan berfungsi


untuk mengembangkan individu masyarakat. Ini berrati kualitas hidupnya
masyarakat yang lebih baik hanya mungkin dicapai apabila individu-indivdu
Anggotanya mengarahkan diri untuk bekerja sama Meningkatkannya.
Pandangan hidup Pancasila melihat proses serta tujuan pendidikan dalam
keseimbangan yang selaras antara pemenuhan kebuTuhan individu dengan
keperluan pengembangan hidup bermasyarakat. Pendidikan dilihat sebagai proses
pemanusiaan yang terjadi di dalam konteks kehidupan bermasyarakat, sebagai
transaksi social budaya.
Raka Joni (1989:10) menyatakan hal di atas hanya mugkin terjadi jika peranan
kunci dari pendidik didalam interaksi pendidiakan adalah yang pada dasarnya
dilakukan dengan 3 Cara.
a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
memutuskan dan berbuat.
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bebuat, dengan
meningkatkan pengetahuan ddan keterampilan.
c. Menyediakan system dukungan yang menawarkan kesempatan serta
kemudahan belajar.
Guru sebagai pendidik secara berangsur harus memindahkan prakarsa dan
tanggung jawabnya kepada murid.Ia harus sewaktu-waktu siap menarik siap diri
jika kemandirian siswa sudah nampak mulai bertumbuh.
Implikasi dari landasan filosofis pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Dalam menetapkan tujuan dan arah pendidikan nasional, landasan filosofis
merupakan dasar atau landasan berfikir yang mendalam dan konsepkonsep yang mendasar dengan memperimbangkan segala aspek.
27

b. Dalam merancang dan menyusun kurikulum ,perencanaan kurikulum


memerlukan pengambilan keputusan mengenai segala aspeknya yang
meliputi tujuan, bahan, sumber-sumber, kegiatan belajar-mengajar,
evaluasi, dan sebagainya.
c. Dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah.untuk memilihnya yang
tepat juga memerlukan landasan berfikir yang mendasar.
d. Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, melalui dari perencanaan
pengajaran sampai kepada pelaksanaan proses belajar-mengajar tidak
terlepas

dari

landasan

filosofis

yang

digunakan

sebagai

dasar

pemikirannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar juga memperhatikan harkat
dan martabat sbagai pribadi dan anggota masyarakat, selalu mempeetimbangkan
bagaimana menanamkan rasa tanggung jawab dan sebagainya. Selain kegiatan
intra kurikuler, dalam kegiatan ekstra kurikuler landasan filosofis tetap merupakan
dasar yang penting untuk menetapkan dan melaksanakan.

LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN


A. Konsep dasar psikologis
1. Pengertian
Istilah psikologi dialihbahasakan dari psychology (berasal dari bahasa
Yunani). Psychology terdiri atas dua kata yaitu psyche dan logos. Psyche
dapat diartikan sebagai jiwa, roh, mental. Logos berarti studi atau kajian
ilmiah atau ilmu. Dengan demikian psikologi dapat diartikan sebagai kajian
ilmiah atau ilmu tentang jiwa, roh dan mental. Kajian psikologi ini membahas
tentang jiwa maksudnya adalah perbuatan atau tingkah laku manusia.
Dari segi makna, istilah psychology dapat diartikan sebagai
berikut:Psikologi adalah kajian studi tentang tingkah laku atau perbuatan
(behavior). Jadi, psikologi merupakan ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan
pendidikan, karena ia dapat menjelaskan tentang hakikat murid, proses belajar
dan peranan guru.
2. Pentingnya psikologis dalam penyelenggaraan pendidikan

28

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses menyampiakan pesan


atau materi pelajaran kepada anak. Dalam menyampaikan materi tersebut,
sang guru perlu melandaskan usahanya itu pada prinsip-prinsip psikologi
seperti: perbedaan individual dan belajar.
Bila prinsip-prinsip itu tidak dijadikan landasan usaha dalam
penyampaian pesan kepada murid, maka proses dan hasil belajar yang
diharapkan tidak akan tercapai sebagaimana mestinya. Sebagai contoh
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila sang guru menyamaratakan semua muridnya dalam hal
kecerdasan umum, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara murid
yang mempunyai inteligensi tinggi dengan murid intelegensi rendah.
Karena kelompok murid dengan intelegensi tinggi biasanya akan
menganggap materi yang biasa disampaikan guru tidak terlalu berat
sedangkan

murid

yang

mempunyai

intelegensi

rendah

akan

menganggapnya terlalu berat. Sehingga guru harus mempersiapkan materi


yang sesuai dengan tingkatan kecerdasan murid-muridnya. Selain itu, para
guru harus mempertimbangkan perbedaan aspek-aspek psikologis lainnya
seperti sifat, minat, bakat, karakter dan temperamen.
B. Perkembangan Anak
1. Hakikat perkembangan anak
Atas dasar hakikat manusia yang mempunyai pikiran dan memiliki
potensi dalam dirinya, maka para pendidik dapat menggantungkan harapanharapannya pada anak atau murid. Kita dapat mengaharapkan bahwa anak
dapat dididik dan diajar kearah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Kecuali
anak tersebut mengalami masalah seperti kecelakaan, cacat dan meninggal.
Dalam proses perkembangannya, jika kita memahami bahwa murid pada
dasarnya mempunyai potensi untuk aktif, maka pendekatan keterampilan
proses yang memungkinkan murid aktif perlu dirancang dan dilaksanakan
dalam proses belajar-mengajar.
2. Perkembangan anak
A. Pengertian Perkembangan

29

Pertumbuhan adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri individu


yang bersifat material dan komunikatif. Misalnya pembesaran dan
perpanjangan tulang.
Perkembangan adalah perubahan fungsional dan kualitatif. Misalnya
perubahan fungsi pikir dari kurang berkualitas menjadi berkualitas tinggi.
B. Hakikat Perkembangan Anak
1. Pendapat Aliran Asosiasi
John Locke berpendapat bahwa pada hakikatnya perkembangan individu
merupakan proses asosiasi. Bagian-bagian merupakan unsur utama, adanya
keseluruhan didahului oleh adanya bagian-bagian. Terkaitnya antara bagian
yang satu dengan yang lain menjadi keseluruhan adalah karena asosiasi.
Pengalaman menurut pakar ada yang berasal dari dalam diri individu dan
pengalaman ini akan menimbulkan refleksi-refleksi. Pengalaman yang lain,
berasal dari luar yang diperoleh dengan menggunakan alat indera akan
menimbulkan sensasi-sensasi.
2. Pendapat Aliran Gestalt
Aliran berpendapat bahwa proses perkembangan individu merupakan
proses diferensiasi, yaitu yang pertama adalah keseluruhan, sedangkan bagianbagian hanya mempunyai arti sebagai bagian keseluruhan dalam kaitan
fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Itulah salah satu alasan mengapa
metode Struktur Analisis dan Sistensis digunakan dalam membaca permulaan
di SD.
3. Pendapat Aliran Sosiologis
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan anak pada hakikatnya adalah
proses sosialisasi. Proses ini berlangsung sejak anak lahir yang dimulai dalam
bentuk imitasi, kemudian diikuti dengan adaptasi dan akhirnya seleksi.
Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum efek low. Imitasi adalah
proses peniruan terhadap kebiasaan sendiri, sedangkan adaptasi merupakan
peniruan terhadap tingkah laku orang lain. Pada tingkatan subjektif anak
menirukan tingkah laku dari objek yang ditirunya dan pada tingkatan objektif
anak dapat menguasai apa yang ditirunya itu. Sehubungan dengan proses ini
maka guru hendaklah merupakan tokoh yang dapat digugu dan ditiru.

30

Demikian telah dikemukakan tiga konsepsi tentang perkembangan anak, kita


para guru tinggal memilih mana yang menurut keyakinan kita dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan tugas membelajarkan murid kita. Tentu saja selalu
terbuka kemungkinan menemukan konsepsi-konsepsi baru yang lebih efektif.
C. Faktor faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Seperti halnya dengan pengkajian hakikat perkembangan anak maka untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangannya, kita
sebaiknya mengkaji teori-teori atau pandangan para ahli.
1) Schopenhouer
Schopenhouer sebagai salah seorang tokoh aliran nativisme berpendapat
bahwa seorang anak yang lahir ke dunia dilengkapi dengan atau warisan baik
atau buruk. Hasil akhir pendidikan bagi seseorang murid ditentukan oleh
pembawaannya sewaktu lahir tersebut. Jadi faktor yang menentukan
perkembangan murid tertentu adalah diri anak itu sendiri. Pembawaan (buruk
atau baik) ini tidak dapat diubah oleh faktor luar
2) J.J. Rousseau
Seorang tokoh dari aliran naturalisme berpendapat bahwa yang semua
anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik ini
akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak adalah diri anak itu sendiri juga.
3) John Locke
Seorang pakar dan aliran empirisme berpendapat bahwa anak yang lahir ke
dunia bagaikan kertas putih atau tabularasa. Lingkungan (environment) lah
yang akan mengukir/menulis kertas itu melalui pengalaman-pengalaman
empirik. Oleh sebab itu faktor yang menentukan perkembangan anak adalah
lingkungan. Diantara faktor lingkungan itu yang paling besar pengaruhnya
ialah pendidik, karena pendidik dapat menyediakan lingkungan yang
mendukung perkembangan seseorang muridnya.
31

4) William Stem
Seorang pakar dan aliran konvergensi, berpendapat bahwa faktor yang
mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah kedua faktor yang telah
dikemukakan terdahulu. Faktor pembawaan dan lingkungarn sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting. Kedua faktor ini peranannya tidak
dipisahkan, tetapi konvergen sasarannya sehingga merupakan dua garis yang
bertemu pada satu titik. Maju mundurnya, baik buruknya perkembangan akhir
ditentukan oleh kerja sama kedua faktor ini.

Demikian telah kita bahas faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


anak, yang kalau kita simpulkan adalah faktor pembawaan dan lingkungan.
Namun kita perlu selalu ingat bahwa murid yang dengan segala pembawaan dan
kemungkinannya itu adalah juga makhluk yang aktif, yang mempunyai peranan
tersendiri. sebagai individu oleh proses interaksi antara kedua faktor utama tadi.
Kita para guru harus dapat menimbulkan kesediaan dan semangat para murid agar
dengan kekuatan dan oto-aktivitasnya ia dapat mengembangkan pembawaannya
yang baik dan meninggalkan lingkungan yang tidak baik karena akan merugikan
perkembangan pembawaan yang baik itu. Murid harus dibantu, dibimbing
mencari atau menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang baik, yang sesuai.
Perlu pula diketahui bahwa pembawaan itu jangan hanya dilihat sebagai
potensi waktu lahir saja, tetapi juga situasi dan kondisi pembawaan tersebut dalam
suatu waktu. Anak dengan pembawaan baik sedang berada dalam situasi sedih,
maka mungkin hasil belajamya akan kurang.
Lingkungan dalam arti yang luas adalah segala hal yang berada diluar diri
anak yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Lingkungan, dalam hal ini
mencakup pendidik, pendidikan, suasana belajar, sekolah, masyarakat dan lainlain.
D. Periodisasi atau Fase-fase Perkembangan

32

Seperti telah dikemukakan pada uraian terdahulu, bahwa manusia selalu dalam
proses menjadi, berkembang terus tidak pernah selesai. Proses berkembang yang
berkesinambungan itu oleh para ahli dibagi atas fase-fase atau periode-periode
tertentu dengan maksud untuk lebih mudah memahaminya. Setiap fase
perkembangan mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat yang khas ini perlu
diketahui dan dijadikan landasan dalam usaha memimpin, membimbing
perkembangan tersebut. Usaha membelajarkan murid harus disesuaikan dengan
sifat-sifat khas pada fase perkembangan murid tersebut. Jangan sampai terjadi
pengalaman belajar yang disajikan tidak sesuai dengan periode (usia) murid
tertentu. Misalnya sajian untuk siswa sekolah menengah atau mahasiswa
perguruan tinggi jangan diberikan pada murid SD.
Periodisasi perkembangan telah dikemukakan oleh para pakar dan Anda dapat
mengikutinya melalui perkuliahan Psikologi Perkembangan. Pembahasan kita
pada kesempatan ini, terfokus pada periodisasi khas anak usia (periode) SD.
Periodisasi

perkembangan

berdasarkan

psikologi

untuk

anak

usia

SD

dikemukakan oleh pakar populer yaitu Piaget. Piaget berpendapat bahwa anak
usia 7 sampai dengan 12 tahun (usia SD) berada pada fase operasional konkret.
Sifat khas anak usia SD (operasional konkret) seperti ini, perlu dijadikan
landasan dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengajaran bagi mereka.
Pengajaran serupa perlu dirancang dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga
sajian memungkinkan bagi anak dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing),
melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing) dan mengalami secara langsung
apa yang dipelajarinya (experiencing).
Sifat-sifat khas lainya yang terdapat pada anak usia SD, adalah sebagai berikut :
1) Sangat ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dalam dunia realita di
sekitarnya.
2) Telah mulai terbentuk dan disadarinya aturan-aturan dirinya.
3) Tidak lagi semata-mata tergantung pada orang yang lebih tua.

33

4) Suka melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna terhadap lingkungannya.


5) Sudah mulai muncul kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain.
6) Sudah memiliki self esteem (pertimbangan) tentang kemampuan, kekuatan,
dan keistimewaan yang dimiliki sendiri.
7) Telah dapat memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
8) Telah dapat berkompetisi yang sehat.
9) Telah mempunyai sifat kepemimipinan.
10) Telah muncul kebuTuhan dan persahabatan.
Setiap sifat memerlukan pendekatan tersendiri, dan untuk itu kita perlu belajar
banyak tentang berbagai pendekatan yang sesuai dengan sifat-sifat khas murid SD
yang kita hadapi itu. Cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagai realisasi pendekatan
ketrampilan proses yang merupakan ciri khasnya kurikulum SD yang
disempumakan, perlu dipertimbangkan penggunaannya oleh guru. Demikian juga
pendekatan-pendekatan lain yang relevan.
Tugas perkembangan
1) Pengertian
Tugas perkembangan adalah suatu atau sejumlah tugas yang timbul pada
suatu fase atau periode perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang.
Keberhasilan seseorang menunaikan tugas pada fase tertentu akan merupakan
pertanda keberhasilan untuk menunaikan tugas pada fase berikutnya dan
sebaliknya.
Bila tugas perkembangan tertentu tidak dapat dicapai pada waktu yang
tepat, maka tugas itu selanjutkan tidak akan dicapai dengan baik. Kegagalan
dalam tugas tertentu akan menyebabkan kegagalan sebagian (partial) atau
penuh pada pencapaian tugas berikutnya. Oleh sebab itu hal ini perlu
diperhatikan oleh para guru.

34

2) Sumber kekuatan penguasaan tugas perkembangan


Sumber

kekuatan

yang

memungkinkan

seseorang

dapat

menguasai/menyelesaikan tugas perkembangannya antara lain sebagai berikut:


(a) kematangan fisik murid yang bersangkutan
(b) tuntutan sosio kultural
(c) nilai-nilai personal dan aspirasi individu murid.
3) Tugas perkembangan pada murid usia SD
Tugas perkembangan anak pada usia SD antara lain
sebagai berikut : (a) belajar ketrampilan yang diperlukan58
C. Teori belajar
1. Pengertian
Beberapa pengertian tentang belajar adalah sebagai berikut :
A. belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan
(pendapat tradisional).
B. Belajar adalah tingkah laku (change in behavior)(pendapat yang lebih
modem).
2. teori belajar
Pada bagian ini dibahas tiga teori belajar yang diduga akan banyak
manfaatnya dalam penyelenggaraan tugas kita membelajarkan murid. Teori itu
adalah teori belajar menurut ilmu jiwa daya, teori asosiasi dan gestalt.
A. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Otak manusia menurut teori ini terdiri atas beberapa bagian atau daya. Setiap
daya mempunyai fungsi tertentu. Daya-daya itu dapat digolongkan pada kognisi,
emosi, konasi, atau kognitif, afektif dan psikomotor. Kognisi (pengenalan) dapat
pula dibagi atas sub-subdaya seperti pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan,
berpikir. Daya yang lain dapat pula dijabarkanatas sub-subnya.

35

B. Teori Belajar Asosiasi


Teori

ini lebih dikenal dengan teori S.R.Bond. singkatan dari istilah

Stimulus yaitu setiap perangsang, situasi atau keadaan di dalam atau di luar diri
anak yang belajar. R singkatan dari Response yaitu reaksi anak terhadap
stimulus yang dialaminya. Antara S dan R ada hubungan (bond). Teori ini
mementingkan penguasaan bahan belajar yang sebanyak-banyaknya.
C. Teori Belajar Organisme atau Gestalt
Keseluruhan (gestalt) merupakan prinsip yang penting. Anak harus dipandang
sebagai satu keseluruhan organism yang dinamis yang senantiasa berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Beberapa prinsip belajar menurut teori ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

belajar itu berdasarkan keseluruhan.


anak yang belajar merupakan keseluruhan.
belajar berkat insight (pemahaman).
belajar berdasarkan pengamalan.
belajar adalah suatu proses perkembangan.
belajar adalah proses yang kontinyu.
belajar akan lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat, keinginan, dan

tujuan anak.
D. Permasalahan-permasalahan

yang

dihadapi

anak

dalam

perkembangannya
1. Pengertian
Murid, dalam perkembangan akan senantiasa mengalami rintangan dan hambatan,
tetapi tidak semuanya dapat dikatakan sebagai masalah atau problema. Problema
dapat diartikan sebagai perbedaan (discrapancy) antara apa yang ada sekarang
(what is) dengan apa yang diharapkan (what should be) atau perbedaan antara das
Stien dengan das Solen. Problem dapat pula diartikan sebaga jarak antara apa
yang ada sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Permasalahan-permasalahan

yang

Perkembangannya
36

Dihadapi

Anak

dalam

A. Permasalahan

Perkembangan

Dilihat

dari

segi

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhinya.
1. Guru tidak atau kurang mempertimbangkan potensi-potensi bawaan yang di
miliki oleh muridnya. Potensi tersebut seperti diketahui beraneka ragam dan
berbeda antara seorang murid dengan murid lainnya.
2. Anak murid dipandang sebagai cawan (cangkir) yang kosong, tidak tahu apaapatentang sesuatu (misalnya pengajaran yang diberikan). Tugas guru mengisi
atau mencereki cawan-cawan yang kosong tersebut itu.
3. Kurang atau tidak terpadunya kerja sama antar faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak sehingga tujuan perkembangan yang sesungguhnya tidak
tercapai.
B. Permasalahan Perkembangan Dipandang dari Sudut Fase Perkembangan
1. Tidak semua guru memperhatikan bahwa proses perkembangan anak
muridnya mengalami fase-fase tertentu. Akibatnya kebijaksanaan pendidikan
yang diambil tidak selalu tepat. Pemaksaan pemberian pengajaran tertentu
pada anak yang belum pada masa perkembangannya akan membahayakan
perkembangan anak yang bersangkutan.
2. Karakteristik perkembangan anak pada masa tertentu, mungkin diketahui oleh
guru, tetapi tidak dijadikan pertimbangan dalam pemberian pengajaran. Ini
pada dasarnya akan menimbulkan masalah dalam perkembangan seorang
anak.
Bila diketahui bahwa salah satu karakteristik anak usia SD adalah sifat aktif,
sedangkan pengajaran yang tidak memungkinkan perkembangan ke aktifan itu,
maka perkembangannya akan terhambat. Anak kelak setelah dewasa masih
menunggu apa yang akan diberikan padanya untuk dikerjakan. Ia tidak dapat
mengatakan What can I do for..
C. Permasalahan Perkembangan Ditinjau dari Sudut Tugas Perkembangan
1. Tugas-tugas tertentu pada suatu fase perkembangan tidak dijadikan
pertimbangan dalam pemberian pengajaran. Tugas tertentu pada fase tertentu
belum terselesaikan atau belum tercapai, kepada anak sudah diberikan tugas

37

untuk fase selanjutnya. Atau dapat terjadi sebaliknya. Perlakuan seperti ini
akan mempercepat atau memperlambat perkembangan anak.
2. Pemberian tugas dalam proses belajara-mengajar tidak atau kurang memenuhi
syarat bagi suat penugasan yang baik.
D. Permasalahan Perkembangan Dilihat dari Teori Belajar
1. Dilihat dari sudut guru
Cenderung bahwa guru (SD) masih memusatkan proses belajar-mengajarnya
pada dirinya sendiri (teacher centre). Usaha membelajarkan anak murid (learn
to how learn) belum dapat dilaksanakan menurut semestinya. Keterampilan
proses dengan pendekatan CBSA menang telah diterapkan di SD, tetapi
hakikat CBSA yang sesungguhnya belum terselanggarakan
2. Dilihat dari sudut siswa yang belajar
Cara belajar yang salah cenderung semakin banyak terlihat di kalangan murid
SD (juga pada siswa dan mahasiswa). Belajar dengan

tujuan untuk

mendapatkan STTB atau ijazah pada suatu jenjang pendidikan jelas salah.
Kalau cara belajar sudah tidak memadai, sedangkan peranannya begitu besar
dalam proses perkembangan anak, makasa cara belajar yang salah ini akan
merupakan masalah bagi perkembangan anak.
Daftar Pustaka
Elida Prayitno. 1989. Perkembangan Anak dan Usaha Pendidikan, Padang: FIP
IKIP.
Garret, Hendry E. 1955. General Psychology. New York: Amerika Book Coump.
Martin, William E. Ceka Burns Stendler. 1959. Child Behavior and Development.
New York: Hart Cart, Braec and world, Inc.
Nasution, (tidak bertahun). Asas-asa Kurikulum. Bandung: CV Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1986. Ilmu Pendidikan; Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remadja Karya CV.

38

Saleh Sugiyanto. 1986. Dasar-dasar Kependidikan: Modul 4-6. Jakarta: Karunika,


Universitas Terbuka.
Tanlain dan kawan-kawan. 1989. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan: Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.
Tim dosep FIP IKIP Malang. 1981. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Zanti Arbi dan kawan-kawan. 1990. Dasar-dasar Kependidikan: Hand Out untuk
Mahasiswa PGSD, Padang: FIP.

BAB V
LANDASAN SOSIAL BUDAYA DARI PENDIDIKAN
SASARAN BELAJAR
Setelah mempelajari bab ini Anda dapat memahami landasan sosial budaya
dari pendidikan. Sasaran yang lebih khusus yang diharapkan dapat Anda capai
adalah agar Anda mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar sosio budaya
2. Menjelaskan bahwa sekolah adalah salah satu instusi atau lembaga sosial

39

3. Menganalisis pola interaksi sosial guru-murid yang terbaik dalam proses


belajar mengajar di Sekolah
4. Menganalisis proses kegiatan sosial dalam proses belajar mengajar
disekoalh
5. Menganalisis sistem komunikasi sosial yang baik dalam proses belajar
mengajar di Sekolah
6. Menjelaskan struktur dan sistem sekolah pada umumnya
7. Menjelaskan peranan sekolah sebagai pewarisan kebudayaan pada muridmuridnya
8. Menjelaskan peranan sekolah sebagai pemeliharaan kebudayaan
9. Menjelaskan peranan sekolah sebagai agen pembeharuan kebudayaan: (a)
sebagai reproduksi; (b) sebagai difusi kebudayaan
10. Menganalisis pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat dilihat
dari sosial budaya
11. Menjelaskan bentuk saling pengaruh antara sekolah dengan masyarakat
12. Memberi contoh hubungan timbal balik antara Sekolah Dasar dengan
masyarakat

LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui, pendidikan berlangsung dalam pergaulan atau
interaksi antara pendidikan dengan peserta didik. Proses belajar mengajar pada
dasarnya merupakan kegiatan sosial. Itulah sebabnya, kegiatan belajar mengajar
itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dimana kegiatan itu
berlangsung.
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan pada dasarnya juga
mrupakan salah satu institusi soisal, karena ia merupakan masyarakat kecil
diantara sistem sosial lainnya.sebagai masyarakat kecil, sekolahpun mempunyai
kebudayaan (kultural) tertentu. Kebudayaan sekolah dan sistem interaksi individu
didalamnya akan melahirkan suasana (iklim) sosial yang akan mempengaruhi
proses belajar mengajar tersebut.
Proses belajar mengajar di sekolah, juga mendapat pengaruh dari institusi
lain diluarnya, seperti teman sebaya, keluarga, dan masyarakat dalam arti luas.
Tetapi juga sebaliknya, sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
institusi sosial di luarnya. Sekolah berfungsi sebagai pewarisan, pemeliharaan dan
40

pembaharuan kebudayaan dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang dan


penerus.
Jadi, antara sekolah dengan institusi sosial diluarnya mempunyai hubungan timbal
balik.
Berdasarkan uraian tersebut, bab ini akan membahas pokok-pokok sebagai
berikut: (1) konsep dasar sosio budaya; (2) sekolah sebagai institusi sosial; (3)
peranan sekolah sebagai pewarisan; (4) peranan sekolah sebagai agen
pembaharuan; (5) pengaruh timbal balik antara sekolah dengan masyarakat.
A. Konsep Dasar Sosio Budaya
Pogram-program pendidikan mencerminkan kehidupan dan kondisikondisi suatu masyarakat (sosial). Program tersebut tidak dapat dipisahkan dari
kekuatan-kekuatan sosial budaya, karena ia akan memberikan arah kepada
pendidikan itu. Oleh sebab itu kajian tentang dasar-dasar sosial budaya sangat
penting, artinya bagi calon guru dan calon tenaga kependidikan lainnya.
Kajian ini akan memberikan bekal pengetahuan kepada calon guru dan
tenaga kependidikan lainya dalam hal: (1) memahami isu-isu dan masalahmasalah sosial budaya dalam masyarakat terutama yang menyangkut perubahan
sosial budaya; (2) mengembangkan tujuan kurikuler mata pelajaran tertentu; (3)
memungkinkan guru berfungsi lebih dalam membentuk murid-muridnya menjadi
warga masyarakt yang lebih relevan dengan harapan masyarakat-masyarakat
tersebut.
Berbicara mengenai masyarakat (sosial), berarti kita berbicara mengenai
kebudayaan, karena kebudayaan dapat diartikan sebagai cara hidup suatu
masyarakat. Masyarakat dibentuk oeh orang-orang, cara-cara mereka bertingkah
laku merupakan kebudayaan (Imran Manan, 1989:6).
Kebudayaan meruapakan hasil cipta, karsa, dan rasa manusia, berupa
norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang dipelajari dan
dimiliki oleh semua individu (anggota masyarakat tertentu).
Hasil-hasil cipta karsa dan rasa manusia tersebut dapat digolongkan atas:
(1) gagasan; (2) kegiatan; dan (3) benda hasil karya. Ketiga bentuk ini merupakan
wujud dari kebudayaan.
Gagasasan sifatnya abstark, ia berada dalam alam pikiran manusia anggota
masyarakat ditempat hubungan itu terjadi. kemudian kegiatan atau tindakan

41

terpola, yaitu aktivitas manusia dalam berintegrasi dengan lingkungannya yang


sifatnya adalah konkret. Dan yang terakhir adalah benda hasil karya. Hasil karya
adalah seluruh hasil fisik perbuatan manusia, ia merupakan produk atas dasar
gagasan dan kegiatan manusia.
Dengan demikian, ketiga wujud tersebut meruapakan suatu sistem ia
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi satu
sama lain.
Selanjutnya hasil-hasil cipta, karsa dan rasa manusi yang disebut
kebudayaan itu dapat digolongkan kedalam: (1) unsur universal dan (2) unsur
yang bersifat khusu. Unsur yang bersifat universal ialah kebudayaan yg berlaku
umum bagi setiap manusia di muka bumi ini. Kemudian unsur khusus adalah
unsur-unsur yang terdapat dalam unsur universal. Misalnya: bahasa, sistem
pengetahuan, sistem agama, kesenian, dan sebagainya.
Antara kedua istilah masyarakat (sosial) dengan kebudayaan terdapat
hubungan yang tidak terpisahkan, mereka ter-interpedancy. Itulah sebabnya kedua
istilah tersebut dikombinasikan menjadi sosial budaya atau sosio budaya.
B. Sekolah Sebagai Salah Satu Institusi Sosial
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, secara historis dibentuk atau
didirikan oleh dan untuk masyarakat tertentu. Gurunya dipilihkan dari anggota
masyarakat itu untuk mendidik anak-anak masyarakat itu juga.
Tinjauan historis seperti ini, memperjelas pengertian kita bahwa sekolah
merupakan bagian atau subsistem sosial. Sebagai sistem sosial, sekolah
mempunyai struktur, proses kegiatan dan pola-pola interaksi yg semuanya ini
akan menentukan kehidupannya.
Sebagai suatu sistem sosial, sekolah juga mempunyai pola-pola interaksi,
seperti: (1) interaksi guru-murid; (2) dinamika kelompok yang terjadi di dalam
kelas; (3) struktur dan fungsi-fungsi sistem pendidikan di sekolah tersebut. Polapola interaksi ini bervariasi antara sistem masyarakat yang satu dengan yang lain,
walaupun ada persamaannya. Itulah salah satu sebabnya, mengapa perlu ada
tujuan pendidikan nasioanal (untuk masyarakat Indonesia), Kurikulum sekolah
sehubungan dengan tujuan tersebut. Kurikulum sekolah negripun harus bermuatan
lokal disamping muatan nasional.

42

Proses-proses yang terjadi dalam kegiatan pendidikan di sekolah


merupakan bagian dari mekanisme kerja sistem, yang selanjutnya akan mengarah
adanya struktur, pembagian peran serta peran. Proses-proses kegiatan tersebut
diantaranya: (1) proses belajar mengajar; (2)sistem komunikasi atau.

1. Beberapa Konsep Dasar Tentang Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah


Dengan Masyarakat.
Mengapa hubungan timbal balik antara sekolah dan masyarakat haus ada?
Bagaimana bentuk saling pengaruh itu? Uraian berikut akan coba menjawabnya.
Dari uraian uraian terdahulu telah di temukan bahwa pada dasarnya kegiatan
pendidikan di sekolah adalah kegiatan sosial. Dengan demikian maka sekolah
adalah suatu lembaga sosial
Kelihatanya sudah merupakan suatu ketentuan (dalil) bahwa:
a. Perubahan lingkungan fisik, sosial, politik dan ekonomi atau bidang
bidang lain. Akan menentukan perubahan konsepsi manusia tentang
pendidikan.
b. Perubahan konsepsi manusia tentang kehidupan akan menentukan atau
mengubah konsepsi manusia tentang pendidikan
c. Perubahan konsepsi tentang pendidikan akan mengubah konsepsi tentang
tujuan pendidikan.
d. Perubahan konsepsi tentang tujuan pendidikan akan mengubah konsepsi
manusia tentang jenjang pendidikan.
e. Perubahan konsepsi tentang tujuan pendidikan merupakan akibat yang di
sebabkan oleh suatu penyesuaian terhadap perubahan lingkungan
lingkungan dan tujuan hidup amnusia.
Kita melihat beberapa cepatnya perubahan lingkungan fisik di sekitar kita
seperti bentuk rumah dan sarana sarana lainya seperti sarana transportasi dan lain
43

lain. Lingkungan kehidupan kita terkesan semakin menyempit, akibat perubahan


fisik tersebut.
Akibat dari perkembangan yang berlebihan dari sarana transportasi, barang
elektronika dan lain lain, akibat dari itu semua presentasi kecelakaan semakin
menigkat, ikatan antara keluarga semakin longgar dan kurangnya perhatian
terhadap seorang anak dari orangtua. Hal ini akan memebawa akibat menurunya
dan merosotnya nilai nilai moral di baningkan menaiki sepeda sebagai alat
transportasi. Selain itu juga akibat dari adanya alat bantu hitung seperti kalkulator
mengakibatkan seorang anak malas untuk menghitung dan berfikir.
Di sisi lain kita melihat pola hidup masyarakat tealh di pengaruhi oleh
perkembangan media komunikasi yang demkian luas penggunaanya. Akibat dari
perkembangan tersebut murid murid akan cenderung terangsang sehingga
memungkinkan kehidupan psikologinya yang tidak normal. Banyak kita lihat
beberapa murid beringkahlaku seperti orang dewasa yang tidak sesusai dengan
umurnya sendiri, ini di akibatkan oleh gambar gambar, bacaan bacaan dan film
film yang sebetulnya kurang mendidik dan bukan porsi untuk dirinya sendiri.
Dewasa ini murid murid lebih cepat matang dari usia yang semestinya.
Perubahan perubahan yang telah di ilustrasikan seperti di atas merupakan
pertimbangan bagi dunia pendidikan pada umumnya. Utuk menurangi atau
embatasi perbuatan tersebut cara pendekatanlah yang mungkin bisa memadainya,
jika kita dapat meng antisipasi dari hal negatif tersebut maka konsepsi masyarakat
tentang pendidikan akan tetap baik. Begitupun sebaliknya jika konsepsi kita
tentang pendidikan tidak kita sesuaikan dengan tuntutan perubahan perilaku murid
maka masyarakat akan mempunyai konsepsi yang salah tentang pendidikan itu.
Teteapi sebalik, kita para pendidik mungkin perlu pula mengkaji ulang tentang
konsepsi pendidikan yang kita anut selama ini. Mungkin kita perlu
mempertimbangkan kembali suatu sistem pendidikan yang baru yang dapat
memenuhi tuntutan masyarakat tersebut.

44

Selanjutnya, bila perubahan konsepsi pendidikan memang harus sudah di


lakukan maka konsekuensinya adalah konsepsi masyarakat akan mengubah pula
tentang tujuan pendidikan. Konsepsi tentang tujuan pendidikan, selanjutnya akan
mengubah konsepsi kita tentang sis materi-materi metode kegiatan belajarmengajar alat sumber dan lain lain.
Demikianlah hubungan timbal balik anatara sekolah dengan masyarakat di
lihat dari sudut sosiokultural. Pendidikan kita telah mengalami perubahan dari
masa kemasa, sebagai usaha memenuhi tuntutan yang terjadi di dalam
masyarakat.
Kurikulum sekolah telah mengalami perubahan sebanyak 3 kali, dan menurut
isu yang dapat di percaya pada tahun 1994 kurikulum sekolah akan di perbaharui
pula. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut telah banyak mengundang para
guru untuk melakukan tindakan tindakan penyesuaian kemampuan dan sikap
keteramilan seperlunya.
Kualifikasi pendidikan guru sebagai pengemban kurikulum telah pula di
tingkatkan dari mas ke masa. Kemudian di tingkatkan lagi harus tamat sekolah
guru yaitu mulai dari SGB sampai SGA atau SPG.
Tingkat pendidikan di sederhanakan dalam rangka meningkatkan kualitas
manusia Indonesia. Kewajiban belajar di tingkatkan sampai dengan minimal tamat
jenjang pendidikan dasar 9 tahun. Jenjang selanjutnya adalah pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, peningkatan kualitas pendidikan pada dasarnya
adalah tuntutan kemajuan yang terjadi di dalam masyarakat kita.
Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat semakin cepat temponya, hal
ini anatara lain di sebabkan para pelaku pelaku utamanya adalah manusia yang
terdidik sebagai hasil (produk) lembaga pendidikan kita. Di kalangan pendidik
sekolah dasar sendiri sudah banyak yang ber pendidikan tinggi palagi kalu sudah
di haruskan bahwa minimal syarat kualifikasi guru di sd adalah PGSD FKIP dan
IKIP. Demikian pula pada istitusi sosial lainya para pemegang peranya sudah
banayk dari kalangan terdidik.
45

Sumber daya manusia yang semakin berkualitas ini selanjutnya akan


membawa perubahan perubahan baru pula dalam institusinya dan pada akhirnya
akan mempengaruhi konsepsi masyarakat tentang pendidikan. Demikian proses
ini berlanjut sepanjang hayat.

2. Contoh Ilustrasi Hubungan Timbal Balik Anatara Sekolah Dengan

Institusi Sosial Lainya.


Golongan pedagang mempunyai andil yang tidak kalah pentingnya dalam
penyelenggaraan pendidikan di SD. Gagasan kaum pedagang, mempengaruhi
kurikulum sekolah. Demikian pula pola pola tindakan. Mata pelajaran atau bidang
studi IPS di SD membahas anatara lain menyangkut perdagangan.
Sebaliknya berkat pengajaran yang di berikan oleh guru murid sd memperoleh
pengalaman secara tidak langsung tentang pedagang tersebut. Dengan pengalaman
seperti itu mereka dapat membantu anggota masyarakat yang tergolong kaum
pedagang ini.

LANDASAN HUKUM DAN ARAH PENDIDIKAN NASIONAL


A. Landasan Hukum Pendidikan Nasional
1. Perlunya Landasan Hukum Bagi Penyelenggaraan Pendidikan
Mengapa perlu adanya landasan hukum dalam penyelenggaraan sebuah
pendidikan? Mungkin ini adalah sebuah pertanyaan yang sering muncul
dimasyarakat ketika dunia pendidikan disangkutpautkan dengan hukum, jawabaan
dari pertanyaan ini akan coba diuraikan dibawah ini. Sebuah pemerintahan tidak
hanya terpaku menggunakan aturan hukum hanya dalam urusan hukum saja,
seperti kriminal, pencurian, korupsi dan senbagainya, tetapi penerapan hukum
juga diterapkan pemerintah didunia pendidikan yang mana berbentuk sebagai
landasan/dasar bagi penyelenggaran pendidikan. Dengan adanya landasan ini
pendidikan bisa lebih terarah dan terkendali sehingga bisa mencapai apa yang
menjadi tujuan dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Bagi para pendidik
46

atau guru landasan hukum bagi penyelenggaraan pendidikan ini sangatlah penting
bagi mereka, para guru wajib mengetahui, memahami sekaligus mengamalkannya
ketika mereka terjun kedunia belajar mengajar. Mengapa para guru wajib
mengetahaui, meamhami dan mengamalkannya? Karna para gurulah yang
menjadi ujung tombak pemerintah dilapangan yang langsung mendidik para siswa
agar menjadi manusia seutuhnya. Jika landasan hukum tidak ada atau tidak
dipahami oleh para guru maka pendidikan itu tidak akan bisa terarah kepada
tujuan yang dicita-citakan oleh pemerintah tadi, dan bahkan bisa menjadi
kebalikan dari tujuan pemerintah. Jelas sekali disini,bahwa sangat diperlukannya
landasan hukum sebagai landasan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Landasan hukum ini biasanya selain berasal dari adat istiadat setempat
juga diatur dan diputuskan baik melalui undang-undang, keputusan presiden,
ketetapan MPR, bahkan sampai kebijakan menteri terkait yang mana langsung
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terlibat didalam pendidikan tersebut.
2. Landasan Hukum Pendidikan Nasional
Suatu negara atau bangsa didirikan atas dasar suatu filsafat dan selalu
menyelenggarakan pendidikan untuk mencapai cita-cita nasional bangsa itu.
Pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada filsafat bangsa dan cita-cita
nasional itu dikenal sebagai pendidikan nasional.
Sunaryo W. (1969:3) merumuskan, pendidikan nasional adalah suatu
sistem pendidikan yang berlandaskan dan dijiwai oleh suatu filsafat hidup suatu
bangsa dan bertujuan untuk mengabdi pada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut. Filsafat negara merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu
bangsa, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa tersebut
untuk mewujudkannya.
Dalam UUSPN tahun 1989 bab I pasal 1 ayat (2) dicantumkan :
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Maka pendidikan nasional adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya
berdasarkan pada nilai budaya bangsa, maka wajarlah UUSPN tahun 1989
47

mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berakar kepada kebudayaan bangsa


Indonesia atau filsafat Pancasila.
Rumusan Pancasila adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Ke-Tuhanan yang Maha ESA.


Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan dan perwakilan.


5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila telah dijadikan dasar negara yang merupakan sumber dari


norma-norma pokok yang mengatur tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan kehidupan keagamaan, kehidupan kemasyarakatan, dan alam sekitarnya.
Dengan demikian yang merupakan dasar dari pendidikan nasional adalah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Landasan, Arah dan Fungsi Pendidikan Nasional


Sebelumnya

telah

dikemukakan

bahwa

yang

menjadi

landasan

penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa adalah pandangan hidup atau falsafah


hidup suatu bangsa. Dengan demikian pedoman yang harus menjadi dasar sistem
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan hidup bangsa adalah Pancasila,
sehingga pendidikan nasional adalah pendidikan Pancasila. Pengembangan suatu
sistem pendidikan nasional merupakan satu usaha untuk mewujudkan wawasan
nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan
politik, satu kesatuan budaya dan kesatuan ekonomi serta kesatuan pertahanan dan
keamanan. Sebagai realisasi dari upaya tersebut, maka diundangkanlah Undangundang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional pada tanggal 27 Maret 1989.
Arah

dan

fungsi

utama

sistem

pendidikan

nasional

adalah

mengembangkan manusia, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan demikian

48

sistem pendidikan nasional harus berfungsi mengembangkan bangsa dan


kebudayaan nasional. Oleh karena itu, jelaslah bahwa semua fungsi dan tujuan
pendidikan nasional menjadi tanggung jawab pendidikan nasional.
Agar pendidikan nasional mampu mewujudkan manusia yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa,
maka pendidikan nasional haruslah memungkinkan perkembangan tiga hubungan
dasar kehidupan manusia yang meliputi : (1) hubungan manusia dengan
sesamanya, (2) hubungan manusia dengan alam, (3) hubungan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian pendidikan nasional bertanggung jawab
untuk membina dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi, kesadaran
bermasyarakat, kesadaran sebagai makhluk beragama, dan kesadaran terhadap
lingkungan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka pendidikan nasional mempunyai
fungsi sebagai alat yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi, pengembangan
masyarakat, pengembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kehidupan dan martabatnnya sehingga tercapai kebahagiaan
lahiriah dan batiniah.
Maka dari itu, jelaslah bahwa pendidikan nasional mempunyai landasan
idiil yaitu Pancasila. Nilai yang terkandung dalam Pancasila ini akan membatasi
setiap gerak dalam unsur-unsur pendidikan nasional. Oleh karena itu pendidikan
nasional terikat oleh ketentuan-ketentuan baik yang bersifat idiil, konstitusional,
maupun operasional.

B. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional
Bab II tentang Dasar, Fungsi Dan Tujuan:
Pasal 2 :
Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
Pasal 3 :
49

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta


meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional
Pasal 4 :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang mantap dan mandiri sarta rasa tanggungjawab
kemasyarakat dan kebangsaan
Dari semua ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan di atas, terbukti
bahwa dasar penddikan Indonesia tidak pernah bergeser dari pandangan hidup
Pancasila, baik dalam Undang-undang nomoe IV tahun 1950/UU nomor 12 tahun
1954.
Rumus tentang tujuan pendidikan tampak adanya perkembangan kea rah
yang lebih sempurna, tetapi berbeda seecara prinsipil karena tetap berlandaskan
kepada Pancasila seperti yang diamanatka oleh Pembuka UUD 1945

C. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 serta


Pedoman Oprasional Pelaksanaan Sistem Pendidikan di Sekolah
Dasar
Undang-undang yang khusus mengatur pendidikan dan pengajaran secara
integral adalah Undan-undang nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan
nasional. Pengaturan dalam undang-undang ini pada dasarnya dirumuskan secara
umum, sedangkan pengaturan yang lebih khusus, harus disesuaikan dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan harus pula
memperhitungkan kemungkinan tuntuntan perkembangan masyarakat, bangsa dan
Negara di masa yang akan dating. Ketetapan itu dapat dilakukan melalui
pengaturan yang lebih mudah di buat, diubah, dan dicabut .

50

D. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (UUSNP)
UUD 1945 dalam Bab XIII, pasal 31, ayat (2), mencantumkan bahwa
pendidikan yang dimagsud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh
pemerintah sebagai suatu system pengaaran nasional yang dalam UUSPN
diperluas menjadi suatu system pendidikan nasional. Dengan demikian UUD ini
tidak hanya menekankan pada pengajaran saja, tetapi juga mengutamakan unsurunsur pendidikan
Sehubungan dengan itu seperti telah disinggung sebelumnya, dalam
rangka memantapkan ketahanan nasional serta mewujudka masyarakat yang maju
dan berakar pada kebudayaan bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan
bhinneka Tunggal Ika , perlu ditetapkan undang-undang sentang system
Pendidikan Nasional . UUSPN ini merupana satu ketentuan atau landasan yang
mengikat atau mengendalikan penyelenggara pendidikan nasional. Dalam
penjesaan nya UUSPN secara menyeluruh mengungkapkan satu system yang :
A. Berakar pada kebudayaan nasional berdasarkan UUD45 serta melanjutkan

dan meningkatkan pendidikan pedoman penghayatan dan pengalaman


Pancasila.
B. Merupakan satu keseluruhan yang besar dan juga dikembangkan untuk ikut

berusaha mencapai tujuan nasional.


C. Mecakup Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah, Serta mengatur
pendidikan sekolah yang terdiri atas 3(tiga) jenjang utama yang mana masingmasing terbagi pula dalam jenjang tingkatannya.
D. mengatur komponen proses belajar-mengajar yang saling berkaitan yakni
murid/peserta didik guru/tenaga kependidikan dan kurikulum.
E. mengatur pendidikan secara terpusat dan secara menyeluruh,tapidalam

penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan dilaksanakan secara tidak


terpusat (desenstralisasi).
F. Menegaskan bahwa keluarga masyarakat dan pemerintah bertanggung jawab
bersama dalam melaksanaak kegiatan pendidikan.
G. masyarakat memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan pendidikan selama
kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila.
51

H. memudahkan peserta didik untuk mendapatkan pendidikan sesuai bakat dan

minat.
Sistem pendidikan nasional harus dapat memberikan pendidikan dasar
bagi tiap-tiap warga Negara Reppiblik Indonesia untuk memperoleh kemampuan
membaca, menulis, berhitung serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Selanjutnya UUSPN tahun 1989 Bab V pasal 13 yang menyatakan bahwa;
pendidikan

dasar

diselenggarakan

untung

mengembangkan

sikap

serta

memberikan pengetahuan da keterampilan dasar bagi yang di perlukan untuk


hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik ke sekolah menengah.
Dalam penyelengaraan pendidikan dasar ini adanya WJIB BELAJAR bagi anak
usia 7-12 tahun yang juga pernah dicanakan oleh presiden pada tanggal 2 Mei
1984. Tentang wajib belajar tersebut kemudian dinyatakan kedalam UUSPN tahun
1989 Bab IV pasal 14 ayat 1 yang berbunyi warga Negara yang berumur 6(enam)
tahun berhak mengikuti pendidikan dasar pada ayat (2) dinyatakan bahwa warga
yang berusia 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar dan
pendidikan yang setara hingga tamat
Pendidian Dasar sembilan tahun ini dimaksudkan akan mampu
memberikan suatu wadah yang lebih menjanjikan lagi bagi kelanjutan wajib
belajar enam tahun yang telah berhasil diselenggarakan oleh pemerintah. Tujuan
Pendidikan Dasar sembilan tahun ini agar seluruh anak usia sekolah diatas SD
enam

tahun

mempunyai

kesempatan

seluas-luasnya

untuk

memperoleh

pendidikan
Isi kurikulum Pendidikan Dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan
kajian dan pelajaran:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pendidikan Pancasila
Pendidikan Agama
Pendidikan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Membaca dan Menulis
Matematika
Pengantar Sains dan Teknologi
Ilmu Bumi
52

i. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum


j. Kerajinan Tangan dan Kesenian
k. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Adapun penambahan bahan kajian yang sesuai dengan keadaan setempat


dalam inovasi kurikulum dikenal dengan Kurikulum Muatan Lokal. Kurikulum
Muatan Lokal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
Pendidikan Dasar. Keuntungannya dapat mendidik murid untuk belajar dari
lingkungan terdekat, sehingga jadi akrab dengan lingkungannya dan dapat
menerapkan apa yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.
Persyaratan untuk adanya tenaga kependidikan/guru yang tersedia
sekurang-kurangnya seorang guru untuk setiap kelas bagi SD dan seorang guru
untuk masing-masing pelajaran bagi SLTP.
Selain dapat didirikan oleh pemerintah, Satuan Pendidikan Dasar ini dapat
juga didirikan oleh masyarakat asal memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan
meliputi jumlah murid, tempat belajar, kurikulum yang digunakan, sumber dana,
sarana penunjang serta persyaratan teknis lainnya. Ketetapan mengenai hal ini
selanjutnya akan diatur oleh menteri.
Pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang
diselenggarakan pemerintah adalah tanggung jawab menteri, penyelenggara
masyarakat

adalah

tanggung

jawab

yayasan

atau

badan

yang

menyelenggarakannya, sedangkan satuan yang diselenggarakan oleh Departemen


Agama diatur oleh Menteri Agama.
Siswa yang dapat diterima sebagai murid SD sekurang-kurangnya berusia
enam tahun dan di SLTP yang diterima adalah siswa/murid yang telah dinyatakan
tamat di SD. Selain mempunyai kewajiban untuk ikut manggung biaya
pendidikan, mematuhi peraturan yang berlaku, menghormati guru serta ikut
memelihara sarana dan prasarana. Siswa/murid juga memiliki hak untuk
memperoleh perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan serta agama

53

sesuai yang dianutnya untuk mengikuti program pendidikan tertentu, mendapat


bantuan fasilitas belajar, memperoleh penilaian hasil belajar, dsb. Ekstrakurikuler
merupakan wadah untuk menampung aspek diatas.
PP no.28 secara eksplisit mengemukakan adanya kegiatan pelayanan
bimbingan di SD dan SLTP. Ditegaskan bahwa bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan secara dekat dan merencanakan masa depan. Pelayanan bimbingan ini
diberikan oleh guru pembimbing.
Agar guru dapat melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung
jawab dan pengabdian, maka guru wajib meningkatkan profesional dengan cara
mengembangkan karier sesuai tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuannya adalah untuk membentuk kemampuan profesional tenaga kependidikan
sehingga dapat memikul tugas dan tanggung jawabnya secara operasional pada
Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, mampu melaksanakan kurikulum wajib
maupun tambahan serta mampu mengembangkan gagasan baru dalam
pelaksanaan tugasnya dalam upaya menyempurnakan sistem pendidikan nasional.

BAB VII
HIERARKI TUJUAN PENDIDIKAN

54

LATAR BELAKANG
Tujuan merupakan salah satu factor yang menduduki penting dalam usaha
pendidikan. Sesuai dengan tingkatan , jenis sekolah dan program pendidikan yang
diberikan ; Nana Sudjana (1989:57) membagi atas empat tingkatan/hierarki tujuan
pendidikan:
a.
b.
c.
d.

Tujuan umum pendidikan yakni pembentukan manusia Pancasila.


Tujuan institusional (tujuan pendidikan lembaga).
Tujuan kurikuler (tujuan studi/mata pelajaran).
Tujuan instruksional (tujuan proses belajar-mengajar).

A. Tujuan Pendidikan Nasional


Negara sebagai pelaksana tertinggi perikehidupan bangsa menetapkan
tujuan umum pendidikan. Tujuan pendidikann umum ini menjadi arah dan
pedoman umum bagi seluruh upaya pendidikan di seluruh negara.
Sesuai dengan kondisi Negara kita yang sedang melaksanakan
pembangunan,

makaperubahan

dalam

menetapkan

kemajuan

terus

disempurnakan. Berkenaan dengan hal itu, tujuan pendidikan nasional juga


mengalami perubahan-[perubahan dalam menyesuaikan denga perkembangan dan
kemajuan zaman. Sehubungan dengan tujuan pendidikan nasional ini, dalam
UUSPN Bab II pasal 4 dcantumkan rumusan tujuan pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan,
ketermpilan, kesehatan jasmani dan roani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Usaha-usaha pendidikan diarahkan untuk (1) meningkatkan iman dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,(2) mengembangkan kecerdasan dan

55

melatih ketermpilan,(3) mempertinggi budi pekerti,(4) memperkuat kepribadian,


(5) mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar tercipta manusia
pembangunan yang sanggup membangun dirinya serta bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
Tujuan pendidikan nasional yang ada dalam UUSPN di atas berisi pokokpokok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bersumber dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan idiilnya, yakni merupakan suatu yang dicita-citakan karena
dianggap baik.
2. Mencakup seluruh pengembangan aspek kepribadian, yakni sebagai
makhluk individu, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk susila dan
sebagai makhluk beragama, sebagai wujud setiap manusia Indonesia
yang seutuhnya atau manusia Pancasila (bersifat komperhensif).
3. Merupakan satu kesatuan yang utuh atau kebulatan. Tujuan yang
sangat luas dan kompleks itu harus kita lihat dalam

hubungan

pembentukan manusia seutuhnya dan berlangsung seumur hidup.


4. Merupakan pedoman pokok atau induk untuk segala tujuan pendidikan
di Indonesia.
Isi pokok yang terkandung dari tujuan pendidikan nasional yang ada dalam
UUSPN di atas adalah pembentukan manusia Pancasilais yang utuh yang
mempunyai karaktreristik:
-

Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Berpengetahuan luas
Cerdas
Terampil
Berbudi luhur
Sehat jasmani dan rohani
Berkepribadian yang mantap dan mandiri
Bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Bertitik tolak dari keempat karakteristik pokok tujuan pendidikan nasional

jelaslah apa yang menjadi tugas dari/tenaga pendidikan yang meliputi:

56

1. Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta berbudi pekerti luhur.
2. Membentuk manusia yangn berkepribadian mantap dan mandiri yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohaninya.
3. Membentuk warganegara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
bangsa.
Dengan demikian guru sebagai pelaksana di sekolah, setiap menyusun
pelaksanaan pengajaran dan dalam pelaksanaannya, haruslah memperhatikan sifat
dan tujuan pendidikan

nasional tersebut. Oleh karena itu dalam menyusun

program pengajaran (satuan pelajaran), guru hendaknya menetapkan tujuan yang


mempunyai dampak langsung dan tidak langsung/pengiring.

B. Tujuan Pendidikan Lembaga


Tujuan pendidikan lembaga ialah yang harus ditemban dan dicapai oleh
tujuan lembaga pendidikan atau jenis tingkatan sekolah sebagai tujuan antara
untuk sampai pada tujuan pendidikan nasional.
Suatu lembaga pendidikan memiliki ciri-ciri khusus yang secara langsung
mewarnai tujua pendidikan yang diembannya. Ciri khusus ini perlu untuk:
A. Memberikan rambu-rambu tentang arah, isi dan jenis usaha pendidikan
dari lembaga tertentu.
B. Memberikan pembatasan tentang karakteristik siswa yang diterima di
lembaga itu.
Dengan demikian, berarti bahwa rumusan tujuan pendidikan lembaga
dipengaruhi oleh tiga hal yang penting, yaitu:
A. Tujuan pendidikan nasional
B. Ciri khas lembaga itu sendiri
C. Tingkat perkembangan anak didik yang akan diterima di lembaga itu.

57

Siswa yang akan mengikuti pendidikan menengah harus diupayakan oleh


guru atau tenaga kependidikan agar siswa menguasai isi kurikulum yang
disyaratkan, khususnya mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Bertitik tolak dari tujuan pendidikan Sekolah Dasar yang tertera dalam
kurikulum SD 1975 maupun tujuan pendidikan dasar yang telah dikemukakan
diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Sekolah Dasar pada prinsipnya adalah
sebagai berikut:
1. Mendidik murid-murid agar menjadi manusia seutuhnya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dan selalu berusaha untuk mengembangkan diri
sesuai dengan aspek pendidikan seumur hidup.
2. Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid-murid untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu
pendidikan menengah.
3. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
lingkungannya.
Upaya yang dilakukan tenaga kependidikan dalam mengembangkan siswa
untuk menjadi warga Negara yang baik adalah : (1) mengembangkan perhatian
dan kemampuan tentang hak dan kewajiban, (2) menanamkan rasa ikut
bertanggung jawab, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan.
Selanjutnya untuk pengembangan kehidupan sebagai umat manusia,
guru/tenaga kependidikan hendaklah berupaya untuk : (1) meningkatkan harga
diri, (2) meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia, (3) memberikan
pengertian tentang ketertiban dunia, dan (4) meningkatkan kesadaran pentingnya
persahabatan antar bangsa.
Tujuan Sekolah Dasar pada prinsipnya adalah sebagai berikut :

58

1. Mendidik murid-murid agar menjadi manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila


dan UUD 1945, dan selalu berusaha untuk mengembangkan diri sendiri sesuai
dengan aspek pendidikan seumur hidup.
2. Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid-murid untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu
pendidikan menengah.
3. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarkat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya.
C. Tujuan Kurikulum
Tujuan institusional perlu dijabarkan menjadi tujuan yang lebih khusus dalam
berbagai bidang studi yang dikenal dengan tujuan kurikuler. Untuk mencapai
tujuan lembaga/institusional di Sekolah Dasar hendaknya siswa harus mencapai
tujuan dari program pendidikan ; Matematika, Pendidikan Agama, Ilmu
Pengetahuan Alam, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa, dan sebagainya. Tujuan inilah yang dinamakan dengan tujuan kurikuler
sebagai penjabaran dari tujuan institusional yang menunjang pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Berikut ini contoh rumusan tujuan kurikuler beberapa bidang studi di SD
sebagai berikut :
1. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
Siswa menghargai sikap suka menolong dan melakukan kegiatan kemanusiaan
serta rasa cinta tanah air dan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan.
2. Bahasa Indonesia
Siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta
dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai situasi dan tujuan
berbahasa serta tingkat pengalaman siswa di Sekolah Dasar.

59

D. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional adalah tujuan setiap pokok bahasan pada bidang studi
tertentu yang sudah ada dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran adalah rumusan pernyataan mengenai
kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dicapai siswa setelah ia
mengikuti proses belajar-mengajar.
Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu : Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Rumusan perilaku dalam TUI masih bersifat umum, karena dirumuskan
dengan kata-kata dan tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan pada TIK
rumusan itu jelas atau sudah bersifat khusus sehingga dapat diukur setelah proses
belajar-mengajar selesai. Rumusan TIK ini dibuat oleh guru, karena gurulah
yang paling mengetahui tentang kemampuan murid dan topik yang akan
diajarkan. Oleh sebab itu sebelum guru merumuskan TIK, harus memahami tiga
hal pokok lebih dahulu, yakni sebagai berikut :
1. Harus mempelajari kurikulum, khususnya GBPP, sebab tujuan instruksional,
pokok dan subpokok bahasan tercantum disana.
2. Menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini kita jadikan pedoman
dalam perumusan TIK. Tujuan Instruksional pada umumnya dikelompokkan
kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari
proses belajar-mengajar, didasari oleh asumsi bahwa hasil belajar terlihat
dalam tingkah laku siswa.
3. Kriteria perumusan TIK, sehingga tujuan itu jelas dan mungkin dicapai oleh
siswa. Menurut Moh. Uzer Usman (1990:60) kriteria perumusan TIK yang
disarankan, berdasarkan pola penyusunan Satuan Pelajaran model CBSA
hendaknya meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
A. A (audience), yaitu siswa.
B. B (Behaviour), yaitu tingkah laku yang hendak dicapai dan dapat diukur
sebagai indicator hasil belajar.
C. C (Content), yaitu kedalaman materi sebagai isi kegiatan belajar yang
ditempuh melalui pengembangan keterampilan proses.
D. D (Degree), yaitu yang menggambarkan tingkat kesulitan sesuai dengan
kemampuan siswa.
60

E. E (Enviorenment), yaitu lingkungan yang menunjang kegiatan belajar siswa,


baik lingkungan fisik maupun lingkungan social siswa.
Tujuan instruksional khusus pada dasarnya merupakan penjabaran dari
tujuan instruksional umum. Tujuan instruksional umum kerap kali masih
memungkinkan interpretasi, mengenai tingkah laku apa yang diharapkan dari
siswa.
Tujuan instruksional umum baru dapat dicapai setelah siswa menguasai
beberapa atau sejumlah tujuan instruksional khusus. Menjabarkan tujuan
instruksional umum menjadi tujuan instruksional khusus merupakan tugasdan
tanggung jawab guru.
Untuk menetapkan banyaknya TIK untuk satu kali mengajar harus diperhatikan :
1.
2.
3.
4.

Keluasan dan kedalaman bahan yang akan diajarkan


Buku pelajaran/sumber, media dan alat bantu yang tersedia
Tingkat kesulitan bahan dan kesiapan siswa
Waktu yang tersedia
Keluasan dan kedalaman bahan yang dimaksudkan adalah berapa luas

bahan yang akan diajarkan dan sampai di mana kedalaman isi bahan tersebut.
Bahan pelajaran yang cukup banyak dengan sendirinya TIK-nya juga banyak.
Bagi bahan yang perlu dibahas secara mendalam, maka waktu yang diperlukan
untuk membahasnya cukup banyak, sedangkan waktu ini sudah diatur dan
ditetapkan dalam GBPP.
Dengan demikian guru harus dapat mengatur penggunaan waktu sehingga
tujuan pelajaran dapat dicapai secara optimal. Mengenai buku pelajaran, media
atau alat pelajaran dapat membantu tercapainya tujuan pelajaran dengan efektif
dan efisien. Tingkat kesulitan bahan dirasakan berdasarkan kepada pemahaman
siswa. Bila siswa merasa sulit untuk dapat memahami bahan tertentu, berarti
waktu untuk yang dibutuhkan untuk pembahasan lebih banyak. Apabila bahan
yang diajarkan dirasakan sangat sulit, guru hendaknya mengusahakan supaya
tujuan TIK jangan terlalu banyak. Mengakhiri pembahasan tentang hierarki tujuan
ini, secara singkat berikut ini digambarkan hubungan hierarki antar tujuan
tersebut, dengan sebuah contoh dari satu pokok bahasan bidang studi
61

Matematika. Contoh ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas kaitan atau


hubungan hierarki dari tujuan yang sangat umum (tujuan pendidikan nasional)
kepada tujuan yang sangat khusus (spesifik).
TABEL 1
HIERARKI TUJUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
DARI SANGAT UMUM KE SANGAT SPESIFIK
Kontinum

Tujuan

Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar

62

Sangat Umum

Tujuan

Pendidikan Mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Nasional

mengembangkan manusia seutuhnya


yaitu

manusia

yang

memiliki

pengetahuan dan keterampilan


Tujuan Institusional
Memiliki pengetahuan, keterampilan

Sekolah Dasar
a. Umum

dan sikap dasar yang diperlukan untuk


melanjutkan dan untuk kehidupan

b. Khusus

Memiliki pengetahuan yang fungsional


tentang

Sangat Spesifik

Tujuan Instruksional
Umum

prinsip-prinsip

dasar

matematik
Murid memahami unsur-unsur dan isi
bangun

ruang

serta

mampu

menggunakan pada pola pelajaran


matematik bagi kehidupan sehari-hari
Tujuan Instruksional 1. Murid dapat menyebutkan banyak
Khusus
sisi dan sudut bangun ruang
2. Mencari isi bangun ruang dengan
membilang kubus-satuan.

BAB VIII
KURIKULUM SEKOLAH DASAR
LATAR BELAKANG
63

Terdapat beberapa definisi yang menegaskan pengertian kurikulum, yaitu


secara wawasan sempit dan wawasan luas. Wawasan sempit mengartikan
kurikulum sebagai rencana pelajaran yang berisikan sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan murid guna mencapai suatu tingkatan atau
ijazah. Wawasan luas menyatakan kurikulum menyangkut semua kegiatan yang
dilakukan dan dialami siswa dalam perkembangan , baik yang sengaja
direncanakan maupun tidak atau baik yang formal maupun informal untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Pengkajian kurikulum pada bab ini bertitik tolak dari wawasan yang luas
dengan tekanan pembahasan pada: (1) kurikulum dan duru di sekolah dasar, (2)
komponen-komponen kurikulum sekolah dasar, (3) Petunjuk pelaksanaan
kurikulum sekolah dasar, dan (4) kurikulum terselung.
A. Kurikulum dan Guru di Sekolah Dasar
Kurikulum resmi yang dilaksanakan di sekolah dasar sekarang merupakan
yang diniatkan atau dicita-citakan. Hal ini berarti program belajar yang tertuang
dalam kurikulum resmi itu merupakan rencana perjalanan perkembangan yang
harus ditempuh dan dialami oleh murid. Agar murid sampai pada tujuan pelajaran,
perlu disusun program-program kegiatan belajar yang harus dilaksanakan didalam
proses belajar-mengajar. Adapun orang-orang yang bertanggung jawab langsung

1.

HUBUNGAN ANTARA KURUKULUM DENGAN PENGAJARAN


Tugas

guru

adalah

menjabarkan

dan

mewujudkan

kurikulum

resmi/potensial menjadi kegiatan nyata (aktual). Soedirman ( 1987 :73 )


mengemukakan perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. Merumuskan semua kegiatan belajar.
2. Menetapkan kegiatan belajar yang perlu dan tidak perlu.
3. Menetapkan kegiatan belajar murid yang juga boleh dilengkapi dengan
kegiatan guru.
Pada kurikulum sd 1984 terdapat pedoman pelaksanaan sebagai berikut :
1. Landasan program dan pengembangannya
2. Garis-garis Besar Program pengajaran (GBPP)
3. Pedoman pelaksanan kurikulum
64

Kurikulum adalah pedoman guru untuk melakasanakan tugas mengajar,


prosedurnya sebagai berikut :
1. Mempelajari GBPP
2. Isi atau ruang lingkup program yang terdiri atas pokok bahasan atau sub
pokok bahasan
3. Memperlihatkan alokasi waktu
4. Memperlihatkan alternatif metode
2.

KOMPONEN KURIKULUM SEKOLAH DASAR

Komponen utama dari kurikulum adalah :


a. Tujuan
b. Materi

c. Proses belajar mengajar (PBM) dan


d. Evaluasi

Komponen tujuan ialah arah yang hendak dicapai oleh proses pendidikan
sedangkan materi adalah proses belajar mengajar dan evaluasi harus menunjang
pencapaian tujuan yang dimaksud.
komponen kurikulum dikelompokkan sebagai berikut :
1. Komponen tujuan
2. Komponen isi dan struktur program
3. Komponen strategi pelaksanaan
Komponen tujuan ialah arah yang hendak dicapai oleh proses pendidikan,
diharapkan dimiliki oleh lulusan, sedangkan materi, proses belajar-mengajarbdan
evaluasi harus menunjang pencapaian tujuan yang dimaksud.
Komponen

tujuan

meliputi

tujuan

pendidikan

nasional,

tujuan

institusional, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan instruksional umum telah ada
dalam buku kurikukum. Begitu juga dengan komponen materi telah dijabarkan
kedalam pokok-pokok dan subpokok bahasan yang terdapat dalam buku
kurikulum, khususnya GBPP setiap bidang studi. Sedangkan komponen PBM dan
komponen evaluasi pada buku kurikulum berupa petunjuk umum saja. Guru dapat
memodifikasi untuk pengembangan selanjutnya dalam rangka pembuatan
program pengajaran.

65

Kurikulum Sekolah Dasar 1975 mengelompokan komponen-komponen


kurikulum dikelompokkan sebagai berikut :
1. Komponen tujuan
2. Komponen isi dan struktur program
3. Komponen strategi pelaksanaan yang meliputi :
a. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar
b. Komponen Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar
c. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Murid Sekolah Dasar
d. Pedoman Profesi dan Pembinaan Profesional Guru
e. Pedoman Penggunaan Sarana dalam Kegiatan Belajar-Mengajar di
Sekolah Dasar
f. Pedoman Administrasi Sekolah Dasar
1. Tujuan Kurikulum Sekolah Dasar
Tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional dijabarkan dari falsafah bangsa, Pancasila. Sistem
pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila bertujuan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia.
Tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan seperti
tujuan pendidikan dasar, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Tujuan
kurikulum ini dibebankan kepada kepala sekolah untuk direalisasikan. Guru
sebagai pelaksana dalam mengembangkan kurikulum haruslah mengacu kepada
beberapa landasan seperti landasan filosofis, psikologis, dan sosiologis dari
pendidikan.
2. Isi dan Struktur Program Kurikulum Sekolah Dasar
Isi kurikulum selain harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan, juga harus
disesuaikan dengan tuntutan dan kebuTuhan masyarakat serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa factor yang menyebabkan perlunya isi kurikulum dipilih atau
ditetapkan, antara lain :
a. Terbatasnya waktu
b. Kecepatan perkembangan tuntutan masyarakat sebagai akibat ilmu dan
teknologi yang semakin pesat tidak mungkin tiba-tiba harus diikuti
dengan perubahan kurikulum.
c. Penjenjangan dan tingkat pendidikan yang diatur sesuai dengan hakikat
perkembangan anak juga merupakan salah satu factor yang menyebabkan
66

isi kurikulum harus disesuaikan dengan karakteristik usia anak sekolah


tersebut.
d. Pendidikan di sekolah sebagai bagian dari pendidikan seumur hidup.
Untuk menentukan isi kurikulum berarti menentukan pendidikan
pengetahuan ( ilmu pengetahuan apa, pendidikan nilai mana, dan keterampilan
apa yang harus dipelajari anak sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis
sekolahya ).
Struktur pendidikan untuk bidang studi disusun secara sistematis dalam bentuk
tabel yang berisikan bidang studi yang diajarkan.
1.

Komponen Strategi Pelaksanaan Kurikulum


Komponen strategi pelaksanaan kurikulum adalah bagaimana cara

melaksanakan kurikulum sebagai program pengajaran agar mencapai tujuan


kurikuler dan selanjutnya mencapai tujuan pendidikan.
Kompoonen strategi operasinalisasi pada kurikulum yang disempurnakan
berisikan petunjuk pelaksanaan adalah sebagai berikut
a. Pedoman Proses Belajar Mengajar
b. Pedoman Penilaian
c. Pedoman Administrasi
d. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan
e. Pedoman supervisi
f. Pedoman Penggunaan Sarana dalam Kegiatan Belajar-Mengajar
2. Prinsip-prinsip dan Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Sekolah Dasar
Kurikulum Sekolah Dasar yang disempurnakan dalam pelaksanaannya
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Prinsip Fleksibelitas (Keluwesan)
Kurikulum ini sangat mudah diterapkan pada sekolah dasar karena
kurikulum yang fleksibel dalam program maupun dalam pelaksanaannya.
Keanekaragaman kondisi sekolah tersebut menyebabkan prinsip
fleksibel/keluwesan harus diterapkan dalam kurikulum Sekolah Dasar.
b. Prinsip efisiensi dan Efektifitas
Prinsip ini menekankan kepada penggunaan waktu secara tepat dan
juga menekankan pada penggunaan secara optimal.
Kegiatan murid mencatat bahan sampai berjam-jam adalah contoh
penggunaan waktu yang tidak efisien yang sebenarnya kegiatan ini dapat
dilakukan diluar jam pelajaran ata dengan memperbanyak bahan

67

Untuk kegiatan belajar yang bersifat wajib dan akademis hendaklah


diupayakan pada hari senin sampai Jumat, sedangkan kegiatan yang bersifat
akademis yang bersifat ekspresi dijatuhkan pada hari Sabtu. Berdasarkan prinsip
efektifitas dan efisiensi tiap pelajaran supaya tidak diberikan dalam satu jam
pelajaran saja dalam satu minggu.
1. Kurikulum yang Tersembunyi (Hidden Curriculum)

Kurikulum tersembunyi adalah kurikulum implisit atau kurikulum yang


tidak dipelajari atau tidak ditulis. Kurikulum Tersembunyi sangat kompleks,
sehingga sukar sekali diketahui dan dinilai..
Meskipun tidak direncanakan namun berpengaruh terhadap perubahan
tingkah laku siswa yang dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan:
a. Pribadi Guru
b. Siswa
c. Karyawan sekolah
Glatthorn (1987) menyatakan kurikulum tersembunyi terdiri atas 2 aspek yaitu :
a. Aspek yang relatif tetap
b. Aspek yang berubah-ubah
Pola Hubungan sosial dikategorikan atas 2 bentuk yaitu :
a. Pola Prosedur Otoritas dan Ketaatan
b. Pola Demokratis yang mengutamakan partisipasi dan disiplin diri.
Oleh karena itu kurukulum tersembunyi merupakan sumber belajar yang
luas pengaruhnya, perlu dipertimbangkan dalam setiap perencanaan kurikulum.
Hendaknya perencanan kurikulum sudah memikirkan apa yang diinginkan atau
belajar yang bagaimana diharapkan, dengan mempelajari sesuatu yang dapat
diperoleh murid dari kurikulum tersembunyi.
2.

Tugas, Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru


Guru merupaka faktor penting untuk terselenggaranya proses belajar-

mengajar. Tanggung jawab ini diterima oleh guru dari 3 pihk yaitu, orang tua,
masyarakat dan negara.
Peranan Guru dalam pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin mengajar,
tugas guru tidak hanya mengajar tetapi menyampaikanilmu pengetahuan dan
keterampilan bagi murid-murid. Agar guru bertanggung jawab melaksanakan

68

tugas mendidik dan mengajar dengan baik, maka calon guru harus dipersiapkan
melalui pendidikan profesional di lembaga pendidikan guru.
A. Syarat-syarat Guru Sekolah Dasar
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh guru sekolah dasar dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Persyaratan pribadi yang meliputi persyaratan fisik, psikis, watak dan
kepribadian.
b. Persyaratan akademis, yaitu seperangkat kemampuan tertentu yang harus
mereka miliki untuk siap melaksanakan tugasnya nanti sebagai guru
sekolah dasar.
Untuk jelasnya berikut ini penjelasan persyaratan diatas :
a.
1.
2.
3.

Persyaratan Pribadi
Persyaratan fisik yaitu kesehatan jasmani
Persyaratan psikis yaitu mempunyai rohani yang sehat
Persyaratan watak yaitu memiliki sikap yang baik terhadap profesi,

berdedikasi dan bertanggung jawab pada tugas


b. Persyaratan Akademis
Yaitu menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
lembaga pendidikan guru yang disebut kompetensi guru.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
1. Profesi Guru dan Ciri-cirinya
Pekejaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu, baik
melalui proses latihan ataupun melalui proses pendidian. Suatu jabatan
profesional harus mempunyai ciri pokok, yakni :
a. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
secara formal
b. Pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat
c. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI
dan PERSAHI
d. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab profesi tersebut.
2. Menuju Profesionalisasi Tenaga Kependidikan
69

Tenaga kependidikan yang profesional tenaga yang memiliki


kompetensi dengan kemajuan yang dapat diandalkan, berdaya guna
dan berhasil guna dalam melayani dan membantu murid dalam proses
belajar mengajar. Adapun kompetensi yang perlu dimilki oleh guru
meliputi 3 aspek yaitu :
a. Kompetensi Pribadi
b. Kompetensi Profesi
c. Kompetensi Kemasyarakatan
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa jabatan guru adalah jabatan
profesional, maka tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti pemberian bimbingan kepada anak agar dapat
berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta mengembangkan
nilai-nilai

hidup.

Mengajar

berarti

memberikan

pengajaran

untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.


C. Profesionalisme dan Kompetensi Guru
1. Profesionalisasi Guru Sekolah Dasar
Pada Bab III Pasal 3 dinyatakan kualifikasi guru tamatan Program
Diploma II Pendidikan Guru Sekolah Dasar ialah sebagai berikut:
a) Memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai warga negara Indonesia dan cendekia,
dan mampu mengembangkannya;
b) Menguasai wawasan kependidikan, khususnya yang berkenaan dengan
pendidikan di Sekolah Dasar;
c) Menguasai bahan dasar untuk Sekolah Dasar serta konsep dasar keilmuan
yang menjadi sumbernya;
d) Mampu mengembangkan program pengajaran untuk Sekolah Dasar;
e) Mampu melaksanakan program pengajaran untuk Sekolah Dasar yang sesuai
dengan kemampuan dan perkembangan anak usia Sekolah Dasar;
f) Mampu menilai proses dan hasil belajar-mengajar murid Sekolah Dasar;
g) Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat seta anak usia Sekolah
Dasar;
h) Mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian untuk menunjang
pelaksanaan tugasnya sebagai guru Sekolah Dasar.
70

2. Kompetensi Guru Sekolah Dasar


Berikut tolak dari kualifikasi dan analisis tugas dari guru Sekolah Dsar yang
telah dikembangkan, sebagiannya telah dibatalkan oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, sebagai berikut:
a) Mengembangkan kepribadian
b) Menguasai landasan kependidikan
c) Menguasai bahan pengajaran
d) Menyusun program pengajaran
e) Melaksanakan program pengajaran
f) Menilai hasil dan proses belajar
g) Menyelenggarakan program bimbingan
h) Menyelenggarakan administrasi sekolah
i) Berintegrasi dengan sejawat dan masyarakat
j) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
3. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Penilaian pencapaian hasil belajar murid bertujuan untuk mengetahui
sampai berapa jauh murid telah mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan
4. Menyelenggarakan program bimbingan
orientasi dari pelayanan dan bimbingan adalah pengembangan kemampuan
masing-masing murid secara optimal.
5. menyelenggarakan administrasi sekolah.
Seluruh kegiatan pengajaran, mulai dari perencanaan sampai hasilhasilnya serta tindak lanjutya perlu diadministrasikan secara teratur dan lengkap
berupa administrasi kelas.
6. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat.
7. menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.
4. Hubungan Antara Kompetensi Guru Dan Tugas Sebagai Pengajar
1. menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi yang
diajarkan di sekolah dasar.
2. menyusun program pengajaran di sekolah dasar
3. melaksanakan program pengajaran di sekolah dasar
4. menilai hasil dan proses hasil belajar-mengajar yang telah dilaksanakan di
sekolah dasar

71

D. Hakikat, Karakteristik dan Kode Etik Guru


1. Hakikat guru
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa guru adalah salah satu
komponen dalam system pendidikan yang sangat mempengaruhi hasil pendidikan.
Hubungan kewibawaan dan hubungan yang saling mempercayai yang terbentuk
antara murid dengan gurunya, akan menumbuhkan sikap guru yang mantap dan
pribadi yang utuh.
2. Karakteristik Guru yang Baik
A. guru yang baik memahami dan menghormati murid sebagai manusia
B. guru yang baik menyesuaikan strategi mengajar dengan bahan pengajaran
C. guru yang baik tidak hanya mengajar menyampaikan pengetahuan pada murid,
tetapi selalu berusaha untuk mengembangkan dan membentuk pribadi anak.
3. Kode Etik Guru
Berkenaan dengan kode etik itu, Maka Persatuan Guru Republik Indonesia
PGRI telah merumuskan kode etk yang akan dipedomani. Pendidikan merupakan
suatu bidang pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air
serta kemanusiaan pada umumnya yang perlu disadari oleh guru. Guru Indonesia
yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945 merasa turut bertanggung jawab
terwujudnya cita cita proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Maka
guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan tugasnya sebagai guru yang
mempedomani kode etik sebagai berikut :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangungan yang berPancasila
b. Guru memiliki kejujuran profesioanal dalam menerapkan kurikulum
sesuai dengan kebuTuhan anak didik masing-masing
c. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.

72

Anda mungkin juga menyukai